Sesuai apa yang dikatakan oleh Stella kepada ayahnya kemarin. Hari ini Stella akan berjalan jalan ke pasar ditemani oleh Calvin. Sedangkan Alma yang sempat ingin ikut, tidak diizinkan oleh Stella. Stella menyuruh Alma untuk tetap dirumah istirahat. Karena selama Anastasya tidak sadarkan diri Alma mengalami banyak kesulitan.
Stella berdiri didepan rumah menunggu Calvin yang sedang bersiap. Hari ini Stella memakai dress berwarna pink dengan hiasan hiasan cantik di rambutnya."Lama banget sih, kaya gadis aja" Ujar Stella kepada Calvin yang baru keluar rumah."Kamu harus sabar sedikit! Lihat! Bagaimana penampilan ku hari ini?" Ujar Calvin sambil memutarkan badannya dihadapan Stella.Calvin memakai baju kuno berwarna ungu gelap dengan celana hitam. Dia juga membawa senjata seperti pedang untuk berjaga jaga jika tiba tiba hal yang tidak diinginkan terjadi. Penampilan Calvin hari ini cukup menarik dimata Stella."Tampan sekali" Ujar Stella sambil mengacungkan kedua jempolnya "Lalu bagaimana dengan penampilan ku?" Ujar Stella sambil memutar badannya dihadapan Calvin"Seperti biasa. Kau sangat jelek" Ujar Calvin berbohong.Melihat wajah adiknya yang siap untuk melontarkan amarah. Dengan cepat Calvin berjalan meninggalkan adiknya dibelakang. Pantas saja Anastasya tidak pernah akur dengan kakak laki lakinya, itu semua karena Calvin sangatlah menyebalkan dan gemar menggoda Anastasya. Mungkin jika Stella mempunya kakak seperti Calvin didalam kehidupannya, Stella akan buru buru menjualnya."Hei awas saja nanti!" Ujar Stella dengan nada yang meninggi.****Stella dan Calvin berjalan berdampingan menelusuri pasar. Banyak sorot mata yang mengarah kepada mereka. Mereka seperti madu yang berada ditengah tengah lebah. Wajah mereka yang berkualitas tinggi sangatlah mencolok apalagi mereka termasuk kedalam keluarga bangsawan. Walaupun aslinya Stella hanyalah seorang pencuri dimasa depan.Saat berjalan jalan mata Stella tertuju kepada seorang wanita paruh baya penjual gelang dan kalung buatan. Salah satu gelang buatan wanita paruh baya itu sangatlah menarik hingga membuat Stella mampir ke dagangannya. Calvin yang berada disebelah Stella pun ikut berhenti."Wah nona sangat cantik, apakah ada yang ingin nona beli?" Ujar wanita penjual dengan ramah."Aku mau yang ini. Berapa harga gelang ini?" Ujar Stella. Stella menunjuk ke arah gelang buatan dengan hiasan kupu kupu yang cantik."Selera nona sangatlah tinggi. Gelang ini memang yang terbaik. Harganya hanya 3 koin perak" Ujar wanita penjual.Stella baru ingat kalau dirinya tidak membawa uang seperak pun. Stella menatap Calvin yang berdiri disebelahnya. Pasti Calvin membawa uang untuk berjaga jaga.Calvin sangat paham dengan tatapan yang dilontarkan adiknya. Pasti saat ini dialah yang disuruh untuk membayar gelang yang diinginkan adiknya. Calvin memutar bola matanya malas, lalu mencoba mengambil uang dari kantong kecil miliknya."Nona, apakah nona menginginkannya?" Tiba tiba seorang pria berpakaian serba hitam datang dan berdiri disebelah Stella."Ya, saya menginginkannya. Ada apa? Apakah kamu juga menginginkan gelang ini?" Tanya Stella yang menatap pria tampan yang memakai pakaian serba hitam disebelahnya."Aku akan membayarnya untuk nona. Tadi harganya 3 koin perak kan? Ini uangnya" Ujar pria berpakaian serba hitam sambil memberikan 3 koin perak kepada wanita penjual.Dari gelagatnya sudah terlihat jelas bahwa pria berpakaian serba hitam disebelah Stella menyukai Anastasya. Enak sekali memiliki wajah yang cantik. Membeli barang saja tidak perlu membayar sendiri, cukup berdiri sambil melihat lihat barang tiba tiba sudah ada yang bersedia membayar. Andai kehidupan Stella dimasa depan seperti ini, mungkin dia tidak akan capek capek menjadi pencuri."Terimakasih atas kemurahan hati tuan. Tetapi tidak perlu, biar saya saja yang membayar" Ujar Calvin.Calvin mengambil uang milik pria berpakaian serba hitam yang masih berada ditangan wanita penjual. Lalu menukarnya dengan uang miliknya. Setelah itu Calvin mengembalikan uang itu kepada pria berpakaian serba hitam itu.Stella yang melihat tingkah laku Calvin merasa kagum. Apakah ini sikap seorang Kakak yang cemburu jika adiknya didekati oleh pria lain? Tingkah laku Calvin sangat manis."Apakah dia kekasih mu?" Ujar Pria berpakaian serba hitam itu kepada Calvin."Bukan, dia adikku. Jadi jangan coba coba untuk mendekatinya!" Ujar Calvin."Baiklah, aku minta maaf jika membuat kalian tidak nyaman" Pria berpakaian serba hitam segera pergi meninggalkan Stella dan Calvin.Stella merasa puas mendapatkan apa yang dia inginkan. Gelang cantik bermotif kupu kupu itu sudah berada dipergelangan tangan kiri Stella. Calvin yang melihat tingkah laku adiknya hanya bisa menggelengkan kepala."Kami permisi" Ujar Calvin kepada wanita penjual.Calvin membawa Stella menjauh dari pedagang gelang. Stella yang ditarik oleh Calvin masih terkagum kagum dengan gelang yang dia kenakan."Jangan pernah menerima barang dari orang lain!" Ujar Calvin kepada adiknya yang berjalan disebelahnya."Kenapa? Bukannya lebih baik seperti itu? Jadi aku tidak perlu mengeluarkan uang" Ujar Stella dengan santai."Kau mau dicap wanita murahan? Seorang wanita harus memiliki harga diri yang tinggi" Ujar Calvin."Baiklah baiklah" Ujar Stella.Mereka kembali menelusuri jalanan pasar. Calvin teringat sesuatu yang hampir dia lupakan yaitu titipan ibunya. Sebelum pergi kepasar nyonya Rose meminta Calvin membelikan sebuah sepatu bermotif bunga. Sehingga mereka harus mampir terlebih dahulu ke toko sepatu terbesar di pasar. Karena hanya disitulah tempat yang menjual sepatu sepatu berkualitas."Kak aku juga mau" Ujar Stella kepada Calvin yang sedang sibuk mencari cari sepatu."Semuanya saja kamu mau" Ujar Calvin."Dasar pelit, bagaimana bisa seorang kakak mengatakan itu kepada adiknya. Harusnya seorang kakak memprioritaskan kebahagiaan adiknya" Oceh Stella dengan panjang lebar."Diam atau kamu aku tukar dengan sepatu" Ujar Calvin.Stella bergidik ngeri mendengar perkataan Calvin. Sifat Calvin bisa berubah dengan cepat. Yang tadinya sangat manis dan sekarang berubah menjadi acuh tak acuh kepada adiknya.Stella merasa bosan menunggu Calvin yang sibuk memilih sepatu. Calvin memang laki laki, tetapi seleranya sangatlah bagus. Pantas saja nyonya Rose percaya jika menyuruh anak laki lakinya memberi sesuatu.Stella diam diam keluar dari toko tanpa sepengetahuan Calvin. Awalnya Stella hanya ingin menunggu didepan toko sambil melihat lihat keadaan diluar. Tetapi matanya tertuju kepada segerombolan pria yang sedang duduk disebuah warung kecil sambil berteriak teriak, hal itu membuat Stella tertarik untuk menghampiri mereka.Stella menghampiri gerombolan pria itu. Saat Stella mendekati mereka, ternyata mereka sedang bermain judi bersama. Pantas saja sangat gaduh dan berisik."Hei nona ada perlu apa?" Ujar salah satu dari mereka."Aku hanya ingin melihat" Ujar Stella."Seorang gadis tidak diterima disini. Lebih baik bantu ibumu masak saja sana" Ujar salah seorang pria sambil tertawa terbahak bahak."Hei jangan meremehkan seorang perempuan! Kalian pikir aku tidak mengerti?" Ujar Stella dengan nada yang tinggi.Para pria itu saling bertatapan lalu tertawa terbahak bahak bersama. Mereka berpikir bahwa Stella sudah kehilangan akal sehatnya sehingga berani berbicara seperti itu. Orang orang yang berada disekitar pun ikut menertawai Stella, sehingga membuat Stella merasa kesal."Baiklah nona, jika nona mengerti cobalah untuk ikut bermain" Ujar salah seorang pria."Aku tidak membawa uang. Tetapi aku akan ikut menebak bagaimana?" Ujar Stella."Baiklah kami setuju. Jika tebakan mu benar semua uang bisa kamu ambil tetapi jika kamu kalah dirimu lah yang akan kami ambil" Ujar pria itu dengan tawa yang menjijikan.Stella menatap semua pria itu dengan tatapan jijik. Ternyata bukan hanya gemar judi mereka juga gemar melecehkan wanita. Sangat malang nasib istri dan anak anak mereka. Pria tidak berguna seperti mereka harus diberikan pelajaran agar tidak berani merendahkan seorang wanita.Stella menatap permainan judi gerombolan pria itu. Ternyata benar tebakan Stella. Para pria itu berjudi dengan permainan bola kecil yang ditutup dengan gelas kecil. Diantara gelas yang berisi bola ada 2 gelas yang kosong, siapa yang bisa menebak dimana bola berada maka dia lah pemenangnya. Permainan seperti ini sudah menjadi keahlian Stella, karena saat di masa depan Stella sering bermain seperti ini dengan teman temannya."Baiklah permainan dimulai" ujar seorang bandar judi.Bandar menaruh bola di gelas tengah. Lalu memutarnya berkali kali. Mungkin jika melihat ke arah gelas mereka akan kebingungan dan susah untuk menebak. Tetapi Stella melihat ke arah lengan bandar yang dari awal memegang gelas berisi bola."Selesai, silahkan dipilih" Ujar bandar itu dengan senyuman liciknya."Kanan" Ujar Stella."Cepat buka sebelah kanan. Aku tidak sabar melihat dia menjadi milik kita" Ujar salah satu pria.Dan saat dibuka tebakan Stella benar. Bola memang berada di gelas sebelah kanan. Para pria menatap ke arah Stella dengan tatapan tak percaya, begitupun dengan orang orang sekitar yang ikut menyaksikan."Ini pasti hari keberuntungan mu gadis kecil, ayo kita coba lagi" Ujar Bandar.Stella mengangguk menyetujui permintaan bandar. Mereka mengulang permainan selama 3 kali dan 3 kali berturut turut pula Stella menang. Hal itu sontak membuat para pria kecewa dan merasa aneh dengan Stella."Ini semua jadi milikku" Ujar Stella sambil mengambil uang yang berada diatas meja."Tunggu kamu pasti seorang dukun kan?" Bandar itu menahan lengan Stella saat ingin mengambil uang."Hei peraturan adalah peraturan. Sesuai yang kalian ucapkan tadi maka semua ini adalah milikku" Ujar Stella."BERHENTI!!! PARA PENGAWAL KEAMANAN DATANG" teriak salah seorang pria.Pengawal istana datang untuk menggerebek tempat judi yang merugikan banyak warga. Para pria yang tadinya bermain bersama Stella sudah lari menghindari para pengawal, tetapi ada beberapa dari mereka yang tertangkap. Stella yang mengetahui kedatangan pengawal istana langsung merapikan uangnya, dia ingin lari tetapi sangat disayangkan jika meninggalkan uangnya begitu saja."Sial kenapa mereka harus datang " Ujar Stella yang akhirnya selesai merapikan uang hasil judinya. Stella hendak berlari menghindari para pengawal yang berjalan dibelakangnya.Stella mematung saat sebuah pedang tajam diarahkan ke lehernya dari belakang. Stella tidak bisa menoleh ataupun berteriak. Jantungnya pun hampir berhenti berdetak. Baru kali ini Stella melihat pedang sungguhan, apalagi pedang itu di arahkan ke leher mulus Stella. Saat ini Stella benar benar mengutuk dirinya yang sangat bodoh karena ikut bermain judi."Berhenti nona tukang judi!"Selesai membeli 2 pasang sepatu untuk nyonya Rose dan adiknya. Calvin pergi mencari Stella yang sudah tidak ada disekitar toko. Calvin sangat panik apalagi saat melihat banyak pengawal istana yang datang ke daerah pasar.Dari kejauhan Calvin melihat seorang pemimpin keamanan yang sedang mengarahkan pedangnya ke leher seorang wanita. Calvin menyipitkan matanya memastikan apakah wanita yang membelakangi pemimpin pengawal itu benar adiknya atau bukan. Dan ternyata benar.Calvin berlari secepat mungkin menghampiri Stella yang sedang dalam bahaya. Dengan cepat Calvin mengeluarkan pedang tajam miliknya, lalu mengarahkan pedangnya dari belakang ke leher pemimpin pengawal."Lepaskan adikku!" Ujar Calvin.Stella yang mendengar suara Calvin bernafas lega. Akhirnya dia tidak akan mati di dunia ini. Stella membalikan badannya secara perlahan, agar bisa melihat kakak dan pemimpin keamanan yang mengarahkan pedang ke lehernya."Kak tolong aku!" Ujar Stella.Pemimpin keamanan itu menurunkan pedangnya
Stella menggaruk keningnya yang tidak gatal. Matanya sibuk menghindari tatapan nyonya Rose yang sedang duduk dihadapannya. Apakah nyonya Rose bisa merasakan bahwa jiwa yang ada ditubuh putrinya bukan lah putrinya, melainkan seorang pencuri dari masa depan? Apakah insting seorang ibu sekuat itu?"Ibu... Apa yang ibu bicarakan?" Ujar Calvin."Ibu hanya bercanda" nyonya Rose mengusap lembut lengan Stella."Hahaha, tentu saja aku tau bu" Ujar Stella sambil tertawa hambar.Stella pamit untuk kembali ke kamar. Meninggalkan nyonya Rose dan Calvin yang masih sibuk berbincang. Jujur Stella sama sekali tidak mengerti apa yang mereka bicarakan.****Stella membuka pintu kamarnya. Badannya yang sejak tadi lemas akhirnya terjatuh begitu saja. Dia benar benar sangat terkejut saat nyonya Rose memberikan pertanyaan tidak terduga kepadanya."Stella apa kamu sudah gila?" Stella memukul kepalanya sendiri.Stella sangat menyesal ka
Stella terus mencari sumber suara yang berbicara aneh kepadanya. Suara itu terdengar asing dan membingungkan. Stella sama sekali tidak mengerti apa yang dibicarakan pria misterius itu."Siapa kamu? Dan kejutan apa yang kamu maksud?" Ujar Stella dengan lantang."Hahaha, kamu seharusnya mengerti apa yang aku bicarakan" Ujar Pria misterius itu dengan tawanya yang terdengar mengerikan."Setidaknya tunjukan wajahmu terlebih dahulu! Aku tidak ingin berbicara dengan orang yang tidak bisa menunjukkan wajahnya" Ujar Stella.Sebenarnya Stella sudah sangat takut bahkan keringat dingin mengalir di sekujur tubuhnya, tetapi dia terus mencoba untuk tenang. Tempat aneh dan pria aneh menjadi hal yang sangat membuat Stella penasaran. Sebenernya apa yang terjadi?"Sebenarnya kamu tidak bisa menyebutku dengan kata orang, karena aku bukan manusia Stella" Ujar Pria misterius itu.Kata kata pria itu sangat menakutkan, bahkan Stella tidak tau harus menj
"Apa maksudmu? Dan siapa sebenernya kamu?" Ujar Stella.Stella sangat terkejut dan juga penasaran kepada Lan. Siapa sebenarnya Lan? Kenapa dia memiliki hak untuk menukar jiwa seseorang? Lalu kenapa dia bisa memberikan kehidupan kedua untuk Stella dan Anastasya? Stella benar benar sangat bingung."Belum saat nya kamu tau siapa aku Stella. Sekarang kembalilah dan jalani kehidupanmu sebagai Anastasya" Ujar Lan.Lan kembali menjentikkan jarinya. Tiba tiba cahaya yang sangat terang menyinari mata Stella, sehingga Stella tidak bisa melihat apapun. Dalam 3 detik Stella sudah kembali ke kamar Anastasya. Dia segera merubah posisi menjadi duduk, lalu terdiam memikirkan ucapan Lan yang ada didalam mimpinya.Alma yang baru kembali setelah mandi terlihat bingung melihat Stella yang terlihat mematung. Bahkan Stella sampai tidak sadar dengan kedatangan Alma. Alma yang penasaran segera menghampiri Stella yang masih duduk diatas ranjang."Nona" Ujar Alma
Alma dibawa secara paksa oleh tiga putri bangsawan beserta budak mereka yang tidak Alma kenal. Alma tidak berani melawan dan membantah mereka, karena status Alma dan mereka sangatlah jauh. Alma hanya bisa menurut sambil berpikir kenapa mereka membawa dirinya pergi ke taman.Alma dibawa ke sebuah pohon besar. Ketiga putri bangsawan itu tidak berbicara apapun, mereka hanya menatap Alma dengan tatapan sinis. Sedangkan Alma hanya bisa diam dan menundukkan kepalanya."Pencuri ini sangat nekat datang ke pesta ulang tahun pangeran" Ujar Salah seorang dari putri bangsawan.Alma kaget mendengar salah satu dari mereka menuduhnya sebagai pencuri. Alma bahkan tidak pernah berani mengambil sebuah roti yang bukan miliknya. Bagaimana bisa mereka menuduh Alma sebagai seorang pencuri?"Apa maksudmu? Kenapa kalian menuduhku sebagai pencuri?" Ujar Alma. Dia memberanikan diri untuk menaikan kepalanya."Beraninya kamu bertanya?" Ujar salah seorang putri bangs
Stella dan Alma kembali ke meja mereka. Tuan Henry dan nyonya Rose sudah duduk terlebih dahulu sambil menunggu kedatangan Stella. Sedangkan Calvin baru saja sampai dengan wajah kesal karena ucapan pangeran Felix."Lain kali kamu harus menghindari mereka Anastasya" Ujar Nyonya Rose kepada Stella yang duduk berhadapan dengan nya."Aku tidak akan diam saja jika mereka yang memulai terlebih dahulu" Ujar Stella."Ini pertama kalinya kamu datang ke istana. Ayah tidak ingin kamu membuat keributan seperti itu" Ujar tuan Henry."Maafkan aku" Ujar Stella.Stella menyantap kue yang ada dihadapannya. Awalnya dia hanya ingin memakan kue untuk menghilangkan amarahnya, ternyata rasa kue itu sangat enak sampai Stella tidak bisa berhenti makan."Calvin"Seseorang memanggil Calvin. Refleks semua orang yang berada dimeja menoleh ke arah sumber suara, termasuk Stella. Dia adalah Akxel, pria yang pernah menaruh pedangnya di leher Stella. Aks
Nyonya Rose menggelengkan kepalanya ketika melihat Stella bertemu langsung dengan Aksel. Padahal nyonya Rose sudah memerintahkan Stella untuk segera pergi dan mandi, tetapi Stella tidak menuruti perkataan nyonya Rose.Nyonya Rose berdiri, lalu mendorong Stella pelan agar segera pergi dari situasi yang memalukan. Sedangkan Aksel hanya diam sambil mengarahkan pandangannya agar tidak melihat ke arah Stella.Stella berjalan cepat pergi ke kamar. Hari ini adalah hari paling memalukan bagi Stella. Stella memang tidak menyukai Aksel, begitupun dengan Aksel yang tidak tertarik kepada Stella, tetapi sudah sewajarnya seorang putri bangsawan terlihat rapih, cantik dan anggun dihadapan orang lain."Aish memalukan, kenapa harus bertemu disaat seperti ini?" Ujar Stella yang mulai berlari ke arah kamarnya.Stella memasuki kamar sambil terengah engah. Didalam sudah ada Alma yang sedang merapikan dress milik Stella. Alma yang melihat Stella hanya berdiri sambil me
Semua orang menoleh ke arah Calvin bersamaan. Aksel mengerti dengan sikap Calvin yang tidak suka jika Anastasya pergi ke istana untuk menemui pangeran Felix. Apalagi pangeran Felix mengundang Anastasya secara pribadi. Selain Calvin dan pangeran Felix, Aksel juga mengetahui alasan Calvin tidak menyukai pangeran Felix."Tidak" Ujar tuan Henry dengan tegas kepada Calvin.Tuan Henry menentang permintaan Calvin yang ingin ikut pergi ke istana, karena sudah jelashanya Anastasya yang diundang ke istana. Jadi tidak ada satu orangpun dari keluarga mereka yang boleh ikut."Ayah aku mohon, aku hanya ingin menemani Anastasya" Ujar Calvin kepada tuan Henry.Melihat tingkah laku Calvin yang keras kepala, Stella hanya beranggapan Calvin hanya khawatir dengan adiknya yang pergi ke istana tanpa ditemani keluarga. Apalagi adiknya ditemani oleh seorang pria. Bukankah wajar jika Calvin khawatir? Tetapi kenapa tuan Henry tidak mengizinkan Calvin? Stella bertanya
Stella memejamkan matanya. Tubuhnya terus terjun menuju kedasar jurang. Dia merasa sangat bersalah kepada Anastasya karena tidak bisa menjaga tubuh Anastasya dengan baik."Maaf, karena aku telah egois" Lirih Stella.Seseorang menarik lengan Stella untuk masuk kedalam pelukannya. Dia memeluk Stella sangat erat. Stella cukup terkejut, dia mencoba memberanikan diri membuka matanya."Aksel" Ujar Stella.Aksel menatap Stella dengan tatapan cemas. Aksel sangat bersyukur ternyata dia belum terlambat untuk menyelamatkan Stella.Untuk sesaat Stella terlarut dalam pikirannya. Dia tidak bisa berhenti menatap Aksel. Sampai dia tidak sadar Aksel membawanya terbang menuju keatas jurang."Apa kau terluka?" Ujar Aksel yang berdiri dihadapan Stella."Aksel..." Ujar Stella yang masih sangat terkejut."Kenapa kenapa? Apa kau terluka?" Ujar Aksel panik.Stella menatap Aksel, meletakan kedua telapak tangannya di pipi Aksel,
Stella menyenderkan kepalanya ke pinggiran kereta kuda. Dia merasa badannya sangat letih, padahal saat di istana dia tidak melakukan apa apa.Tidak hanya lelah, rasa kantuk juga menyerang Stella. Perlahan Stella mulai memejamkan matanya dan tertidur dengan posisi menyandar ke pinggir kereta.Sedangkan Aksel masih setia dengan posisi duduk yang tegak sambil mengarahkan kepalanya ke jendela sebelah kanan untuk melihat suasana hutan yang sejuk di pagi hari.Aksel mengarahkan pandangannya ke arah Stella yang sudah tertidur pulas. Aksel sedikit tersenyum melihat Stella yang sudah tertidur, padahal langit sudah sangat cerah. Dia jadi teringat saat melihat wajah Stella saat baru bangun tidur, sebenarnya Aksel ingin sekali tertawa saat itu."BERHENTI KALIAN!" Sekelompok pria berbaju hitam menghalangi kereta kuda Aksel dan Stella. Badan Stella hampir saja terhuyung ke depan karena kereta yang berhenti mendadak, tetapi untungnya dengan cepat Aksel
Stella sudah menebak bahwa mereka akan terkejut dengan ucapan Stella. Stella tidak berbohong soal dirinya yang bisa memainkan piano.Dulu sebelum Stella kehilangan orang tuanya, Stella ikut les musik karena ayahnya seorang pianis. Stella jadi tertarik dengan piano karena ayahnya."Kamu tau akibatnya jika membohongi kami" Ujar pangeran Aarav."Aku tidak berani berbohong kepada pangeran. Aku bahkan siap membuktikannya" Ujar Stella dengan percaya diri.Karena rasa penasaran, akhirnya para pangeran membawa Stella keruangan alat musik. Pangeran Aarav ingin membuktikan apa yang dibicarakan oleh Stella.Stella sangat takjub melihat ruangan musik. Banyak sekali musik musik antik disini. Stella bisa melihat sebuah piano yang berdiri dengan kokoh disalah satu alat musik."Kamu bisa berbicara jujur sekarang Anastasya, jangan memaksakan diri" Ujar pangeran Felix.Pangeran Felix takut Stella akan berbohong dan malu nantinya. Pangeran
Stella sangat terkejut saat mendengar ucapan pangeran Felix. Stella sama sekali tidak berpikir bahwa pangeran Felix akan melamarnya."Apa? Melamar? Apa maksudmu?" Ujar Stella dengan wajah yang terkejut sekaligus bingung."Aku menyukai mu, jadi aku mau melamar mu Anastasya" Pangeran Felix mengambil kotak cincin yang ada didalam sakunya "Apakah kamu mau menikah denganku?" Ujar pangeran Felix sambil membuka kotak cincin lalu menaruhnya diatas meja.Cincin yang diberikan pangeran Felix sangat indah. Cincin itu terbuat dari emas dengan hiasan sebuah permata yang lumayan besar."Tetapi kamu baru bertemu denganku dua kali, kenapa langsung melamar ku?" Ujar Stella."Karena aku percaya kamu bisa menjadi ratu yang baik. Banyak wanita diluar sana yang ingin menjadi ratu, tetapi mereka tidak memiliki sikap yang pantas menjadi seorang ratu. Aku ingin memiliki ratu yang rendah hati dan peduli kepada rakyatku nanti, bukan ratu yang hanya haus dengan harta" Ujar pangeran Felix.Stella terdiam kaku kar
"Kamu tidak dengar? Aku bilang berikan dia uang" Ujar Stella.Aksel menatap Malio yang berdiri dihadapannya. Sebenarnya Aksel merasa kasihan dengan Malio yang hidup dengan adiknya tanpa orang tua.Dia merasa bahwa kehidupannya tak terlalu buruk setelah melihat Malio. Dia memang tidak mempunyai orang tua tetapi ada pamannya yang mau merawatnya dengan penuh kasih sayang.Aksel memberikan sekantong keping emas kepada Malio "Ambilah! Belilah makanan enak untuk adikmu!" Ujar Aksel.Malio mengintip isi kantong yang diberikan Aksel. Dia sangat terkejut melihat kepingan emas yang sangat banyak menurutnya. Malio belum pernah melihat uang sebanyak ini."Terimakasih atas kebaikan tuan dan nona" Ujar Malio yang merasa terharu."Masukan lah kedalam kantong celanamu! Jangan sampai uangmu dicuri" Ujar Stella.Malio mengangguk, lalu segera memasukan kantong yang diberikan Aksel kedalam kantong celananya. Dia harus berhati hati saat memb
"Kenapa? Kau berpikir aku yang akan membawa keretanya?" Ujar Aksel dengan santai.Stella mengepalkan tangannya kuat. Jika tau akan duduk berdua dengan Aksel, Stella pasti membujuk ayahnya mati matian agar mengizinkan Calvin ikut.Stella menarik nafasnya pelan. Dia mencoba untuk tetap tenang, lalu duduk disebelah Aksel."Jalan!" Ujar Aksel kepada supir kereta.Kereta kuda berjalan dengan kecepatan normal. Stella dan Aksel saling diam dan tidak memulai percakapan apapun didalam kereta.Tebakan Aksel sangat tepat. Suasana terasa sangat canggung sekarang. Mereka saling buang muka, Stella mengarahkan pandangannya ke kanan sementara Aksel ke kiri.Mereka melewati pasar, Stella mengintip dari jendela menyaksikan pemandangan pasar. Dia jadi ingat waktu pertama kali bertemu dengan Aksel. Awal pertemuan mereka memang tidak bagus.Stella melihat warga pasar yang berkerumun. Matanya tertuju pada bocah laki laki yang sedang dipukuli
Semua orang menoleh ke arah Calvin bersamaan. Aksel mengerti dengan sikap Calvin yang tidak suka jika Anastasya pergi ke istana untuk menemui pangeran Felix. Apalagi pangeran Felix mengundang Anastasya secara pribadi. Selain Calvin dan pangeran Felix, Aksel juga mengetahui alasan Calvin tidak menyukai pangeran Felix."Tidak" Ujar tuan Henry dengan tegas kepada Calvin.Tuan Henry menentang permintaan Calvin yang ingin ikut pergi ke istana, karena sudah jelashanya Anastasya yang diundang ke istana. Jadi tidak ada satu orangpun dari keluarga mereka yang boleh ikut."Ayah aku mohon, aku hanya ingin menemani Anastasya" Ujar Calvin kepada tuan Henry.Melihat tingkah laku Calvin yang keras kepala, Stella hanya beranggapan Calvin hanya khawatir dengan adiknya yang pergi ke istana tanpa ditemani keluarga. Apalagi adiknya ditemani oleh seorang pria. Bukankah wajar jika Calvin khawatir? Tetapi kenapa tuan Henry tidak mengizinkan Calvin? Stella bertanya
Nyonya Rose menggelengkan kepalanya ketika melihat Stella bertemu langsung dengan Aksel. Padahal nyonya Rose sudah memerintahkan Stella untuk segera pergi dan mandi, tetapi Stella tidak menuruti perkataan nyonya Rose.Nyonya Rose berdiri, lalu mendorong Stella pelan agar segera pergi dari situasi yang memalukan. Sedangkan Aksel hanya diam sambil mengarahkan pandangannya agar tidak melihat ke arah Stella.Stella berjalan cepat pergi ke kamar. Hari ini adalah hari paling memalukan bagi Stella. Stella memang tidak menyukai Aksel, begitupun dengan Aksel yang tidak tertarik kepada Stella, tetapi sudah sewajarnya seorang putri bangsawan terlihat rapih, cantik dan anggun dihadapan orang lain."Aish memalukan, kenapa harus bertemu disaat seperti ini?" Ujar Stella yang mulai berlari ke arah kamarnya.Stella memasuki kamar sambil terengah engah. Didalam sudah ada Alma yang sedang merapikan dress milik Stella. Alma yang melihat Stella hanya berdiri sambil me
Stella dan Alma kembali ke meja mereka. Tuan Henry dan nyonya Rose sudah duduk terlebih dahulu sambil menunggu kedatangan Stella. Sedangkan Calvin baru saja sampai dengan wajah kesal karena ucapan pangeran Felix."Lain kali kamu harus menghindari mereka Anastasya" Ujar Nyonya Rose kepada Stella yang duduk berhadapan dengan nya."Aku tidak akan diam saja jika mereka yang memulai terlebih dahulu" Ujar Stella."Ini pertama kalinya kamu datang ke istana. Ayah tidak ingin kamu membuat keributan seperti itu" Ujar tuan Henry."Maafkan aku" Ujar Stella.Stella menyantap kue yang ada dihadapannya. Awalnya dia hanya ingin memakan kue untuk menghilangkan amarahnya, ternyata rasa kue itu sangat enak sampai Stella tidak bisa berhenti makan."Calvin"Seseorang memanggil Calvin. Refleks semua orang yang berada dimeja menoleh ke arah sumber suara, termasuk Stella. Dia adalah Akxel, pria yang pernah menaruh pedangnya di leher Stella. Aks