Share

3. Menjadi Miliknya

Author: Nalla Ela
last update Last Updated: 2025-02-24 21:22:28

Tubuh Binar terasa remuk redam kala terbangun di siang harinya. Ia hanya diam berbaring untuk meredakan bagian inti tubuhnya yang masih nyeri.

Binar menyadari rambutnya sedikit lembab, tubuhnya juga telah dibalut piyama kebesaran. "Apakah Dante yang melakukannya?" tanyanya skeptis.

Binar melirik noda merah pada seprai yang teronggok di sudut ruangan dengan tatapan kosong. Ia telah menyerahkannya.

Tangan Binar mengepal, merasakan denyut menyakitkan di dadanya. Ia hanya bisa menyalahkan dirinya sendiri karena ini adalah pilihannya. Ia yang memberikan akses kepada Dante untuk mengambil semuanya hanya karena sentuhan kecil.

Suara pintu kamar mandi yang terbuka menarik atensi Binar. Ia melihat Dante keluar dari sana sambil mengenakan kausnya, memperlihatkan perut sixpack dan beberapa bekas luka di sana.

Binar menggigit bibirnya berusaha bangun melawan nyeri yang makin terasa, tapi tubuhnya tak bisa diajak bekerjasama.

Dante dengan tenang menghampiri Binar. Membaringkannya kembali dan menyelimutinya. "Beristirahatlah."

Binar menahan napas saat jemari itu menyusuri pipinya. Menciptakan gelenyar aneh yang belum pernah ia rasakan sebelumnya.

"Kenapa menatapku seperti itu?" tanya Dante pelan, memperhatikan betapa cantiknya Binar ketika tengah bersemu.

Binar mengalihkan pandangannya segera. "Bukan apa-apa."

Dante hanya memperhatikan dan tak menanggapinya lebih jauh. Ia bangkit berdiri dan mengecup kening Binar agak lama. "Aku pergi dulu."

Tatapan Binar terpaku pada Dante hingga tubuh tingginya menghilang di balik pintu.

Kedua tangannya saling menggenggam di pangkuan. "Murahan sekali," keluhnya kala merasakan jantungnya berdebar karena perlakuan Dante.

---

Barus saja hendak memejamkan matanya kembali, Binar dikejutkan dengan ketukan di pintu kamar, disusul dengan masuknya Matthias dan dua orang berpakaian formal.

Binar memandang Matthias penuh tanya sambil berusaha untuk duduk.

"Mereka yang akan menjagamu mulai sekarang," ucap Matthias datar.

"Selamat siang, Nyonya. Saya Diana dan dia adalah Adrian," sapanya sopan. Sedangkan laki-laki di belakangnya hanya diam menundukkan kepala.

"Dante sudah menunggumu di meja makan. Diana akan membantumu bersiap," ujar Matthias sebelum beranjak pergi.

"Saya akan berjaga di luar." Adrian berlalu tanpa memandang Binar sekalipun.

"Mari, Nyonya."

Binar terdiam, memahami situasi. Ia melirik Diana yang tersenyum ramah. "Apa aku perlu penjagaan seperti ini?" tanyanya pelan.

---

Binar terpaku melihat bayangan tubuhnya terpantul dar cermin. memperlihatkan wajahnya yang pucat dan bekas merah kehitaman yang menuhi hampir seluruh tubuhnya.

Tak ingin terlarut dalam emosi, Binar segera memakai pakaian yang telah disiapkan Diana. Ia mengumpulkan keberanian sebelum keluar dari kamar.

Setibanya di ruang makan, Dante telah menunggunya. Dia duduk tenang di kursi dengan mata yang terus menatap lurus ke arahnya.

"Makan lebih banyak." Dante mendorong piring ke arah Binar yang lebih banyak diam.

Belum sempat suapan pertama masuk ke mulutnya, suara mendayu seorang wanita terdengar mendekat. Ini membuat Binar menoleh kearah Dante penasaran.

Seorang wanita berpakaian merah ketat mendekat dengan senyum menggoda ke arah Dante.

Valleria Bianchi

"Hai, Dante." Suara manis memikat terdengar menjengkelkan di telinga Binar. Tangan lentiknya menyentuh bahu Dante dengan sensual, mengabaikan Binar yang duduk tepat di depan mereka.

Binar meratap melihat Dante bahkan tak menolak sentuhan wanita itu. Apa hubungan keduanya? Dan kenapa ... Binar merasa sakit melihat kedekatan mereka?

"Kau tahu... aku bergegas dari Milan saat mendengar kau memilih menikah dengan perempuan tak jelas ini. Aku merindukanmu,kenapa kau mengabaikanku?" tanya Valleria dengan manja.

Binar menegang. Matanya memperhatikan tangan wanita itu dengan berani mengelus dada bidang Dante. Namun, ia memilih menunduk dan melanjutkan makan siangnya. Mengabaikan kedua orang yang tengah 'bermesraan' di depannya.

Binar seharusnya tak peduli, kan? Tapi kenapa rasanya sakit sekali saat mengetahui Dante bahkan tak menolak sentuhan wanita itu, di depan istrinya?!

Atau mungkin, Dante hanya menganggapnya sebagai istri di atas kertas saja? Pria itu memanfaatkannya?

Mungkin ini sifat Dante sebenarnya. Seorang cassanova yang menikmati wanita lain menempel padanya setelah apa yang terjadi semalam?

"Apa aku cuma mainan untuknya?" tanya Binar dalam hati.

"Menjijikkan!" Binar kehilangan nafsu makannya dan beranjak pergi.

Namun, suara Dante yang tegas dan dingin membuatnya menoleh sejenak.

"Binar. Selesaikan makan mu!" perintahnya tegas dengan sorot mata dingin menembus jantungnya.

Binar tak menjawab. Ia melihat wanita itu menyeringai senang sambil terus bergelayut manja di lengan Dante. Membuatnya makin muak.

"Aku tak nafsu makan." Mata Binar memandang Dante dengan dingin. "Lagi pula, aku tak terbiasa makan dengan lalat yang terus berdenging di sekitarku," sindirnya keras sebelum benar-benar pergi dari tempat terkutuk itu.

Dante menyingkirkan tangan Valeria dari bahunya dengan senyum tipis kepuasan terbit di sudut bibirnya.

---

Binar menghempaskan tubuhnya di ranjang dengan napas memburu. Sial! Ia seharusnya tak terpengaruh, tapi kenapa hatinya merasakan sakit melihat Dante tak menolak sentuhan wanita itu?

Dante bukanlah Kak Dante-nya yang dulu. Dia hanya orang asing penuh kegilaan yang mengikatnya tanpa perasaan. Tapi kenapa ... rasanya sesak sekali?

Dante masuk ke kamar tanpa mengetuk pintu. Ekspresinya yang tenang, membuat Binar kesulitan memahaminya.

Binar menatap Dante sebal. "Apa yang kau lakukan di sini?"

Pria itu tak menjawab, tapi terus mendekat perlahan dan mendorong Binar berbaring. Tanpa aba-aba, Dante menindih tubuhnya dan melabuhkan ciuman dalam.

Binar awalnya terpaku, tapi kemudian ia meronta keras. Namun, Dante tak peduli. Pria itu tetap menghisap dan melumat bibir Binar.

Melihat ekspresi menggemaskan Binar yang tengah cemburu, justru mengobarkan gairah di dadanya.

Binar terengah begitu Dante melepaskan ciumannya. "Kau brengsek! Aku benci padamu!"

"Kenapa?" Pertanyaan Dante membuat Binar linglung sejenak. Kenapa katanya?

"Kau cemburu?" tanya Dante lagi. Lengkungan senyum samar kembali hadir di wajahnya. Jari telunjuknya menyisir rahang Binar, lalu turun ke leher.

Binar hendak menjauh, tapi jemari Dante menahan tengkuknya dan menariknya semakin dekat. Ia bisa melihat sorot gelap dan menuntut dari pria itu. Membuat jantungnya berdebar lebih kencang. "Lepaskan aku."

Dante tak menggubris. Bibirnya mendekat, menyentuh pelipis Binar dengan gerakan lambat yang nyaris lembut.

"Jangan menghindar," bisiknya.

Dante mencium lebih dalam, menuntut, sampai Binar kehilangan kendali atas dirinya sendiri dan berakhir pasrah tubuhnya kembali dijamah pria itu lagi.

Ketika akhirnya Dante melepaskan penyatuannya, Binar mengerang. Tubuhnya yang belum pulih sepenuhnya kembali melemas dan rasa kantuk menyerangnya lebih cepat.

Dante menyentuh pipi Binar lembut dengan ibu jarinya. "Aku tak akan membiarkanmu pergi dari sisiku, Binar."

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • Terperangkap Hasrat Tuan Mafia   4. Kecemburuan Dante

    Binar tak tahu sejak kapan semuanya mulai berubah.Dante masihlah pria dingin dan mengintimidasi, tapi terkadang ... perlakuan lembutnya kembali mengingatkan pada masa kecil mereka yang damai. Pria itu masih mengingat makanan apa yang ia sukai dan ia benci. Menyiapkan segala keperluannya, meski ia tak diperbolehkan keluar dari rumah. Dante juga selalu membasuh tubuhnya ketika Binar sudah terkapar tak berdaya karena sentuhannya. Namun, masalah sebenarnya datang dari Valeria yang terus-terusan datang ke rumah dan mengacaukan semuanya. Sikap Dante yang tak pernah menjawab ketika Binar mempertanyakan hubungan keduanya, semakin membuatnya kesal dan jengkel. ---Binar merapatkan jari-jarinya yang terasa dingin sambil menyesap teh hangat di balkon kamarnya. Ia sendirian. Diana pamit entah kemana setelah mengantarkan teh untuknya. Tak lama kemudian, tatapannya tertuju pada Adrian yang berdiri di depan pintu kamar. Laki-laki aneh yang nyaris tak pernah mengangkat wajahnya di hadapan Binar

    Last Updated : 2025-02-24
  • Terperangkap Hasrat Tuan Mafia   5. Pelarian

    Binar masih bisa mencium aroma darah yang menguar dari pintu kamar meski lantai itu telah dibersihkan, seolah tak pernah ada kejadian mengenaskan yang terjadi. Diana terus membujuknya untuk makan, tapi ia terus menolak. Makanan itu selalu berakhir di toilet saat ia mengingat kejadian kemarin. Tangan Binar terus mencengkeram selimut dengan erat. Gemetar di tubuhnya tak juga kunjung mereda. Suara pistol yang menggema, darah yang berceceran ... terekam jelas di kepalanya. Binar ingin pergi.Ia tak bisa tinggal di sini lebih lama.Binar tak lagi peduli jika ia harus kehilangan segalanya. Yang terpenting, ia harus segera pergi dari sini bagaimanapun caranya. Dengan tangan gemetar, Binar meraih ponsel yang selama ini ia simpan di laci nakas. Ia mencoba menghubungi kontak sahabatnya dari panti -Vera untuk meminta bantuan. "Vera ... tolong aku. Aku ingin pergi dari sini." Binar mengetik sambil menahan gemetar di tangannya.Tak menunggu lama, pesan itu segera di baca. Dan sebuah notifikas

    Last Updated : 2025-02-24
  • Terperangkap Hasrat Tuan Mafia   6. Kunjungan Tak Terduga

    Binar berdiri untuk waktu yang cukup lama setelah sampai di sebuah sebuah kota kecil. Tangannya mencengkeram erat koper kecil-satu-satunya harta berharga yang ia punya dengan memandang lurus jalanan sepi di depannya.Jemarinya berganti mengusap pipinya yang telah basah entah sejak kapan. Tidak. Ia harus bergerak. Menjauh dari Dante adalah keputusan yang bijak."Kau bisa, Binar. Dari awal kau sudah sendirian."Malam itu, Binar berjalan sendirian menembus dinginnya malam. Setidaknya, ini lebih baik daripada hidup dalam bayang-bayang ketakutan dan kekangan erat yang Dante buat.---Binar menyesap segelas kopi instan yang mulai mendingin di tangannya, memindai isi kamar kecil yang bisa ia sewa untuk sebulan kedepan. Tempat ... yang ia pikir akan lolos dari intaian Dante.Ia menghitung sisa uang yang Valleria berikan padanya yang mulai tersisa sedikit. "Aku harus mencari pekerjaan segera."Begitu matahari mulai naik, Binar dengan semangat membersihkan diri dan pergi untuk mencari peruntung

    Last Updated : 2025-03-04
  • Terperangkap Hasrat Tuan Mafia   7. Buruan

    Binar menggigit bibirnya kencang, menunduk di bawah meja. Tubuhnya gemetar dengan jantung yang memompa cepat melihat pecahan kaca yang berhamburan di lantai. Situasi yang Binar benci. Mengingatkannya akan tragedi berdarah yang menciptakan trauma mendalam di benaknya. Dan sekarang, ia berada di tengah kekacauan yang sama. Lagi. Semenjak bertemu Dante, sepertinya hidupnya tak pernah damai untuk sekejap. Memaksakan tububuhnya yang terus bergetar untuk bergerak, Binar merangkak di balik meja, menghindari serpihan kaca yang berserakan. Hingga ... siluet familiar tertangkap dari sudut matanya. Dante. Pria itu berdiri tegap memandang dingin ke arahnya dengan pistol berasap di genggaman. Binar jatuh terduduk dengan pupil bergetar tak bisa bergerak ketika Dante beranjak mendekat ke arahnya. Tatapan Dante terlihat gelap. Rahangnya mengeras. Jemari panjangnya melingkar erat di gagang pistol, seakan siap menghabisi siapa pun yang menghalangi jalannya. Binar mundur perlahan, berusaha men

    Last Updated : 2025-04-11
  • Terperangkap Hasrat Tuan Mafia   9.Tawanan

    Binar menggigit bibir dalamnya, menahan amarah yang bergejolak di dadanya. Matanya memerah, menahan genangan air mata menghunus tajam ke arah Vincent."Kalian ...," geram Binar. Ia pikir Valleria tak akan mengusiknya lagi, tapi melihat Vincent di sini ... berarti wanita itu berusaha melenyapkannya.Sialan!Vincent tertawa melihat Binar yang berusaha melawan. Ia menjepit dagunya, tertawa senang. "Kau menggemaskan sekali, kucing kecil. Sayang sekali, cakar kecilmu tak berhasil melukaiku."Jemari Vincent terus menelusuri wajah Binar meski wanita itu trerus memberontak. "Dante pasti frustasi sekali ketika trophy kebanggaan miliknya kuambil paksa tepat di depan matanya."Binar terus memperhatikan dengan waspada tatapan Vincent yang seperti menelanjanginya. Ia ingin berteriak, tapi tenggorokannya terasa sakit.Vincent tertawa geli. "Sepertinya, ruangan ini kurang cocok untukmu." Ia mencondongkan tubuhnya, berbisik lirih tepat di telinga Binar sembari mengendus lehernya. "Aku punya ruangan i

    Last Updated : 2025-04-12
  • Terperangkap Hasrat Tuan Mafia   1. Pertemuan Kembali

    "Aku datang kesini hanya untuk menjadi pelayan, bukan wanita panggilan!" Binar menyalak keras, menatap wanita glamour yang menggunakan riasan tebal itu dengan amarah yang menggelegak. Binar jelita-gadis berusia 27 tahun itu tak terima dengan keputusan sepihak Madam Siska-pemilik Bar Eclipse. Namun, tawa wanita itu menggema. "Sayang sekali, orang tua angkatmu sudah menjualmu padaku."Dunia Binar runtuh dalam sekejap. Tak mungkin. Meski mereka memanfaatkannya selama ini, tak mungkin mereka akan sekejam itu. Namun, bukti itu nyata—kontrak perjanjian dengan tanda tangan ibunya."Aku tak percaya ...." Suaranya nyaris tak terdengar."Terserah." Madam Siska meniup asap rokoknya. "Pegang dia!"Dua pria berbadan besar segera mencengkram Binar, mengabaikan teriakannya yang menggema di antara dentuman musik. Cairan panas dipaksa melewati tenggorokannya, membuat tubuhnya terbakar dari dalam."Nikmati malam pertamamu."Binar terus meronta, tapi tubuhnya melemah. Napasnya mulai memburu dan kulit

    Last Updated : 2025-02-11
  • Terperangkap Hasrat Tuan Mafia   2. Lamaran Tak Terduga

    “Ka-kak D-Dante...?” gumamnya nyaris tak percaya.Senyuman tipis terangkat di bibir pria itu. “Akhirnya.”Binar tercekat. Dante yang dulu ia kenal adalah laki-laki lugu dengan sorot mata penuh kelembutan. Bukan pria yang memiliki tatapan tajam dan aura berbahaya di sekelilingnya. Binar membisu untuk sesaat. Benarkah dia adalah Dante yang ia kenal? Dilihat dari wajahnya memang mirip dengan yang ada di ingatannya, tapi mata itu ... aura dingin yang bertolak belakang dengan kepribadian Dante-nya yang hangat sedikit membingungkan untuknya. Tubuh Binar menegang kala Dante makin mendekat, mengungkungnya di kepala ranjang. Ia terkesiap kala tangan besar itu mengelus rambutnya lembut. “Sebenarnya aku ingin membawamu sejak dulu,” ungkapnya pelan. “Tapi aku terlalu lambat. Dan orang-orang itu ...,” Tatapannya menjadi gelap penuh kebencian. “ ... membuangmu ke neraka.”Tangan Binar mengepal begitu mendengar pengakuan Dante. Jadi, apa sebenarnya Dante mengetahui semua tentangnya? Tentang hidup

    Last Updated : 2025-02-11

Latest chapter

  • Terperangkap Hasrat Tuan Mafia   9.Tawanan

    Binar menggigit bibir dalamnya, menahan amarah yang bergejolak di dadanya. Matanya memerah, menahan genangan air mata menghunus tajam ke arah Vincent."Kalian ...," geram Binar. Ia pikir Valleria tak akan mengusiknya lagi, tapi melihat Vincent di sini ... berarti wanita itu berusaha melenyapkannya.Sialan!Vincent tertawa melihat Binar yang berusaha melawan. Ia menjepit dagunya, tertawa senang. "Kau menggemaskan sekali, kucing kecil. Sayang sekali, cakar kecilmu tak berhasil melukaiku."Jemari Vincent terus menelusuri wajah Binar meski wanita itu trerus memberontak. "Dante pasti frustasi sekali ketika trophy kebanggaan miliknya kuambil paksa tepat di depan matanya."Binar terus memperhatikan dengan waspada tatapan Vincent yang seperti menelanjanginya. Ia ingin berteriak, tapi tenggorokannya terasa sakit.Vincent tertawa geli. "Sepertinya, ruangan ini kurang cocok untukmu." Ia mencondongkan tubuhnya, berbisik lirih tepat di telinga Binar sembari mengendus lehernya. "Aku punya ruangan i

  • Terperangkap Hasrat Tuan Mafia   7. Buruan

    Binar menggigit bibirnya kencang, menunduk di bawah meja. Tubuhnya gemetar dengan jantung yang memompa cepat melihat pecahan kaca yang berhamburan di lantai. Situasi yang Binar benci. Mengingatkannya akan tragedi berdarah yang menciptakan trauma mendalam di benaknya. Dan sekarang, ia berada di tengah kekacauan yang sama. Lagi. Semenjak bertemu Dante, sepertinya hidupnya tak pernah damai untuk sekejap. Memaksakan tububuhnya yang terus bergetar untuk bergerak, Binar merangkak di balik meja, menghindari serpihan kaca yang berserakan. Hingga ... siluet familiar tertangkap dari sudut matanya. Dante. Pria itu berdiri tegap memandang dingin ke arahnya dengan pistol berasap di genggaman. Binar jatuh terduduk dengan pupil bergetar tak bisa bergerak ketika Dante beranjak mendekat ke arahnya. Tatapan Dante terlihat gelap. Rahangnya mengeras. Jemari panjangnya melingkar erat di gagang pistol, seakan siap menghabisi siapa pun yang menghalangi jalannya. Binar mundur perlahan, berusaha men

  • Terperangkap Hasrat Tuan Mafia   6. Kunjungan Tak Terduga

    Binar berdiri untuk waktu yang cukup lama setelah sampai di sebuah sebuah kota kecil. Tangannya mencengkeram erat koper kecil-satu-satunya harta berharga yang ia punya dengan memandang lurus jalanan sepi di depannya.Jemarinya berganti mengusap pipinya yang telah basah entah sejak kapan. Tidak. Ia harus bergerak. Menjauh dari Dante adalah keputusan yang bijak."Kau bisa, Binar. Dari awal kau sudah sendirian."Malam itu, Binar berjalan sendirian menembus dinginnya malam. Setidaknya, ini lebih baik daripada hidup dalam bayang-bayang ketakutan dan kekangan erat yang Dante buat.---Binar menyesap segelas kopi instan yang mulai mendingin di tangannya, memindai isi kamar kecil yang bisa ia sewa untuk sebulan kedepan. Tempat ... yang ia pikir akan lolos dari intaian Dante.Ia menghitung sisa uang yang Valleria berikan padanya yang mulai tersisa sedikit. "Aku harus mencari pekerjaan segera."Begitu matahari mulai naik, Binar dengan semangat membersihkan diri dan pergi untuk mencari peruntung

  • Terperangkap Hasrat Tuan Mafia   5. Pelarian

    Binar masih bisa mencium aroma darah yang menguar dari pintu kamar meski lantai itu telah dibersihkan, seolah tak pernah ada kejadian mengenaskan yang terjadi. Diana terus membujuknya untuk makan, tapi ia terus menolak. Makanan itu selalu berakhir di toilet saat ia mengingat kejadian kemarin. Tangan Binar terus mencengkeram selimut dengan erat. Gemetar di tubuhnya tak juga kunjung mereda. Suara pistol yang menggema, darah yang berceceran ... terekam jelas di kepalanya. Binar ingin pergi.Ia tak bisa tinggal di sini lebih lama.Binar tak lagi peduli jika ia harus kehilangan segalanya. Yang terpenting, ia harus segera pergi dari sini bagaimanapun caranya. Dengan tangan gemetar, Binar meraih ponsel yang selama ini ia simpan di laci nakas. Ia mencoba menghubungi kontak sahabatnya dari panti -Vera untuk meminta bantuan. "Vera ... tolong aku. Aku ingin pergi dari sini." Binar mengetik sambil menahan gemetar di tangannya.Tak menunggu lama, pesan itu segera di baca. Dan sebuah notifikas

  • Terperangkap Hasrat Tuan Mafia   4. Kecemburuan Dante

    Binar tak tahu sejak kapan semuanya mulai berubah.Dante masihlah pria dingin dan mengintimidasi, tapi terkadang ... perlakuan lembutnya kembali mengingatkan pada masa kecil mereka yang damai. Pria itu masih mengingat makanan apa yang ia sukai dan ia benci. Menyiapkan segala keperluannya, meski ia tak diperbolehkan keluar dari rumah. Dante juga selalu membasuh tubuhnya ketika Binar sudah terkapar tak berdaya karena sentuhannya. Namun, masalah sebenarnya datang dari Valeria yang terus-terusan datang ke rumah dan mengacaukan semuanya. Sikap Dante yang tak pernah menjawab ketika Binar mempertanyakan hubungan keduanya, semakin membuatnya kesal dan jengkel. ---Binar merapatkan jari-jarinya yang terasa dingin sambil menyesap teh hangat di balkon kamarnya. Ia sendirian. Diana pamit entah kemana setelah mengantarkan teh untuknya. Tak lama kemudian, tatapannya tertuju pada Adrian yang berdiri di depan pintu kamar. Laki-laki aneh yang nyaris tak pernah mengangkat wajahnya di hadapan Binar

  • Terperangkap Hasrat Tuan Mafia   3. Menjadi Miliknya

    Tubuh Binar terasa remuk redam kala terbangun di siang harinya. Ia hanya diam berbaring untuk meredakan bagian inti tubuhnya yang masih nyeri.Binar menyadari rambutnya sedikit lembab, tubuhnya juga telah dibalut piyama kebesaran. "Apakah Dante yang melakukannya?" tanyanya skeptis. Binar melirik noda merah pada seprai yang teronggok di sudut ruangan dengan tatapan kosong. Ia telah menyerahkannya. Tangan Binar mengepal, merasakan denyut menyakitkan di dadanya. Ia hanya bisa menyalahkan dirinya sendiri karena ini adalah pilihannya. Ia yang memberikan akses kepada Dante untuk mengambil semuanya hanya karena sentuhan kecil. Suara pintu kamar mandi yang terbuka menarik atensi Binar. Ia melihat Dante keluar dari sana sambil mengenakan kausnya, memperlihatkan perut sixpack dan beberapa bekas luka di sana. Binar menggigit bibirnya berusaha bangun melawan nyeri yang makin terasa, tapi tubuhnya tak bisa diajak bekerjasama. Dante dengan tenang menghampiri Binar. Membaringkannya kembali dan

  • Terperangkap Hasrat Tuan Mafia   2. Lamaran Tak Terduga

    “Ka-kak D-Dante...?” gumamnya nyaris tak percaya.Senyuman tipis terangkat di bibir pria itu. “Akhirnya.”Binar tercekat. Dante yang dulu ia kenal adalah laki-laki lugu dengan sorot mata penuh kelembutan. Bukan pria yang memiliki tatapan tajam dan aura berbahaya di sekelilingnya. Binar membisu untuk sesaat. Benarkah dia adalah Dante yang ia kenal? Dilihat dari wajahnya memang mirip dengan yang ada di ingatannya, tapi mata itu ... aura dingin yang bertolak belakang dengan kepribadian Dante-nya yang hangat sedikit membingungkan untuknya. Tubuh Binar menegang kala Dante makin mendekat, mengungkungnya di kepala ranjang. Ia terkesiap kala tangan besar itu mengelus rambutnya lembut. “Sebenarnya aku ingin membawamu sejak dulu,” ungkapnya pelan. “Tapi aku terlalu lambat. Dan orang-orang itu ...,” Tatapannya menjadi gelap penuh kebencian. “ ... membuangmu ke neraka.”Tangan Binar mengepal begitu mendengar pengakuan Dante. Jadi, apa sebenarnya Dante mengetahui semua tentangnya? Tentang hidup

  • Terperangkap Hasrat Tuan Mafia   1. Pertemuan Kembali

    "Aku datang kesini hanya untuk menjadi pelayan, bukan wanita panggilan!" Binar menyalak keras, menatap wanita glamour yang menggunakan riasan tebal itu dengan amarah yang menggelegak. Binar jelita-gadis berusia 27 tahun itu tak terima dengan keputusan sepihak Madam Siska-pemilik Bar Eclipse. Namun, tawa wanita itu menggema. "Sayang sekali, orang tua angkatmu sudah menjualmu padaku."Dunia Binar runtuh dalam sekejap. Tak mungkin. Meski mereka memanfaatkannya selama ini, tak mungkin mereka akan sekejam itu. Namun, bukti itu nyata—kontrak perjanjian dengan tanda tangan ibunya."Aku tak percaya ...." Suaranya nyaris tak terdengar."Terserah." Madam Siska meniup asap rokoknya. "Pegang dia!"Dua pria berbadan besar segera mencengkram Binar, mengabaikan teriakannya yang menggema di antara dentuman musik. Cairan panas dipaksa melewati tenggorokannya, membuat tubuhnya terbakar dari dalam."Nikmati malam pertamamu."Binar terus meronta, tapi tubuhnya melemah. Napasnya mulai memburu dan kulit

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status