Share

Terperangkap Hasrat Tuan Mafia
Terperangkap Hasrat Tuan Mafia
Author: Nalla Ela

1. Pertemuan Kembali

Author: Nalla Ela
last update Last Updated: 2025-02-11 23:44:08

"Aku datang kesini hanya untuk menjadi pelayan, bukan wanita panggilan!" Binar menyalak keras, menatap wanita glamour yang menggunakan riasan tebal itu dengan amarah yang menggelegak.

Binar jelita-gadis berusia 27 tahun itu tak terima dengan keputusan sepihak Madam Siska-pemilik Bar Eclipse.

Namun, tawa wanita itu menggema. "Sayang sekali, orang tua angkatmu sudah menjualmu padaku."

Dunia Binar runtuh dalam sekejap. Tak mungkin. Meski mereka memanfaatkannya selama ini, tak mungkin mereka akan sekejam itu.

Namun, bukti itu nyata—kontrak perjanjian dengan tanda tangan ibunya.

"Aku tak percaya ...." Suaranya nyaris tak terdengar.

"Terserah." Madam Siska meniup asap rokoknya. "Pegang dia!"

Dua pria berbadan besar segera mencengkram Binar, mengabaikan teriakannya yang menggema di antara dentuman musik. Cairan panas dipaksa melewati tenggorokannya, membuat tubuhnya terbakar dari dalam.

"Nikmati malam pertamamu."

Binar terus meronta, tapi tubuhnya melemah. Napasnya mulai memburu dan kulitnya berkeringat dingin. Ia semakin merasa ada yang tak beres dengan tubuhnya.

Tubuh Binar diseret melewati ruangan penuh pengunjung yang hanya menatap tanpa peduli—kecuali satu orang.

"Berhenti."

Mendengar langkah kaki yang mendekat, sontak Binar mengangkat kepalanya. Ia berusaha menatap wajah pria dengan nama familiar baginya, tapi tertutupi oleh air mata dan keringat yang membasahi wajahnya.

"Lepaskan dia," perintahnya tak menerima bantahan.

Kedua pria itu saling memandang dengan raut cemas dan ketakutan yang nyata. "Tapi ... Tuan Dante ...." Salah satu pria berusaha berargumen meski suaranya bergetar.

Tatapan Dante cukup membuat mereka patuh. Tubuh Binar nyaris jatuh jika pria itu tak menangkapnya.

"To-tolong ...." bibir Binar nampak bergetar, genggamannya melemah di jas hitam Dante yang mulai kusut.

Pandangan Dante menggelap, menyadari gadis ini telah diberi obat perangsang. Tanpa mengatakan apapun dia menggendong Binar dengan mudah, segera melangkah pergi.

"Tenang, kau aman bersamaku ... Binar." Dante berjalan dengan rahang mengeras, mengabaikan banyak pasang mata yang melihatnya penasaran. "Urus mereka," perintahnya pada empat pria berseragam yang mengikutinya.

Namun, sebelum benar-benar pergi. Suara keras melengking datang dari arah belakang. "TUAN DANTE! TUNGGU SEBENTAR!"

Madam Siska berlari dengan keringat yang mengucur deras. Ia berniat menghampiri Dante, tapi pria itu bahkan tak menghentikan langkah panjangnya sembari mendekap Binar lebih erat.

Semua orang memilih menepi meski merasa penasaran, tak ingin terlibat dalam masalah yang akan ditimbulkan Madam Siska.

Dia sudah bosan hidup, begitulah isi pikiran semua orang ketika melihat keberanian Madam Siska.

"Tuan Dante. Maafkan aku, tapi anda tidak bisa membawanya," seru Madam Siska terburu-buru, mengabaikan beberapa pria berjas hitam yang berdiri tegak mengawasi gerak-geriknya.

"Kata siapa?"

Madam Siska merasakan tubuhnya tiba-tiba menggigil ketika pria itu menatapnya tajam. Namun, ia tak punya pilihan lain. Ia hanyalah pedagang yang menginginkan keuntungan dari bisnisnya.

"Maaf, tapi saya sudah membayarnya mahal dari seseorang. Saya tahu anda berkuasa, tapi bisnis adalah bisnis. Jika anda menginginkannya, anda harus-"

DOR

Tubuh Madam Siska menghantam tanah dengan peluru yang bersarang di dahinya, memutus perkataannya yang belum selesai.

"Berisik." Dante mengernyit jijik, tak mengacuhkannya dan memasuki mobil. Mengabaikan satu nyawa yang baru saja ia renggut.

"Ke hotel A," Suara Dante mendingin, membekukan udara dalam mobil.

"Baik, Tuan."

Secepat angin, mobil itu membelah keheningan malam yang terasa lebih dingin dari malam biasanya.

---

Binar menahan tubuh Dante yang akan menjauh setelah membaringkannya di ranjang. Ia butuh sentuhannya. Sentuhan yang bisa meredakan rasa frustasi di tubuhnya.

"Tolong ... aku ...," bisik Binar patah-patah. Nafasnya memburu dengan wajah memerah sepenuhnya.

Dante tetap tenang, meski sedikit goyah. "Kau mungkin akan menyesalinya jika aku membantumu," ucapnya berat, memperhatikan Binar yang terus bergerak menempel padanya.

Binar membuka sedikit matanya, menangkap sosok pria tampan meski terlihat buram. Ia butuh sesuatu yang bisa menenangkan rasa frustasinya. Dengan naluriah, ia menarik kerah pria itu dan mencium bibirnya dengan rakus.

"Aku ingin lebih." Sesuatu dalam dirinya sedang mengendalikan tubuhnya. Rasanya menjengkelkan, tapi ia tak mampu menguasai dirinya.

Ciumannya terkesan amatir, dengan gerakan terburu-buru.

Dante memejamkan matanya, menikmati ciuman Binar yang kini turun ke lehernya. Perlahan, nafasnya menjadi berat dan ia menelan ludah sesekali kala Binar menggigitnya dengan liar.

Namun, Dante dengan cepat menarik diri, menatap Binar yang kini bahkan menangis. "Apa yang harus kulakukan padamu?" tanyanya dengan nada berat, menahan hasratnya yang membumbung tinggi.

Binar mencoba menjangkau tubuh Dante, sesuatu yang bisa menolongnya.

"Aku mohon ...," rengeknya.

Tiba-tiba, Dante mencium bibir Binar dengan gerakan lebih liar. Lidahnya menjelajah, membelit dan menghisap membuat Binar kuwalahan.

Satu tangannya mulai menelusuri kulit Binar yang terekspos, membuat gadis itu meleguh tanpa sadar.

Binar mengambil oksigen dengan rakus kala Dante melepaskan ciumannya.

“Maaf,” gumam Dante pelan, lalu dengan hati-hati menekan arteri karotis dengan presisi tepat di bawah rahangnya.

Hanya butuh beberapa detik.

Binar mengerjap saat rasa pusing tiba-tiba menyerangnya. Telinganya berdenging saat mencoba meraih lengan Dante, tapi kekuatannya melemah dengan cepat.

“Apa ... yang ...,” bisiknya hampir tak terdengar sembelum kegelapan menelannya sepenuhnya.

Dante memperhatikan nafas Binar yang mulai stabil dan mengatur tubuhnya supaya ia bisa berbaring dengan nyaman.

Matanya yang tajam memindai beberapa luka memar ditubuhnya dengan pandangan gelap.

Dia bangkit menuju dapur dan kembali setelah dengan membawa kompres dan salep di tangannya.

"Maafkan aku," gumamnya dengan rasa bersalah di wajahnya yang biasanya tanpa ekspresi.

Begitu Dante menyingkap lengan bajunya, ia terdiam beberapa saat. Tangannya mengelus bekas luka bakar yang sedikit memudar dan mengecupnya penuh perasaan.

"Aku kembali."

Dante menetap lembut wajah Binar yang kini tertidur lelap. Setidaknya, ini lebih baik daripada harus membiarkannya tersiksa oleh efek afrodisiak yang mengendalikan tubuhnya.

Dia beranjak untuk tidur di samping Binar dan menariknya dalam pelukan. Rasanya seperti dulu, saat ia selalu menidurkan adik kecilnya yang selalu ketakutan karena mimpi buruknya yang berulang.

---

Suara detak jarum jam yang terdengar samar, bersaing dengan degup jantung Binar ketika mendapati dirinya terbangun di sebuah kamar mewah asing.

Ketakutan dan kebingungan merayapi hatinya kala mencium aroma parfum maskulin yang tersisa di ranjang.

Binar panik dan segera terduduk meski kepalanya masih berdenyut. "Di mana aku?" gumamnya kebingungan.

Binar mengingat sesuatu. Madam Siska, dua pria besar yang menyeretnya dan ... Seorang pria.

Binar ingat kalau dia jatuh di pelukan seorang pria sebelum jatuh tak sadarkan diri. Apa pria itu telah menyelamatkannya atau-

Sebelum Binar bisa mencerna semuanya, pintu kamar terbuka.

Seorang pria masuk dengan langkah tenang. Lengan kemeja hitamnya digulung sampai siku memperlihatkan lengan yang berurat. Wajahnya tampan, apalagi matanya yang tajam menatap Binar dengan intens bak tengah mengamati buruannya.

"Kau sudah bangun," ucapnya dengan suara rendah dan santai, tapi Binar tak bisa mengabaikan nada tegas dibaliknya.

Binar mundur selangkah, menatap pria asing itu dengan tatapan antisipasi. “Siapa kau?” tanyanya dengan suara serak khas bangun tidur.

Alih-alih menjawab, pria itu malah menyeringai. Langkahnya mendekati Binar hingga berhenti tepat satu langkah darinya.

“Sudah lama sekali ... Binar,” katanya pelan.

Binar mengerutkan kening. “Apa maksudmu?”

Pria itu tertawa pelan, seolah sudah menduga reaksi yang akan ia terima. “Kau tidak ingat aku?”

Binar menelan ludahnya gugup. Ia menatap mata pria itu dalam, tapi belum berhasil menggali ingatannya. Namun, entah mengapa ia merasa familiar dengannya.

Dengan tenang, pria itu merogoh saku celananya dan mengeluarkan sebuah kalung perak dengan liontin kecil berbentuk bulan sabit.

Binar membelalakkan mata.

Itu miliknya.

Lebih tepatnya, kalung itu telah ia berikan kepada seseorang lima belas tahun yang lalu. Mungkinkah?

“Ka-kak D-Dante...?” gumamnya nyaris tak percaya.

Senyuman tipis terangkat di bibir pria itu. “Akhirnya.”

Binat tercekat. Dante yang dulu ia kenal adalah laki-laki lugu dengan sorot mata penuh kelembutan. Bukan pria yang memiliki tatapan tajam dan aura berbahaya di sekelilingnya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • Terperangkap Hasrat Tuan Mafia   2. Lamaran Tak Terduga

    “Ka-kak D-Dante...?” gumamnya nyaris tak percaya.Senyuman tipis terangkat di bibir pria itu. “Akhirnya.”Binar tercekat. Dante yang dulu ia kenal adalah laki-laki lugu dengan sorot mata penuh kelembutan. Bukan pria yang memiliki tatapan tajam dan aura berbahaya di sekelilingnya. Binar membisu untuk sesaat. Benarkah dia adalah Dante yang ia kenal? Dilihat dari wajahnya memang mirip dengan yang ada di ingatannya, tapi mata itu ... aura dingin yang bertolak belakang dengan kepribadian Dante-nya yang hangat sedikit membingungkan untuknya. Tubuh Binar menegang kala Dante makin mendekat, mengungkungnya di kepala ranjang. Ia terkesiap kala tangan besar itu mengelus rambutnya lembut. “Sebenarnya aku ingin membawamu sejak dulu,” ungkapnya pelan. “Tapi aku terlalu lambat. Dan orang-orang itu ...,” Tatapannya menjadi gelap penuh kebencian. “ ... membuangmu ke neraka.”Tangan Binar mengepal begitu mendengar pengakuan Dante. Jadi, apa sebenarnya Dante mengetahui semua tentangnya? Tentang hidup

    Last Updated : 2025-02-11
  • Terperangkap Hasrat Tuan Mafia   3. Menjadi Miliknya

    Tubuh Binar terasa remuk redam kala terbangun di siang harinya. Ia hanya diam berbaring untuk meredakan bagian inti tubuhnya yang masih nyeri.Binar menyadari rambutnya sedikit lembab, tubuhnya juga telah dibalut piyama kebesaran. "Apakah Dante yang melakukannya?" tanyanya skeptis. Binar melirik noda merah pada seprai yang teronggok di sudut ruangan dengan tatapan kosong. Ia telah menyerahkannya. Tangan Binar mengepal, merasakan denyut menyakitkan di dadanya. Ia hanya bisa menyalahkan dirinya sendiri karena ini adalah pilihannya. Ia yang memberikan akses kepada Dante untuk mengambil semuanya hanya karena sentuhan kecil. Suara pintu kamar mandi yang terbuka menarik atensi Binar. Ia melihat Dante keluar dari sana sambil mengenakan kausnya, memperlihatkan perut sixpack dan beberapa bekas luka di sana. Binar menggigit bibirnya berusaha bangun melawan nyeri yang makin terasa, tapi tubuhnya tak bisa diajak bekerjasama. Dante dengan tenang menghampiri Binar. Membaringkannya kembali dan

    Last Updated : 2025-02-24
  • Terperangkap Hasrat Tuan Mafia   4. Kecemburuan Dante

    Binar tak tahu sejak kapan semuanya mulai berubah.Dante masihlah pria dingin dan mengintimidasi, tapi terkadang ... perlakuan lembutnya kembali mengingatkan pada masa kecil mereka yang damai. Pria itu masih mengingat makanan apa yang ia sukai dan ia benci. Menyiapkan segala keperluannya, meski ia tak diperbolehkan keluar dari rumah. Dante juga selalu membasuh tubuhnya ketika Binar sudah terkapar tak berdaya karena sentuhannya. Namun, masalah sebenarnya datang dari Valeria yang terus-terusan datang ke rumah dan mengacaukan semuanya. Sikap Dante yang tak pernah menjawab ketika Binar mempertanyakan hubungan keduanya, semakin membuatnya kesal dan jengkel. ---Binar merapatkan jari-jarinya yang terasa dingin sambil menyesap teh hangat di balkon kamarnya. Ia sendirian. Diana pamit entah kemana setelah mengantarkan teh untuknya. Tak lama kemudian, tatapannya tertuju pada Adrian yang berdiri di depan pintu kamar. Laki-laki aneh yang nyaris tak pernah mengangkat wajahnya di hadapan Binar

    Last Updated : 2025-02-24
  • Terperangkap Hasrat Tuan Mafia   5. Pelarian

    Binar masih bisa mencium aroma darah yang menguar dari pintu kamar meski lantai itu telah dibersihkan, seolah tak pernah ada kejadian mengenaskan yang terjadi. Diana terus membujuknya untuk makan, tapi ia terus menolak. Makanan itu selalu berakhir di toilet saat ia mengingat kejadian kemarin. Tangan Binar terus mencengkeram selimut dengan erat. Gemetar di tubuhnya tak juga kunjung mereda. Suara pistol yang menggema, darah yang berceceran ... terekam jelas di kepalanya. Binar ingin pergi.Ia tak bisa tinggal di sini lebih lama.Binar tak lagi peduli jika ia harus kehilangan segalanya. Yang terpenting, ia harus segera pergi dari sini bagaimanapun caranya. Dengan tangan gemetar, Binar meraih ponsel yang selama ini ia simpan di laci nakas. Ia mencoba menghubungi kontak sahabatnya dari panti -Vera untuk meminta bantuan. "Vera ... tolong aku. Aku ingin pergi dari sini." Binar mengetik sambil menahan gemetar di tangannya.Tak menunggu lama, pesan itu segera di baca. Dan sebuah notifikas

    Last Updated : 2025-02-24
  • Terperangkap Hasrat Tuan Mafia   6. Kunjungan Tak Terduga

    Binar berdiri untuk waktu yang cukup lama setelah sampai di sebuah sebuah kota kecil. Tangannya mencengkeram erat koper kecil-satu-satunya harta berharga yang ia punya dengan memandang lurus jalanan sepi di depannya.Jemarinya berganti mengusap pipinya yang telah basah entah sejak kapan. Tidak. Ia harus bergerak. Menjauh dari Dante adalah keputusan yang bijak."Kau bisa, Binar. Dari awal kau sudah sendirian."Malam itu, Binar berjalan sendirian menembus dinginnya malam. Setidaknya, ini lebih baik daripada hidup dalam bayang-bayang ketakutan dan kekangan erat yang Dante buat.---Binar menyesap segelas kopi instan yang mulai mendingin di tangannya, memindai isi kamar kecil yang bisa ia sewa untuk sebulan kedepan. Tempat ... yang ia pikir akan lolos dari intaian Dante.Ia menghitung sisa uang yang Valleria berikan padanya yang mulai tersisa sedikit. "Aku harus mencari pekerjaan segera."Begitu matahari mulai naik, Binar dengan semangat membersihkan diri dan pergi untuk mencari peruntung

    Last Updated : 2025-03-04
  • Terperangkap Hasrat Tuan Mafia   7. Buruan

    Binar menggigit bibirnya kencang, menunduk di bawah meja. Tubuhnya gemetar dengan jantung yang memompa cepat melihat pecahan kaca yang berhamburan di lantai. Situasi yang Binar benci. Mengingatkannya akan tragedi berdarah yang menciptakan trauma mendalam di benaknya. Dan sekarang, ia berada di tengah kekacauan yang sama. Lagi. Semenjak bertemu Dante, sepertinya hidupnya tak pernah damai untuk sekejap. Memaksakan tububuhnya yang terus bergetar untuk bergerak, Binar merangkak di balik meja, menghindari serpihan kaca yang berserakan. Hingga ... siluet familiar tertangkap dari sudut matanya. Dante. Pria itu berdiri tegap memandang dingin ke arahnya dengan pistol berasap di genggaman. Binar jatuh terduduk dengan pupil bergetar tak bisa bergerak ketika Dante beranjak mendekat ke arahnya. Tatapan Dante terlihat gelap. Rahangnya mengeras. Jemari panjangnya melingkar erat di gagang pistol, seakan siap menghabisi siapa pun yang menghalangi jalannya. Binar mundur perlahan, berusaha men

    Last Updated : 2025-04-11
  • Terperangkap Hasrat Tuan Mafia   9.Tawanan

    Binar menggigit bibir dalamnya, menahan amarah yang bergejolak di dadanya. Matanya memerah, menahan genangan air mata menghunus tajam ke arah Vincent."Kalian ...," geram Binar. Ia pikir Valleria tak akan mengusiknya lagi, tapi melihat Vincent di sini ... berarti wanita itu berusaha melenyapkannya.Sialan!Vincent tertawa melihat Binar yang berusaha melawan. Ia menjepit dagunya, tertawa senang. "Kau menggemaskan sekali, kucing kecil. Sayang sekali, cakar kecilmu tak berhasil melukaiku."Jemari Vincent terus menelusuri wajah Binar meski wanita itu trerus memberontak. "Dante pasti frustasi sekali ketika trophy kebanggaan miliknya kuambil paksa tepat di depan matanya."Binar terus memperhatikan dengan waspada tatapan Vincent yang seperti menelanjanginya. Ia ingin berteriak, tapi tenggorokannya terasa sakit.Vincent tertawa geli. "Sepertinya, ruangan ini kurang cocok untukmu." Ia mencondongkan tubuhnya, berbisik lirih tepat di telinga Binar sembari mengendus lehernya. "Aku punya ruangan i

    Last Updated : 2025-04-12

Latest chapter

  • Terperangkap Hasrat Tuan Mafia   9.Tawanan

    Binar menggigit bibir dalamnya, menahan amarah yang bergejolak di dadanya. Matanya memerah, menahan genangan air mata menghunus tajam ke arah Vincent."Kalian ...," geram Binar. Ia pikir Valleria tak akan mengusiknya lagi, tapi melihat Vincent di sini ... berarti wanita itu berusaha melenyapkannya.Sialan!Vincent tertawa melihat Binar yang berusaha melawan. Ia menjepit dagunya, tertawa senang. "Kau menggemaskan sekali, kucing kecil. Sayang sekali, cakar kecilmu tak berhasil melukaiku."Jemari Vincent terus menelusuri wajah Binar meski wanita itu trerus memberontak. "Dante pasti frustasi sekali ketika trophy kebanggaan miliknya kuambil paksa tepat di depan matanya."Binar terus memperhatikan dengan waspada tatapan Vincent yang seperti menelanjanginya. Ia ingin berteriak, tapi tenggorokannya terasa sakit.Vincent tertawa geli. "Sepertinya, ruangan ini kurang cocok untukmu." Ia mencondongkan tubuhnya, berbisik lirih tepat di telinga Binar sembari mengendus lehernya. "Aku punya ruangan i

  • Terperangkap Hasrat Tuan Mafia   7. Buruan

    Binar menggigit bibirnya kencang, menunduk di bawah meja. Tubuhnya gemetar dengan jantung yang memompa cepat melihat pecahan kaca yang berhamburan di lantai. Situasi yang Binar benci. Mengingatkannya akan tragedi berdarah yang menciptakan trauma mendalam di benaknya. Dan sekarang, ia berada di tengah kekacauan yang sama. Lagi. Semenjak bertemu Dante, sepertinya hidupnya tak pernah damai untuk sekejap. Memaksakan tububuhnya yang terus bergetar untuk bergerak, Binar merangkak di balik meja, menghindari serpihan kaca yang berserakan. Hingga ... siluet familiar tertangkap dari sudut matanya. Dante. Pria itu berdiri tegap memandang dingin ke arahnya dengan pistol berasap di genggaman. Binar jatuh terduduk dengan pupil bergetar tak bisa bergerak ketika Dante beranjak mendekat ke arahnya. Tatapan Dante terlihat gelap. Rahangnya mengeras. Jemari panjangnya melingkar erat di gagang pistol, seakan siap menghabisi siapa pun yang menghalangi jalannya. Binar mundur perlahan, berusaha men

  • Terperangkap Hasrat Tuan Mafia   6. Kunjungan Tak Terduga

    Binar berdiri untuk waktu yang cukup lama setelah sampai di sebuah sebuah kota kecil. Tangannya mencengkeram erat koper kecil-satu-satunya harta berharga yang ia punya dengan memandang lurus jalanan sepi di depannya.Jemarinya berganti mengusap pipinya yang telah basah entah sejak kapan. Tidak. Ia harus bergerak. Menjauh dari Dante adalah keputusan yang bijak."Kau bisa, Binar. Dari awal kau sudah sendirian."Malam itu, Binar berjalan sendirian menembus dinginnya malam. Setidaknya, ini lebih baik daripada hidup dalam bayang-bayang ketakutan dan kekangan erat yang Dante buat.---Binar menyesap segelas kopi instan yang mulai mendingin di tangannya, memindai isi kamar kecil yang bisa ia sewa untuk sebulan kedepan. Tempat ... yang ia pikir akan lolos dari intaian Dante.Ia menghitung sisa uang yang Valleria berikan padanya yang mulai tersisa sedikit. "Aku harus mencari pekerjaan segera."Begitu matahari mulai naik, Binar dengan semangat membersihkan diri dan pergi untuk mencari peruntung

  • Terperangkap Hasrat Tuan Mafia   5. Pelarian

    Binar masih bisa mencium aroma darah yang menguar dari pintu kamar meski lantai itu telah dibersihkan, seolah tak pernah ada kejadian mengenaskan yang terjadi. Diana terus membujuknya untuk makan, tapi ia terus menolak. Makanan itu selalu berakhir di toilet saat ia mengingat kejadian kemarin. Tangan Binar terus mencengkeram selimut dengan erat. Gemetar di tubuhnya tak juga kunjung mereda. Suara pistol yang menggema, darah yang berceceran ... terekam jelas di kepalanya. Binar ingin pergi.Ia tak bisa tinggal di sini lebih lama.Binar tak lagi peduli jika ia harus kehilangan segalanya. Yang terpenting, ia harus segera pergi dari sini bagaimanapun caranya. Dengan tangan gemetar, Binar meraih ponsel yang selama ini ia simpan di laci nakas. Ia mencoba menghubungi kontak sahabatnya dari panti -Vera untuk meminta bantuan. "Vera ... tolong aku. Aku ingin pergi dari sini." Binar mengetik sambil menahan gemetar di tangannya.Tak menunggu lama, pesan itu segera di baca. Dan sebuah notifikas

  • Terperangkap Hasrat Tuan Mafia   4. Kecemburuan Dante

    Binar tak tahu sejak kapan semuanya mulai berubah.Dante masihlah pria dingin dan mengintimidasi, tapi terkadang ... perlakuan lembutnya kembali mengingatkan pada masa kecil mereka yang damai. Pria itu masih mengingat makanan apa yang ia sukai dan ia benci. Menyiapkan segala keperluannya, meski ia tak diperbolehkan keluar dari rumah. Dante juga selalu membasuh tubuhnya ketika Binar sudah terkapar tak berdaya karena sentuhannya. Namun, masalah sebenarnya datang dari Valeria yang terus-terusan datang ke rumah dan mengacaukan semuanya. Sikap Dante yang tak pernah menjawab ketika Binar mempertanyakan hubungan keduanya, semakin membuatnya kesal dan jengkel. ---Binar merapatkan jari-jarinya yang terasa dingin sambil menyesap teh hangat di balkon kamarnya. Ia sendirian. Diana pamit entah kemana setelah mengantarkan teh untuknya. Tak lama kemudian, tatapannya tertuju pada Adrian yang berdiri di depan pintu kamar. Laki-laki aneh yang nyaris tak pernah mengangkat wajahnya di hadapan Binar

  • Terperangkap Hasrat Tuan Mafia   3. Menjadi Miliknya

    Tubuh Binar terasa remuk redam kala terbangun di siang harinya. Ia hanya diam berbaring untuk meredakan bagian inti tubuhnya yang masih nyeri.Binar menyadari rambutnya sedikit lembab, tubuhnya juga telah dibalut piyama kebesaran. "Apakah Dante yang melakukannya?" tanyanya skeptis. Binar melirik noda merah pada seprai yang teronggok di sudut ruangan dengan tatapan kosong. Ia telah menyerahkannya. Tangan Binar mengepal, merasakan denyut menyakitkan di dadanya. Ia hanya bisa menyalahkan dirinya sendiri karena ini adalah pilihannya. Ia yang memberikan akses kepada Dante untuk mengambil semuanya hanya karena sentuhan kecil. Suara pintu kamar mandi yang terbuka menarik atensi Binar. Ia melihat Dante keluar dari sana sambil mengenakan kausnya, memperlihatkan perut sixpack dan beberapa bekas luka di sana. Binar menggigit bibirnya berusaha bangun melawan nyeri yang makin terasa, tapi tubuhnya tak bisa diajak bekerjasama. Dante dengan tenang menghampiri Binar. Membaringkannya kembali dan

  • Terperangkap Hasrat Tuan Mafia   2. Lamaran Tak Terduga

    “Ka-kak D-Dante...?” gumamnya nyaris tak percaya.Senyuman tipis terangkat di bibir pria itu. “Akhirnya.”Binar tercekat. Dante yang dulu ia kenal adalah laki-laki lugu dengan sorot mata penuh kelembutan. Bukan pria yang memiliki tatapan tajam dan aura berbahaya di sekelilingnya. Binar membisu untuk sesaat. Benarkah dia adalah Dante yang ia kenal? Dilihat dari wajahnya memang mirip dengan yang ada di ingatannya, tapi mata itu ... aura dingin yang bertolak belakang dengan kepribadian Dante-nya yang hangat sedikit membingungkan untuknya. Tubuh Binar menegang kala Dante makin mendekat, mengungkungnya di kepala ranjang. Ia terkesiap kala tangan besar itu mengelus rambutnya lembut. “Sebenarnya aku ingin membawamu sejak dulu,” ungkapnya pelan. “Tapi aku terlalu lambat. Dan orang-orang itu ...,” Tatapannya menjadi gelap penuh kebencian. “ ... membuangmu ke neraka.”Tangan Binar mengepal begitu mendengar pengakuan Dante. Jadi, apa sebenarnya Dante mengetahui semua tentangnya? Tentang hidup

  • Terperangkap Hasrat Tuan Mafia   1. Pertemuan Kembali

    "Aku datang kesini hanya untuk menjadi pelayan, bukan wanita panggilan!" Binar menyalak keras, menatap wanita glamour yang menggunakan riasan tebal itu dengan amarah yang menggelegak. Binar jelita-gadis berusia 27 tahun itu tak terima dengan keputusan sepihak Madam Siska-pemilik Bar Eclipse. Namun, tawa wanita itu menggema. "Sayang sekali, orang tua angkatmu sudah menjualmu padaku."Dunia Binar runtuh dalam sekejap. Tak mungkin. Meski mereka memanfaatkannya selama ini, tak mungkin mereka akan sekejam itu. Namun, bukti itu nyata—kontrak perjanjian dengan tanda tangan ibunya."Aku tak percaya ...." Suaranya nyaris tak terdengar."Terserah." Madam Siska meniup asap rokoknya. "Pegang dia!"Dua pria berbadan besar segera mencengkram Binar, mengabaikan teriakannya yang menggema di antara dentuman musik. Cairan panas dipaksa melewati tenggorokannya, membuat tubuhnya terbakar dari dalam."Nikmati malam pertamamu."Binar terus meronta, tapi tubuhnya melemah. Napasnya mulai memburu dan kulit

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status