Share

Bab 5

Devan tidak tahu mengapa tapi ia merasa dalam dua kali pertemuan gadis di hadapannya telah berhasil menarik perhatiannya. Saat koleganya menggoda gadis ini ada rasa tak rela yang ia rasakan, bukankah ini salah?

Sarah?

Nama ini membuat ia tersenyum sendiri. Ia masih ingat bagaimana dengan polosnya gadis itu menerima uang yang dia berikan dengan kurang ajarnya di pinggir jalan, malah dia tidak peduli dengan luka di tubuhnya dan menatap berbinar pada lembaran merah yang tidak seberapa itu.

Dan hari ini ia kembali bertemu dengannya. Masih dengan polosnya gadis itu menatapnya berbinar, tanpa sadar ia mengucapkan pikiran gila itu.

"Kalau mau uangku apa kau siap menjadi ja*angku?"

Sungguh ia tidak tahu mengapa lagi-lagi ia tidak memikirkan perasaan gadis itu, ia berucap dengan spontan. Ia pikir ia akan mendapatkan tamparan, siapa sangka dengan gilanya gadis itu malah membalas ucapannya.

"Om bisa bayar berapa agar aku bisa jadi simpanan mu?" Telak gadis itu dengan senyum menyeringai membuat ia merasa tertantang.

Seharusnya ia jijik. Seharusnya ia menatap remeh gadis itu begitu mudah meminta harga atas dirinya sendiri. Tapi tidak... Perhatikan Devan benar-benar telah di tarik oleh gadisnya membuat ia membalas.

"Berapa yang kamu mau..."

***

Sarah mengusap peluh di dahinya. Malam ini ia mendapatkan jatah membersihkan tempat ini setelah acara selesai dan pelanggan pulang, ada juga yang menginap dan memesan kamar khusus di sini.

"Sarah, kamu buang sampah di luar ya. Biar botol-botol minuman ini aku yang simpan." Perintah teman sesama pelayan di sana.

"Baik,"

Sarah mengambil kantong sampah itu. Ia harus membuangnya ke depan agar nanti siang mobil khusus pengambil sampah datang membawanya.

Padahal waktu sudah menunjukkan dua dini hari, tapi ia tak belum pulang. Padahal tubuhnya masih merasa sakit akibat luka kemarin, tapi ia tetap memaksa dirinya agar bisa tetap bekerja.

Pakaiannya telah berganti ke semula, pakaian seksi itu sebenarnya membuat ia tak nyaman. 

"Kamu belum pulang?"

Deg!

Tubuh Sarah mematung. Ia merasa darah memanas mendengar suara berat seseorang menyapanya, apa ia salah dengar?

"Tuan Devan?" 

"Jadi kamu benar-benar bekerja di sini ya," itu bukan pertanyaan tapi lebih pernyataan pria itu pada dirinya sendiri. "Bosan menjadi pelayan, makanya kamu menawari diri pada saya?"

Sarah semakin membeku. Malam yang gelap membuat ia merasa sedikit lebih baik menyembuhkan wajahnya yang sudah terlihat memucat. Ya, dia sedang merasa takut dengan pria kaya ini, ia takut perkataannya beberapa waktu lalu telah menyingsing laki-laki ini.

Devan mendekat, ia mengelus dengan ringan rambut lurus Sarah. Senyum manis tersinggung di bibir tebalnya yang penuh. 

"Ini," Satu kartu di sodorkan di hadapan Sarah. Gadis itu belum mengerti, ia hanya mengeryit bingung. "Itu kartu nama saya, jika keputusan kamu benar-benar sudah bulat hubungi saya."

"Saya..." Tak selesai menjawabnya Davin sudah lebih dulu menyelip kartu tipis itu di telapak tangan Sarah.

"Jangan menolaknya jika kau sendiri yang menginginkannya. Saya bisa memberikan apapun yang kamu mau asalkan kau mampu membuat saya puas."

Sekali lagi Devan mengusap surai hitam Sarah yang malam itu di gerai dengan indahnya. Setelahnya ia pergi meninggalkan Sarah yang masih terdiam mematung syok.

Sampai pinggang lebar itu berlaku memasuki mobilnya dan pergi tanpa meninggalkan bayangannya lagi, Sarah masih diam mematung dengan tatapan kosong.

'pilihan macam apa ini?'

"Sarah! Ayo cepat, kamu kok lama banget sih cuma buang sampah segitu. Kamu mau pulang lebih malam." Hardik Yara yang tiba-tiba datang. Salah satu pelayan senior di klub ini.

"Maaf, mbak."

"Udah sana. Kerja kok lelet banget sih." Yara menatap kesal, "saya yang capek. Kamu malah asik- asik ngobrol."

"Eh?" Sarah tidak tahu jika Mbak Yara melihat dirinya yang berbicara dengan Davin tadi. "Maksud mbak apa?"

"Gak usah berlagak polos. Satu hari baru mulai kerja di lantai atas, kamu udah dapat mangsa baru aja. Tapi aku ingatin ya, Sar... Pria yang kamu goda tadi adalah pak Davin orang kaya di kota ini, dan dia sudah memiliki istri secantik Nyonya Amora! Kamu sadari diri aja lah, menjauh kalau gak mau hancur nantinya."

Yara terkekeh sinis. Menatap Sarah yang masih juniornya itu penuh penghakiman, ia benci ada gadis lain yang baru datang mengalahkan dirinya yang telah lama bekerja disini.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status