"Kenapa diam saja? Baiklah aku akan menusukmu dengan tanganku sendiri." ucap Jack mengangkat belati itu tepat di atas Kimberley yang berbaring. Kimberley memejamkan mata dan menelan salivanya berkali-kali. Belati itu meluncur, tetapi tidak mengenai Kimberley, itu meluncur jatuh ke kasur. Deg! Kimberley membuka matanya pelan. Ternyata belati itu malah meluncur tepat di sampingnya, mendarat dan menusuk kasur. "Kau pikir aku akan membunuhmu? Kalau aku membunuhmu siapa yang akan memuaskan nafsuku?" "Sekarang lebih baik kau katakan padaku, jangan sampai kau membuatku lebih marah lagi!" Pria itu mendekatkan wajahnya pada Kimberley dan berkata, "Kenapa kau membohongiku, kau meninggalkanku dan tiba-tiba kau di Perancis, apa tujuanmu? Katakan yang sejujurnya!" Kimberley mulai buka suara! Dia menjelaskan pelan-pelan meskipun dia bingung di dalam pikirannya, apa yang akan dia jelaskan? "Aku hanya ingin melihat keadaan kedua orang tuaku, dan mengunjungi sahabatku, maafkan ak
Kimberley heran melihat Jack yang kadang bersikap manis kadang bersikap tak peduli seperti yang baru saja terjadi, Kimberley merasa sedikit lega tapi dia tidak mau berharap, dia hanya menjalani hari seperti biasa tetap mendekam di mansion ini. Pelukan itu terasa erat Kimberley, sebenarnya Jack memiliki hati yang lembut, dia berpikir Jack bersikap kasar padanya, karena dia sudah membohonginya, Jack melakukan itu karena dia tidak ingin kehilangan untuk yang kedua kalinya. Jantung Jack berdebar, ini aneh rasanya seperti mau copot. 'Aku sangat merindukan Kimberley, merindukan pelukan ini dan aroma khasnya vanilla.'Jack bergumam dalam hati. kalau bumi ini dibelah jadi dua, lalu Jack dan Kimberley harus Berpisah, Jack pasti akan menggabungkan bumi ini menjadi satu, cukup jiwa saja yang terbelah di dua raga. "Jack aku lapar," ucapan Kimberly membuyarkan lamunan Jack. "Oh ya biar kuambilkan" Jack mulai menyuapi Kimberley. Kimberly tertegun, dia merasa hari ini Jack Lebih lembu
hampir saja, batin Ros mau menenangkan menghela nafas karena melamun masakan Rose hampir gosong. hahaha, ini semua gara-gara pria gila itu, mungkin dia hanya terobsesi padaku, aku jangan tertipu rayuan pria,mungkin saja wanitanya ada di mana-mana. Ros mulai menghabiskan makanannya sambil menonton drama Korea Beranjak Pergi tidur, tiba-tiba ponsel berbunyi [PESAN RICO] [Rose, apa kau sudah tidur?] [Belum Tuan.] [Sedang apa di sana?] [Ini mau tidur.] [Oh ya, selamat tidur.] Ros semakin merasa heran apa mau pria ini? hahaha sudahlah aku pusing memikirkan pria ini, batin Rose--pergi tidur. di sisi lain Riko masih belum bisa tidur, setelah membaca pesan Rose dia malah semakin memikirkan, Riko memandangi foto yang pernah Rose kirim foto ke cermin dengan baju yang dibelikannya kau memang sangat cantik Ros, apa aku mencintaimu Aku tidak tahu aku tidak bisa melepasmu dari pikiranku Riko senyum-senyum sendiri seperti orang gila tangan nya mulai mengetik, kenapa a
"Iya!" Jack mulai meminum obatnya. Jack terdiam memandang Kimberley. 'Kimberley, dunia semakin rumit, itu lebih rumit lagi jika tidak ada dirimu.' Jack bergumam dalam hati. "Oke, setelah ini kita beristirahat ya." ucap Kimberley mulai menonton drama. Jack masih tidak melepas pandangannya dari Kimberley. Di sisi lain Rico berangkat menuju kantor, sementara menyelesaikan tugas dari Jack dan makan siang bersama Rose, semakin hari Rico semakin akrab dengan Rose, mungkin benih cinta itu perlahan mulai tumbuh. Rico bingung, dia berteriak di dalam pikirannya. Kenapa Rose selalu ada di dalam pikirannya? 'Culik aku Rose, ajak aku berpetualang ke mana pun kau pergi, libatkan aku.' batin Rico sambil memandang foto Rose di ponselnya. "Permisi Pak!" Sekretaris pri masuk ruangan. "Masuk!" "Ini berkas yang perlu ditandatangani Pak." Rico langsung menandatangani berkas dan menyelesaikan semua pekerjaan. "Tolong, kau panggil Rose ke sini ya." titah Rico pada Sekretaris. "Ba
"Rico sudah pulang?" tanya Jack melihat keberadaan Rico duduk di sofa panjang. "Iya, tadi dia menemaniku." 'Kenapa dia senyum-senyum seperti itu' batin Jack heran dengan tingkah Rico. "Kenapa dia senyum-senyum seperti itu." tanya Jack. "Mungkin dia asik bercanda dengan seseorang, mungkin kekasihnya." jawab Kimberley. Kadang firasat wanita itu tajam. "Rico!" Panggil Jack Rico langsung menoleh dan berkata, "Ada apa memanggilku? Pekerjaan sudah selesai, semuanya aman." meletakkan ponsel. "Bagus!" Jack tidak melanjutkan pembicaraan. Jack masih mengunyah makanan dari tangan Kimberley. "Kemarin saja kau seperti iblis sekarang kau bersikap manja." ucap Rico. "Diam kau!" jawab Jack kesal. "Sekarang kau tak berdaya seperti ini, lihatlah Kimberley! Orang yang kemarin menghukummu." Rico terkekeh--tertawa semakin keras. "HAHAHA!" Kimberley hanya tertawa kecil melihat tingkah lucu mereka. "Sudahlah Rico jangan menertawakan orang sakit." "Nanti kalau kau sakit, siap
Suara keras itu adalah suara gemuruh petir yang menyambar, mendengar itu Kimberley sontak ketakutan memeluk erat, Jack terdiam merasa senang. Kenapa Jack senang? Ini bukan perihal mencari kesempatan di dalam kesempitan, itu sudah Jack dapatkan setiap hari. Jack merasa keberadaannya dibutuhkan, membalas pelukan itu, berusaha menenangkan Kimberley dalam dekapannya. "Tenang saja." ucap Jack sambil terus memeluk dan mengelus kepala Kimberley. Kimberly merasakan itu seperti dunianya akan jatuh ke tangan Jack, dia merasa Jack bersikap manis dan lembut seperti ini dibanding hari kemarin dia bersikap kasar seperti tak memilik hati. Jack juga punya hati! Kimberley mematung, ini benar-benar membuatku mencair. Kimberley tersenyum menyudahi pelukan itu. "Maaf Pak, aku hanya terkejut dengan suara petir tadi." "Tidak apa, wajar jika kau takut, tadi suaranya memang terdengar keras." Mereka malah menjadi hening. "Hey, kalian sudah berduaan saja di sini, ini masih pagi." "Semau
"Hai Rose..." sapa Kimberley di depan ponsel. "Oh, hai Nyonya, apa kabar?" Rose melambaikan tangan. "Aku baik, bagaimana kabarmu?"Mereka saling tersenyum! "Aku juga baik, Nyonya..." "Oh rupanya kau menelpon Rose, kau dekat dengan Rose?" tanya Jack mengintip ponsel Rico. Rico terdiam, tak bisa berkata-kata hanya senyum dan garuk-garuk kepala. "Hanya saja, aku tidak punya ide makanya aku menelpon Rose untuk menemaniku berenang." Karena malu, Rico mengutuskan untuk menyudahi berenang dan pergi mandi. "Ah, kalian memang pengganggu, aku selesai saja ingin beristirahat." Rico mengerutkan dahi. Diraihnya ponsel dan segera pergi dari kolam. "Oh melanjutkan menelpon, terus sambil..." "Tidak ada! Diam!" Rico memotong pembicaraan, berlalu pergi. Kini tersisa Jack dan Kimberley di kolam. "Kurasa Rico menyukai Rose." ucap Kimberley memandang Rico yang berlalu pergi. Jack ragu menoleh ke arah Kimberley. "Dari awal mengenal, mereka lengket seperti itu bahkan Rico samp
Menoleh, menunduk ke arah ponsel yang ada di samping bantal. Aaaa! Mereka saling berteriak. Rose tak sengaja melihat alat vital Rico, karena setelah mandi Rico lupa mengenakan handuk, Rico juga tak menyadarinya itu langsung terkejut malu. Rico segera mengenakan pakaian! "Astaga! Maafkan aku Rose." Rose menutup mata dibalik ponsel. 'Astaga bodoh sekali! Aku lupa memakai handuk, apa Rose sudah melihatnya? Sudahlah lupakan.' batin Rico "Maafkan aku Rose." ucap Rico di balik ponsel. "Iya Tuan!" jawab Rose sedikit canggung. "Ya sudah Rose, kau lanjutkan kesibukanmu, nanti jika ada waktu aku telepon lagi ya." Rico berlalu pergi menuju meja makan, dia makan sendirian dan melihat kondisi dapur sepi. 'Ke mana mereka? Kenapa di sini sepi sekali?' Rico bertanya-tanya dalam hati. Rico menyelesaikan makan dan segera kembali ke kamar. "Eh kalian melihat Jack dan Kimberley tidak?" "Tuan Jack dan Nyonya Kimberley di kamarnya Tuan." jawab Maid. 'Sedang apa mereka?' ba