"Apa maksudmu? Dan siapa sebenernya kamu?" Ujar Stella.
Stella sangat terkejut dan juga penasaran kepada Lan. Siapa sebenarnya Lan? Kenapa dia memiliki hak untuk menukar jiwa seseorang? Lalu kenapa dia bisa memberikan kehidupan kedua untuk Stella dan Anastasya? Stella benar benar sangat bingung."Belum saat nya kamu tau siapa aku Stella. Sekarang kembalilah dan jalani kehidupanmu sebagai Anastasya" Ujar Lan.Lan kembali menjentikkan jarinya. Tiba tiba cahaya yang sangat terang menyinari mata Stella, sehingga Stella tidak bisa melihat apapun. Dalam 3 detik Stella sudah kembali ke kamar Anastasya. Dia segera merubah posisi menjadi duduk, lalu terdiam memikirkan ucapan Lan yang ada didalam mimpinya.Alma yang baru kembali setelah mandi terlihat bingung melihat Stella yang terlihat mematung. Bahkan Stella sampai tidak sadar dengan kedatangan Alma. Alma yang penasaran segera menghampiri Stella yang masih duduk diatas ranjang."Nona" Ujar Alma dengan lembut. Tetapi tidak ada jawaban dari Stella, Stella masih terdiam."Nona ada apa? Apakah nona bermimpi buruk?" Ujar Alma sambil menepuk pelan pundak Stella.Stella langsung sadar dengan keberadaan Alma. Dia mengarahkan pandangannya kepada Alma yang sedang menatapnya dengan tatapan khawatir."Tidak apa apa. Aku hanya sedang mengumpulkan nyawa" Ujar Stella sambil tersenyum kepada Alma."Mengumpulkan nyawa?" Ujar Alma yang sedikit bingung dengan ucapan Stella.Stella menepuk mulutnya pelan. Dia sadar bahwa ucapannya tadi pasti terdengar tidak masuk akal bagi Alma. Padahal baru kemarin dia berniat untuk menjaga sikap dan ucapannya, tetapi belum sampai sehari dia sudah salah bicara."Aku ingin mandi" Ujar Stella yang mencoba mengalihkan pembicaraan."Baik nona. Apakah hari ini nona akan ikut ke istana?" Ujar Alma."Tentu saja, hari ini aku akan ikut berkunjung ke istana" Ujar Stella.Alma terkejut dan juga senang mendengar ucapan Stella. Biasanya Anastasya selalu menolak untuk ikut pergi berkunjung ke istana, bahkan Alma sangat bingung kenapa majikannya enggan pergi ke istana.Tetapi hari ini Anastasya akan pergi ke istana? Kalau begitu Alma akan ikut menemani majikannya ke istana. Karena seorang budak akan ikut kemanapun majikannya pergi. Alma sangat tidak sabar untuk berkunjung ke istana."Kalau begitu saya akan membantu nona untuk mempersiapkan diri" Ujar Alma dengan senyuman mengembang di wajahnya."Buat aku terlihat cantik!" Ujar Stella, lalu mengedipkan sebelah matanya ke arah Alma.Alma tertawa kecil melihat tingkah laku Anastasya. Sikap humble Anastasya adalah sikap yang tidak pernah Alma lihat sebelumnya. Karena selama ini Anastasya adalah gadis yang tenang dan sangat menjaga sikap. Sikap Anastasya saat lupa ingatan sangat tidak terduga dan penuh dengan kejutan.****Alma sedang sibuk membantu Stella menata rambut dan merias Stella didepan cermin. Tangan Alma sangat hati hati menata rambut Stella. Stella sangat cantik dengan rambut yang di kuncir setengah, lalu setengah lagi di urai. Di tambah beberapa hiasan yang menghiasi rambut Stella. Tak lupa juga dengan make up yang terlihat soft dan menyatu dengan kulit wajah Anastasya. Alma memang sangat terampil merias seseorang.Alma juga yang membantu Stella memilih gaun yang cocok untuk pergi ke istana. Alma menyarankan Stella untuk memakai gaun berwarna peach yang panjangnya melebihi lutut. Sedangkan Stella hanya bisa menurut, karena menurutnya gaun yang dipilih Alma sangat cantik."Bagaimana penampilan ku?" Ujar Stella sambil memutar dirinya."Berkali kali lipat sangat cantik dari sebelumnya nona" Ujar Alma.Stella sangat puas mendengar ucapan Alma. Stella tak bosan bosan memandangi wajah Anastasya yang sangat cantik di cermin. Wajah Anastasya sangat membuatnya iri, walaupun kini jiwanya lah yang ada didalam tubuh Anastasya.Stella melirik ke arah Alma yang berada disebelahnya. Alma sama sekali belum terlihat rapih. Apalagi gaunnya yang terlihat lusuh. Bagaimana bisa Alma pergi menggunakan gaun seperti itu untuk pergi ke pesta ulang tahun pangeran utama."Cepatlah berganti pakaian!" Ujar Stella kepada Alma yang ada di sebelahnya."Aku akan memakai ini nanti, Aku tidak mempunyai gaun yang indah" Ujar Alma.Stella menatap Alma dengan kasihan. Jadi selama ini Alma hanya bisa melihat majikannya memakai baju yang cantik? Sedangkan bajunya tidak ada yang bagus untuk dipakai. Stella sangat kasihan melihat Alma.Stella berjalan ke arah lemari berniat untuk mencarikan gaun yang cocok untuk Alma. Setelah berpikir cukup lama akhirnya Stella memberikan gaun berwarna ungu soft kepada Alma. Dia pikir gaun ini akan cocok untuk Alma."Pakailah!" Ujar Stella."Tidak nona, aku tidak bisa memakai gaun-""Pakailah! Aku memberikannya untuk mu" Ujar StellaAlma menatap gaun yang pemberian Stella. Lalu mengangguk dan mengambil gaun yang ada ditangan Stella. Dia sangat terharu dengan sikap majikannya yang sangat baik kepadanya. Padahal dirinya hanyalah seorang budak, tetapi perlakuan Anastasya kepadanya sangat melebihi kata pantas."Terimakasih nona, nona sangat murah hati" Ujar Alma.Stella tersenyum bahagia melihat Alma. Ternyata seburuk apapun nasibnya, ada yang lebih buruk dari dirinya. Setidaknya dia bukanlah budak seseorang yang tidak bisa bebas melakukan sesuatu.****Mereka berangkat menggunakan 3 kereta kuda. Tuan Henry dan Calvin berada di kereta kuda pertama, Stella dan Nyonya Rose berada di kereta kuda kedua, Sedangkan Alma dan Naomi yang merupakan pelayan pribadi nyonya Rose, berada di kereta kuda ketiga untuk menjaga hadiah yang dibawa untuk pangeran Felix.Selang beberapa menit mereka akhirnya sampai didepan gerbang masuk istana. Didalam dan diluar sangatlah ramai. Para prajurit istana berjaga dengan ketat. Bahkan sebelum masuk barang bawaan mereka diperiksa terlebih dahulu oleh prajurit istana."Apa nama istana ini bu?" Ujar Stella kepada nyonya Rose yang masih berada disebelahnya."Demetrius" Ujar Nyonya Rose.Demetrius? Dimasa depan Stella tidak pernah mendengar istana dengan nama demetrius. Sepertinya istana ini tidak masuk kedalam sejarah, sehingga Stella tidak pernah mendengarnya.Setelah melakukan pemeriksaan barang barang, mereka diizinkan masuk kedalam. Stella turun dari kereta kuda begitupun dengan yang lain. Stella sangat takjub dengan istana yang besar dan mewah, begitupun dengan Alma yang berada disebelahnya."Wahh, jadi ini rasanya melihat istana secara langsung" Ujar Stella."Aku juga tidak pernah melihat istana. Ini pertama kalinya aku masuk kedalam istana" Ujar Alma."Stella, Alma ayo masuk!" Ujar Tuan Henry.Stella dan Alma mengangguk,lalu mengikuti tuan Henry, Calvin dan nyonya Rose yang sedang berjalan masuk kedalam istana. Tampilan dari luar saja sudah sangat mewah, begitupun dengan tampilan istana dari dalam.Banyak sekali orang yang sudah berada didalam. Mereka sedang duduk sambil menikmati makanan yang sudah disediakan diatas meja. Sesekali mereka juga menyapa keluarga Henry."Kita akan duduk disini" Ujar tuan Henry sambil mendekati meja bundar yang dikelilingi oleh beberapa bangku."Sebelum itu kita harus menyapa raja, ratu dan para pangeran kan yah?" Ujar Calvin."Tentu saja" Ujar tuan Henry.Mereka berjalan menuju tempat duduk raja, ratu dan para pangeran. Kecuali Alma dan Naomi mereka ditugaskan untuk menjaga meja.Calvin berjalan disebelah tuan Henry sedangkan Stella berjalan disebelah nyonya Rose . Mereka berjalan dengan santai menuju raja, ratu dan pangeran untuk menyapa dan memberikan ucapan selamat ulang tahun kepada pangeran Felix."Selamat datang ke pesta ulang tahun putraku Henry"Raja memberikan sambutan hangat kepada keluarga Henry."Selamat ulang tahun untuk pangeran utama Felix" Ujar Tuan Henry, sambil tersenyum ke arah raja lalu bergantian ke pangeran Felix disebelah raja."Ini putrimu?" Ujar ratu, sambil menatap Stella. Stella yang ditatap oleh ratu hanya bisa tersenyum sambil memberikan penghormatan."Iya, ini putriku Anastasya" Ujar Henry."Aku tidak pernah melihatnya paman" Ujar pangeran kedua Aarav."Anastasya memang tidak pernah ikut kunjungan istana" Ujar Henry."Kamu sangat cantik Anastasya, bagaimana menurutmu Felix?" Ujar Raja sambil melirik sekilas ke arah pangeran Felix."Aku setuju dengan ayah" Ujar pangeran Felix yang tersenyum ke arah Anastasya.Stella yang dipuji oleh raja dan pangeran hanya bisa menunduk. Bukan karena malu tetapi karena pegal. Sudah hampir setengah jam mereka hanya berdiri untuk menyapa raja, ratu dan para pangeran. Stella berharap basa basi ini segera berakhir.Pangeran Felix dan Aarav sangat terkenal dengan kepribadiannya yang baik dan wajahnya yang tampan. Pangeran Felix memiliki badan yang tegak dan tinggi, matanya yang tajam dan hidungnya yang mancung membuat siapapun terpikat saat melihatnya. Pangeran Felix terkenal pandai bermain pedang, panah dan senjata api.Sedangkan pangeran Aarav adalah pangeran yang ceria dan banyak bicara. Matanya yang berbinar, hidungnya yang mungil dan tinggi badannya melebihi Pangeran Felix. Pangeran Aarav lebih menyukai seni dan musik dari pada bela diri, meskipun begitu kemampuan bela diri pangeran Aarav tidak bisa diragukan."Sepertinya kamu adalah tipe pangeran Felix" Ujar raja kepada Stella."Suatu kehormatan bagi saya dipuji oleh raja dan juga pangeran" Ujar Stella.Raja tersenyum puas mendengar jawaban Stella. "Silahkan nikmati makanannya" Ujar raja.Stella bersorak didalam hatinya, karena akhirnya dia bisa duduk. Keluarga Henry memberikan penghormatan dengan cara sedikit membungkukkan badannya, lalu berjalan kembali menuju meja mereka."Jangan tertarik kepada pangeran Felix" Bisik Calvin secara tiba tiba berada disebelah Stella."Kenapa?" Bisik Stella."Nanti akan aku ceritakan" Kata kata Calvin berhasil membuat Stella penasaran.****Setelah sampai dimeja mereka, Stella nampak kebingungan karena tidak menemukan Alma. Yang dia lihat hanyalah Naomi yang sedang berdiri disebelah meja."Kemana Alma? Kenapa tidak ada disini?" Ujar Stella."Alma tadi dibawa oleh beberapa putri bangsawan untuk pergi ke taman. Aku tidak tau alasan mereka membawa Alma" Ujar Naomi.Stella mempunyai firasat buruk saat mendengar cerita Naomi. Stella mengurungkan niatnya untuk duduk, lalu hendak pergi mencari keberadaan Alma ditaman."Kamu mau kemana Stella?" Ujar Nyonya Rose."Mencari Alma" Ujar Stella lalu pergi begitu saja meninggalkan Tuan Henry, nyonya Rose dan Calvin."Aku akan menyusul Stella" Ujar Calvin lalu pergi menyusul Stella. Calvin khawatir adiknya akan tersesat, mengingat Anastasya belum pernah pergi ke kerajaan, pasti dia tidak tau dimana letak taman.Alma dibawa secara paksa oleh tiga putri bangsawan beserta budak mereka yang tidak Alma kenal. Alma tidak berani melawan dan membantah mereka, karena status Alma dan mereka sangatlah jauh. Alma hanya bisa menurut sambil berpikir kenapa mereka membawa dirinya pergi ke taman.Alma dibawa ke sebuah pohon besar. Ketiga putri bangsawan itu tidak berbicara apapun, mereka hanya menatap Alma dengan tatapan sinis. Sedangkan Alma hanya bisa diam dan menundukkan kepalanya."Pencuri ini sangat nekat datang ke pesta ulang tahun pangeran" Ujar Salah seorang dari putri bangsawan.Alma kaget mendengar salah satu dari mereka menuduhnya sebagai pencuri. Alma bahkan tidak pernah berani mengambil sebuah roti yang bukan miliknya. Bagaimana bisa mereka menuduh Alma sebagai seorang pencuri?"Apa maksudmu? Kenapa kalian menuduhku sebagai pencuri?" Ujar Alma. Dia memberanikan diri untuk menaikan kepalanya."Beraninya kamu bertanya?" Ujar salah seorang putri bangs
Stella dan Alma kembali ke meja mereka. Tuan Henry dan nyonya Rose sudah duduk terlebih dahulu sambil menunggu kedatangan Stella. Sedangkan Calvin baru saja sampai dengan wajah kesal karena ucapan pangeran Felix."Lain kali kamu harus menghindari mereka Anastasya" Ujar Nyonya Rose kepada Stella yang duduk berhadapan dengan nya."Aku tidak akan diam saja jika mereka yang memulai terlebih dahulu" Ujar Stella."Ini pertama kalinya kamu datang ke istana. Ayah tidak ingin kamu membuat keributan seperti itu" Ujar tuan Henry."Maafkan aku" Ujar Stella.Stella menyantap kue yang ada dihadapannya. Awalnya dia hanya ingin memakan kue untuk menghilangkan amarahnya, ternyata rasa kue itu sangat enak sampai Stella tidak bisa berhenti makan."Calvin"Seseorang memanggil Calvin. Refleks semua orang yang berada dimeja menoleh ke arah sumber suara, termasuk Stella. Dia adalah Akxel, pria yang pernah menaruh pedangnya di leher Stella. Aks
Nyonya Rose menggelengkan kepalanya ketika melihat Stella bertemu langsung dengan Aksel. Padahal nyonya Rose sudah memerintahkan Stella untuk segera pergi dan mandi, tetapi Stella tidak menuruti perkataan nyonya Rose.Nyonya Rose berdiri, lalu mendorong Stella pelan agar segera pergi dari situasi yang memalukan. Sedangkan Aksel hanya diam sambil mengarahkan pandangannya agar tidak melihat ke arah Stella.Stella berjalan cepat pergi ke kamar. Hari ini adalah hari paling memalukan bagi Stella. Stella memang tidak menyukai Aksel, begitupun dengan Aksel yang tidak tertarik kepada Stella, tetapi sudah sewajarnya seorang putri bangsawan terlihat rapih, cantik dan anggun dihadapan orang lain."Aish memalukan, kenapa harus bertemu disaat seperti ini?" Ujar Stella yang mulai berlari ke arah kamarnya.Stella memasuki kamar sambil terengah engah. Didalam sudah ada Alma yang sedang merapikan dress milik Stella. Alma yang melihat Stella hanya berdiri sambil me
Semua orang menoleh ke arah Calvin bersamaan. Aksel mengerti dengan sikap Calvin yang tidak suka jika Anastasya pergi ke istana untuk menemui pangeran Felix. Apalagi pangeran Felix mengundang Anastasya secara pribadi. Selain Calvin dan pangeran Felix, Aksel juga mengetahui alasan Calvin tidak menyukai pangeran Felix."Tidak" Ujar tuan Henry dengan tegas kepada Calvin.Tuan Henry menentang permintaan Calvin yang ingin ikut pergi ke istana, karena sudah jelashanya Anastasya yang diundang ke istana. Jadi tidak ada satu orangpun dari keluarga mereka yang boleh ikut."Ayah aku mohon, aku hanya ingin menemani Anastasya" Ujar Calvin kepada tuan Henry.Melihat tingkah laku Calvin yang keras kepala, Stella hanya beranggapan Calvin hanya khawatir dengan adiknya yang pergi ke istana tanpa ditemani keluarga. Apalagi adiknya ditemani oleh seorang pria. Bukankah wajar jika Calvin khawatir? Tetapi kenapa tuan Henry tidak mengizinkan Calvin? Stella bertanya
"Kenapa? Kau berpikir aku yang akan membawa keretanya?" Ujar Aksel dengan santai.Stella mengepalkan tangannya kuat. Jika tau akan duduk berdua dengan Aksel, Stella pasti membujuk ayahnya mati matian agar mengizinkan Calvin ikut.Stella menarik nafasnya pelan. Dia mencoba untuk tetap tenang, lalu duduk disebelah Aksel."Jalan!" Ujar Aksel kepada supir kereta.Kereta kuda berjalan dengan kecepatan normal. Stella dan Aksel saling diam dan tidak memulai percakapan apapun didalam kereta.Tebakan Aksel sangat tepat. Suasana terasa sangat canggung sekarang. Mereka saling buang muka, Stella mengarahkan pandangannya ke kanan sementara Aksel ke kiri.Mereka melewati pasar, Stella mengintip dari jendela menyaksikan pemandangan pasar. Dia jadi ingat waktu pertama kali bertemu dengan Aksel. Awal pertemuan mereka memang tidak bagus.Stella melihat warga pasar yang berkerumun. Matanya tertuju pada bocah laki laki yang sedang dipukuli
"Kamu tidak dengar? Aku bilang berikan dia uang" Ujar Stella.Aksel menatap Malio yang berdiri dihadapannya. Sebenarnya Aksel merasa kasihan dengan Malio yang hidup dengan adiknya tanpa orang tua.Dia merasa bahwa kehidupannya tak terlalu buruk setelah melihat Malio. Dia memang tidak mempunyai orang tua tetapi ada pamannya yang mau merawatnya dengan penuh kasih sayang.Aksel memberikan sekantong keping emas kepada Malio "Ambilah! Belilah makanan enak untuk adikmu!" Ujar Aksel.Malio mengintip isi kantong yang diberikan Aksel. Dia sangat terkejut melihat kepingan emas yang sangat banyak menurutnya. Malio belum pernah melihat uang sebanyak ini."Terimakasih atas kebaikan tuan dan nona" Ujar Malio yang merasa terharu."Masukan lah kedalam kantong celanamu! Jangan sampai uangmu dicuri" Ujar Stella.Malio mengangguk, lalu segera memasukan kantong yang diberikan Aksel kedalam kantong celananya. Dia harus berhati hati saat memb
Stella sangat terkejut saat mendengar ucapan pangeran Felix. Stella sama sekali tidak berpikir bahwa pangeran Felix akan melamarnya."Apa? Melamar? Apa maksudmu?" Ujar Stella dengan wajah yang terkejut sekaligus bingung."Aku menyukai mu, jadi aku mau melamar mu Anastasya" Pangeran Felix mengambil kotak cincin yang ada didalam sakunya "Apakah kamu mau menikah denganku?" Ujar pangeran Felix sambil membuka kotak cincin lalu menaruhnya diatas meja.Cincin yang diberikan pangeran Felix sangat indah. Cincin itu terbuat dari emas dengan hiasan sebuah permata yang lumayan besar."Tetapi kamu baru bertemu denganku dua kali, kenapa langsung melamar ku?" Ujar Stella."Karena aku percaya kamu bisa menjadi ratu yang baik. Banyak wanita diluar sana yang ingin menjadi ratu, tetapi mereka tidak memiliki sikap yang pantas menjadi seorang ratu. Aku ingin memiliki ratu yang rendah hati dan peduli kepada rakyatku nanti, bukan ratu yang hanya haus dengan harta" Ujar pangeran Felix.Stella terdiam kaku kar
Stella sudah menebak bahwa mereka akan terkejut dengan ucapan Stella. Stella tidak berbohong soal dirinya yang bisa memainkan piano.Dulu sebelum Stella kehilangan orang tuanya, Stella ikut les musik karena ayahnya seorang pianis. Stella jadi tertarik dengan piano karena ayahnya."Kamu tau akibatnya jika membohongi kami" Ujar pangeran Aarav."Aku tidak berani berbohong kepada pangeran. Aku bahkan siap membuktikannya" Ujar Stella dengan percaya diri.Karena rasa penasaran, akhirnya para pangeran membawa Stella keruangan alat musik. Pangeran Aarav ingin membuktikan apa yang dibicarakan oleh Stella.Stella sangat takjub melihat ruangan musik. Banyak sekali musik musik antik disini. Stella bisa melihat sebuah piano yang berdiri dengan kokoh disalah satu alat musik."Kamu bisa berbicara jujur sekarang Anastasya, jangan memaksakan diri" Ujar pangeran Felix.Pangeran Felix takut Stella akan berbohong dan malu nantinya. Pangeran
Stella memejamkan matanya. Tubuhnya terus terjun menuju kedasar jurang. Dia merasa sangat bersalah kepada Anastasya karena tidak bisa menjaga tubuh Anastasya dengan baik."Maaf, karena aku telah egois" Lirih Stella.Seseorang menarik lengan Stella untuk masuk kedalam pelukannya. Dia memeluk Stella sangat erat. Stella cukup terkejut, dia mencoba memberanikan diri membuka matanya."Aksel" Ujar Stella.Aksel menatap Stella dengan tatapan cemas. Aksel sangat bersyukur ternyata dia belum terlambat untuk menyelamatkan Stella.Untuk sesaat Stella terlarut dalam pikirannya. Dia tidak bisa berhenti menatap Aksel. Sampai dia tidak sadar Aksel membawanya terbang menuju keatas jurang."Apa kau terluka?" Ujar Aksel yang berdiri dihadapan Stella."Aksel..." Ujar Stella yang masih sangat terkejut."Kenapa kenapa? Apa kau terluka?" Ujar Aksel panik.Stella menatap Aksel, meletakan kedua telapak tangannya di pipi Aksel,
Stella menyenderkan kepalanya ke pinggiran kereta kuda. Dia merasa badannya sangat letih, padahal saat di istana dia tidak melakukan apa apa.Tidak hanya lelah, rasa kantuk juga menyerang Stella. Perlahan Stella mulai memejamkan matanya dan tertidur dengan posisi menyandar ke pinggir kereta.Sedangkan Aksel masih setia dengan posisi duduk yang tegak sambil mengarahkan kepalanya ke jendela sebelah kanan untuk melihat suasana hutan yang sejuk di pagi hari.Aksel mengarahkan pandangannya ke arah Stella yang sudah tertidur pulas. Aksel sedikit tersenyum melihat Stella yang sudah tertidur, padahal langit sudah sangat cerah. Dia jadi teringat saat melihat wajah Stella saat baru bangun tidur, sebenarnya Aksel ingin sekali tertawa saat itu."BERHENTI KALIAN!" Sekelompok pria berbaju hitam menghalangi kereta kuda Aksel dan Stella. Badan Stella hampir saja terhuyung ke depan karena kereta yang berhenti mendadak, tetapi untungnya dengan cepat Aksel
Stella sudah menebak bahwa mereka akan terkejut dengan ucapan Stella. Stella tidak berbohong soal dirinya yang bisa memainkan piano.Dulu sebelum Stella kehilangan orang tuanya, Stella ikut les musik karena ayahnya seorang pianis. Stella jadi tertarik dengan piano karena ayahnya."Kamu tau akibatnya jika membohongi kami" Ujar pangeran Aarav."Aku tidak berani berbohong kepada pangeran. Aku bahkan siap membuktikannya" Ujar Stella dengan percaya diri.Karena rasa penasaran, akhirnya para pangeran membawa Stella keruangan alat musik. Pangeran Aarav ingin membuktikan apa yang dibicarakan oleh Stella.Stella sangat takjub melihat ruangan musik. Banyak sekali musik musik antik disini. Stella bisa melihat sebuah piano yang berdiri dengan kokoh disalah satu alat musik."Kamu bisa berbicara jujur sekarang Anastasya, jangan memaksakan diri" Ujar pangeran Felix.Pangeran Felix takut Stella akan berbohong dan malu nantinya. Pangeran
Stella sangat terkejut saat mendengar ucapan pangeran Felix. Stella sama sekali tidak berpikir bahwa pangeran Felix akan melamarnya."Apa? Melamar? Apa maksudmu?" Ujar Stella dengan wajah yang terkejut sekaligus bingung."Aku menyukai mu, jadi aku mau melamar mu Anastasya" Pangeran Felix mengambil kotak cincin yang ada didalam sakunya "Apakah kamu mau menikah denganku?" Ujar pangeran Felix sambil membuka kotak cincin lalu menaruhnya diatas meja.Cincin yang diberikan pangeran Felix sangat indah. Cincin itu terbuat dari emas dengan hiasan sebuah permata yang lumayan besar."Tetapi kamu baru bertemu denganku dua kali, kenapa langsung melamar ku?" Ujar Stella."Karena aku percaya kamu bisa menjadi ratu yang baik. Banyak wanita diluar sana yang ingin menjadi ratu, tetapi mereka tidak memiliki sikap yang pantas menjadi seorang ratu. Aku ingin memiliki ratu yang rendah hati dan peduli kepada rakyatku nanti, bukan ratu yang hanya haus dengan harta" Ujar pangeran Felix.Stella terdiam kaku kar
"Kamu tidak dengar? Aku bilang berikan dia uang" Ujar Stella.Aksel menatap Malio yang berdiri dihadapannya. Sebenarnya Aksel merasa kasihan dengan Malio yang hidup dengan adiknya tanpa orang tua.Dia merasa bahwa kehidupannya tak terlalu buruk setelah melihat Malio. Dia memang tidak mempunyai orang tua tetapi ada pamannya yang mau merawatnya dengan penuh kasih sayang.Aksel memberikan sekantong keping emas kepada Malio "Ambilah! Belilah makanan enak untuk adikmu!" Ujar Aksel.Malio mengintip isi kantong yang diberikan Aksel. Dia sangat terkejut melihat kepingan emas yang sangat banyak menurutnya. Malio belum pernah melihat uang sebanyak ini."Terimakasih atas kebaikan tuan dan nona" Ujar Malio yang merasa terharu."Masukan lah kedalam kantong celanamu! Jangan sampai uangmu dicuri" Ujar Stella.Malio mengangguk, lalu segera memasukan kantong yang diberikan Aksel kedalam kantong celananya. Dia harus berhati hati saat memb
"Kenapa? Kau berpikir aku yang akan membawa keretanya?" Ujar Aksel dengan santai.Stella mengepalkan tangannya kuat. Jika tau akan duduk berdua dengan Aksel, Stella pasti membujuk ayahnya mati matian agar mengizinkan Calvin ikut.Stella menarik nafasnya pelan. Dia mencoba untuk tetap tenang, lalu duduk disebelah Aksel."Jalan!" Ujar Aksel kepada supir kereta.Kereta kuda berjalan dengan kecepatan normal. Stella dan Aksel saling diam dan tidak memulai percakapan apapun didalam kereta.Tebakan Aksel sangat tepat. Suasana terasa sangat canggung sekarang. Mereka saling buang muka, Stella mengarahkan pandangannya ke kanan sementara Aksel ke kiri.Mereka melewati pasar, Stella mengintip dari jendela menyaksikan pemandangan pasar. Dia jadi ingat waktu pertama kali bertemu dengan Aksel. Awal pertemuan mereka memang tidak bagus.Stella melihat warga pasar yang berkerumun. Matanya tertuju pada bocah laki laki yang sedang dipukuli
Semua orang menoleh ke arah Calvin bersamaan. Aksel mengerti dengan sikap Calvin yang tidak suka jika Anastasya pergi ke istana untuk menemui pangeran Felix. Apalagi pangeran Felix mengundang Anastasya secara pribadi. Selain Calvin dan pangeran Felix, Aksel juga mengetahui alasan Calvin tidak menyukai pangeran Felix."Tidak" Ujar tuan Henry dengan tegas kepada Calvin.Tuan Henry menentang permintaan Calvin yang ingin ikut pergi ke istana, karena sudah jelashanya Anastasya yang diundang ke istana. Jadi tidak ada satu orangpun dari keluarga mereka yang boleh ikut."Ayah aku mohon, aku hanya ingin menemani Anastasya" Ujar Calvin kepada tuan Henry.Melihat tingkah laku Calvin yang keras kepala, Stella hanya beranggapan Calvin hanya khawatir dengan adiknya yang pergi ke istana tanpa ditemani keluarga. Apalagi adiknya ditemani oleh seorang pria. Bukankah wajar jika Calvin khawatir? Tetapi kenapa tuan Henry tidak mengizinkan Calvin? Stella bertanya
Nyonya Rose menggelengkan kepalanya ketika melihat Stella bertemu langsung dengan Aksel. Padahal nyonya Rose sudah memerintahkan Stella untuk segera pergi dan mandi, tetapi Stella tidak menuruti perkataan nyonya Rose.Nyonya Rose berdiri, lalu mendorong Stella pelan agar segera pergi dari situasi yang memalukan. Sedangkan Aksel hanya diam sambil mengarahkan pandangannya agar tidak melihat ke arah Stella.Stella berjalan cepat pergi ke kamar. Hari ini adalah hari paling memalukan bagi Stella. Stella memang tidak menyukai Aksel, begitupun dengan Aksel yang tidak tertarik kepada Stella, tetapi sudah sewajarnya seorang putri bangsawan terlihat rapih, cantik dan anggun dihadapan orang lain."Aish memalukan, kenapa harus bertemu disaat seperti ini?" Ujar Stella yang mulai berlari ke arah kamarnya.Stella memasuki kamar sambil terengah engah. Didalam sudah ada Alma yang sedang merapikan dress milik Stella. Alma yang melihat Stella hanya berdiri sambil me
Stella dan Alma kembali ke meja mereka. Tuan Henry dan nyonya Rose sudah duduk terlebih dahulu sambil menunggu kedatangan Stella. Sedangkan Calvin baru saja sampai dengan wajah kesal karena ucapan pangeran Felix."Lain kali kamu harus menghindari mereka Anastasya" Ujar Nyonya Rose kepada Stella yang duduk berhadapan dengan nya."Aku tidak akan diam saja jika mereka yang memulai terlebih dahulu" Ujar Stella."Ini pertama kalinya kamu datang ke istana. Ayah tidak ingin kamu membuat keributan seperti itu" Ujar tuan Henry."Maafkan aku" Ujar Stella.Stella menyantap kue yang ada dihadapannya. Awalnya dia hanya ingin memakan kue untuk menghilangkan amarahnya, ternyata rasa kue itu sangat enak sampai Stella tidak bisa berhenti makan."Calvin"Seseorang memanggil Calvin. Refleks semua orang yang berada dimeja menoleh ke arah sumber suara, termasuk Stella. Dia adalah Akxel, pria yang pernah menaruh pedangnya di leher Stella. Aks