Share

71. Kesempatan Kedua

“Cewek lo sudah pulang?”

Gama menoleh ke arah Celine. Kakak perempuannya itu berdiri di ambang pintu ruang tamu, melipat kedua tangan, dan mengawasi Gama dengan sorot yang sulit dijelaskan. Gama menutup pintu rumah—dia baru saja mengantar Biya yang dijemput oleh Arsen di depan.

Gama menganggukkan kepala pelan. “Iya, dia sudah pulang dijemput Kakaknya. Kenapa, Ce?”

“Can we talk a bit?”

Mereka masuk ke dalam kamar Celine. Kamar perempuan itu beraroma wangi; didominasi aroma bunga acacia bercampur sedikit aroma buah plum segar. Ada sepercik aroma vanilla ketika benar-benar diendus dengan hati hati. Kamarnya tertata sangat rapi dan detil—selama sepuluh tahun, tata letaknya selalu sama. Tak ada perubahan selain sprei yang diganti rutin seminggu sekali.

Mereka duduk berhadapan di atas ranjang Celine. Melipat kedua kaki rapi.

Kening Gama berkerut samar saat menunggu Celine membuka mulut. Tampak ada ketidaksenangan serta sedikit keraguan tersirat pada ekspresi serta sorot mata perempuan itu.
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status