Share

Bab 3

Penulis: Ara putri
last update Terakhir Diperbarui: 2024-07-07 22:05:50

"Awas!!!"

Brakkk!!!

Terlambat. Sarah sudah terjatuh terpental ke tengah-tengah jalan. Untung mobil itu cepat berhenti jika tidak habislah dirinya. Rasa sakit di tubuhnya membuat Sarah sulit bangun, tapi lebih dari itu ia kesal mendengar ucap pengendara itu yang malah menyalahkannya.

"Aduh, Mbak. Kalau jalan hati-hati dong, masa gak lihat mobil mau lewat." 

"Aduh, pak. Saya yang terluka kok di marahi sih. Saharusnya situ yang hati-hati bawa mobil,"

"Kok salah saya, Mbak. Kan situ yang nyebrang gak lihat-lihat, anda sengaja ya mau cari keuntungan!" 

Tudingan itu membuat muka Sarah memerah marah. "Lambe mu, pak! Kalau ngomong jangan sembarang, saya yang terluka udah tangung jawab anda untuk mengobati saya. Ini salah anda ya!!" Balasnya berteriak marah. Terang saja pria itu bergidik ngeri melihat Sarah mulai mengamuk tak ingin di salahkan.

Davin yang menunggu di dalam mobil segera turun. Ia melihat sopirnya tengah bertengkar dengan seorang gadis di pinggir jalan, ia mendengus kesal. Segera ia mengeluarkan dompetnya, mengambil sisa uang di dompetnya lalu melemparkannya pada gadis itu.

"Ini untuk pengobatanmu, Nona. Jangan di perpanjang lagi,"

Eh?

Uang?

Sarah berbinar melihat uang merah itu berterbangan di depan wajahnya. Huh, lupakan harga diri, ia lebih tertarik memungut uang itu sekarang.

"Ini baru benar. Tangung jawab kalau buat kesalahan itu, bukan malah marah-marah sama saya!" 

Davin yang mendengarnya hanya menatap sinis. Sesuai tebakannya, gadis ini hanya butuh uang, dengan mudah ia bisa membungkam mulutnya.

"Anda serius memberi ini semua?" Meskipun ia sedikit malu, tapi Sarah tak bisa menolak. Ia terkejut setelah mengumpulkan semua uang yang berserakan itu "Ini dua juta, kau serius memberiku semuanya tuan?"

"Ya, apa kau puas sekarang?" Sarah mengangguk puasa, "kalau begitu minggir, jangan menghalangi mobil saya!"

Sarah segera minggir. Tak peduli lagi pria tua tadi yang memarahinya. Uang dua juta itu setara gajinya sebulan di toko pakaian itu, dan sekarang ia mendapatkannya dalam waktu setengah jam. Mmm.... Apa ia ulangi lagi aja kejadian seperti tadi agar dapat uang lebih banyak lagi?

Eh, tapi gimana kalau dia ketabrak kencang? Mati dong!!

****

Sekarang ia benar-benar menjadi pengangguran. Sarah terlentang di atas kasur tipisnya, memikirkan apa lagi yang bisa ia lakukan untuk masa depannya.

"Bagaimana caranya agar aku bisa dapat uang lebih cepat?" 

Seharusnya ia mendatangi klub itu kemarin untuk mencari pekerjaan, tapi sayang ia belum sempat sebab kecelakaan itu. Tubuhnya terluka, sekarang bahkan masih terbalut perban. Ia tidak bisa banyak bergerak sekarang karena suka terasa sakit.

"Sialan! Dasar bos pelit, masa uang pesangon hanya di kasih lima ratus ribu?!" 

Lima ratus ribu berapa lama bisa tahan hidup di kota yang besar ini. Bahkan bayar sewa kosnya saja tak akan sampai, untung masih ada uang pemberian pria yang menabraknya kemarin. Ada baiknya juga dia ketabrak kemarin, uang dua juta dengan mudah ia dapatkan.

"Lebih baik aku siap-siap pergi cari kerja. Aku gak bisa berdiam diri aja gini."

Jam tiga sore ia keluar dari kosannya. Kali ini Sarah mengunakan pakaian terbaiknya, dress di atas lutut dan dipandu dengan sepatu hak tinggi bewarna hitam. Sangat indah, apalagi dengan tubuh langsingnya yang semapai. Andai saja tubuhnya sedikit berisi lagi akan terlihat lebih seksi, sayang saja sekarang karena sakit ia menjadi lebih kurus.

"Wah, cantik sekali kamu, Sar. Mau pergi pesta ya?" 

Sarah terkekeh mendengarnya. Pesta ya? Gadis seperti dirinya mana tahu apa itu pesta.

"Bukan mbak, aku mau pergi cari kerja."

"Hah... Kerja apa yang sore begini? Kalau mau cari kerjaan pagi atau siang dong, Sar."

Sarah hanya tersenyum kecil. Ia bukan mau cari kerja seperti biasa, ia sedang ingin pergi ke Klub malam tempatnya bekerja. Tentu jam seperti ini sangat cocok karena hampir buka.

"Iya, Mbak." 

Tak banyak bicara lagi Sarah pergi meninggalkan kos sore itu. Yuni yang melihat keanehan itu menatap penuh curiga. 

"Wah, ide bagus nih buat di aduin sama Ibu kos. Pasti si Sarah ini kerja gak bener, masa pulang malam terus." 

Benar. Teman itu memang tidak ada yang tulus untuk bisa di percaya. Di depan Yuni terlihat sangat lembut dan mudah senyum, tapi sebenarnya ia sering kali mengadu pada pemilik kos tentang kelakuan Sarah yang pulang tengah malam.

***$

Di sebuah ruangan yang terlihat agak sedikit gelap di temani dengan lampu kelap-kelip, Sarah sekarang sedang berhadapan dengan atasan yang dulu menawarkan pekerjaan padanya. 

"Aku butuh kerjaan, kakak. Apa di sini aku bisa bekerja?"

"Bukannya kamu sudah bekerja di sini? Kerja seperti apa lagi, Sarah." Ujar Dion yang menjadi kepercayaan pemilik tempat hiburan malam ini.

"Ya, maksudku itu kerja tiap hari kak. Bukan yang cuma akhir pekan."

"Pekerjaan mu yang lama?"

"Udah di pecat. Gak tahu kenapa tiba-tiba aja aku di keluarkan." 

Dion menarik nafas panjang. Ia tidak bisa mengambil tindakan sesuka hati di sini, ini bukan miliknya. Lagi pula gadis seperti Sarah ini ia takut, takut gadis ini rusak kalau harus benar-benar kerja di sini. Ia kasihan dengan kehidupannya yang malang, tapi bukankah lebih kasihan lagi jika tidak memiliki pekerjaan?

"Tunggu dulu. Akan saya tanyakan pada bos besar, dia masih nerima pelayan apa enggak." Senyum Sarah merekah seketika mendengar Dion mau membatunya.

"Terimakasih,"

"Jangan senang dulu. Aku hanya membantu, tapi kalau di tolak jangan salahkan saya."

"Iya iya. Udah di bantu gini aku juga udah senang kali. Apalagi kalau di terima," ujarnya tersenyum manis membuat Dion berdecak malas.

Bab terkait

  • Terpaksa jadi pelakor   Bab 4

    "Iya iya. Udah di bantu gini aku juga udah senang kali. Apalagi kalau di terima," ujarnya tersenyum manis membuat Dion berdecak malas.Sarah di minta menunggu dulu, sedangkan Dion naik ke lantai paling atas tempat hiburan itu untuk menemui pemilik rumah hiburan ini.Tok...tok...tok.Tiga kali ketukan baru terdengar suara seorang pria tua untuk menyuruhnya masuk. Dion melangkah masuk, seperti yang dia duga bos besar sedang bersama wanita-wanita nya di sing bolong seperti ini."Maaf, tuan mengangu.""Dion... Tidak masalah, ada yang ingin kamu katakan?"Dian mengangguk. Ia mengatakan apa yang Sarah Samapi di bawah tadi. Lama pria paruh baya itu terlihat berpikir, mungkin sedang menimbang-nimbang posisi apa yang pantas ia berikan pada gadis muda itu.****"Bagiamana?" Sarah tak sabar. Bahkan Dion belum duduk, ia sudah bertanya penuh harap. "Bos nerima aku nggak? Gimana kak?""Sabar, Sar. Kamu di terima kok,""Alhamdulillah!""Tapi..."Eh, ada tapinya?Sarah urung merasa bahagia saat Dion

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-07
  • Terpaksa jadi pelakor   Bab 5

    Devan tidak tahu mengapa tapi ia merasa dalam dua kali pertemuan gadis di hadapannya telah berhasil menarik perhatiannya. Saat koleganya menggoda gadis ini ada rasa tak rela yang ia rasakan, bukankah ini salah?Sarah?Nama ini membuat ia tersenyum sendiri. Ia masih ingat bagaimana dengan polosnya gadis itu menerima uang yang dia berikan dengan kurang ajarnya di pinggir jalan, malah dia tidak peduli dengan luka di tubuhnya dan menatap berbinar pada lembaran merah yang tidak seberapa itu.Dan hari ini ia kembali bertemu dengannya. Masih dengan polosnya gadis itu menatapnya berbinar, tanpa sadar ia mengucapkan pikiran gila itu."Kalau mau uangku apa kau siap menjadi ja*angku?"Sungguh ia tidak tahu mengapa lagi-lagi ia tidak memikirkan perasaan gadis itu, ia berucap dengan spontan. Ia pikir ia akan mendapatkan tamparan, siapa sangka dengan gilanya gadis itu malah membalas ucapannya."Om bisa bayar berapa agar aku bisa jadi simpanan mu?" Telak gadis itu dengan senyum menyeringai membuat i

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-07
  • Terpaksa jadi pelakor   Bab 6

    Sarah menatap layar ponselnya dengan mata sayu khas bangun tidur. Tak langsung mandi atau pun sarapan, Ia lebih tertarik membaca berita menarik di beranda ponselnya.'Keluarga bahagia. Nyonya Amora bersama sang suami tercinta menghabiskan waktu berlibur keliling Eropa. Pagi ini di kabarkan baru kembali setelah satu Minggu menghabiskan waktu untuk bersenang-senang.'Sarah merasa akhir-akhir ini ia mulai tertarik mencari tahu semua tentang Pak Devan, dan berita pagi ini membuat dadanya berdesir melihat bertapa bahagia dua manusia itu berlibur bersama.Tak ada masalah sebenarnya. Hanya saja ada rasa iri yang menyerukan dalam hatinya melihat Davin tengah berpelukan mesra dengan istrinya sembari berpose romantis di bawah pepohonan yang berguguran."Huh, bahagia memang diperuntukkan untuk orang-orang berduit." Gumamnya.Semakin jarinya bergulir di layar ponsel semakin ia tertarik melihat Devan sang pria kaya yang memiliki kekayaan di mana-mana. Sarah jadi berpikir, bagaimana kalau dia di p

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-07
  • Terpaksa jadi pelakor   Bab 7

    Apa ia harus terkejut sekarang. Bagaimana di tempat yang cukup sepi ini bisa-bisanya ia bertemu kembali dengan Pak Devan?"Kamu kenapa?" Sarah mengerjab saat tiba-tiba Devan mengambil tangannya dan memeriksa luka di kedua sikunya."Kamu terluka cukup parah. Kenapa tidak di obati?""Kenapa Pak Devan ada di sini?" Bukan menjawab ia balik bertanya, "lepas, pak! Nanti ada yang lihat," Devan hanya diam. Dia tak melepaskan Sarah, malah ia menarik gadis itu untuk masuk kedalam mobilnya. Awalnya Sarah menolak, tapi Devan bukan orang yang mudah di tolak dia tetap memaksa gadis itu mengikutinya."Masuk!""Tapi pak...""Udah, kamu gak usah membantah. Lihat itu pakaian mu sudah robek," ujarnya tetap mendorong tubuh Sarah memasuki mobilnya.Sarah hanya bisa pasrah. Padahal ia sudah ketar-ketir, melihat sikap Devan yang sok dekat ini membuat ia sedikit malu. Ia baru sadar ternyata pria itu sendiri yang menyetir mobilnya, bukan dengan supirnya yang tua kemarin."Eh, bapak mau bawa saya kemana?" "

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-16
  • Terpaksa jadi pelakor   Bab 8

    Sarah merasa sangat senang saat pertama kali ia dapatkan gaji lagi, mana gajinya besar lagi. Lima juta, itu setara dengan gajinya dua bulan setengah di toko pakaian.Dengan uang ini ia bisa besok ke rumah sakit untuk memeriksa kesehatannya, syukur-syukur jika ada kabar baik. Tapi kalau tidak ia akan menabung uang ini untuk beberapa bulan kedelapan, ia berharap sakitnya masih bisa menunggu."Sarah, kamu mau pulang?" Dion datang saat Sarah sudah selesai menyapu lantai dan menyusun botol-botol yang berserakan di atas meja barr.Sarah mengambil tasnya setelah pekerjaan selesai, mereka keluar dari sana dan begitu juga dengan Dion. Waktu sudah menunjukkan waktu 3 pagi, cukup telat pulang dari biasanya karena Bar hari ini cukup ramain"Oh, iya kak. Kenapa?""Tidak. Aku dengar dari Yara kamu terluka, apa benar?"Sarah tersenyum mendengar perhatian kecil itu, "iya. Tadi kecelakaan lagi, jatuh dari motor. Tapi udah di obati kok, nih..." Ujarnya memberi tahu. Ia menunjukkan sikunya yang sudah d

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-17
  • Terpaksa jadi pelakor   Bab 9

    Malam sudah berlalu, mungkin sebentar lagi suara azan subuh akan berkumandang. Sarah terduduk diam di pinggir ranjang tidur dengan tatapan kosong. Akhirnya ia melakukan juga hal yang di benci oleh penciptanya. Dosa yang mungkin di anggap orang-orang tak bisa di maafkan, tapi ia apa punya pilihan lain?Pria itu benar-benar melakukannya dengan sangat buruk. Di bawah keadaan mabuk ia merenggut kehormatannya lalu meninggalkannya begitu saja setelah selesai. Sarah benar-benar merasa dirinya seperti wanita bayaran. Benar-benar bajingan!Devan bahkan telah meninggalkannya setelah merengkuh madu yang selama ini ia jaga. Apakah pria itu puas?Sarah menarik nafas lelah. Bahkan seikat uang merah yang telah di lemparkan oleh Davin tak menarik lagi di matanya. Tak ada kebahagiaan, yang ada rasa sakit dari sisa percintaan yang tidak meninggalkan kesan baik sedikitpun."Benar-benar murahan kamu, Sar." Ia terkekeh kecil mencemooh dirinya sendiri. Ia mantap kosong noda darah yang masih membekas di al

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-18
  • Terpaksa jadi pelakor   Bab 10

    Rasa sakit di area bawahnya membuat Sarah tak bisa pulang dengan motor. Ia terpaksa memesan taksi menuju kosannya, ia bahkan merasa malu sepanjang jalan saat supir taksi itu menatap curiga dirinya yang pulang dalam keadaan kacau begini.Bagaimana mana tidak, ia tak sempat sekedar mandi di Vila milik Devan. Ia memilih pergi setelah menggunakan pakaian kembali dan mencari ayahnya di pagi-pagi buta. Lagi-lagi ia semakin kacau setelah menangis di sepanjang jalan karena pertengkaran mereka.Meskipun berucap benci berkali-kali, dalam hatinya ia masih berharap kasih sayang ayahnya. Sarah sangat lelah, ia ingin menyerah saja.Taksi berhenti di gang menuju kosannya. Ia harus jalan kaki lagi untuk masuk ke dalam sana, namanya juga kos-kosan murah tentu saja tempatnya terpencil."Terimakasih, pak."Setelah itu ia segera turun. Tepat saat ia hampir sampai di depan kosannya ia terkejut melihat banyak orang yang berkumpul di depan tepat tinggalnya. Ada apa? Kenapa juga ada ibu kosnya yang kumpul d

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-19
  • Terpaksa jadi pelakor   Bab 11

    "Mas, kamu kenapa sih? Akhir-akhir ini sulit banget di hubungi." Amora merajuk, "biasanya kamu keluar kota juga ajak aku deh, kok sekarang aneh gini.""Aneh gimana?" Devan tersenyum kecil, "jangan berpikir macam-macam, dek. Mas kan kerja."Devan memeluk Amora, ia tahu istrinya sangat mudah luluh jika sudah di peluk dan di manja seperti ini. Meskipun di luar sikap Istrinya di kenal angkuh dan sombong, tapi jika di hadapan suaminya ia hanya wanita penurut. Meskipun beberapa kali juga membuat suaminya kesal sih, masalah baik di luar maupun di dalam rumah sikap keras kepalanya tidak akan pernah hilang."Aku gak akan pikir macam-macam kalau kamu tetap seperti biasa." Ujarnya cemberut. Devan terkekeh mendengar istrinya merajuk. Pelukannya semakin mengerat, membuat rasa nyaman."Ra...""Mmm..." Amora terus memejamkan matanya menikmati dekapan hangat sang suami."Mas mau tanya, kamu kapan siapnya ke dokter?" "Maksud mas? Ngapain kita kedokter, aku gak sakit kok," ujarnya. Devan mendengus, Is

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-20

Bab terbaru

  • Terpaksa jadi pelakor   38

    "apa maksud, Mama? Bukankan dia baik-baik saja tadi pagi. Lalu kenapa sekarang malah operasi sesar secepat ini?"Padahal tadi pagi mereka masih berbicara seperti biasa. Lalu kenapa tiba-tiba istrinya malah kembali drop dan harus melakukan operasi sekarang?"Baiklah, aku akan datang sekarang." Lekas Devan mengambil kunci mobil, meningalkan kantor meskipun sebentar lagi sebenarnya harus menghadiri rapat, tapi ia tak peduli lagi.Perjalanan ternyata begitu tidak mulus, terjebak macet membuka Devan frustasi. Pikiran buruk telah memenuhi otaknya, bagaimana kalau anaknya kenapa-napa? Lalu sarah?"Hey! Lebih cepat lagi nyetirnya!" Teriaknya tak sabaran."Baik tuan..." Untungnya Lim menit kemudian mereka sampai di rumah sakit. Devan sudah lebih dulu meloncat sebelum mobil benar-benar berhenti, sepertinya ia benar-benar hawatir sekarang "Mama!!!" Ratna yang melihat kedatangan sang anak lekas berlari memeluknya. "Devan... Mama hawatir. Bagaimana kalau cucu Mama kenapa-napa?" Tangisan Ratna

  • Terpaksa jadi pelakor   37

    POV DevanAku tau aku adalah lelaki yang egois. Demi memenuhi impian aku rela mengorbankan dua wanita, demi seorang anak aku rela membagi rasa dan mengorbankan perasaan mereka hanya untuk kesenangan ku.Aku melakukan ini karena terpaksa. Diumurku yang sudah hampir kepala empat ini impian punya anak sendiri membuat ku melupakan segalanya. Bermain di sore hari bersama anakku, berbelanja diakhiri pekan, pulang kerja ada yang berlari manyambutku dengan kaki kecilnya, impian demi impian ini sayangnya Amora tak bisa berikan.Kenapa?Aku juga tak mengerti. Dia selalu bilang tak siap hamil karena takut tubuhnya rusak, tapi entah mengapa aku tak mempercayai alasan itu seratus persen. Apa yang sebenarnya istriku sembunyikan?Meskipun sudah menikah delapan tahun lebih, tapi aku tak merasakan Amora benar-benar mencintai ku. Dia selalu senang saat diberikan materi, barang mewah dan liburan keluar negeri. Hanya sekedar itu. Lalu apa dia melakukan tugasnya sebagai seorang istri?Ya, hanya sebatas

  • Terpaksa jadi pelakor   36

    "Ma, kenapa mama ninggalin Mas Devan sama wanita itu? Aku gak rela ya mereka berduaan di sana." Ratna memijit dahinya. Sungguh ia pusing menghadapi Amora yang tidak mau mengerti, bukan salah dia juga sih karena seorang istri pasti akan merasakan sakit hati melihat suaminya memiliki wanita lain. Ratna tahu itu. Karena dia juga pemerasannya dulu. Saat suaminya berkhianat bahkan ia sampai pergi meninggalkan rumah, untung Amora ini lebih kuat."Ra, mama minta tolong ya. Sabar sedikit lagi," pinta Ratna. "Kamu bilang tidak mau hamil kan, tidak mau tubuhmu rusak kan karena mengandung?"Deg! Amora dibuat mati kutu mendengarkan ucapan mertuanya."Dari mana mama tahu tentang ini?"Ratna tersenyum kecil, "Devan sudah cerita tadi saat kami di musholla rumah sakit. Jadi benar yang Devan bilang itu?" Amora tidak punya kesempatan lagi untuk berbohong, jadi ia mengangguk membenarkannya ucapan suaminya itu. "Maaf, ma. Dari dulu sampai sekarang aku takut hamil, aku gak tahu mengapa tapi aku benar-

  • Terpaksa jadi pelakor   35

    POV SarahAku tidak tahu ini kutukan atau karma. Tapi satu hal yang aku sadari, semua ucapan buruk yang pernah ku ucapkan hari ini berbalik padaku sendiri.Pelakor?Hahaha... Dulu aku bahkan berteriak penuh kebencian pada wanita yang bernama Rossi yang telah mencuri ayah dari ibu. Dulu, aku bahkan melabraknya dan memaki dirinya. Apalagi setelah kematian ibu, aku Semaki membenci mereka, mengangap semua kesialan yang terjadi pada ibu dan aku karena kehadiran rossi. Gara-gara mereka ibu meninggal, aku selalu mengingat kesalahan ayah sampai aku sendiri tak bahagia.Tapi sekarang... Bukankah aku juga menjadi orang ketiga dalam rumah tangga Om Devan?Gila! Benar-benar gila!Aku bahkan berpikir setelah menikah dan menerima uang kopensasi itu aku akan hidup bahagia bergelimang harta. Membeli apa saja yang aku mau, berlibur keluar negeri seperti yang aku impikan menjadi nyonya muda yang bahagia.Tapi kenyataannya tidak. Aku tak bahagia! Malah aku merasa tertekan dan ketakutan oleh rasa bersal

  • Terpaksa jadi pelakor   Bab 34

    Bagaimanapun Devan mencoba menjelaskannya semua tentu tak mudah di terima oleh Amora. Semakin suaminya bicara ia semakin merasa sakit hati, apalagi masalahnya anak lagi, sungguh membuat ia muak."Bawa aku bertemu dengannya!" "Tidak sekarang, Ra. Setelah bayi itu lahir...." "Gak mau! Aku mau sekarang. Aku mau lihat secantik apa di sampai kamu berpaling dariku."Sungguh keras kepala. Devan hanya bisa berpikir bagaimana caranya agar Amora tak menyakiti Sarah jika bertemu.Di tubuh gadis itu ada anaknya. Meskipun a mencintai Amora tapi ia juga tak akan rela darah dagingnya terluka."Baiklah... Aku akan membawamu bertemu dengan tapi dengan syarat," "Mas, kamu!!" "Jangan menyakitinya. Asalkan kamu berjanji tidak menyakitinya aku akan membuat kalian bertemu. Bagaimana?" Syarat dari Devan membuat Amora tidak senang. Bagaimanapun dia ingin menemui wanita itu agar memberi dia pelajaran, tapi lagi-lagi suaminya melindungi.Amora marah!Melihat ibu mertuanya juga setuju dengan pendapat Devan

  • Terpaksa jadi pelakor   Bab 33

    Entah ada angin apa pagi-pagi sekali Ia harus dikejutkan dengan kedatangan dua manusia yang tak disukainya ini. Mana datangnya dengan wajah kusut lagi, kan ia jadi pikir buruk.Sarah menatap tajam Rossi yang tanpa malu berani datang ke villa ini, padahal jelas-jelas wanita itu tempo hari telah menghinanya habis-habisan. Apa dia tidak malu?Tapi mengingat wanita itu memang tidak punya malu ia tak ambil pusing lagi. Bahkan wanita seperti Rossi ini hanya tahu uang saja, mungkin dia sedang susah makanya ingat dengan dirinya ini. "Ada perlu apa ayah kesini?" Omar menatap nanar wajah sang putri. "Sarah, lama kita tak bertemu. Bagaimana kabarmu?" Basa basi sekali. Tentu saja dia tak menjawab, baik atau burukpun keadaannya selama ini memang ayahnya peduli? Jawabannya tentu saja tidak!Bahkan ia hampir mati menahan sakit dulu. Saat ia meminta bantuan malah di usir dengan kejam. Jika mengingat tentang itu ingin menangis rasanya. Untung saja diwaktu yang tepat Devan datang sebagai pahlawan.

  • Terpaksa jadi pelakor   Bab 32

    Sepanjang hari Amora menunggu kepulangan Devan. Tapi sampai matahari terbenam batang hidung suaminya itu tak terlihat sedikitpun. Bukankah dia berjanji akan pulang hari ini?Ini bahkan sudah satu Minggu mereka tak bertemu.Dia awalnya percaya jika sang suami tengah pergi keluar kota untuk urusan bisnis. Tapi setelah mendapatkan foto-foto itu ia sudah tidak percaya lagi.Devan pasti berbohong! Siang ini bahkan ia kembali mendapatkan kiriman dari nomor yang tidak ia ketahui. Di sana terlihat suaminya tengah di pusat perbelanjaan bersama seorang wanita yang tengah hamil.Tentu saja ia sangat terkejut. Tapi pada siapa ia bertanya? Sampai sekarang ia bahkan tidak tahu dimana posisi suaminya. Benar-benar di luar kota atau masih di kota ini dan menginap di rumah selingkuhannya?"Brengsek kamu, Mas! Gak aku sangka kamu berani bermain api di belakang ku!" Beberapa kali umpatan yang keluar dari bibirnya. Rasa kesal tak juga hilang dari hatinya yang sedang memanas.Melihat wanita hamil di sisi

  • Terpaksa jadi pelakor   bab 31

    Hari berganti hari, tidak terasa sekarang kehamilan Sarah telah memasuki bulan ke delapan. Itu berarti tak lama lagi ia akan melahirkan, ia rasanya sudah tak sabar.Meskipun begitu dia juga merasa resah, rasa takut di pisahkan dengan buah hatinya semakin membuat hatinya berat.Apakah Devan akan memberinya kesempatan untuk bertemu anaknya nanti? Atau ia benar-benar tak di izinkan?Air mata Sarah menetes memikirkan bagaimana jika nanti ia tak lagi bisa bertemu dengan anaknya sendiri. "Kenapa?" Devan bertanya, "malam-malam malah bangun, ayo sini tidur lagi." Devan menarik dengan lembut membawa sang istri kembali kedalam pelukannya."Om...""Mmm..." Devan bergumam lirih."Aku gak bisa tidur, Om." Mendengarnya Devan kembali membuka matanya."Kenapa? Ada yang mengangu pikiran mu?" Semenjak kandungan Sarah membesar Devan sangat menjaga dan menjadi suami siaga. Terkadang Sarah merasa terharu, andai saja pria ini benar-benar suaminya, milik dia sendiri pasti ia sangat senang. Hanya saja

  • Terpaksa jadi pelakor   bab 30

    Mata Devan membulat sempurna. Ia mendadak berbalik, menatap Sarah dengan tajam menantikan jawab yang pasti."Kamu bercanda kan? Bagaimana bisa mama tau tentang kamu?"Sarah hanya menggeleng. Ia sendiri juga sedang ketakutan sekarang, pembicaraan mereka hari itu masih membekas di benaknya. Apa setelah anak ini lahir ia akan di usir dengan kejam?"Ahh... Sial! Kenapa jadi begini!" Devan meremas rambutnya frustasi. "Dia tanya apa saja sama kamu?""Gak ada, Om. Cuman sebentar..." Sarah engan mengatakan pembicaraan yang di katakan Ratna. Bagaimana pun juga ia akan sakit kembali jika mengulang bertapa kasar wanita itu kemarin.Devan tidak bertanya lagi. Ia pergi meninggalkan ruang rawat dengan wajah frustasinya. Kali ini ia tidak ingin mengurus pelayan yang bernama mawar, tapi ia harus menemui ibunya."Jika Mama tahu apa dia juga memberi tahu Amora? Sialan! Aku bahkan belum menyiapkan alasan yang baik." gumam Devan dalam hati.****Devan lekas kembali ke rumah dengan terburu-buru. Bahkan ia

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status