"Tidak, aku harus bisa menahannya." batin Rico. Rico segera naik ke pinggir kolam dan menuju kamar, karena Rico tidak bisa menahan rasa dibalik celananya. Rose heran dengan ekspresi Rico, "Kau kenapa Tuan?" tanya Rose. "Tidak apa rasa, sebentar ya aku mau ke toilet." Tanpa menjawab Rose hanya melihat gelagat Rico yang terlihat aneh, dia juga tidak berpikir yang buruk, di sana Rose sambil menunggu, dia melanjutkan bersantai kolam. 'Kenapa Tuan Rico aneh sekali? Biarkan saja.' batin Rose. 'Aduh sebaiknya aku ke kamar saja, kenapa bisa jadi begini? Dasar payah, aku sudah tidak tahan lagi!' batin Rico dalam kamar. Rico menjadi bergairah saat berenang bersama Rose karena insiden yang tidak diinginkan itu akhirnya Rico memuaskan dirinya sendiri di kamar. "Mmhh!" erangan Rico dengan permainan tangannya. Setelah beberapa menit Rose menunggu Rico yang tak kunjung kembali itu, dia beranjak mencarinya ke kamar. 'Kenapa Tuan Rico lama sekali? Dia belum kembali, padahal dia sud
"Tidak!" jawab Rose singkat--menuju kamar mandi. Akhirnya mereka mempersiapkan diri masing-masing, Rico memakai setelan kasual terlihat rapi sementara Rose memakai kasual dengan celana pendek, di sisi lain Jack dan Kimberley juga baru bangun dari tidurnya mereka beranjak mandi bersama dan mempersiapkan diri karena mereka juga akan mengunjungi Bar malam itu. "Malam ini kau pakai baju yang mana sayang?" tanya Jack--menggeledah pakaiannya. "Aku memakai dress kasual berwarna merah, yang ini." Jack mengerutkan dahinya, "Baiklah, aku akan memakai pakaian kasual yang ini." "Apa penampilanku cantik?" Sebenarnya Jack tidak ambil pusing kalau Kimberley memakai dress berwarna merah saat di Bar, Jack langsung menyetujuinya. 'Biarkan saja dia pakai yang itu, yang penting dia bahagia.' batin Jack, dia berusaha menurunkan egonya. "Tenang saja sayang, kau akan terlihat sangat cantik dibanding wanita-wanita yang ada di Bar nanti, kaulah yang paling cantik." Jack memeluk istrinya. "Kau
"Ssttt, diam saja!" ucap Rose--meletakan jari di bibir Rico. Rose segera bangkit dari duduknya dan beralih duduk di paha Rico dengan posisi berhadapan, semua mata tertuju pada mereka berdua, kemudian Rose langsung mengalungkan tangannya di leher Rico, mendaratkan beberapa ciuman, sekilas para pengunjung bersorak kegirangan dengan pemandangan itu, Rico hanya bisa mematung dan menerima ciuman dari Rose Rico juga membalas ciuman itu tapi dia juga mengontrol dirinya, mengingat dia sedang di tempat umum, tapi dia juga pasrah karena Rose yang terus saja menciumnya hingga ... turun menggigit lehernya dan meninggalkan bekas merah di sana. Mengalungkan tangan di leher dan mendaratkan ciuman, "Mmhh!" Rico dan Rose berciuman untuk pertama kalinya! Dua wanita itu membelalak terkejut dengan pemandangan di depan mereka "Sial!" "Rose jangan seperti ini, banyak yang melihat kita." ucap Rico berbisik. "Kenapa Tuan? Bukannya kau suka jika aku seperti ini?" "Tapi..." ucapan Rico terpotong.
Rose sambil meraba dada Rico, "Tentu saja aku mencintaimu Tuan, kenapa kau brlum juga mengerti perasaanku? Aku hanya menyembunyikannya karena aku takut jika kau tidak mencintaiku! Aku mencintaimu!" "Apa keinginanmu bersamaku?" Rose berbisik, "Iya! Aku ingin menikah denganmu! Aku ingin kau menjadi suamiku lalu kita hidup bersama seperti ini selamanya dan kita bahagia." Bisikan dari Rose itu menyenangkan, itu membuat Rico bahagia dan sekaligus membuat dia merasa geli itu sangat membangkitkan gairah, dia segera melupakan gairahnya kemudian dia kembali memejamkan mata. "Baiklah, ayo tidur." Rico mencium Rose. Mmhh! "Kenapa cepat tidur? Kau tidak jadi meniduriku malam ini?" Rico mengabaikan Rose yang masih mabuk sambil terus berbicara aneh-aneh, Rico memejamkan matanya hingga mereka berdua tertidur. Hari keempat mereka bangun lebih siang karena pagi hari memang mereka memilih beristirahat di hotel kemudian mereka mengawali siang hari dengan berjalan-jalan di kota menikmati
Rose sangat terkejut, tidak menyangka akan melakukan hal yang menjijikkan itu saat dia mabuk, kenyataannya dia memang ingin melakukan itu secara sadar, melihat pembuktian dari Rico dia mengingat beberapa kejadian meski tidak semuanya jelas tapi dia mampu mengingat kejadian saat dia tengah mabuk. Rico segera mematikan rekaman suara, dia sengaja tidak memutar seluruh isi rekaman suara, "Rose!" panggil Rico. Panggilan dari Rico membuyarkan tapi, dia kembali melamun dan berusaha mengingat sesuatu. 'Apa benar semalam aku sudah mencium Tuan Riko? Bahkan aku sampai menggigit lehernya?' Rose bergumam dalam hati. "Sekarang kau percaya padaku? Aku tidak melakukan apapun semalam." ucap Rico--meletakkan ponsel. Rose menelan salivanya, "Maafkan aku Tuan." Rico mendekat, "Sekarang aku ingin bertanya, kenapa kau meminum banyak Whiskey semalam?" "Ka--karena aku diremehkan oleh dua wanita di Bar itu." Sambung Rico, "Dan kau cemburu?" Rose melebarkan matanya dan geleng-geleng, dia ban
Mereka masih terus berjalan kaki sambil mengedarkan pandangannya di sekitar kota sampai pada akhirnya pandangan Kimberley tertuju pada pengemis di depan sebuah toko pangkas rambut Kimberley pun segera menghampirinya dan memberi pengemis itu sejumlah uang. "Sayang mau ke mana?" tanya Jack--menatap punggung Kimberley. "Sebentar sayang," Kimberley berjalan ke toko pangkas rambut menghampiri seorang pengemis paruh baya dengan mengadahkan tangannya, Kimberley membuka walletnya memberikan sejumlah uang. "Ambillah, ini untukmu." ucap Kimberley--menyerahkan sejumlah uang. "Terima kasih Nak, di mana kau tinggal?" ucap Pengemis tersenyum--meraih sejumlah uang. "Sama-sama, aku tidak tinggal di sini, aku hanya berbulan madu." "Oh begitu, di mana suamimu, Nak??" "Di sana..." ucap Kimberley--menunjuk suaminya di seberang. Pengemis itu memberikan isyarat rasa terima kasih dengan memandang Jack dari jauh kemudian pria paruh baya itu menundukkan kepalanya tersenyum. "Baiklah, aku har
'Mata itu .... teduh sekali, wajahnya tampan, rasanya aku ingin menciumnya.' Rose bergumam dalam hati. Rico memeluk sambil membatin, 'Rose, aku tau kau juga mencintaiku, tapi apa kau akan menerimaku?' Rose tersadar dan segera melepaskan pelukan Rico, dia menjadi salah tingkah membenahi pakaiannya. "Astaga Rose, hati-hati." Rose tersenyum, "Iya Tuan, maaf tadi lantainya juga licin." "Iya Rose, lantai ini memang licin, jadi kau harus hati-hati ya." Rose mengangguk, kemudian mereka meraih cup mie instan, pilihan mereka berdua jatuh kepada mie korea berkuah, mereka segera membayarnya di kasir supermarket. Jack datang membuyarkan, "Astaga kucari ke mana saja, kalian lapar?" "Hehehe iya Jack, kami membuat mie instan karena perut sudah berbunyi seperti kaleng." "Hahaha, dasar tukang makan!" Kimberley memegang perutnya, "Sepertinya enak..." Jack menoleh, "Kau mau juga sayang?" "Iya sayang, bolehkah?" tanya Kimberley. "Tentu saja boleh, kau mau yang mana?" tanya Jack.
Tiba-tiba datang beberapa orang untuk minta foto bersama mereka, "Permisi bolehkah kami meminta foto bersama, sebentar saja." Mereka menoleh bersamaan, "Tentu saja boleh." jawab Kimberley. Mereka berpose dan mengambil beberapa gambar, orang yang meminta foto bersama mereka juga terbilang lumayan banyak. Kimberley geleng-geleng dan berbisik, "Mungkin mereka mengira kita selebritis terkenal, hahaha." "Karena kau juga cantik sayang, itu sebabnya mereka meminta foto bersama." "Ada-ada saja, pria satu ini mulutnya sangat manis." "Terima kasih, apa kalian bekerja di sini?" tanya orang asing. "Bekerja? Tidak, kita hanya berbulan madu di sini." jawab Kimberley. "Oh kita mengira kalian selebriti yang sedang ada pekerjaan di sini, kalian seperti model, jadi kalian adalah pasangan suami istri?" "Iya kami baru saja menikah pekan lalu." jawab Jack tersenyum. "Astaga, selamat ya semoga kalian cepat diberi momongan..." "Iya, terima kasih banyak." "Kami juga berterimakasih, senan