Share

76. Ketakutan (1)

[Airin: Gue ke rumah lo. Mau antar undangan.]

[Airin: Lo jangan marah..]

Dalvin berdecak usai mengudarakan tawa sarkastik. Bukankah waktu itu Dalvin sudah marah-marah dengan cukup kasar pada sepupu perempuannya? Kenapa Airin masih berani mampir di saat Dalvin sudah menunjukkan bahwa dia enggan memiliki kontak apapun lagi? Keluarga … Dalvin merasa tidak memiliki itu sejak dulu.

Baik keluarga kecil maupun keluarga besar.

Memang ada yang bisa mengerti? Orang tuanya saja tidak pernah bisa, apalagi orang lain. Airin pun selalu menggampangkan perasaan orang lain—itu yang tampak dari sudut pandang Dalvin. Dalvin menghembuskan napas panjang. Kini dia berdiri berhadapan dengan Airin yang benar-benar datang ke rumahnya. Perempuan setinggi seratus enam puluh sentimeter itu mendongakkan kepala; terpancar ketakutan dan kecemasan dari sorot matanya.

Mereka berdua berada di teras rumah si lelaki. Dalvin sendiri tak repot berdiri tegak. Dia menyandarkan bahu pada ambang pintu; ingin segera masuk ke r
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status