"Ini enak sekali, demi tuhan ini enak!" Rico mencicipi makanan. "Apa ada yang kurang?" tanya Rose--menutup telinga. "Tidak ada, rasanya sudah pas, ini enak sekali Rose." "Terima kasih Tuan." Rose tersenyum. "Ayolah, kau juga makan sini." "Iyaa! aku ambilkan minum dulu ya!" Rico menghabiskan makanan sampai habis dua piring seperti orang yang kelaparan. "Aku senang melihat orang makan seperti ini." "Hehehe maaf, ini rasanya enak sekali." "Tidak apa, daripada makanannya terbuang karena aku makan hanya sedikit, Biasanya aku masak tidak banyak karena kau di sini aku masak double porsi dan ternyata kau banyak makan." "Karena Makanan ini enak dan melihat wanita cantik di sini, jadi selera makanku bertambah." "Ada-ada saja, Tuan." "Oh ya, setelah ini aku pulang." "Iya, terima kasih Tuan, baju tadi akan aku gunakan menghadiri acara saat bersamamu saja." "Boleh juga." "Sekali lagi terima kasih ya." "Iya! anggap saja tanda pertemanan kita." "Iya!" "Kalau b
"Aku harus menunjukkanmu ini, lihatlah belati ini sangat tajam, kau ingin mencobanya? oh, maksudku kau ingin menyentuhnya? jangan, nanti tanganmu terluka." Kimberley tertegun, menelan salivanya berkali-kali. "Atau kita coba saja, apa ini masih tajam?" Jack mendekatkan belati. "Pak! maafkan aku, tolong jangan lakukan itu, aku masih ingin hidup!" ucap Kimberley memohon. Jack menghampiri, menarik baju Kimberly dan merobek ujung kain itu dengan belati. "Siapa yang ingin membunuhmu? aku hanya ingin mencoba belati ini ternyata masih tajam, bisa aku gunakan untuk menusuk orang." "Siapa?" "Mungkin pria yang berani mendekatimu dan menyentuhmu." Jack berbisik. Memeriksa belati, pria itu tertawa puas. "Hahaha! Kimberley oh Kimberley, kau selalu saja berpikiran buruk padaku." Kimberley menelan salivanya berkali-kali. "Kau kejam!" "Ya! memang aku kejam!" ucap Jack terkesan arogan. Kimberley beralih menatap Jack. "Jangan menatapku seperti itu kau bisa membuatku nafsu."
"Tidak, Pak, kumohon." Kimberley geleng-geleng. Jack tersenyum menyeringai mendekati gadisnya. Kimberley benar-benar tidak ingin melakukan hal menjijikan itu. Jack langsung membuka paksa kaki Kimberley, dan terbuka lebar memperlihatkan lubang kenikmatan. Aaaa! Jack asik bermain di sana. Kimberley merasakan kegelian yang membuatnya tak bisa berpikir jernih. Kimberley hanya pasrah menuruti keinginan Jack, dia merasa sangat malu tapi dia juga menikmatinya. "Nikmati saja sayang!" Jack menambah kecepatan alat Alat itu bergetar semakin kencang. Kimberley bergemetar tak karuan! "Hentikan Pak!" pinta Kimberley kuwalahan. Kimberley menahan agar suaranya tidak keluar, dia berusaha tidak menikmati itu Jack terlihat seperti pria breng--sek. "Kenapa kau diam saja? Ayo nikmati!" ucap Jack menikmati ekspresi Kimberley. "Tolong hentikan Pak!" wajah Kimberley memerah. "Tidak! Aku tidak akan berhenti sampai aku puas!" Jack tersenyum minim. Kimberley tidak bisa berbuat
"Kenapa diam saja? Baiklah aku akan menusukmu dengan tanganku sendiri." ucap Jack mengangkat belati itu tepat di atas Kimberley yang berbaring. Kimberley memejamkan mata dan menelan salivanya berkali-kali. Belati itu meluncur, tetapi tidak mengenai Kimberley, itu meluncur jatuh ke kasur. Deg! Kimberley membuka matanya pelan. Ternyata belati itu malah meluncur tepat di sampingnya, mendarat dan menusuk kasur. "Kau pikir aku akan membunuhmu? Kalau aku membunuhmu siapa yang akan memuaskan nafsuku?" "Sekarang lebih baik kau katakan padaku, jangan sampai kau membuatku lebih marah lagi!" Pria itu mendekatkan wajahnya pada Kimberley dan berkata, "Kenapa kau membohongiku, kau meninggalkanku dan tiba-tiba kau di Perancis, apa tujuanmu? Katakan yang sejujurnya!" Kimberley mulai buka suara! Dia menjelaskan pelan-pelan meskipun dia bingung di dalam pikirannya, apa yang akan dia jelaskan? "Aku hanya ingin melihat keadaan kedua orang tuaku, dan mengunjungi sahabatku, maafkan ak
Kimberley heran melihat Jack yang kadang bersikap manis kadang bersikap tak peduli seperti yang baru saja terjadi, Kimberley merasa sedikit lega tapi dia tidak mau berharap, dia hanya menjalani hari seperti biasa tetap mendekam di mansion ini. Pelukan itu terasa erat Kimberley, sebenarnya Jack memiliki hati yang lembut, dia berpikir Jack bersikap kasar padanya, karena dia sudah membohonginya, Jack melakukan itu karena dia tidak ingin kehilangan untuk yang kedua kalinya. Jantung Jack berdebar, ini aneh rasanya seperti mau copot. 'Aku sangat merindukan Kimberley, merindukan pelukan ini dan aroma khasnya vanilla.'Jack bergumam dalam hati. kalau bumi ini dibelah jadi dua, lalu Jack dan Kimberley harus Berpisah, Jack pasti akan menggabungkan bumi ini menjadi satu, cukup jiwa saja yang terbelah di dua raga. "Jack aku lapar," ucapan Kimberly membuyarkan lamunan Jack. "Oh ya biar kuambilkan" Jack mulai menyuapi Kimberley. Kimberly tertegun, dia merasa hari ini Jack Lebih lembu
hampir saja, batin Ros mau menenangkan menghela nafas karena melamun masakan Rose hampir gosong. hahaha, ini semua gara-gara pria gila itu, mungkin dia hanya terobsesi padaku, aku jangan tertipu rayuan pria,mungkin saja wanitanya ada di mana-mana. Ros mulai menghabiskan makanannya sambil menonton drama Korea Beranjak Pergi tidur, tiba-tiba ponsel berbunyi [PESAN RICO] [Rose, apa kau sudah tidur?] [Belum Tuan.] [Sedang apa di sana?] [Ini mau tidur.] [Oh ya, selamat tidur.] Ros semakin merasa heran apa mau pria ini? hahaha sudahlah aku pusing memikirkan pria ini, batin Rose--pergi tidur. di sisi lain Riko masih belum bisa tidur, setelah membaca pesan Rose dia malah semakin memikirkan, Riko memandangi foto yang pernah Rose kirim foto ke cermin dengan baju yang dibelikannya kau memang sangat cantik Ros, apa aku mencintaimu Aku tidak tahu aku tidak bisa melepasmu dari pikiranku Riko senyum-senyum sendiri seperti orang gila tangan nya mulai mengetik, kenapa a
"Iya!" Jack mulai meminum obatnya. Jack terdiam memandang Kimberley. 'Kimberley, dunia semakin rumit, itu lebih rumit lagi jika tidak ada dirimu.' Jack bergumam dalam hati. "Oke, setelah ini kita beristirahat ya." ucap Kimberley mulai menonton drama. Jack masih tidak melepas pandangannya dari Kimberley. Di sisi lain Rico berangkat menuju kantor, sementara menyelesaikan tugas dari Jack dan makan siang bersama Rose, semakin hari Rico semakin akrab dengan Rose, mungkin benih cinta itu perlahan mulai tumbuh. Rico bingung, dia berteriak di dalam pikirannya. Kenapa Rose selalu ada di dalam pikirannya? 'Culik aku Rose, ajak aku berpetualang ke mana pun kau pergi, libatkan aku.' batin Rico sambil memandang foto Rose di ponselnya. "Permisi Pak!" Sekretaris pri masuk ruangan. "Masuk!" "Ini berkas yang perlu ditandatangani Pak." Rico langsung menandatangani berkas dan menyelesaikan semua pekerjaan. "Tolong, kau panggil Rose ke sini ya." titah Rico pada Sekretaris. "Ba
"Rico sudah pulang?" tanya Jack melihat keberadaan Rico duduk di sofa panjang. "Iya, tadi dia menemaniku." 'Kenapa dia senyum-senyum seperti itu' batin Jack heran dengan tingkah Rico. "Kenapa dia senyum-senyum seperti itu." tanya Jack. "Mungkin dia asik bercanda dengan seseorang, mungkin kekasihnya." jawab Kimberley. Kadang firasat wanita itu tajam. "Rico!" Panggil Jack Rico langsung menoleh dan berkata, "Ada apa memanggilku? Pekerjaan sudah selesai, semuanya aman." meletakkan ponsel. "Bagus!" Jack tidak melanjutkan pembicaraan. Jack masih mengunyah makanan dari tangan Kimberley. "Kemarin saja kau seperti iblis sekarang kau bersikap manja." ucap Rico. "Diam kau!" jawab Jack kesal. "Sekarang kau tak berdaya seperti ini, lihatlah Kimberley! Orang yang kemarin menghukummu." Rico terkekeh--tertawa semakin keras. "HAHAHA!" Kimberley hanya tertawa kecil melihat tingkah lucu mereka. "Sudahlah Rico jangan menertawakan orang sakit." "Nanti kalau kau sakit, siap