Share

24.

Author: Nyemoetdz Kim
last update Last Updated: 2025-04-16 21:00:44

"Dengarkan aku. Lakukan apa yang sudah menjadi janjimu. Kau tidak bisa bersikap seperti ini, dan mengkambing hitamkan Sekar pada orang tuamu. Ingat, apa yang sudah tertata rapi jangan lagi kau rombak. Jika kau memaksa, orang tuamu sendiri yang akan menghabisimu." Panji berjongkok di hadapan Zaki yang berlutut pada Sekar yang hanya diam.

Merasa malu di lihat beberapa mahasiswa, Sekar memilih pergi bersama Rini. Dia tidak mau mendengarkan ucapan Zaki yang coba mendekatinya lagi.

"Lihat saja, saat kau tidak bisa bersikap baik padaku. Aku akan melakukan apapun agar kau bisa bersamaku. Tak peduli aku dengan perjanjian itu, yang harus kau tau, aku mencintaimu, Sekar! Aku mencintaimu!"

Teriakan Zaki tidak menghentikan langkah kakinya. Mata Sekar sudah berkaca-kaca karena takut, entah kapan dia bisa terbebas dari Zaki yang terobsesi padanya. "Mbak baik-baik saja?" tanya Rini.

"Tentu, Mbak. Aku tidak ingin peduli dengan pria seperti dia." Tanpa dipungkiri
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Terpikat Mayor Ajudan Bapak   25.

    Sekar terbangun setelah beberapa jam tidur, itu juga karena dia tidak bisa nyenyak tidur. "Mau ke mana, Mbak?" tanya Mbok Nanik saat melihat akan pergi."Apa Mas Panji hari ini datang, Mbok?""Aku tadi melihatnya, tapi dia bilang mau keluar sebentar, setelah melihat Mbak Sekar tidur. Apa mau keluar?" tanyanya lagi."Iya, mau beli sesuatu di depan sebentar.""Jangan pergi sendiri, tunggu Mas Panji saja. Dia bilang hanya sebentar kok." Mbok Nanik menghentikan langkah Sekar agar tidak pergi sendiri."Aku juga hanya sebentar, di dekat sini saja. Tidak akan lama. Nanti aku akan minta jemput Mas Panji, jadi tenang saja." Sekar bersikeras untuk pergi sendiri, tidak ingin menunggi Panji seperti permintaaan Mbok Nanik.Mempercayai ucapan Sekar, Mbok Nanik membiarkan pergi. Karena weekend, hanya beberapa yang berjaga di kediaman Presiden. Dia berjalan ke gerbang yang sedikit jauh dari rumah, tapi dia menikmatinya. Walau mendung, dia tetap ingin pergi. Rasa bosan menguasai dirinya, dia pergi seo

    Last Updated : 2025-04-23
  • Terpikat Mayor Ajudan Bapak   26.

    "Apa masih dingin? Ada selimut kecil di laci itu, ambil dan pakai." Mereka meninggalkan Mall dengan Sekar yang banyak diam. Tidak ingin bertanya siapa wanita itu atau apapun."Tidak. Aku baik-baik saja.""Oh ya, apa seseorang yanvg mengajakmu tidak mengantarkanmu pulang. Atau kamu memang pergi sendiri?" tanya Wira dengan mata yang fokus jalanan yang padat merayap."Apa Mas Panji tidak mengatakan apapun?" Tatapanya datar, seakan tak ingin menjawab pertanyaan Wira."Hanya bilang menjemputmu saja, dan kebetulan aku di sini, jadi ya ..." ucapannya menggantung. Wira sendiri tidak menjelaskan siapa wanita tadi.Suasana mobil kembali sunyi. Sekar hanya fokus menatap jalanan kota, hujan masih turun walau tidak begitu lebat. Saat mobil berhenti karena lampu merah, Sekar dibuat terkejut ketika Wira tiba-tiba mengambilkan selimut yang dia katakan tadi. Otomatis tubuhnya condong ke arah Sekar. Sejenak dia menahan nafas sampai Wira memberikan selimut

    Last Updated : 2025-04-24
  • Terpikat Mayor Ajudan Bapak   01

    "Bukankah lusa ayahmu dilantik? Apa kau sudah bersiap untuk pindah ke istana kenegaraan?" tanya salah satu perempuan yang sedang berkumpul, sambil menikmati santapan yang mereka pesan. Ada 5 perempuan dan salah satunya ada Sekarwangi Anindita, seseorang yang hidupnya akan berubah karena pelantikan ayahnya. "Aku sedang tidak ingin membahas itu. Kita di sini untuk bersenang-senang. Oh ya, ke mana kita setelah ini?" Sekar mengalihkan pembahasan tentang ayahnya, karena itu hanya akan membuatnya kesal. "Aku sudah membeli tiket Bioskop untuk kita berlima dan waktunya kurang 10 menit lagi, bisakah kita masuk sekarang," jawab salah satu dari mereka yang baru bergabung. "Ya sudah, sebaiknya kita cepat masuk," sahutnya. Mereka kemudian berjalan masuk. Mereka selalu beramai-ramai untuk pergi. Apalagi setelah masa kampanye, Sekar bisa keluar dengan para teman-temannya setelah pusing dengan skripsi yang sedang dia kerjakan. Melupakan tugasnya sejenak, Sekar hanya ingi menikmati waktunya sekar

    Last Updated : 2025-02-15
  • Terpikat Mayor Ajudan Bapak   02

    "Maaf, Nona. Anda dipanggil Bapak ke ruang kerjanya." Seorang pria dengan tubuh tinggi kekar, dan kulit sawo matang, wajah tampan sedang menghampiri Sekarwangi Anindita, putri tunggal Presiden ke 10 Bapak Adi Bagus Hanenda dan Ibu Sophia Latif. Harinya menjadi berubah setelah sang ayah dilantik menjadi orang nomor satu di Indonesia. Hal yang tidak ingin dilakukan karena dia tidak bisa lagi bebas seperti sebelumnya. Geraknya akan diawasi, dia harus berhati-hati dengan tingkah lakunya di depan umum. Tutur bahasa bahkan kesenangnya akan menjadi sorotan saat dia melakukan kesalahan. "Aku sedang mengerjakan tugas, suruh mereka makan lebih dulu, aku masih kenyang." Dia enggan menemui orang tuanya karena merasa nyaman di kamar seorang diri dengan kegiatan yang sejak tadi dikerjakan. "Bapak ingin mengenalkan Ajudan baru beliau, Bapak harap kamu menemuinya sebentar, itu perintah Bapak." Pria tampan itu tidak menyerah, dia kembali mengatakan apa yang Presiden perintahkan. "Mas, tolonglah.

    Last Updated : 2025-02-15
  • Terpikat Mayor Ajudan Bapak   03

    "Apa yang Mbak Sekar pikirkan sampai tidak fokus. Apa sakit, Mbak?" tanya Mbok Nanik yang coba mengobati luka di lutut Sekar. Setelah mempresentasikan tugas yang dia kerjakan semalam, ditengah perjalanan, motor yang sudah menemani pulang pergi beberapa tahun ini tak sengaja di tabrak, hingga membuat lututnya terluka. Memang tidak parah, karena juga pengemudi itu tak sengaja menyenggol motor Sekar yang memang kurang fokus dengan jalan, otaknya sibuk memikirkan Wira. Dengan jalan tertatih karena lutut sebelah kirinya terluka hingga membuat celana yang dikenakan robek, dia menggerutu karena pengawal pribadinya langsung melaporkan kejadian itu pada Presiden, padahal dia tidak mau orang tuanya khawatir karena dirinya. Sesampainya di rumah dia berbaring dengan santainya, menutup wajahnya menggunakan bantal. Dia menangis dalam diam, terbiasa di tinggal bekerja orang tuanya, dia menjadi pribadi yang kuat, tapi juga ceria. Bukan berarti orang tuanya tidak sayang, karena setelah mendengar ka

    Last Updated : 2025-02-15
  • Terpikat Mayor Ajudan Bapak   04

    "Akh ... menyusahkan sekali," gerutu Sekar saat dia coba menaiki motor kesayangannya yang terlihat baret di bagian knalpot dan body karena jatuh kemarin. Kakinya malah sakit, padahal kemarin dia tidak merasakannya. "Bisa saya bantu?" Suara berat itu membuat Sekar menghentikan kegiatannya dan langsung mencari asal suara. Senyum mengembang ketika dia melihat Wira berada di sampingnya. "Apa Mas Panji ikut Bapak hari ini?" Dia bertanya ragu dengan rasa sesak menguasai dirinya, bukan karena sakitnya melainkan menatap wajah tampan Wira. "Iya, apa Mbak ingin berangkat ke kampus? Biar saya yang antar menggunakan mobil." Tawaran yang bagus, tidak mungkin Sekar menolaknya. Dia mengangguk kepala cepat menjawab tawaran pria di hadapannya. Dengan kaki yang terpincang-pincang, Sekar berjalan ke arah mobil. Kalau bukan karena jam dosen killer, dia tidak mau pergi karena kakinya sedikit bengkak, padahal kemarin dia pikir hanya luka lecet saja. Mungkin karena tertimpa motor yang berat, makanya te

    Last Updated : 2025-02-15
  • Terpikat Mayor Ajudan Bapak   05

    "Apa Mbak memerlukan sesuatu." Mata Sekar yang awalnya terpejam, seketika terbuka saat suara berat milik Wira ada di hadapannya dan sedang duduk bersimpuh. Dia menatap Sekar lebih dekat. Mata indah Sekar terlihat jelas dari tempat Wira karena begitu dekat. Setelah mendapatkan penanganan, Sekar menunggu obat bersama Wira dan Panji yang memang menjadi pengawal pribadinya. Setelah menemani Adi, dia menyusul mereka berdua di rumah sakit. Mereka sibuk bicara, di sisi lain Sekar berharap bisa cepat berbaring dengan nyenyak di tempat tidurnya. "Tidak, Mas. Aku hanya ingin segera pulang. Apa masih lama?" tanya Sekar. "Apa terasa sakit, biar saya minta Mbak di rawat saja," jawab Wira dan langsung mendapat gelengan dari Sekar. Keteledorannya membuat kakinya harus dipasang gips, mungkin saja kalau sejak kemarin ditangani dengan benar tidak akan terasa sakit seperti sekarang. "Bawa pulang dulu, biar aku yang menunggu obatnya. Nanti sesampainya di rumah, lekas pergi untuk menemui Bapak," jela

    Last Updated : 2025-02-15
  • Terpikat Mayor Ajudan Bapak   06

    "Mau ke mana?"Adi melihat putrinya sudah terlihat rapi dengan tas yang dia gendong di pundak kiri dan langkah yang tertatih. Dia tidak ingin dibantu, merasa bisa sendiri dan tidak mau merepotkan orang lain."Pergi kuliah, mau ke mana lagi. Menyusahkan saja kaki ini." Dia menjatuhkan pantatnya di samping ayahnya yang duduk di ruang tengah dengan beberapa berkas. Ingin sekali dia berlari dan kakinya hanya memperlambat langkah dia saja."Izin saja. Haruskah kamu memaksakan diri saat kakimu itu masih masa pemulihan," sahut Adi, tapi bisa apa dia saat putrinya sudah teguh pada pendiriannya untuk berangkat ke kampus."Aku merasa bosan jika terus di kamar, aku ingin kuliah saja." Bosan libur 2 hari saja dia sudah ingin pergi ke kampus, padahal dia harus menjalani masa pemulihan kurang lebih selama 2 minggu."Ya sudah, bagaimana kamu saja. Asal di antar pengawal menggunakan mobil." Sekar hanya menghela kasar, dia tidak bisa mengelak saat Adi sudah dengan keputusannya."Bolehkah berangkat den

    Last Updated : 2025-02-15

Latest chapter

  • Terpikat Mayor Ajudan Bapak   26.

    "Apa masih dingin? Ada selimut kecil di laci itu, ambil dan pakai." Mereka meninggalkan Mall dengan Sekar yang banyak diam. Tidak ingin bertanya siapa wanita itu atau apapun."Tidak. Aku baik-baik saja.""Oh ya, apa seseorang yanvg mengajakmu tidak mengantarkanmu pulang. Atau kamu memang pergi sendiri?" tanya Wira dengan mata yang fokus jalanan yang padat merayap."Apa Mas Panji tidak mengatakan apapun?" Tatapanya datar, seakan tak ingin menjawab pertanyaan Wira."Hanya bilang menjemputmu saja, dan kebetulan aku di sini, jadi ya ..." ucapannya menggantung. Wira sendiri tidak menjelaskan siapa wanita tadi.Suasana mobil kembali sunyi. Sekar hanya fokus menatap jalanan kota, hujan masih turun walau tidak begitu lebat. Saat mobil berhenti karena lampu merah, Sekar dibuat terkejut ketika Wira tiba-tiba mengambilkan selimut yang dia katakan tadi. Otomatis tubuhnya condong ke arah Sekar. Sejenak dia menahan nafas sampai Wira memberikan selimut

  • Terpikat Mayor Ajudan Bapak   25.

    Sekar terbangun setelah beberapa jam tidur, itu juga karena dia tidak bisa nyenyak tidur. "Mau ke mana, Mbak?" tanya Mbok Nanik saat melihat akan pergi."Apa Mas Panji hari ini datang, Mbok?""Aku tadi melihatnya, tapi dia bilang mau keluar sebentar, setelah melihat Mbak Sekar tidur. Apa mau keluar?" tanyanya lagi."Iya, mau beli sesuatu di depan sebentar.""Jangan pergi sendiri, tunggu Mas Panji saja. Dia bilang hanya sebentar kok." Mbok Nanik menghentikan langkah Sekar agar tidak pergi sendiri."Aku juga hanya sebentar, di dekat sini saja. Tidak akan lama. Nanti aku akan minta jemput Mas Panji, jadi tenang saja." Sekar bersikeras untuk pergi sendiri, tidak ingin menunggi Panji seperti permintaaan Mbok Nanik.Mempercayai ucapan Sekar, Mbok Nanik membiarkan pergi. Karena weekend, hanya beberapa yang berjaga di kediaman Presiden. Dia berjalan ke gerbang yang sedikit jauh dari rumah, tapi dia menikmatinya. Walau mendung, dia tetap ingin pergi. Rasa bosan menguasai dirinya, dia pergi seo

  • Terpikat Mayor Ajudan Bapak   24.

    "Dengarkan aku. Lakukan apa yang sudah menjadi janjimu. Kau tidak bisa bersikap seperti ini, dan mengkambing hitamkan Sekar pada orang tuamu. Ingat, apa yang sudah tertata rapi jangan lagi kau rombak. Jika kau memaksa, orang tuamu sendiri yang akan menghabisimu." Panji berjongkok di hadapan Zaki yang berlutut pada Sekar yang hanya diam.Merasa malu di lihat beberapa mahasiswa, Sekar memilih pergi bersama Rini. Dia tidak mau mendengarkan ucapan Zaki yang coba mendekatinya lagi."Lihat saja, saat kau tidak bisa bersikap baik padaku. Aku akan melakukan apapun agar kau bisa bersamaku. Tak peduli aku dengan perjanjian itu, yang harus kau tau, aku mencintaimu, Sekar! Aku mencintaimu!"Teriakan Zaki tidak menghentikan langkah kakinya. Mata Sekar sudah berkaca-kaca karena takut, entah kapan dia bisa terbebas dari Zaki yang terobsesi padanya. "Mbak baik-baik saja?" tanya Rini."Tentu, Mbak. Aku tidak ingin peduli dengan pria seperti dia." Tanpa dipungkiri

  • Terpikat Mayor Ajudan Bapak   23.

    "Apa Zaki putra dari partai lambang Hitam itu?" Sekar mengangguk pelan menjawab pertanyaan Wira yang baru mematikan sambungan telepon."Dia masih berani menghubungimu. Apa dia menginginkan sesuatu?""Mas tau tentang masalah itu?" tanya Sekar ragu. Jujur dia ragu menanyakannya, karena ayahnya tidak ingin orang lain tau masalah itu."Jika ada masalah katakan, jangan dipendam sendiri. Bukankah Panji melindungimu, dan paham bagaimana dirimu. Kamu tidak bisa memendamnya sendiri saat itu menyiksamu." Sekar diam. Bagaimana dia bisa mengatakannya, itu hanya akan membuat dirinya ingat bagaimana sikap Zaki padanya. Apalagi beberapa waktu ini Zaki terus coba menghubungi Sekar, dia menginginkan sesuatu dari Sekar, namun tidak mau peduli karena dia pikir apa yang Zaki mau hanya hal gila."Kamu bisa menceritakan padaku jika tidak ingin Panji tau masalahmu. Aku akan membantumu, dan tidak akan bilang pada ayahmu."Sikap Wira sungguh berbeda. Dia banyak bicara kali ini, tidak seperti biasanya hanya di

  • Terpikat Mayor Ajudan Bapak   22.

    "Oh ... Mayor di sini. Aku baru akan mengabari Bapak kalau kita akan pulang besok. Kasihan Sekar, tidur begitu lelap.""Apa kondisinya baik-baik saja?" Wira sungguh menghampiri mereka ke rumah sakit, meski tidak begitu jauh dari istana, tapi tetap saja keselamatan Sekar yang menjadi nomor satu."Lihatlah, ada Rini di sana. Aku hubungi Bapak dulu." Panji membiarkan Wira masuk untuk menemui Sekar. Seperti kata Panji, Sekar memang sedang terlelap di brankar rumah sakit. Tepatnya di IGD bersama Rini yang menemaninya. Langkahnya terhenti tepat di samping kanan Sekar, menatap wajah cantik wanita yang beberapa waktu ini menguras pikirannya karena rasa khawatir. Tangis Sekar waktu itu masih dia ingat sampai sekarang, tangis yang begitu menyakitkan, walau begitu sampai sekarang dia belum tau sebenarnya apa yang dia sembunyikan dibalik senyum manisnya."Istirahatlah, biar aku yang menjaganya di sini," pinta Wira lirih.

  • Terpikat Mayor Ajudan Bapak   21.

    "Terima kasih kalian sudah membantu untuk perkembangan desa di sini. Ide kalian akan kita terapkan, rumah sehat dengan desain yang kalian berikan. Sekali lagi terima kasih," tutur pria paruh baya yang sedang berdiri dihadapan kelompok KKN."Sama-sama, Pak. Terima kasih juga sudah diberikan kesempatan untuk kita belajar di sini. Maaf banyak merepotkan warga di sini." Lastri yang memang ketua kelompok menyampaikan permintaan maaf karena hari ini mereka harus pamit setelah 3 minggu yang seru dan sibuk. Hanya sebentar memang, namun mereka mendapatkan banyak ilmu dari kegiatan ini.Setelah pamit, rencananya hari ini mereka ingin menghabiskan waktu dengan berlibur. Sekar sendiri malas untuk ikut, dia lebih memilih bermain dengan beberapa anak yang ada di desa itu. Dia bahagia bisa bermain layaknya masa kecil terulang lagi."Apa Teteh tidak main ke sini lagi nanti?" tanya seorang anak berusia 16 tahun, dia yang paling besar dari ke 4 anak yang

  • Terpikat Mayor Ajudan Bapak   20.

    "Ini gara-gara Mas Panji," gerutu seorang wanita cantik dengan nafas memburu menghisap beberapa kali oksigen portabel di tangannya. Sudah tau nafasnya memburu, dia masih saja menggerutu karena di kejar Anjing milik warga."Kan aku bilang jangan lari, kenapa kalian malah lari. Ya di kejar." Ada senyum mengejek dibalik ucapan Panji."Mana ponselku sekarang? Apa tidak pecah?" Sekar menodongkan tangan meminta pada Panji."Layarnya pecah, nanti biar aku perbaiki dulu. Sebaiknya kamu istirahat, setelah ini Rini membawa makan. Ada-ada saja." Panji menggeleng pelan dengan senyum mengembang.Tadi setelah dari kantor desa, mereka berjalan menuju di mana rumah singgahnya. Di jalan ada seekor Anjing yang tampak garang berada di tengah jalan. Panji yang iseng, membuat mereka di kejar oleh Anjing itu, padahal tidak perlu berlari juga. Dan bodohnya Sekar ikut berlari saat para wanita berlari karena takut. Ketika Wira tadi menghubungi Sekar sedang mengatur nafas, apalagi rasa sesak mengguasainya. In

  • Terpikat Mayor Ajudan Bapak   19.

    "Mbak, apa Anda masih di sana?" Sekar tidak menyauti apa yang Wira katakan."Mbak Sekarwangi." Panggil Wira dengan nama lengkap Sekar, baru pertama kali ini keluar dari mulutnya."Mas bahkan tau naman lengkapku, tapi malah terus saja memanggil Mbak. Aku merasa menyedihkan saja ketika mendengar hal itu." Kali ini gantian Wira yang diam. Namun, diam nya Wira sedang mendengarkan seseorang bicara, bukan Sekar, tapi orang yang bersamanya."Baik, saya kerjakan besok pagi. Kalau bisa saya pamit pulang malam ini. Ada sesuatu perlu saya bawa besok," jawab Wira pada seseorang itu, Sekar belum mematikan sambungan teleponnya. Itu sebabnya dia mendengar Wira sedang bicara."Oh sedang telepon. Siapa? Apa pacar Mayor?" tanyanya seseorang yang bicara dengan Wira. Sepertinya itu juru bicara Adi yang sedang bersama Wira.Sekar menunggu jawaban dari balik sambungan telepon, namun bukannya menjawab, Wira mematikan sambungan telepon begitu saja tanpa mengatakan apapun. Sekar menatap kesal layar ponselnya,

  • Terpikat Mayor Ajudan Bapak   18.

    Hari ini Sekar berangkat untuk KKN bersama pengawal pribadinya. Ingin dia ikut dengan yang lain menggunakan satu mobil, tapi Panji tidak membiarkannya. Sejak tadi dia kesal karena itu, dia banyak diam."Mbak Sekar apa mau makan dulu, perjalanan masih jauh?" Pertanyaan Rini tidak membuat Sekar membuka mata. Walau tidak tidur, dia memejamkan mata duduk bersandar di bangku belakang setelah mencoret-coret di ipad miliknya."Kita berhenti di rest area saja." Panji menjawab pertanyaan Rini yang dilontarkan pada Sekar, tapi tidak ada jawaban.Rencananya mereka akan pergi ke salah satu desa yang ada di Sukabumi. Kegiatan ini akan memakan waktu selama 3 minggu, dengan tema Sadar Lingkungan dan selama itu juga Sekar tidak akan bisa bertemu dengan Wira. Apalagi sejak kemarin dia tidak bertemu karena Wira menemani ayahnya untuk dinas keluar kota yang harusnya sampai hari ini."Mobil teman-temanmu di sana. Mau menghampiri mereka?" Panji menunjuk ke sisi kiri dari tempat mereka menepikan mobil mema

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status