Suasana hening beberapa saat, Kyle yang begitu kaget dengan pertanyaan Ahra bahkan tak bisa menjawab untuk beberapa saat. "Kamu pikir aku sejahat itu, Lu?" Kyle bertanya dengan ekspresi tak percaya. "Y-yaa iya, eh tidak." Luana lagi-lagi hanya tersenyum canggung sementara Kyle menyugar rambutnya ke belakang dengan frustrasi. "Dari mana kamu dengar gosip gila itu?" Kyle bertanya lagi. "I-itu ... teman-teman bicara hal ini saat makan siang kemarin," jawab Luana takut-takut. "Astaga, mereka ngomong apa saja?" Kyle yang merasa diperlakukan tak adil karena gosip jahat iitu, menghela napas panjang. Luana tak segera menjawab, justru menggigit bibir bawahnya dengan tatapan minta maaf. Haruskah dia katakan pada bos-nya ini bahwa para karyawan mengira dia seorang gay karena sering keluar berdua bersama Nathan? "Kabarnya Anda ... gay?" Pada akhirnya, pertanyaan itu meluncur begitu saja dari mulut Luana. "Apa katamu?!" Kyle tanpa sadar mengangkat nada suaranya, menatap gadis d
"Haaa, dasar kamu ini."Akhirnya, hanya itu yang dikatakan Kyle kepada Luana, sambil geleng-geleng kepala. "Dulu waktu tinggal sama ibu, ibu orangnya juga paling malas masak," terang Luana dengan mata menerawang."Saya sudah makan mie instan sejak kecil, karena ibu jarang masak, Bos. Mungkin karena itu saya tidak begitu kenal dengan masakan rumahan, apalagi sekarang ada goofood, ya, kan?"Luana mengatakan itu sambil tersenyum, meski sebenarnya Kyle tahu bahwa gadis ini sedang sedih. Melihat tatapan mata Kyle yang seakan-akan memahami segalanya, Luana seketika terbatuk dengan canggung. "Aah, itu, orang tua saya bercerai sejak kecil, jadi hal seperti ini tuh sudah biasa, Bos. Jangan khawatirkan saya, nyatanya sampai sekarang saya sehat-sehat saja."Luana segera mengusir kecanggungan di antara mereka dengan kembali bercanda.Kyle mengendikkan bahu dan menjawab. "Perut kamu bisa sakit kalau terus menerus makan mie instan, Luana. Mulai sekarang kamu harus makan makanan sehat, dan biasa
"Lun."Tiba-tiba Kyle berdiri di depan pintu kamarnya ketika gadis itu berada di dalam kamar hendak ganti baju."Y-ya, Bos?"Jantung Luana terus berdegup kencang ketika melihat sang Bos bersandar di pintu, menatap dirinya dengan pandangan sayu.Apakah ... akan terjadi sesuatu di kamarnya? Sesuatu yang sangat panas dan penuh keringat?Luana tanpa sadar menelan ludah, menatap tulang selangka Kyle yang seksi, terlihat jelas melalui kausnya yang berleher v-neck.Pria ini ... benar-benar hot.Kyle dengan langkah pelan berjalan mendekat, Luana diam-diam mengepalkan tangan menahan jantungnya yang berdetak seperti mau meloncat keluar.Dulu, dulu ketika mereka SMA, Kyle sering datang padanya, tapi sekarang mereka sangat asing. "A-ada apa, Bos?"Luana bertanya dengan suara bergetar, tanpa sadar mengulurkan tangan menyentuh dada bos-nya yang kini berdiri di depan gadis tersebut.Dada bidang Kyle membuat pikiran Luana tidak fokus, teringat kembali bagaimana dulu mereka pernah saling melepas baj
"Cantik."Kyle berkata saat melihat Luana yang sudah bersiap pergi dengan memakai celana skinny jeans dan kaus warna putih.Luana yang sedang mengikat rambutnya ke belakang hanya membalas pujian bos-nya tersebut dengan bibir cemberut."Ngeledek saja terus, Bos," gerutunya. Yang tak percaya pujian dari Kyle. Kyle hanya tertawa geli dan membukakan pintu mobil untuk gadis cantik pujaan hatinya itu. Padahal dia benar-benar serius saat mengatakan kalau Luana benar-benar cantik.Dia memang hanya memakai kaus polos pendek berwarna putih dan celana hitam, tapi kecantikannya terpancar sempurna di mata Kyle. Anting dengan mutiara merah muda pemberian Kyle, tampak menambah kesempurnaan penampilan gadis tersebut.Tiba-tiba Kyle ingin membelikan kalung untuk menghias leher Luana yang jenjang dan mulus.Sayang sekali leher cantik itu tak berhiaskan apa-apa bukan? "Luana.""Iya, Bos?""Mau kalung tidak?"Pertanyaan itu terlontar begitu saja dari mulut Kyle. Luana memandang bos-nya itu dengan pi
"Ehm, Bos."Luana lagi-lagi memanggil Kyle, kali ini dengan suara bergetar dan wajah yang semakin pucat."Bos, j-jadi benar rumor bahwa acara sayembara itu akan menjadi ajang survival yang mempertaruhkan nyawa, ya?""Bisa jadi seperti itu, kurang lebih."Menambah ketakutan Luana, Kyle menjawab dengan tenang.Sementara itu, Penny yang berdiri di samping kakaknya, membisikkan sesuatu kepada Nathan. "Aku baru tahu, bos kita bisa sehangat itu kepada orang," ucapnya terheran-heran."Kubilang apa, dia gadis yang disukai bos, Penny. Kamu harus hati-hati."Nathan balas berbisik untuk mengingatkan adiknya yang bar bar itu."Lihat, bos bahkan terus tersenyum ketika memandang gadis itu, ini gila.""Aku melihat pemandangan itu setiap hari.""Apakah keduanya pacaran? Jadi sayembara ini buat apa?"Keduanya masih terus bergossip diam-diam.Nathan menggeleng, ekspresinya berubah prihatin ketika memandang Kyle. "Sayangnya, mereka tidak pacaran," jawab Nathan, tapi dia tiba-tiba ragu, kalau tidak pac
"Terserah."Setelah menjawab seperti itu, Kyle lantas menoleh kepada Nathan yang mengatakan sesuatu padanya, lalu kembali menatap Luana. "Aku mau latihan dulu dengan Nathan dan Penny, kamu bisa lihat bagaimana kami melakukan parkour, setelah itu kamu harus belajar."Mendengar instruksi itu, Luana hanya bisa mengangguk dan berdiri di dekat dinding gedung tersebut saat Kyle dan dua bawahannya mulai melakukan parkour.Beberapa saat kemudian, Luana hanya bisa dibuat kagum oleh mereka. "Luar biasa!" seru gadis itu, saat melihat aksi Kyle dan bawahannya. Ketiga orang itu berlari, mulai melompat ke sana kemari dengan sangat lincah dan melompati gedung demi gedung dengan sangat lihai.Luana bahkan sampai berlari ke ujung gedung untuk melihat mereka yang seperti terbang dari satu atap gedung ke gedung lainnya."Keren!" seru Luana lagi, menatap takjub kepada ketiga orang yang sama-sama memakai pakaian serba hitam itu, yang melakukan parkour dengan lihainya.Pandangan Luana tentu saja fokus k
Kyle malah menggeleng dengan mengendikkan bahu. "Biar yang lebih profesional yang melatih kamu, Luana. Ingat, ini latihan serius jadi kamu harus benar-benar fokus." Luana yang sudah memakai sarung tinju, naik ke atas ring dengan lesu. Dia optimistis, setidaknya ini hanya sebuah latihan. Namun Luana ternyata salah, bukan latihan biasa untuk pemula yang diterima Luana, seperti yang doa bayangkan sebelumnya. Lebih tepatnya, yang dia alami saat ini bukanlah latihan, melainkan pertarungan. "Bos, Anda tadi bilang kalau ini latihan! Ini bukan latihan, Tuan! Ini pertarungan!" teriak Luana, di tengah-tengah wajahnya terkena pukul oleh pelatih tinju. Kyle yang berdiri di depan ring dengan menyilangkan tangan, hanya menggeleng. "Bos! Saya menyerah, sudah cukup! Saya menyerah! Saya nggak mau dipukuli lagi!" Luana dengan putus asa menutup wajahnya menggunakan tangan yang terbalut sarung tangan tinju, tapi pelatih tersebut masih terus menyerangnya tanpa ampun. "Bos, kalau Anda punya dend
"Memangnya, kamu benar-benar dipukul tadi?""Kamu pikir main-main? Sakit sekali, aku benci sama kamu. Sangat sangat benci."Luana kembali menjawab ketus, dia bahkan sudah tidak peduli pada sopan santun, dia menggunakan logat aku-kamu ke bos-nya."Ya sudah aku minta maaf, ya? Maaf, ya, Luanaaa."Kyle mengatakan hal itu dengan nada lucu yang menggoda, sehingga membuat Luana cemberut, tapi sambil menahan senyum. "Dasar orang jahat," gerutu Luana dengan wajah super kesal.Kyle tentu saja tertawa geli melihat Luana yang sangat imut ketika marah."Iya, aku jahat.""Menyebalkann.""Iya, aku menyebalkan. Apalagi, hm?""Ish."Kesal karena merasa Kyle terus mempermainkan dirinya, Luana pun menyingkirkan tangan Kyle yang membelai rambutnya."Maaf, ya? Mau, kan, memaafkan aku?"Kyle mencubit pelan hidung Luana, sekali lagi meminta maaf."Huh.""Maaf, oke? Aku tidak berniat buruk kok sama kamu," aku Kyle, kali ini membelai lembut pipi Luana. "Kalau tidak berniat buruk, terus apa?"Luana bertanya