Sinar matahari menyelinap masuk menembus jendela, membuat Kimberly mengerjapkan matanya beberapa kali. Perlahan dia membuka kedua matanya seraya merentangkan kedua tangan, dan menggeliat.Saat mata Kimberly sudah terbuka, wanita itu merasakan sedikit nyeri di area kewanitaannya. Dia memijat pelan tengkuk lehernya demi mengurangi rasa pegalnya. Namun, tiba-tiba sesuatu menyelinap dalam ingatan Kimberly di kala kesadaran wanita itu pulih.Kimberly langsung mengingat kejadian malam panasnya dengan Damian. Bahkan tadi malam Damian baru membiarkannya tertidur jam empat pagi. Sudah tak lagi terhitung berapa kali dia melakukan pergulatan panas di ranjang dengan Damian. Kimberly terdiam ketika ingatan tentang tadi malam tergali. Sentuhan pria tampan itu begitu memujanya tubuhnya. Ciuman Damian menjelajah ke sekujur tubuhnya. Dia tak mungkin lupa ketika Damian mencumbunnya.Setiap inci tubuhnya selalu Damian puja. Oh, astaga! Kimberly langsung meremas-remas rambutnya kala otaknya penuh denga
Sebuah gaun berwarna hijau emerald dengan model one off shoulder membuat Kimberly begitu cantik. Rambut cokelat terang tebalnya terjuntai indah di punggung. Kilat mata hazel-nya memancarkan jelas kecantikan wanita itu. Bibir merah seperti buah cherry yang indah itu sangat seksi dipoles lipstick berwarna merah.Senyuman di wajah Kimberly terlukis melihat penampilannya di depan cermin. Penampilan yang dia siapkan untuk Damian. Malam ini dia akan makan malam bersama dengan Damian. Hal itu kenapa Kimberly berpenampilan cantik malam ini.Kimberly menatap jam dinding—waktu menunjukkan hampir pukul enam sore. Namun, Damian tak kunjung datang juga. Dia melangkah menuju sofa yang tak jauh darinya, tetapi langkahnya terhenti kala melihat pintu kenop kamar hotel berputar dan terdorong masuk ke dalam, menandakan akan ada yang masuk ke dalam kamar.“Damian, kau dari mana saja? Kenapa kau bersiap-siap lebih lama dari aku?” Bibir Kimberly tertekuk kala Damian melangkah mendekat padanya.“Tadi ayahku
Sudah lebih dari satu minggu Kimberly dan Damian berada di Chicago. Berawal dari rencana hanya empat atau lima hari di Chicago, tetapi kenyataan tak sesuai dengan rencana yang ada. Kenyataannya mereka seolah enggan untuk kembali ke Los Angeles. Namun, tentu itu sangat tak mungkin. Mereka memiliki tanggung jawab besar di kota yang mereka tempati.Selama satu minggu di Chicago, mereka lebih banyak menghabiskan waktu berjalan-jalan, makan malam romantis, dan lain sebagainya seperti pasangan sedang berbulan madu. Padahal tujuan utama mereka ke Chicago adalah untuk menyelesaikan beberapa pekerjaan mereka.Project kerja sama antara perusahaan ayah Kimberly dan perusahaan Damian sebentar lagi akan berjalan. Tak dipungkiri, Damian sangat cekatan dalam bekerja. Bahkan hanya satu hari di Chicago saja, nyatanya pria tampan itu mampu menyelesaikan masalah tanpa harus mendapatkan kerumitan. Hal itu yang membuat mereka bersantai di Chicago, karena pekerjaan mereka telah selesai. Hanya tinggal prose
Para pelayan sibuk membawakan barang-barang Kimberly dan Damian menuju mobil. Tak lagi terhitung berapa banyak barang-barang Kimberly. Well, memang terkenal wanita akan selalu banyak berbelanja daripada pria. Damian tak membeli apa pun selama di Chicago. Lain halnya dengan Kimberly yang banyak berbelanja.Saat para pelayan sudah membawa semua koper Kimberly dan koper Damian, tatapan Kimberly teralih pada Damian yang melangkah mendekat padanya. Sejak tadi wanita itu duduk di sofa seraya berkutat pada ponsel di tangannya. Sementara Damian sudah disibukkan dengan panggilan telepon.Selama berada di Chicago, Kimberly tidur dengan Damian di kamar yang sama. Mereka hanya formalitas saja memesan dua kamar. Pada akhirnya mereka tetap tidur di kamar dan di ranjang yang sama.“Damian, kau terlihat sangat sibuk. Apa banyak sekali pekerjaan yang tertunda?” tanya Kimberly kala Damian tiba di hadapannya dengan raut wajah yang jelas menunjukkan kekesalannya.“Asistenku salah mengirimkan dokumen. Jad
Tak ada obrolan apa pun antara Kimberly dan Fargo selama di perjalanan dari bandara menuju mansion mereka. Kimberly seolah enggan untuk memulai percakapan. Fargo fokus mengemudikan mobil, dan Kimberly memilih melihat ke luar jendela, menatap jalaanan di kota Los Angeles.Raut wajah Kimberly dan Fargo dingin dan seakan tak ingin diganggu. Hanya saja sesekali, Fargo masih melirik Kimberly yang tampak berbeda. Pasalnya baru kali ini Fargo melihat Kimberly hanya diam. Biasanya paling tidak ada percakapan yang Kimberly mulai. “Kim,” tegur Fargo yang sontak membuyarkan lamunan Kimberly.“Hm? Iya?” Kimberly mengalihkan pandangannya, menatap Fargo.“Kau kenapa?” tanya Fargo yang merasa ada perubahan dari Kimberly.“Kenapa apanya?” Kimberly balik bertanya. Keningnya mengerut bingung dan tak mengerti akan pertanyaan yang dilontarkan Fargo.“Kau terlihat berbeda, Kim. Apa ada masalah?” tanya Fargo lagi penasaran.“Ah, tidak. Aku baik-baik saja. Aku hanya kelelahan. Kau kan tahu aku baru saja ke
Pagi menyapa Kimberly sudah berada di kantor. Dia sengaja berangkat lebih awal, dan ternyata dia tidak sendirian. Carol sudah berada di ruang kerjanya. Senyuman di wajah Kimberly terlukis. Dia langsung memberikan oleh-oleh yang dia beli untuk Carol yaitu tas keluaran terbaru.“Thank you, Kim! Kau memang yang terbaik,” seru Carol bahagia mendapatkan oleh-oleh dari Kimberly.“Kau terlihat menyukai tas yang aku beli, aku senang melihatmu senang,” balas Kimberly tulus.“Tentu saja! Kau membelikanku tas keluaran terbaru! Pasti aku sangat senang,” kata Carol antusias.Kimberly menggelengkan kepalanya pelan. “Anyway, bagaimana keadaan perusahaan selama aku tidak ada? Semuanya baik-baik saja, kan?”“Well, semua baik-baik saja. Jennisa juga sudah mulai pemotretan beberapa produk yang sudah siap diedarkan di pasar.”“Good, tapi hasil fotonya bagus, kan? Maksudku produk kita sesuai jika memakai Jennisa sebagai brand ambassador kita?”“Luar biasa bagus. Aku mengakui kalau Jennis sangat cantik. Wa
Fargo meminta Kimberly duduk di sampingnya, lalu pria itu kembali duduk di kursi kepemimpinan. Tampak sejak tadi tatapan Damian tak lepas menatapnya, hingga membuat Kimberly menjadi salah tingkah.“Tuan Fargo, jadi ini Nyonya Kimberly, istri Anda?” tanya salah satu rekan bisnis Fargo yang ada di sana. “Iya, ini Kimberly Jerald, istriku,” jawab Fargo memperkenalkan Kimberly.Kimberly tersenyum ramah pada rekan bisnis Fargo. Entah apa yang membuat Fargo sampai memintanya untuk datang. Padahal, ini bukanlah meeting pemegang saham.“Nyonya Jerald, dulu saya pernah datang di pesta pernikahan Anda dan Tuan Fargo, Anda terlihat semakin cantik,” puji rekan bisnis Fargo yang lainnya.Kimberly kembali tersenyum. “Terima kasih, Tuan.”“Hai, Kim. Aku tidak mengira Fargo akan membawamu ke sini,” ucap Deston pada Kimberly.“Hai, Grandpa.” Kimberly mengulas sebuah senyuman hangat dan tulus pada Deston.“Aku meminta Kimberly ke sini, karena ada beberapa dokumen yang harus dia lihat, Grandpa. Aku ju
“Damian, apa kau tidak memiliki tempat lain selain di toilet?”Kimberly berseru kesal seraya merapikan kembali pakaiannya akibat ulah Damian. Sungguh, dia tak menyangka akan bercinta dengan Damian di toilet. Oh, Ya Tuhan! Kimberly tahu dirinya ini bukan wanita suci. Lihat saja suami dan kakek mertua ada di tempat yang sama, tapi malah dia bercinta dengan paman tiri suaminya di toilet. Memikirkan itu semua kepala Kimberly mau pecah. Dia merasa sudah tak lagi waras.Senyuman samar di wajah Damian terlukis kala melihat Kimberly kesal. Pria tampan itu membantu Kimberly menarik resleting gaunnya, memakaikan pakaian wanita itu—dan memberikan kecupan lembut di bibir Kimberly.“Jika aku mengajakmu ke hotel, bukankah nanti akan ada yang lihat? Fargo dan ayahku ada di luar,” bisik Damian tepat di depan bibir Kimberly.Kimberly mendesah pelan. Setelah dipikir-pikir apa yang dikatakan Damian adalah benar. Tidak mungkin mereka ke hotel. Di depan ada suami dan kakek mertuanya. Jika sampai Fargo dan