"Ehm, Bos."Luana lagi-lagi memanggil Kyle, kali ini dengan suara bergetar dan wajah yang semakin pucat."Bos, j-jadi benar rumor bahwa acara sayembara itu akan menjadi ajang survival yang mempertaruhkan nyawa, ya?""Bisa jadi seperti itu, kurang lebih."Menambah ketakutan Luana, Kyle menjawab dengan tenang.Sementara itu, Penny yang berdiri di samping kakaknya, membisikkan sesuatu kepada Nathan. "Aku baru tahu, bos kita bisa sehangat itu kepada orang," ucapnya terheran-heran."Kubilang apa, dia gadis yang disukai bos, Penny. Kamu harus hati-hati."Nathan balas berbisik untuk mengingatkan adiknya yang bar bar itu."Lihat, bos bahkan terus tersenyum ketika memandang gadis itu, ini gila.""Aku melihat pemandangan itu setiap hari.""Apakah keduanya pacaran? Jadi sayembara ini buat apa?"Keduanya masih terus bergossip diam-diam.Nathan menggeleng, ekspresinya berubah prihatin ketika memandang Kyle. "Sayangnya, mereka tidak pacaran," jawab Nathan, tapi dia tiba-tiba ragu, kalau tidak pac
"Terserah."Setelah menjawab seperti itu, Kyle lantas menoleh kepada Nathan yang mengatakan sesuatu padanya, lalu kembali menatap Luana. "Aku mau latihan dulu dengan Nathan dan Penny, kamu bisa lihat bagaimana kami melakukan parkour, setelah itu kamu harus belajar."Mendengar instruksi itu, Luana hanya bisa mengangguk dan berdiri di dekat dinding gedung tersebut saat Kyle dan dua bawahannya mulai melakukan parkour.Beberapa saat kemudian, Luana hanya bisa dibuat kagum oleh mereka. "Luar biasa!" seru gadis itu, saat melihat aksi Kyle dan bawahannya. Ketiga orang itu berlari, mulai melompat ke sana kemari dengan sangat lincah dan melompati gedung demi gedung dengan sangat lihai.Luana bahkan sampai berlari ke ujung gedung untuk melihat mereka yang seperti terbang dari satu atap gedung ke gedung lainnya."Keren!" seru Luana lagi, menatap takjub kepada ketiga orang yang sama-sama memakai pakaian serba hitam itu, yang melakukan parkour dengan lihainya.Pandangan Luana tentu saja fokus k
Kyle malah menggeleng dengan mengendikkan bahu. "Biar yang lebih profesional yang melatih kamu, Luana. Ingat, ini latihan serius jadi kamu harus benar-benar fokus." Luana yang sudah memakai sarung tinju, naik ke atas ring dengan lesu. Dia optimistis, setidaknya ini hanya sebuah latihan. Namun Luana ternyata salah, bukan latihan biasa untuk pemula yang diterima Luana, seperti yang doa bayangkan sebelumnya. Lebih tepatnya, yang dia alami saat ini bukanlah latihan, melainkan pertarungan. "Bos, Anda tadi bilang kalau ini latihan! Ini bukan latihan, Tuan! Ini pertarungan!" teriak Luana, di tengah-tengah wajahnya terkena pukul oleh pelatih tinju. Kyle yang berdiri di depan ring dengan menyilangkan tangan, hanya menggeleng. "Bos! Saya menyerah, sudah cukup! Saya menyerah! Saya nggak mau dipukuli lagi!" Luana dengan putus asa menutup wajahnya menggunakan tangan yang terbalut sarung tangan tinju, tapi pelatih tersebut masih terus menyerangnya tanpa ampun. "Bos, kalau Anda punya dend
"Memangnya, kamu benar-benar dipukul tadi?""Kamu pikir main-main? Sakit sekali, aku benci sama kamu. Sangat sangat benci."Luana kembali menjawab ketus, dia bahkan sudah tidak peduli pada sopan santun, dia menggunakan logat aku-kamu ke bos-nya."Ya sudah aku minta maaf, ya? Maaf, ya, Luanaaa."Kyle mengatakan hal itu dengan nada lucu yang menggoda, sehingga membuat Luana cemberut, tapi sambil menahan senyum. "Dasar orang jahat," gerutu Luana dengan wajah super kesal.Kyle tentu saja tertawa geli melihat Luana yang sangat imut ketika marah."Iya, aku jahat.""Menyebalkann.""Iya, aku menyebalkan. Apalagi, hm?""Ish."Kesal karena merasa Kyle terus mempermainkan dirinya, Luana pun menyingkirkan tangan Kyle yang membelai rambutnya."Maaf, ya? Mau, kan, memaafkan aku?"Kyle mencubit pelan hidung Luana, sekali lagi meminta maaf."Huh.""Maaf, oke? Aku tidak berniat buruk kok sama kamu," aku Kyle, kali ini membelai lembut pipi Luana. "Kalau tidak berniat buruk, terus apa?"Luana bertanya
Kyle merasa lega karena Luana tak merajuk lagi, dia lantas meraih ponselnya dan berbicara dengan Nathan melalui panggilan telepon."Iya, tolong bawakan salep pereda nyeri ke sini."Tak lama kemudian, Nathan datang dan menyerahkan apa yang diminta oleh Kyle. Di tengah ring tinju tersebut, dengan telaten, Kyle pun mengobati pipi Luana yang sebenarnya tidak apa-apa, tapi gadis itu terus menangis dan mengeluh sakit."Tidak usah menangis lagi, Luanaaaaa."Kyle berkata dengan nada gemas. "Sakit tahu."Cemberut, Luana menjawab. "Iya, tahu kalau sakit, tapi jangan menangis terus."Kyle tertawa geli melihat gadis tersebut, kini pipi sebelah kirinya sudah terobati dengan baik."Mau bagaimana lagi, sakit.*Luana masih saja cemberut, sepertinya gadis itu benar-benar marah kepada Kyle karena sedari tadi terus saja mengobrak abrik hatinya.Dimulai dari datang tiba-tiba ke rumah, memasakkan makanan, mengecup bibir dengan alasan membersihkan bibir yang kotor, menghukumnya jadi guling .... Semua i
"Bos, Anda ini tidak sedang bercanda, 'kan?"Luana bertanya seraya menggeleng tak percaya. "Tidak. Aku serius, kamu ini kan mager banget, aku harus kerja ekstra keras buat mengubah kamu agar tidak mager lagi," jawab Kyle santai, pandangannya mengarah ke depan tapi senyum lebar terkembang di bibirnya."Maksud saya, anda serius akan membayar saya berjuta-juta hanya agar mau latihan lari dengan Anda?"Luana bertanya, menatap bos-nya lekat-lekat, memastikan bahwa bos-nya tersebut tidak sedang bercanda."Ya, tentu saja tidak bercanda. Dan kalau seminggu ini kamu berhasil latihan lari dengan baik tanpa bolong, aku akan kasih kamu lima puluh juta."Kyle menjawab tegas. Mendengar itu, Luana tentu saja seketika mengangguk.Lima puluh juta hanya dengan menemani bos-nya berlari?"Saya mau!!!" seru Luana berapi-api.Dia bisa mengirimkan uang itu ke neneknya, nenek dan kakeknya yang sejak kecil merawat Luana itu pasti akan sangat senang mendapat uang sebanyak lima puluh juta dari Luana. Luana
Luana tidak tahu betapa paniknya Kyle sekarang, pria itu benar-benar khawatir gadisnya keracunan."N-nasi goreng," jawab Luana ragu-ragu.Seketika ekspresi wajah Kyle melunak saat mendengar itu, dia lega karena Luana rupanya tidak masak sesuatu yang aneh."Nasi goreng? Itu bukan masak, Luanaaaa."Kyle menjawab dengan gemas. Kalau saja mereka dekat, saat itu juga mungkin Kyle akan mencubit pipi Luana karena gemas."Tetap aja saya sudah berusaha berubah, Bos. Nasi goreng buatan saya sangat enak lho. Tadi saya niru resepnya di YouTube, serius enak sekali," ucap Luana penuh semangat."Ohya? Kalau begitu saat aku pulang besok, coba buatkan aku nasi goreng yang kata kamu enak itu," tantang Kyle yang saat ini sedang membayangkan Luana yang imut ketika sedang bersemangat seperti ini."Boleh, boleh. Jangan minder ya kalau ternyata nasi goreng saya lebih enak daripada masakan Anda."Luana menjawab dengan sombongnya, yang membuat Kyle tertawa tanpa suara. "Oke."Keduanya sama-sama tersenyum, m
"Kenapa kamu bersembunyi? Ada apa? Ada yang berbuat jahat sama kamu? Kamu di mana sekarang? Luana? Jawab aku."Kyle bertanya dengan panik melalui panggilan telepon. Luana hanya menggeleng-geleng, sekali lagi mengintip untuk mencari orang yang tadi mengikuti dirinya.Seorang pria dengan hoodie dan setelan serba hitam.Tampak sangat mencurigakan. "Tidak tahu, tapi saya takut sekali. Saya merasa kalau ada yang ngikutin saya, Bos. Saya takut sekali. Sekarang saya bersembunyi di taman dan ... dan mencari keberadaan orang itu.""Mengikuti kamu? Kamu yakin?" tanya Kyle memastikan, karena dia mengira mungkin saja orang yang mengikuti Luana adalah bodyguard yang dia sewa untuk menjaga gadis itu."Y-yakin. Saya ... saya berhasil mengambil fotonya, Bos," jawab Luana dengan bibir bergetar."Kirim padaku. Cepat," perintah Kyle dengan tegas.Saat Kyle melihat sosok berhoodie yang dikirim Luana, tahulah dirinya kalau pria itu bukanlah bodyguard yang dia sewa.Wajahnya menegang.Siapa yang sedang m