"Aku harus menunjukkanmu ini, lihatlah belati ini sangat tajam, kau ingin mencobanya? oh, maksudku kau ingin menyentuhnya? jangan, nanti tanganmu terluka." Kimberley tertegun, menelan salivanya berkali-kali. "Atau kita coba saja, apa ini masih tajam?" Jack mendekatkan belati. "Pak! maafkan aku, tolong jangan lakukan itu, aku masih ingin hidup!" ucap Kimberley memohon. Jack menghampiri, menarik baju Kimberly dan merobek ujung kain itu dengan belati. "Siapa yang ingin membunuhmu? aku hanya ingin mencoba belati ini ternyata masih tajam, bisa aku gunakan untuk menusuk orang." "Siapa?" "Mungkin pria yang berani mendekatimu dan menyentuhmu." Jack berbisik. Memeriksa belati, pria itu tertawa puas. "Hahaha! Kimberley oh Kimberley, kau selalu saja berpikiran buruk padaku." Kimberley menelan salivanya berkali-kali. "Kau kejam!" "Ya! memang aku kejam!" ucap Jack terkesan arogan. Kimberley beralih menatap Jack. "Jangan menatapku seperti itu kau bisa membuatku nafsu."
"Tidak, Pak, kumohon." Kimberley geleng-geleng. Jack tersenyum menyeringai mendekati gadisnya. Kimberley benar-benar tidak ingin melakukan hal menjijikan itu. Jack langsung membuka paksa kaki Kimberley, dan terbuka lebar memperlihatkan lubang kenikmatan. Aaaa! Jack asik bermain di sana. Kimberley merasakan kegelian yang membuatnya tak bisa berpikir jernih. Kimberley hanya pasrah menuruti keinginan Jack, dia merasa sangat malu tapi dia juga menikmatinya. "Nikmati saja sayang!" Jack menambah kecepatan alat Alat itu bergetar semakin kencang. Kimberley bergemetar tak karuan! "Hentikan Pak!" pinta Kimberley kuwalahan. Kimberley menahan agar suaranya tidak keluar, dia berusaha tidak menikmati itu Jack terlihat seperti pria breng--sek. "Kenapa kau diam saja? Ayo nikmati!" ucap Jack menikmati ekspresi Kimberley. "Tolong hentikan Pak!" wajah Kimberley memerah. "Tidak! Aku tidak akan berhenti sampai aku puas!" Jack tersenyum minim. Kimberley tidak bisa berbuat
"Kenapa diam saja? Baiklah aku akan menusukmu dengan tanganku sendiri." ucap Jack mengangkat belati itu tepat di atas Kimberley yang berbaring. Kimberley memejamkan mata dan menelan salivanya berkali-kali. Belati itu meluncur, tetapi tidak mengenai Kimberley, itu meluncur jatuh ke kasur. Deg! Kimberley membuka matanya pelan. Ternyata belati itu malah meluncur tepat di sampingnya, mendarat dan menusuk kasur. "Kau pikir aku akan membunuhmu? Kalau aku membunuhmu siapa yang akan memuaskan nafsuku?" "Sekarang lebih baik kau katakan padaku, jangan sampai kau membuatku lebih marah lagi!" Pria itu mendekatkan wajahnya pada Kimberley dan berkata, "Kenapa kau membohongiku, kau meninggalkanku dan tiba-tiba kau di Perancis, apa tujuanmu? Katakan yang sejujurnya!" Kimberley mulai buka suara! Dia menjelaskan pelan-pelan meskipun dia bingung di dalam pikirannya, apa yang akan dia jelaskan? "Aku hanya ingin melihat keadaan kedua orang tuaku, dan mengunjungi sahabatku, maafkan ak
Kimberley heran melihat Jack yang kadang bersikap manis kadang bersikap tak peduli seperti yang baru saja terjadi, Kimberley merasa sedikit lega tapi dia tidak mau berharap, dia hanya menjalani hari seperti biasa tetap mendekam di mansion ini. Pelukan itu terasa erat Kimberley, sebenarnya Jack memiliki hati yang lembut, dia berpikir Jack bersikap kasar padanya, karena dia sudah membohonginya, Jack melakukan itu karena dia tidak ingin kehilangan untuk yang kedua kalinya. Jantung Jack berdebar, ini aneh rasanya seperti mau copot. 'Aku sangat merindukan Kimberley, merindukan pelukan ini dan aroma khasnya vanilla.'Jack bergumam dalam hati. kalau bumi ini dibelah jadi dua, lalu Jack dan Kimberley harus Berpisah, Jack pasti akan menggabungkan bumi ini menjadi satu, cukup jiwa saja yang terbelah di dua raga. "Jack aku lapar," ucapan Kimberly membuyarkan lamunan Jack. "Oh ya biar kuambilkan" Jack mulai menyuapi Kimberley. Kimberly tertegun, dia merasa hari ini Jack Lebih lembu
hampir saja, batin Ros mau menenangkan menghela nafas karena melamun masakan Rose hampir gosong. hahaha, ini semua gara-gara pria gila itu, mungkin dia hanya terobsesi padaku, aku jangan tertipu rayuan pria,mungkin saja wanitanya ada di mana-mana. Ros mulai menghabiskan makanannya sambil menonton drama Korea Beranjak Pergi tidur, tiba-tiba ponsel berbunyi [PESAN RICO] [Rose, apa kau sudah tidur?] [Belum Tuan.] [Sedang apa di sana?] [Ini mau tidur.] [Oh ya, selamat tidur.] Ros semakin merasa heran apa mau pria ini? hahaha sudahlah aku pusing memikirkan pria ini, batin Rose--pergi tidur. di sisi lain Riko masih belum bisa tidur, setelah membaca pesan Rose dia malah semakin memikirkan, Riko memandangi foto yang pernah Rose kirim foto ke cermin dengan baju yang dibelikannya kau memang sangat cantik Ros, apa aku mencintaimu Aku tidak tahu aku tidak bisa melepasmu dari pikiranku Riko senyum-senyum sendiri seperti orang gila tangan nya mulai mengetik, kenapa a
"Iya!" Jack mulai meminum obatnya. Jack terdiam memandang Kimberley. 'Kimberley, dunia semakin rumit, itu lebih rumit lagi jika tidak ada dirimu.' Jack bergumam dalam hati. "Oke, setelah ini kita beristirahat ya." ucap Kimberley mulai menonton drama. Jack masih tidak melepas pandangannya dari Kimberley. Di sisi lain Rico berangkat menuju kantor, sementara menyelesaikan tugas dari Jack dan makan siang bersama Rose, semakin hari Rico semakin akrab dengan Rose, mungkin benih cinta itu perlahan mulai tumbuh. Rico bingung, dia berteriak di dalam pikirannya. Kenapa Rose selalu ada di dalam pikirannya? 'Culik aku Rose, ajak aku berpetualang ke mana pun kau pergi, libatkan aku.' batin Rico sambil memandang foto Rose di ponselnya. "Permisi Pak!" Sekretaris pri masuk ruangan. "Masuk!" "Ini berkas yang perlu ditandatangani Pak." Rico langsung menandatangani berkas dan menyelesaikan semua pekerjaan. "Tolong, kau panggil Rose ke sini ya." titah Rico pada Sekretaris. "Ba
"Rico sudah pulang?" tanya Jack melihat keberadaan Rico duduk di sofa panjang. "Iya, tadi dia menemaniku." 'Kenapa dia senyum-senyum seperti itu' batin Jack heran dengan tingkah Rico. "Kenapa dia senyum-senyum seperti itu." tanya Jack. "Mungkin dia asik bercanda dengan seseorang, mungkin kekasihnya." jawab Kimberley. Kadang firasat wanita itu tajam. "Rico!" Panggil Jack Rico langsung menoleh dan berkata, "Ada apa memanggilku? Pekerjaan sudah selesai, semuanya aman." meletakkan ponsel. "Bagus!" Jack tidak melanjutkan pembicaraan. Jack masih mengunyah makanan dari tangan Kimberley. "Kemarin saja kau seperti iblis sekarang kau bersikap manja." ucap Rico. "Diam kau!" jawab Jack kesal. "Sekarang kau tak berdaya seperti ini, lihatlah Kimberley! Orang yang kemarin menghukummu." Rico terkekeh--tertawa semakin keras. "HAHAHA!" Kimberley hanya tertawa kecil melihat tingkah lucu mereka. "Sudahlah Rico jangan menertawakan orang sakit." "Nanti kalau kau sakit, siap
Suara keras itu adalah suara gemuruh petir yang menyambar, mendengar itu Kimberley sontak ketakutan memeluk erat, Jack terdiam merasa senang. Kenapa Jack senang? Ini bukan perihal mencari kesempatan di dalam kesempitan, itu sudah Jack dapatkan setiap hari. Jack merasa keberadaannya dibutuhkan, membalas pelukan itu, berusaha menenangkan Kimberley dalam dekapannya. "Tenang saja." ucap Jack sambil terus memeluk dan mengelus kepala Kimberley. Kimberly merasakan itu seperti dunianya akan jatuh ke tangan Jack, dia merasa Jack bersikap manis dan lembut seperti ini dibanding hari kemarin dia bersikap kasar seperti tak memilik hati. Jack juga punya hati! Kimberley mematung, ini benar-benar membuatku mencair. Kimberley tersenyum menyudahi pelukan itu. "Maaf Pak, aku hanya terkejut dengan suara petir tadi." "Tidak apa, wajar jika kau takut, tadi suaranya memang terdengar keras." Mereka malah menjadi hening. "Hey, kalian sudah berduaan saja di sini, ini masih pagi." "Semau
Dengan lihai jilatan atas ke bawah sembari menghisap membuat birahi Kimberley semakin meningkat hingga Jack mencoba memasukkan jarinya ke dalam lubang kenikmatan milik Kimberley. "Sayang? Kau lihat ini berapa jari?" tanya Jack--mengangkat tangan. "S--satu, mmhh..." "Oke, kalau begitu aku tambah satu lagi." "Agh!" Jari tengah masuk ke dalam lubang itu, bergerak seperti keputusan saat pertama Kimberley memilih berkomitmen dengan pria di hadapannya itu, maju mundur seirama dan semakin cepat, usaha Kimberley mencoba menahan diri untuk melenguh terlalu keras, membuat mata kuning Jack tak cukup melihat istrinya menahan lenguhan dari sensasi jari-jari Jack yang mengerjai milik Kimberley, "Panggil Namaku Sayang! Aku rindu kau memanggil namaku." Bisikan Jack menambah gejolak birahi Kimberley semakin meningkat dan daerah sensitif di sana sudah basah tak karuan. "Ahhh, Jack!" "Bagus! Teruskan sayang..." Semakin tak karuan ingin membenamkan milik Jack ke dalam milik Kimberley. "Kenapa
Kimberley masih diam tak berkata apapun sembari menggelengkan kepala. Jack menarik nafas panjang dan membisik, "Pasti kau sudah menungguku?" ucapnya. Kimberley masih belum bicara, dia hanya mematung setelah mendengar ucapan suaminya, dia pasrah jika Jack menidurinya malam itu. Jack tersenyum kemudian beralih duduk di sofa, "Bisakah aku meniduri malam ini?" tanyanya. "Aku tidak tahu." singkat Kimberley. "Aku tidak tahu? Berarti jawabannya iya." ucap Jack. Kimberley membelalak sembari menoleh ke arah suaminya. "Kita sudah lama tidak melakukan hal itu aku ingin bermain denganmu." ucap Jack. "Sebaiknya kita makan dulu." ucap Kimberley. Ibu hamil itu bangkit keluar kamar menuju ruang makan, di susul Jack di belakangnya, mereka pergi makan malam bersama, di sana Rico dan Rose sudah selesai makan dan akan beristirahat. "Hei kalian baru turun, kalian kenapa?" tanya Rico. Saat Kimberley hendak menjawab, Jack memotong pembicaraan itu. "Kimberley tadi mual, dia ingin muntah, jadi di
Setelah berkali-kali memanggil akhirnya Jack menoleh terkejut dengan keberadaan kru pesawat, Jack memang terlalu fokus dengan istrinya sampai tidak mendengar apapun di sekitar. "Oh, astaga!" "Maaf mengejutkan Bapak Jack, silakan waktunya makan malam Pak." ucap kru pesawat. "Oke, di sini saja." "Baik Pak." Setelah beberapa saat menunggu akhirnya kru datang dengan beberapa makanan, "Silakan Pak, ada yang bisa kami bantu atau mungkin meminta sesuatu?" "Buatkan susu hangat saja." "Baik Pak." Kemudian perlahan Jack membangunkan istrinya. "Sayang, ayo makan sebentar." Jack menepuk pelan pundak Kimberley dan menciumnya, perlahan Kimberley membuka mata, "Kita sudah sampai?" "Belum sayang, ayo makan dulu." Belum lama bicara tiba-tiba Rico datang menyapa mereka, "Hei kalian tidak ada suaranya kalian tidur?" "Iya Kimberley tadi tidur." "Rupanya kalian makan di sini? Baiklah aku makan bersama Rose saja." Kemudian Rico kembali untuk makan bersama Rose, melihat ke arah
"Mama serius, ikutlah pulang bersama suamimu." Masih dalam pelukan Ibu Lucy, "Maafkan aku Ma..." ucapnya. "Tidak masalah, yang penting sering menghubungi Mama ya." Kimberley mengangguk, "Iya Ma." Ibu Lucy menoleh ke arah Jack, "Tolong jaga Kimberley ya, Nak." ucapnya. "Iya Bu Lucy, saya akan selalu menjaga dan merawat putri ibu dengan baik dan juga calon anak di perutnya." ucap Jack--mengelus perut Kimberley. "Tolong jaga Mama ya Bi, kalau terjadi apapun kabari Kimberley." "Iya, siap Non." "Lain waktu Kimberley mengunjungi Mama lebih lama ya." ucap Kimberley. "Iya putriku sayang." "Oh, tunggu sebentar." ucap Bu Lucy--mengambil barang. Ibu Lucy mengambil perhiasan gelang kesayangannya untuk di berikan pada Kimberley. "Ini gelang kesayangan Mama sejak kecil, pakailah." ucap Ibu Lucy--menyerahkan. "Sungguh?" "Iya putriku sayang." "Baik Ma, aku akan menyimpan ini dengan baik." Mereka berempat berpamitan dan pergi meninggalkan kediaman Ibu Lucy. "Hati-hat
Mereka berempat memasuki kediaman Ibu Lucy yang tak lain dia adalah Ibunya Kimberley, duduk di sofa panjang dalam ruang tamu mewah berdesain klasik, sementara asisten rumah tangga sibuk membuatkan teh suguhan dan sarapan untuk mereka. "Bi, buatkan teh hangat ya." titah Bu Lucy. "Baik Bu." Bu Lucy menoleh, "Lalu siapa mereka, Nak?" Saat Kimberley hendak menjawab, ucapannya didahului oleh suaminya. Jack buka suara, "Perkenalkan nama saya Jack William, kemudian ini Rico asisten saya, dan disamping istrinya." ucapnya berjabat tangan. "Rose, dia istri tercintaku!" sahut Rico. Rose berbisik, "Jangan membuatku malu!" Bu Lucy menjabat tangan Jack, "Saya Bu Lucy, Ibunya Kimberley." ucapnya tersenyum. Jack tersenyum, "Saya suaminya Kimberley, saya menikahi putri Ibu sudah beberapa bulan yang lalu, maaf kami tidak memberitahu Ibu Lucy sebelumnya." Sontak jawaban pria itu membuat Ibu Lucy terkejut tak percaya bahwa putrinya sudah menikah. Ibu Lucy langsung menoleh ke arah Kim
Menatap lekat sembari merangkul istrinya, "Tentu saja, aku selalu mencintaimu sama seperti saat pertama menculikmu." "Waktu kau menculikku, kau jatuh cinta padaku?" "Iya, itulah caraku untuk mendapatkan gadis yang sangat cuek ini." "Hahaha, nakal sekali!" Mereka menikmati senja yang semakin lama semakin hilang tetapi menara Eiffel berdiri tegak dengan sorot lampu kelap-kelip yang terlihat sangat indah di malam hari, menambahkan kesan romantis dan sensual bagi pasangan. "Sayang, ayo berfoto." "Iya sayang." Jack mengambil ponsel untuk memotret istrinya dengan view menara Eiffel di malam hari, mereka juga mengambil gambar bersama. "Bagus sayang, ayo kita berdua." Jack meletakkan ponsel di meja, "Ayo aku sudah siap." Mereka segera berdua, terlihat sangat romantis. "Hehehe, bagus sekali sayang." Mereka sangat menikmati kebersamaan itu dan hanyut ke dalam hasrat yang tidak ingin kehilangan satu sama lain. "Mmhh..." mereka berciuman. "Sayang, berjanjilah jangan ti
"Tentu saja sayang." "Hmm, aku tidak sabar sayang..." ucap Jack--mengelus perut istrinya. "Coba kau tebak, ini bayi laki-laki atau perempuan?" tanya Kimberley. "Pasti itu bayi perempuan yang cantiknya sama seperti ibunya." ucap Jack--berbisik. Kimberley tersenyum, "Kalau ini laki-laki pasti dia tampan dan pemberani sepertimu." "Hehehe..." Setelah keduanya rapi, mereka segera keluar dari hotel yqng mana Rico dan Rose telah menunggu mereka di lobi hotel dengan pakaian serba warna putih yang seirama. "Kalian menunggu lama?" tanya Jack. "Lumayan." "Ayo." ucap Jack--menggandeng istrinya. Mereka sengaja tidak menaiki taksi, melainkan hanya berjalan kaki santai di sekitar kota. "Hari ini kita jalan ke mana sayang?" tanya Jack. "Aku tidak mengerti, tanyakan saja pada Rico, dia yang mengajak kita..." Rico buka suara, "Karena cuacanya tidak panas, bagaimana kalau kita mengunjungi menara Eiffel?" "Ide bagus!" Kemudian mereka berempat menuju area di sekitar Menara Ei
Mereka bergegas menuju ke sebuah rumah makan, di sana sebuah restoran modern dengan gaya kolonial. "Kau mau makan apa sayang? Di sini?" ucap Jack--menunjuk sebuah restoran. Kimberley geleng-geleng sembari mengelus perutnya, "Aku tidak mau makanan laut lagi, aku mau makanan cepat saji," geleng-geleng lagi, "Aku tidak mau makan di sana,cari tempat lain." Jack mengangkat kedua alisnya, "Ya Tuhan kupikir kau ingin makan makanan laut lagi, lalu kita makan di mana?." Terkadang Jack juga bingung, semenjak istrinya hamil dia lebih perhatian dengan makanan yang Kimberley makan karena istrinya berubah selera dalam waktu yang singkat, kadang menginginkan makanan yang aneh-aneh dan harus langsung dituruti. Itu adalah kalau wajar bagi orang yang sedang hamil selalu ingin mengidam ini dan itu. "Mau ke McDonald?" tanya Jack. Kimberley menoleh, "Boleh sayang," ucapnya--menggangguk cepat. Akhirnya mereka berbelok masuk dan memesan beberapa makanan cepat saji seperti burger dan lainnya.
"Tentu saja sayang, lusa kita berangkat ya." ucap Jack. "Iya sayang." ucap Kimberley sumringah. Kemudian mereka melanjutkan makan malam dan segera beristirahat. "Kalian bulan madu berapa hari?" tanya Jack. "Dua hari saja cukup." jawab Rico. "Oke persiapkan saja." Setelah makan malam mereka beristirahat dan melakukan aktivitas seperti biasa di hari berikutnya, pagi hari di kantor setelah jam makan siang Rico dan Rose menyiapkan berkas yang akan dibereskan dan diberikan kepada Sekretaris karena mereka akan izin selama lima hari ke Perancis, maka dari itu Sekretaris yang mengantikan Jack dan Asistennya. "Pak tolong ini berkasnya kau tangani semua ya, kau pastikan pekerjaanmu dengan benar selama lima hari kedepan, karena Pak Jack dan istrinya akan pergi ke Perancis dan sekaligus aku juga ikut dengan mereka." "Baik Pak Rico saya mengerti, ngomong-ngomong bagaimana pernikahan Pak Rico dengan ibu Rose? Maaf jika saya lancang Pak." "Semuanya berjalan lancar, dan besok kita akan bulan