Share

Terperangkap Gairah Suami Butaku
Terperangkap Gairah Suami Butaku
Penulis: Rae_1243

Bab 1 • Ketahuan

Penulis: Rae_1243
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Waktu sudah menunjukkan pukul sebelas malam, tapi masih terdapat aktivitas di salah satu kamar apartemen mewah.

Suara desahan dan erangan memenuhi seisi kamar. Aroma percintaan menguar dengan sangat pekat, bahkan pendingin ruangan pun seolah tidak berfungsi karena hawa yang tetap terasa panas.

Di atas tempat tidur yang berukuran besar, sepasang pria dan wanita yang sama sekali sudah tidak berbusana saling memadu kasih. Sementara sang pria bergerak bak kesetanan, wanita pun hanya bisa menggelepar merasakan nikmat.

"Di-on, akh!" erang sang wanita, menatap pria itu dengan sepasang mata sayu. "Dion!"

"Katakan padaku, Ans," geram pria yang bernama Dion itu di antara dengusan napasnya yang kian berat. "Katakan, siapa yang lebih bisa memuaskanmu, aku atau kekasihmu yang angkuh itu?"

"Dia-" wanita cantik bersurai hitam itu terlihat kesulitan berbicara di antara kenikmatan yang begitu menderanya. "Dia hanya berfungsi sebagai sumber uangku. Nggak lebih."

Ada seringai kepuasan di wajah tampan Dion ketika mendengarnya. Fakta bahwa Ansia, perempuan cantik yang tengah bersamanya ini, ternyata lebih mengakui kehebatannya di atas tempat tidur, sanggup membuat pria itu berbangga diri.

Permainan mereka semakin ganas, suara erangan dan desahan pun terdengar semakin nyaring. Bahkan tempat tidur yang empuk itu pun sampai terlihat ikut bergerak sementara kedua orang itu terlonjak-lonjak di atasnya.

Sampai kemudian, Ansia bisa mendengar suara password kunci pintu apartemennya ditekan, pertanda ada seseorang yang akan datang.

"Di-on, dia sudah datang," erangnya merasa panik, mencoba mendorong agar tubuh Dion menjauh darinya, tapi percuma. "Hentikan, kita sudah nggak punya wak-"

Entah apa yang ingin perempuan cantik bersurai hitam itu ingin katakan karena Dion sudah terburu menciumnya sementara tubuh mereka pun semakin erat dan menyatu.

Lalu ketika kedua orang itu akhirnya meraih puncak kenikmatan, di saat yang bersamaan pulalah pintu kamar tidur Ansia kemudian mengayun dan terbuka.

•••

Tidak ada kata selain keterkejutan saat pintu kamar tiba-tiba terbuka, menyusul seorang lelaki yang kini berdiri terpana di ambangnya.

Dion tergesa memisahkan diri dan menyambar selimut, tidak peduli dengan sisa kekacauan yang lain.

"Ansia!" bentak lelaki itu, tersadar dari rasa syoknya sementara perempuan bersurai hitam itu masih terlena dalam sisa kenikmatan yang ada.

"Aah, Ian," desah Ansia dengan tubuh lemas, masih belum tersadar sepenuhnya.

Lelaki yang dipanggil Ian oleh Ansia itu pun menggeram. Dengan rambut hitam dan warna mata segelap langit malam, juga perawakan yang tinggi dan atletik, membuat sosoknya kini terlihat lebih mengerikan.

Kemarahannya memuncak, tercetak jelas di wajah tampan yang mengeras. Menggertakkan rahang kuat-kuat, amarah Ian tidak tertahan lagi.

"Pengkhianat!" bentaknya. "Jadi ini rupanya yang kamu lakukan di belakangku? Hah!"

Mendengar bentakan Ian membuat kesadaran Ansia kembali seutuhnya. Gelagapan dia lalu menyambar seprei demi menutupi tubuhnya.

"I- Ian," gagapnya. "Aa—aku bisa menjelaskannya."

"Siapa si berengsek ini?"

Dion, yang tadi secara diam-diam memakai kembali pakaiannya, mendadak beku di tempat. Namun hal tersebut tidak berlangsung lama karena Ian sudah melayangkan pukulan ke arahnya.

"Sialan!" umpat Ian, dengan beringas terus menghajar Dion. "Dasar sampah!!"

"Dion!" seru Ansia, ngeri melihat Ian yang kalap sedangkan Dion tidak berdaya. Sebentar saja pacar gelapnya itu sudah babak belur. "Ian! Hentikan! Kamu bisa membunuhnya!!"

"Memang itu niatku! Jadi tutup saja mulutmu, dasar wanita murahan!"

"Jangan sebut Ansia seperti itu!"

Dion balas memukul rahang Ian, tapi itu malah menjadi sebuah kesalahan besar. Dengan punggung tangannya, Ian mengelap darah di sudut bibir. Ada kebencian mutlak saat dia memandang Dion. "Mati kamu," desisnya.

Hal yang terjadi berikutnya lebih seperti sebuah kekacauan. 

Penuh nafsu membunuh Ian menerjang Dion. Pukulan dan tendangannya menyasar tepat, sama sekali tidak ada kesempatan bagi lawannya untuk membalas. Bahkan saat Dion akhirnya tersungkur dan memuntahkan darah, Ian malah memberi tendangan keras dan menginjaknya tanpa ampun.

"Hentikan!" Dengan cepat Ansia menarik Ian, lalu mempererat pelukan demi menahan Ian. "Lari, Dion!"

Sesaat Dion kesulitan untuk bangun. Dari rasa nyeri di dada setiap kali dia bernapas, kemungkinan ada tulang rusuknya yang retak. Mengerang kesakitan, dia mencoba berlari sebisanya.

"Lepas, Ansia! Jangan sampai aku berlaku kasar!"

"Dengarkan aku dulu, Ian. Beri aku waktu untuk menjelaskan!"

"Menjelaskan, ya?" Ian balas mencengkeram kuat pergelangan tangan Ansia, membuat gadis itu berteriak kesakitan. "Apa lagi yang perlu dijelaskan?"

"Lagi pula," kali ini Ian melepaskan pelukan Ansia dan balas mencengkeram rahangnya. "Kenapa kamu repot-repot membantunya kabur? Apa menurutmu, aku nggak sanggup menangkapnya?"

"Jangan khawatir." Ian melempar Ansia begitu saja, membuatnya terjerembap di sebelah kaki tempat tidur. "Akan kukirimkan potongan tubuhnya untukmu."

Ansia bergetar dalam ketakutan, kemarahan Ian terasa ngeri dan membekukan. Namun saat Ian berbalik pergi, dia memekik, "Ian, jangan! Berhenti!"

Menyadari bahwa Ian tidak memberi respons dan tetap berlari menjauh, tergesa dia mengenakan kimono tidur dan menyambar kunci mobil. Ansia tahu, bahwa Dion tidak akan memiliki kesempatan bila sampai tertangkap. Bahkan mungkin Dion bisa saja tewas.

Ian memang lelaki tampan dengan berjuta pesona, tapi tidak banyak orang tahu kalau sebenarnya dia bisa sangat mengerikan. Lelaki itu sanggup menyingkirkan siapa pun yang dianggap sebagai musuh atau pengganggu.

Tidak lama kemudian, sebuah mobil mewah melesat keluar dari parkiran apartemen, menyusul dua mobil lain yang sudah terlebih dulu melaju.

Lamborghini emas yang dikendarainya membelah jalanan malam. Di balik kemudi, Ansia menyetir dengan gelisah.

Apa dia sanggup menghalangi Ian agar tidak bisa menangkap Dion? Bagaimana pun dia mencemaskan keselamatan Dion.

Lalu, bagaimana dengan nasibnya saat harus menghadapi kemarahan Ian nanti? Sekedar membayangkannya saja sudah membuat Ansia bergidik. Dia tahu kalau Ian bukanlah orang yang mudah memberi ampun.

"Sial," makinya, menginjak pedal gas lebih dalam dan menambah kecepatan mobilnya. "Killian Ardhana Putra, kamu memang cowok mengerikan."

•••

Komen (17)
goodnovel comment avatar
Srikandi Majalengk
mati saja lhu Ansia ,,cewe selingkuh lhu benci gua sama lhu semoga lhu tabrakan sampai mati
goodnovel comment avatar
Sitti Aisah Icha
hammmmm menegangkan
goodnovel comment avatar
Hafidz Nursalam04
ljjxljduofhldouxuofouduofuoflucupfuldckfhlculdhkdkhxhlclb
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Terperangkap Gairah Suami Butaku   Bab 2 • Morning Kiss

    Pukul 02:37Di sebuah jalan raya di pinggir kota yang sepi, terlihat sebuah mobil Ferrari Aperta berwarna hitam yang terguling.Mobil termahal yang hanya ada 200 unit saja itu sekarang dalam keadaan ringsek. Salah satu sisinya rusak parah dan di atas aspal tercetak bekas terseret.Di dalamnya, terlihat Killian yang terkulai di balik kemudi dengan darah meleleh."A—apa dia sudah ...."Ansia keluar dari mobil dan berdiri gemetar. Bukan disebabkan dinginnya hembusan angin malam, meski saat ini dia memang hanya mengenakan kimono tidur yang tipis, tapi karena kondisi Killian."Dd—dia nggak bergerak sama sekali," bisiknya dengan nada menggetar. "Dia ... masih hidup 'kan?"Kedua tangannya saling meremas dengan wajah ketakutan. Penampilan Ansia saat ini memang berantakan, tapi dia masih terlihat menarik."Ayo cepat kita perg

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Terperangkap Gairah Suami Butaku   Bab 3 • Haruskah Pulang?

    Lusi memandangi Noah dengan dahi berkerut.Tadi dia memang memberikan Noah ijin memasuki kamar Aila untuk membangunkan putri angkatnya, tapi jantung perempuan setengah baya itu nyaris naik ke tenggorokan saat melihat mereka malah bermesraan.Meski Noah sudah memasang tampang bersalah, tapi Lusi masih belum memaafkan pria bule itu sepenuhnya."Sayang, ibumu ingin bicara denganmu," ujar Lusi akhirnya, setelah memberi Noah pandangan penuh peringatan.Aila terdiam, mematung sesaat. Sepasang warna abunya menatap handphone yang disodorkan Lusi untuknya."Aila," tegur Lusi dengan nada lembut. "Risa menunggumu."Mengerjap, Aila memandang Lusi, bibi sekaligus ibu angkatnya. Ada pertanyaan yang coba disampaikan gadis itu lewat pandangan mata.Haruskah dia menerima panggilan telepon dari ibunya?Tapi wajah lembut dan senyuman Lusi sudah merupakan jawaban, membuat Aila akhirnya meraih

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Terperangkap Gairah Suami Butaku   Bab 4 • Terpaksa Pulang

    Pukul delapan pagi dan suasana di Adelaide International Airport sudah sedemikian ramainya.Aila berdiri di depan gate keberangkatan dengan membawa satu koper kecil, tidak berdaya dalam pelukan Lusi yang masih berat mengizinkannya pulang.

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Terperangkap Gairah Suami Butaku   Bab 5 • Di Belakangku

    “Ugh! Lebih cepat! Akh!”“Sst .... Sarah, pelankan suaramu.”Sarah mendongak. Tubuhnya melenting merasakan nikmat sementara seseorang di belakangnya semakin cepat bergerakKamar mandi yang terletak di area bandara ini sedang ditutup karena rusak. Tentunya bukan tempat yang nyaman untuk digunakan, tapi hal tersebut tidak masalah bagi Sarah. Nyatanya, gadis bersurai pirang itu terus mengerang dan mendesah. Wajahnya memerah memancarkan kenikmatan, sementara tubuh polosnya sudah basah oleh keringat.Mengerang, perempuan bule bersurai pirang itu pun tidak berdaya merasakan gempuran nikmat dari belakang tubuhnya.“Ap-apakah kamu akan- akh! -melepaskannya begitu saj-ja?” tanya Sarah di antara sengal napas."Don't be kidding," sahut lelaki yang sedari tadi memacunya. Secara mendadak dia menarik lepas bagian tubuh yang tadi menyatu dengan Sarah, tapi belum sempat gadis itu menyua

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Terperangkap Gairah Suami Butaku   Bab 6 • Diculik!

    Aila baru saja selesai mengambil bagasi lalu berniat ke kamar mandi untuk membasuh wajah. Penerbangan selama 20 jam sangat membuatnya lelah dan merasa sedikit kurang nyaman."Ck! Ada-ada saja," decaknya, memijat kepala yang pusing karena jet lag. Sekilas dia mengerling ke dinding kaca, sekedar memeriksa penampilannya sambil berjalan.Hari ini dia memakai atasan sabrina berwarna biru muda, dipadu dengan rok tulle putih selutut, sepatu model mary jane dan sling bag. Tersenyum, Aila merasa puas dengan penampilannya.Tapi kemudian, langkahnya terhenti. Kenapa Aila merasa seperti ada orang yang mengikutinya, ya?Aila menggeleng, membuang pikiran anehnya. Mungkin karena lelah, maka dia jadi berpikiran macam-macam. Yah, mana mungkin ada yang menguntitnya. Lagi pula, buat apa?Mengangkat bahu dan menyibakkan rambut cokelatnya, Aila lanjut melangkah ke kamar mandi terdekat.Lebih baik dia bergega

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Terperangkap Gairah Suami Butaku   Bab 7 • Nikmati Sentuhanku

    "Di mana aku harus membaringkannya?" Lelaki dengan dua warna mata itu kini berada di sebuah ruang kerja dengan menggendong Aila yang belum sadar. Sementara di dalam ruangan itu ada seorang lelaki lain yang sudah menunggu. Lelaki yang ditanya bukannya menjawab, tapi hanya mengedikkan dagu, menunjuk ke sebuah sofa bed. "Thanks, Adam," ujar lelaki itu sambil sedikit menggoyangkan gelas berisi martini di tangannya. Membaringkan Aila dengan hati-hati, Adam, lelaki dengan dua warna mata, lalu menjawab, "Nggak masalah. Toh, bukan hal yang sulit untuk menangkapnya." Lawan bicaranya mengangguk lalu menjulurkan tangan hendak meraih botol minuman untuk mengisi ulang gelasnya. "Biar kubantu," tawar Adam segera saat melihat lawan bicaranya masih meraba-raba. "Ngomong-ngomong, apa memang benar dia gadis yang kamu cari?" "Apa maksudmu?"

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Terperangkap Gairah Suami Butaku   Bab 8 • Siapa Kamu? (I)

    Aila merasakan tubuhnya lemas. Kedua matanya terasa sangat berat untuk terbuka, bahkan sekedar menggerakkan ujung jari pun terasa susah. Namun sesaat dia merasa seolah dibaringkan ke atas sesuatu yang lembut dan juga empuk. Pun, sayup terdengar pembicaraan antara dua orang.'Siapa?' pikirnya, merasa asing dengan kedua suara itu. Dia juga tidak paham dengan apa yang mereka bicarakan karena pikirannya sangat sulit untuk terfokus.Tidur. Yang diinginkan Aila saat ini hanyalah tidur. Sampai kemudian terdengar suara pintu yang menutup menyusul sesuatu yang pecah."... Ansia ...."Terdengar bisikan seorang lelaki di dekat telinga. Aila meremang sewaktu daun telinganya dijilat dan digigit. Ditambah, elusan di kaki yang dirasakan semakin ke atas dan kini bahkan berhenti di pangkal paha lalu menyusup ke dalam rok.Ada rasa geli yang nikmat saat jari itu bergerak naik turun, mengelus permukaan celana dalam yang dikenakan. Aila bisa merasakan miliknya semaki

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Terperangkap Gairah Suami Butaku   Bab 9 • Siapa Kamu? (II)

    Dengan napas terengah, Aila berusaha keras membuka mata. Dia tahu bahwa apa yang dirasakan saat ini salah dan dia harus segera tersadar. Namun kepalanya kembali tersentak karena terasa ada yang menjamah kedua aset kembarnya. Seketika tubuh gadis cantik itu kembali menegang dan meremang.Ada sesuatu yang lembek, kasar, hangat dan basah yang kini bergerak memutar, meninggalkan jejak basah di seluruh permukaan bukit, tapi menyisakan ujung kedua aset kembarnya.Aila melenguh, merasakan geli yang menjalar di kedua ujung aset yang menggunung. Ada rasa frustasi karena kedua area itu tidak terjamah. Seolah si pelaku memang sengaja menggoda, membuat gadis bersurai coklat itu tanpa sadar menggerakkan tangan, hendak mencari kepuasan sendiri. Tapi ada yang menahan tangannya sebelum dia bisa memuaskan diri."Sabar, Ansia," bisik lelaki itu, napas hangatnya menggelitik telinga Aila."Ngghhh," desah Aila sambil mendongak kala ada yang meremas aset kembarnya lalu memilin ked

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29

Bab terbaru

  • Terperangkap Gairah Suami Butaku   See You Again

    Halo, Semua. Apa kabar? Semoga semua dalam keadaan sehat & bahagia. Hari ini, akhirnya cerita Aila dan Killian pun berakhir. Terima kasih atas satu tahun yang begitu mengagumkan. Terima kasih juga karena sudah berkenan mengikuti cerita ini sampai akhir. Saya menyadari bahwa novel ini masih sangat jauh dari kata sempurna dan saya meminta maaf atas segala hal yang tidak memuaskan. Semoga kita bisa bertemu lagi!

  • Terperangkap Gairah Suami Butaku   (S4) - End • Still, Not The End

    Orion menoleh. Bocah lelaki yang biasanya begitu pendiam itu pun seketika memasang wajah ceria, lantas berlari-lari sambil berseru riang, "Mom!" "Halo, Sayang," sahut Aila, yang juga memburu menyambut putranya dengan kedua tangan terkembang, lalu memeluknya. "Maaf karena Mommy terlambat." "Tidak apa-apa, Mom. Oh, apa Mom tahu kalau Rigel tadi terjatuh dari pohon?" Sepertinya predikat pendiam Orion pun menghilang seketika, sebab anak itu sekarang berceloteh dengan begitu bersemangat. "Oh, ya? Benarkah? Kenapa sampai bisa begit—" "Itu karena tadi ada anak kucing, lalu dia—" "Mommy!" Tidak mau berlama-lama sampai Aila mengomelinya, Rigel langsung memeluk Aila dan sengaja sedikit menggeser posisi Orion agar sedikit menjauh. "Kenapa Mommy lama sekali, sih? Apa Mommy tahu, kalau sewaktu tidak ada Mommy, Kak Lills selalu mengomeliku habis-habisan?" Tersenyum, Aila lantas menepuk-nepuk kepala kedua putra kembarnya. Setelah itu, dia mengulurkan tangan, meminta agar Liliana mendekat. Se

  • Terperangkap Gairah Suami Butaku   (S4) - End • Orion and Rigel

    "Kills, apa yang kamu lakukan?""Sst, Queen. Aku sedang berusaha mendengarkan anak kita. Kira-kira mereka sedang apa, ya, di dalam perutmu?"Aila tertawa. Lelaki itu bisa menghabiskan waktu bermenit-menit hanya untuk menempelkan telinga di perut Aila. Sambil mengelus-elus dan menciumi perut istrinya, Killian terus saja berbisik dan tertawa bahagia ketika mendapatkan tendangan kecil sebagai balasan."Kills, sudah dong.""Sebentar lagi saja, Queen. Lihat, anak kita gerakannya begitu aktif.""Kamu, sih, senang melihatnya, tapi aku yang merasakan nyeri."Killian terdiam seketika, lalu buru-buru berbisik, "Sayang, kalian kalau menendang jangan terlalu kuat. Kasihan Mommy. Tuh, lihat. Kalau nanti Mommy sampai ngambek terus Daddy tidak diberi jatah, bagaimana?"Aila membelalak. Dengan wajah memerah dia lantas menjewer suaminya itu."Queen, aduh. Sakit. Lepaskan, Queen. Memangnya, aku salah apa?""Salah apa, katamu? Ya Tuhan, Kills. Apa yang baru saja kamu katakan kepada anak-anak kita, ha?"

  • Terperangkap Gairah Suami Butaku   (S4) - Bab 99 • If You're Leaving ....

    Bukankah kehamilan Aila masih menginjak usia tujuh bulan? Killian memang bukan seorang dokter, tapi dia tahu betapa seriusnya situasi saat ini. "Dokter Aiden!" seru seorang dokter laki-laki yang datang berlari-lari menyambut, sesampainya mereka di bagian IRD (Instalasi Rawat Darurat). "Bagaimana status pasien?" "Dokter Cedric, selamat malam! Pasien mengalami preterm PROM (Premature Rupture of Membrane)." "Berapa usia kandungannya?" "Tiga puluh satu minggu." Killian masih sempat menangkap ekspresi tegang yang sekilas melintas di wajah dokter Cedric dan ada perasaan tidak enak yang seketika dia rasakan. "Aiden! Katakan padaku. Apakah ini buruk?" tanyanya, dengan nada panik yang bisa tertangkap jelas dalam suaranya. Dia mencengkeram kemeja Aiden dan menahan dokter muda itu ketika akan menyusul Aila, yang sudah dibawa masuk ke ruang perawatan terlebih dulu oleh dokter Cedric. Ada beberapa detik yang dilewatkan Aiden untuk terdiam. "Begini, Ian. Akan ada beberapa prosedur yang tid

  • Terperangkap Gairah Suami Butaku   (S4) - Bab 98 • Not Today

    Keadaan menjadi semakin baik. Mereka mungkin saja menggerutu, merasa kesal dan kalau bisa, maka akan memilih untuk pergi saja. Namun, nyatanya tidak. Meski dengan perasaan tidak puas, nyatanya tidak ada seorang pun yang beranjak dari tempat duduknya. Entah mengapa, seolah ada sesuatu yang membuat mereka untuk tetap bertahan di tempatnya masing-masing. Ah, bukan. Bukan sesuatu, tapi lebih tepatnya mungkin adalah ... seseorang. "Lihat. Bukankah kalau begini, jadi lebih menyenangkan?" ujar Aila dengan wajah ceria, seolah tidak menyadari apa pun. "Lills, kamu juga suka kan?" Liliana segera mengangguk-angguk, membuat kedua pipinya yang menggemaskan pun terlihat naik turun dengan lucunya. Lalu, dengan penuh semangat dia berseru, "Suka, Mommy! Kalau Mommy suka, Lills juga suka!" Berakhir sudah. Meski masih belum yakin sepenuhnya, tapi mereka seolah memiliki perasaan bahwa dengan ucapan kedua Ibu dan anak itu maka sebuah keputusan telah diambil. Mereka akan makan malam bersama dalam sa

  • Terperangkap Gairah Suami Butaku   (S4) - Bab 97 • Sister

    Ada berbagai macam hal tidak jelas yang silih berganti mengisi mimpi Aila.Seorang perempuan yang berbalik lantas keluar dari sebuah tempat yang seperti ruang kantor; seorang lelaki yang tengah dipeluk oleh perempuan lain, tapi sepasang mata birunya terus memandang ke arah perempuan pertama yang tadi pergi; selembar kertas yang sepertinya berisi hasil pemeriksaan rumah sakit yang disertai oleh sebuah testpack; sebuah tempat yang begitu ramai yang tampaknya adalah bandara dan perempuan yang pertama tadi tengah berjalan menyeret sebuah koper, sembari menunduk dan mengelus-elus perutnya.Tunggu, apakah dia sedang menangis? Ah, iya. Perempuan itu memang sedang menangis.Sebab, kemudian ada sepasang lelaki dan perempuan berusia separuh baya yang lantas menghampiri dan memeluknya, berusaha menenangkan serta menghiburnya. Ketiga orang tersebut lantas berjalan di garbarata, menuju pintu sebuah pesawat dengan posisi perempuan tadi berjalan paling akhir.Lalu, sesaat sebelum melewati kedua pram

  • Terperangkap Gairah Suami Butaku   (S4) - Bab 96 • Two of Three

    Ada begitu banyak hal yang terjadi sejak keributan di pusat perbelanjaan waktu itu.Yang pertama adalah Killian yang segera memburu Aiden dan membuat dokter muda itu uring-uringan nyaris sepanjang hari."Demi Tuhan, Ian! Harus berapa kali lagi aku harus memberi tahumu? Sudah kukatakan bahwa hal itu tidak bisa!"Aiden bahkan harus mencengkeram stetoskopnya erat-erat. Kalau saja tidak ingat bahwa alat medisnya itu keluaran Littmann, pasti dia sudah akan menyumpalkannya ke mulut Killian."Kalau begitu, setidaknya beri aku solusi Aiden! Aku ingin pergi berlibur bersama Queen dan Princess, tapi terkendala dengan paspor dan visa yang Queen miliki."Permasalahan yang dimaksud Killian adalah perbedaan antara wajah dan foto di dokumen perjalanan yang Aila miliki, sehingga jelas tidak memungkinkan bagi perempuan itu untuk bepergian ke luar negeri dengan menggunakan identitas miliknya.Satu-satunya hal yang memungkinkan adalah apabila Aila menggunakan dokumen identitas milik Selena Hills. Namun

  • Terperangkap Gairah Suami Butaku   (S4) - Bab 95 • Surprise Not Surprise

    "Kami pulang!"Ansia berseru gembira, dengan senyuman lebar di wajah dan kedua tangan yang terentang lebar. Baik dia maupun Hugo mengira bahwa akan ada banyak orang yang menyambut kepulangan mereka yang lebih awal ini dengan bahagia.Namun, nyatanya tidak."Ke mana semua orang?" tanya Hugo, memeluk pinggang istrinya, memberi kecupan sekilas di pipi, sebelum akhirnya menjatuhkan diri ke atas sofa. Tampak jelas kalau lelaki itu merasa sangat lelah. "Jam berapa sekarang? Apakah Lexis dan Alden masih belum pulang sekolah?"Istrinya hanya menggeleng kecil dan menaikkan bahu sekilas, terlihat sedikit muram. Syukurlah tidak lama kemudian kepala pelayan datang dan menyambut mereka, serta memberi tahu di mana Risa dan kedua anak kembar mereka berada."Kediaman Ardhana?" Ansia balik bertanya sekedar untuk memastikan. "Jadi, mereka bertiga pergi ke sana?""Betul, Nyonya. Tadi Nyonya Risa memang mengatakan begitu."Bahkan tanpa mau membuang waktu meski sekedar untuk beristirahat sejenak, Ansia d

  • Terperangkap Gairah Suami Butaku   (S4) - Bab 94 • Lost You

    "Lills, hati-hati." Ivona berseru, memandang khawatir ke arah cucu perempuannya. "Jangan lari-lari, Sayang.""Jangan terlalu khawatir," ujar Risa, sembari tersenyum menenangkan. "Lexis dan Alden bersamanya, mereka pasti akan menjaga Lills. Lagi pula, juga ada beberapa pengawal yang sekarang sedang menyertai kita."Ivona tersenyum balik dan mengangguk. "Anda benar, Nyonya Roxanne. Sepertinya memang saya saja yang terlalu khawatir.""Tidak apa-apa. Hal yang wajar, sebab itu berarti Anda sangat menyayangi Lills. Ngomong-ngomong, bagaimana kalau mulai sekarang Anda memanggil saya 'Risa' saja? Yah, agar tidak terlalu kaku."Sekali lagi, Ivona tersenyum dan mengangguk. "Ah, iya. Tentu saja. Kalau begitu, panggil saya dengan 'Ivona' saja. Bagaimana, Risa?"Kali ini, Risa tertawa kecil dan bersambut dengan tawa dari Ivona. Sejak lebih sering menghabiskan waktu dengan makan malam bersama nyaris setiap hari, kedua perempuan baya itu menjadi jauh lebih dekat dibanding sebelumnya.Tentu saja tida

DMCA.com Protection Status