Share

Bab 4

Author: Ara putri
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

"Iya iya. Udah di bantu gini aku juga udah senang kali. Apalagi kalau di terima," ujarnya tersenyum manis membuat Dion berdecak malas.

Sarah di minta menunggu dulu, sedangkan Dion naik ke lantai paling atas tempat hiburan itu untuk menemui pemilik rumah hiburan ini.

Tok...tok...tok.

Tiga kali ketukan baru terdengar suara seorang pria tua untuk menyuruhnya masuk. Dion melangkah masuk, seperti yang dia duga bos besar sedang bersama wanita-wanita nya di sing bolong seperti ini.

"Maaf, tuan mengangu."

"Dion... Tidak masalah, ada yang ingin kamu katakan?"

Dian mengangguk. Ia mengatakan apa yang Sarah Samapi di bawah tadi. Lama pria paruh baya itu terlihat berpikir, mungkin sedang menimbang-nimbang posisi apa yang pantas ia berikan pada gadis muda itu.

****

"Bagiamana?" Sarah tak sabar. Bahkan Dion belum duduk, ia sudah bertanya penuh harap. "Bos nerima aku nggak? Gimana kak?"

"Sabar, Sar. Kamu di terima kok,"

"Alhamdulillah!"

"Tapi..."

Eh, ada tapinya?

Sarah urung merasa bahagia saat Dion meletakkan selembaran kertas yang ia bawa dari lantai atas. "Baca dulu surat perjanjiannya, Sar. Setelah itu baru kamu pikirkan terima atau tidak pekerjaan ini."

"Ini maksudnya gimana, kak? Aku gak jadi p layan tapi..."

"Masih kok, Sar. Tapi pelayan khusus yang mengantar makan dan minuman pada pelanggan VIP."

"Lalu?"

Dion menarik nafas panjang. Benar yang dia tebak, Sarah pasti tidak akan mengerti dengan mudah.

"Maksudnya kamu harus siap dengan poin-poin yang sudah ditulis di dalam perjanjian. Gaji kami mungkin lebih besar, tapi resiko juga besar. Kalau menurut aku mending kamu mundur aja dan cari kerjaan lain."

Persyaratannya membuat Sarah meremang. Bagaimana tidak, ia di anjurkan pakaian pelayannya lebih seksi, harus menerima jika di sentuh-sentuh oleh pelanggan. Dan lebih gila... Ia tidak bisa protes jika nanti mendapatkan pelecehan dari pelanggan mereka.

Sarah bimbang. Tapi hanya ini satu-satunya jalan cepat ia bisa mendapatkan pekerjaan dan mengumpulkan uang lebih cepat. Penyakitnya makin parah, jika tidak di tanah itu ia takut meradang dan akan semakin buruk jika dia drop tak bisa bekerja lagi.

"Kalau aku terima..."

"Kamu bisa masuk hari ini. Semua keperluan kamu ambil di loker khusus karyawan."

....

Tidak peduli dengan harga diri atau apapun, Sarah hanya tau ia hidup butuh uang, dan hanya pekerjaan ini yang bisa ia lakukan sekarang. 

Rok pendek super seksi sudah melingkar di pinggang Sarah dengan kemeja kecil khas seorang pelayan di tempat hiburan. Sebenarnya ia merasa sedikit tak nyaman, tapi ia harus membiasakan diri enam bulan kedelapan karena dia telah menandatangani kontrak kerja itu.

"Kamu sudah siap?" 

"Mmm... Aku antar pesan yang mana sekarang kak?" 

Dion sedikit membuang pandangan, ia memberi nota, "ini pesanan mereka. Di lantai dua, dilantai satu kamu nggak perlu turun tangan, itu tugas pelayan lain."

Sarah mengangguk mengerti. "Baiklah, kalau begitu aku pergi."

"Tunggu!!"

Dion terlihat berat membiarkan gadis itu melangkah, ada rasa tak rela tapi ia punya hak apa untuk melarangnya?

"Kamu hati-hati. Kalau mereka macam-macam kamu cepat pergi ya," ujarnya. Sarah tersenyum manis, ia sangat berterima kasih dengan perhatian laki-laki ini.

Tapi mulai hari ini ia sudah memutuskan. Apapun yang terjadi ia tak akan mundur, meskipun itu ia harus kehilangan sesuatu yang ia jaga selama ini. 

Ia berjanji pada dirinya sendiri. Ia akan membuktikan pada ayahnya ia bisa hidup sendirian, ia akan membuktikan dia tak akan lagi datang pada pria itu sampai nanti.

****

Dalam dunia perkantoran tempat hiburan itu suatu hal biasa, apalagi jika klien minta di temani untuk bersenang-senang di klub malam, tentu saja tak enak untuk menolak.

Devan juga sama. Dunia malam itu sudah biasa baginya, bukan hal yang baru lagi sehingga ia takut untuk mencobanya. Sebelum menikah ia biasa berpesta, hanya saja setelah menikah ia sedikit berubah.

"Wah, sepertinya malam ini pak Devan ikut kota bersenang-senang. Kau tidak takut lagi istrimu marah?" Tanya pria yang berkepala botak itu dengan guyonannya. 

Dia klien yang meminta dirinya bertemu di tempat ini. "Untuk apa pikirkan dia, waktunya sudah habis untuk bersenang-senang dengan uangku, saya rasa dia tidak punya waktu untuk menghawatirkan suaminya ini." 

Balasan Davin yang tidak di sangka-sangka membuat mereka tertawa. Suami takut istri ternyata mulai berubah pikir mereka, mereka tidak tahu jika Davin hanya membalas sembarangan ucapan mereka.

"Akhirnya, kau sadar juga. Wanita ini hanya gila uang saja, mereka tidak akan meninggalkan kita apapun yang terjadi selagi jiwa belanja mereka terpenuhi. Hhhh..."

Kali ini Davin tak membalas. Perhatiannya tertarik dengan seorang pelayan yang datang mengantar minuman. Ia tidak lagi peduli dengan ocehan koleganya,  matanya telah terganggu dengan kemunculan gadis tadi pagi.

"Kau?!" 

"Pak?" 

.....

Tak ubahnya Davin Davin yang masih mampu mengenal Sarah. Sarah juga begitu, ia terkejut melihat pria yang tadi pagi melempar uang padanya ada di hadapannya. 

"Pak?"

Selanjutnya ia ingin mengacuhkannya saja. Tapi saat Pria itu terus saja menatapnya membuat ia sedikit risih. 

"Kamu bekerja di sini?"

"Eh?" Sarah menunjuk dirinya sendiri, "bapak bertanya sama saya?"

Davin berdecak. "Sudah tau iya, kamu sengaja ya selalu berkeliaran di sekitar saya?!" 

Deg

Meskipun kesal mendengar tuduhan itu, tapi Sarah tak membalas. Ia menatap takut-takut teman-teman Davin yang ikut menatapnya penasaran, mungkin dia tertarik karena Aku Davin menyapanya.

"Kamu kenal dengannya, Pak Davin?"

"Oh, bukan."

"Tapi saya lihat anda tertarik padanya. Apa dia mainan barumu?" Tanya pak beroto yang masih kepo.

Davin memijit pelipisnya, ia merasa pusing. "Jangan berbicara sembarangan, Bung. Anda bisa membuat salah paham,"

"Ayolah... Tempat ini adalah tempat untuk kita bebas berbuat apa saja, tidak akan ada yang berani menganggunya atau mereka akan menyesal." Tuan Broto kembali menatap Sarah yang masih diam setelah menuangkan minuman. "Mmm... Dia lumayan, jika kau tidak mau bagaimana kalau..."

Tidak tahan mendengarnya. Davin mengambil tangan Sarah, membawa gadis itu keluar dari ruangan itu yang di iringi tawa kemenangan oleh kolega bisnisnya.

"Pak! Lepas, apa yang anda lakukan? Saya masih harus bekerja,anda tidak bisa membawa saya seperti ini." Sarah menarik tangannya, tapi Davin tak melapangkannya dengan mudah.

"Saya bisa membayar anda lebih dari hajimu di sini!" Tekan Davin.

Sarah mematung. Ia masih terasa asing dengan orang ini, tapi bukan berarti dia tidak kenal siapa itu Davin Diwaguna. Pria kaya yang sering berselera di media sosial ataupun tv dengan di kenal pengusaha sukses.

"Maksud anda apa?"

"Bukankah kamu sangat cinta uang?"

Sarah tersenyum sinis. Orang kaya memang seperti ini, suka sekali menilai orang lain sesuka hati.

"Ya, saya cinta uang. Lalu anda mau apa? Mau memberikan saya uang cuma-cuma lagi seperti kemarin?" Tantang Sarah dengan senyum menggoda. "Tuan, asal Anda tahu, say bisa berbuat apa saja demi uang. Jadi bagaimana?" 

Related chapters

  • Terpaksa jadi pelakor   Bab 5

    Devan tidak tahu mengapa tapi ia merasa dalam dua kali pertemuan gadis di hadapannya telah berhasil menarik perhatiannya. Saat koleganya menggoda gadis ini ada rasa tak rela yang ia rasakan, bukankah ini salah?Sarah?Nama ini membuat ia tersenyum sendiri. Ia masih ingat bagaimana dengan polosnya gadis itu menerima uang yang dia berikan dengan kurang ajarnya di pinggir jalan, malah dia tidak peduli dengan luka di tubuhnya dan menatap berbinar pada lembaran merah yang tidak seberapa itu.Dan hari ini ia kembali bertemu dengannya. Masih dengan polosnya gadis itu menatapnya berbinar, tanpa sadar ia mengucapkan pikiran gila itu."Kalau mau uangku apa kau siap menjadi ja*angku?"Sungguh ia tidak tahu mengapa lagi-lagi ia tidak memikirkan perasaan gadis itu, ia berucap dengan spontan. Ia pikir ia akan mendapatkan tamparan, siapa sangka dengan gilanya gadis itu malah membalas ucapannya."Om bisa bayar berapa agar aku bisa jadi simpanan mu?" Telak gadis itu dengan senyum menyeringai membuat i

  • Terpaksa jadi pelakor   Bab 6

    Sarah menatap layar ponselnya dengan mata sayu khas bangun tidur. Tak langsung mandi atau pun sarapan, Ia lebih tertarik membaca berita menarik di beranda ponselnya.'Keluarga bahagia. Nyonya Amora bersama sang suami tercinta menghabiskan waktu berlibur keliling Eropa. Pagi ini di kabarkan baru kembali setelah satu Minggu menghabiskan waktu untuk bersenang-senang.'Sarah merasa akhir-akhir ini ia mulai tertarik mencari tahu semua tentang Pak Devan, dan berita pagi ini membuat dadanya berdesir melihat bertapa bahagia dua manusia itu berlibur bersama.Tak ada masalah sebenarnya. Hanya saja ada rasa iri yang menyerukan dalam hatinya melihat Davin tengah berpelukan mesra dengan istrinya sembari berpose romantis di bawah pepohonan yang berguguran."Huh, bahagia memang diperuntukkan untuk orang-orang berduit." Gumamnya.Semakin jarinya bergulir di layar ponsel semakin ia tertarik melihat Devan sang pria kaya yang memiliki kekayaan di mana-mana. Sarah jadi berpikir, bagaimana kalau dia di p

  • Terpaksa jadi pelakor   Bab 7

    Apa ia harus terkejut sekarang. Bagaimana di tempat yang cukup sepi ini bisa-bisanya ia bertemu kembali dengan Pak Devan?"Kamu kenapa?" Sarah mengerjab saat tiba-tiba Devan mengambil tangannya dan memeriksa luka di kedua sikunya."Kamu terluka cukup parah. Kenapa tidak di obati?""Kenapa Pak Devan ada di sini?" Bukan menjawab ia balik bertanya, "lepas, pak! Nanti ada yang lihat," Devan hanya diam. Dia tak melepaskan Sarah, malah ia menarik gadis itu untuk masuk kedalam mobilnya. Awalnya Sarah menolak, tapi Devan bukan orang yang mudah di tolak dia tetap memaksa gadis itu mengikutinya."Masuk!""Tapi pak...""Udah, kamu gak usah membantah. Lihat itu pakaian mu sudah robek," ujarnya tetap mendorong tubuh Sarah memasuki mobilnya.Sarah hanya bisa pasrah. Padahal ia sudah ketar-ketir, melihat sikap Devan yang sok dekat ini membuat ia sedikit malu. Ia baru sadar ternyata pria itu sendiri yang menyetir mobilnya, bukan dengan supirnya yang tua kemarin."Eh, bapak mau bawa saya kemana?" "

  • Terpaksa jadi pelakor   Bab 8

    Sarah merasa sangat senang saat pertama kali ia dapatkan gaji lagi, mana gajinya besar lagi. Lima juta, itu setara dengan gajinya dua bulan setengah di toko pakaian.Dengan uang ini ia bisa besok ke rumah sakit untuk memeriksa kesehatannya, syukur-syukur jika ada kabar baik. Tapi kalau tidak ia akan menabung uang ini untuk beberapa bulan kedelapan, ia berharap sakitnya masih bisa menunggu."Sarah, kamu mau pulang?" Dion datang saat Sarah sudah selesai menyapu lantai dan menyusun botol-botol yang berserakan di atas meja barr.Sarah mengambil tasnya setelah pekerjaan selesai, mereka keluar dari sana dan begitu juga dengan Dion. Waktu sudah menunjukkan waktu 3 pagi, cukup telat pulang dari biasanya karena Bar hari ini cukup ramain"Oh, iya kak. Kenapa?""Tidak. Aku dengar dari Yara kamu terluka, apa benar?"Sarah tersenyum mendengar perhatian kecil itu, "iya. Tadi kecelakaan lagi, jatuh dari motor. Tapi udah di obati kok, nih..." Ujarnya memberi tahu. Ia menunjukkan sikunya yang sudah d

  • Terpaksa jadi pelakor   Bab 9

    Malam sudah berlalu, mungkin sebentar lagi suara azan subuh akan berkumandang. Sarah terduduk diam di pinggir ranjang tidur dengan tatapan kosong. Akhirnya ia melakukan juga hal yang di benci oleh penciptanya. Dosa yang mungkin di anggap orang-orang tak bisa di maafkan, tapi ia apa punya pilihan lain?Pria itu benar-benar melakukannya dengan sangat buruk. Di bawah keadaan mabuk ia merenggut kehormatannya lalu meninggalkannya begitu saja setelah selesai. Sarah benar-benar merasa dirinya seperti wanita bayaran. Benar-benar bajingan!Devan bahkan telah meninggalkannya setelah merengkuh madu yang selama ini ia jaga. Apakah pria itu puas?Sarah menarik nafas lelah. Bahkan seikat uang merah yang telah di lemparkan oleh Davin tak menarik lagi di matanya. Tak ada kebahagiaan, yang ada rasa sakit dari sisa percintaan yang tidak meninggalkan kesan baik sedikitpun."Benar-benar murahan kamu, Sar." Ia terkekeh kecil mencemooh dirinya sendiri. Ia mantap kosong noda darah yang masih membekas di al

  • Terpaksa jadi pelakor   Bab 10

    Rasa sakit di area bawahnya membuat Sarah tak bisa pulang dengan motor. Ia terpaksa memesan taksi menuju kosannya, ia bahkan merasa malu sepanjang jalan saat supir taksi itu menatap curiga dirinya yang pulang dalam keadaan kacau begini.Bagaimana mana tidak, ia tak sempat sekedar mandi di Vila milik Devan. Ia memilih pergi setelah menggunakan pakaian kembali dan mencari ayahnya di pagi-pagi buta. Lagi-lagi ia semakin kacau setelah menangis di sepanjang jalan karena pertengkaran mereka.Meskipun berucap benci berkali-kali, dalam hatinya ia masih berharap kasih sayang ayahnya. Sarah sangat lelah, ia ingin menyerah saja.Taksi berhenti di gang menuju kosannya. Ia harus jalan kaki lagi untuk masuk ke dalam sana, namanya juga kos-kosan murah tentu saja tempatnya terpencil."Terimakasih, pak."Setelah itu ia segera turun. Tepat saat ia hampir sampai di depan kosannya ia terkejut melihat banyak orang yang berkumpul di depan tepat tinggalnya. Ada apa? Kenapa juga ada ibu kosnya yang kumpul d

  • Terpaksa jadi pelakor   Bab 11

    "Mas, kamu kenapa sih? Akhir-akhir ini sulit banget di hubungi." Amora merajuk, "biasanya kamu keluar kota juga ajak aku deh, kok sekarang aneh gini.""Aneh gimana?" Devan tersenyum kecil, "jangan berpikir macam-macam, dek. Mas kan kerja."Devan memeluk Amora, ia tahu istrinya sangat mudah luluh jika sudah di peluk dan di manja seperti ini. Meskipun di luar sikap Istrinya di kenal angkuh dan sombong, tapi jika di hadapan suaminya ia hanya wanita penurut. Meskipun beberapa kali juga membuat suaminya kesal sih, masalah baik di luar maupun di dalam rumah sikap keras kepalanya tidak akan pernah hilang."Aku gak akan pikir macam-macam kalau kamu tetap seperti biasa." Ujarnya cemberut. Devan terkekeh mendengar istrinya merajuk. Pelukannya semakin mengerat, membuat rasa nyaman."Ra...""Mmm..." Amora terus memejamkan matanya menikmati dekapan hangat sang suami."Mas mau tanya, kamu kapan siapnya ke dokter?" "Maksud mas? Ngapain kita kedokter, aku gak sakit kok," ujarnya. Devan mendengus, Is

  • Terpaksa jadi pelakor   Bab 12

    Sarah menatap lembaran kertas di tangannya nanar. Ternyata benar di dunia ini tidak di letakkan adanya kebahagiaan untuknya. Sarah tertawa perih, kenapa perjalanan hidupnya begitu pahit."Aku bahkan harus menderita berkali-kali, tapi mengapa Tuhan memberi orang lain kebahagiaan begitu mudah."Andai dia tahu hidupnya akan semenyedihkan ini lebih baik ia ikut ibunya saja ke Surga. Ia merasa putus asa setia kali melihat ayahnya tak pernah lagi peduli, melihat orang-orang di sekelilingnya bahagia ia benar-benar merasa iri.'Kau hanya perlu memberiku seorang anak, maka aku akan membayarmu berapapun yang kamu minta.'Hanya dua tahun. Kita menikah selama dua tahun, dan setelah itu akan saya lepaskan kamu." Ujar Devan siang tadi.Sungguh sakit jika diingatkan lagi. Sekarang ia sudah tidak berhak lagi ada dirinya sendiri, harga dirinya telah di beli hanya dengan harga 500 juta.Tapi apa ia bisa menolak?Tentu saja tidak. Pria itu bahkan mengancam akan menyakitinya jika berani menolak, ia tidak

Latest chapter

  • Terpaksa jadi pelakor   Bab 34

    Bagaimanapun Devan mencoba menjelaskannya semua tentu tak mudah di terima oleh Amora. Semakin suaminya bicara ia semakin merasa sakit hati, apalagi masalahnya anak lagi, sungguh membuat ia muak."Bawa aku bertemu dengannya!" "Tidak sekarang, Ra. Setelah bayi itu lahir...." "Gak mau! Aku mau sekarang. Aku mau lihat secantik apa di sampai kamu berpaling dariku."Sungguh keras kepala. Devan hanya bisa berpikir bagaimana caranya agar Amora tak menyakiti Sarah jika bertemu.Di tubuh gadis itu ada anaknya. Meskipun a mencintai Amora tapi ia juga tak akan rela darah dagingnya terluka."Baiklah... Aku akan membawamu bertemu dengan tapi dengan syarat," "Mas, kamu!!" "Jangan menyakitinya. Asalkan kamu berjanji tidak menyakitinya aku akan membuat kalian bertemu. Bagaimana?" Syarat dari Devan membuat Amora tidak senang. Bagaimanapun dia ingin menemui wanita itu agar memberi dia pelajaran, tapi lagi-lagi suaminya melindungi.Amora marah!Melihat ibu mertuanya juga setuju dengan pendapat Devan

  • Terpaksa jadi pelakor   Bab 33

    Entah ada angin apa pagi-pagi sekali Ia harus dikejutkan dengan kedatangan dua manusia yang tak disukainya ini. Mana datangnya dengan wajah kusut lagi, kan ia jadi pikir buruk.Sarah menatap tajam Rossi yang tanpa malu berani datang ke villa ini, padahal jelas-jelas wanita itu tempo hari telah menghinanya habis-habisan. Apa dia tidak malu?Tapi mengingat wanita itu memang tidak punya malu ia tak ambil pusing lagi. Bahkan wanita seperti Rossi ini hanya tahu uang saja, mungkin dia sedang susah makanya ingat dengan dirinya ini. "Ada perlu apa ayah kesini?" Omar menatap nanar wajah sang putri. "Sarah, lama kita tak bertemu. Bagaimana kabarmu?" Basa basi sekali. Tentu saja dia tak menjawab, baik atau burukpun keadaannya selama ini memang ayahnya peduli? Jawabannya tentu saja tidak!Bahkan ia hampir mati menahan sakit dulu. Saat ia meminta bantuan malah di usir dengan kejam. Jika mengingat tentang itu ingin menangis rasanya. Untung saja diwaktu yang tepat Devan datang sebagai pahlawan.

  • Terpaksa jadi pelakor   Bab 32

    Sepanjang hari Amora menunggu kepulangan Devan. Tapi sampai matahari terbenam batang hidung suaminya itu tak terlihat sedikitpun. Bukankah dia berjanji akan pulang hari ini?Ini bahkan sudah satu Minggu mereka tak bertemu.Dia awalnya percaya jika sang suami tengah pergi keluar kota untuk urusan bisnis. Tapi setelah mendapatkan foto-foto itu ia sudah tidak percaya lagi.Devan pasti berbohong! Siang ini bahkan ia kembali mendapatkan kiriman dari nomor yang tidak ia ketahui. Di sana terlihat suaminya tengah di pusat perbelanjaan bersama seorang wanita yang tengah hamil.Tentu saja ia sangat terkejut. Tapi pada siapa ia bertanya? Sampai sekarang ia bahkan tidak tahu dimana posisi suaminya. Benar-benar di luar kota atau masih di kota ini dan menginap di rumah selingkuhannya?"Brengsek kamu, Mas! Gak aku sangka kamu berani bermain api di belakang ku!" Beberapa kali umpatan yang keluar dari bibirnya. Rasa kesal tak juga hilang dari hatinya yang sedang memanas.Melihat wanita hamil di sisi

  • Terpaksa jadi pelakor   bab 31

    Hari berganti hari, tidak terasa sekarang kehamilan Sarah telah memasuki bulan ke delapan. Itu berarti tak lama lagi ia akan melahirkan, ia rasanya sudah tak sabar.Meskipun begitu dia juga merasa resah, rasa takut di pisahkan dengan buah hatinya semakin membuat hatinya berat.Apakah Devan akan memberinya kesempatan untuk bertemu anaknya nanti? Atau ia benar-benar tak di izinkan?Air mata Sarah menetes memikirkan bagaimana jika nanti ia tak lagi bisa bertemu dengan anaknya sendiri. "Kenapa?" Devan bertanya, "malam-malam malah bangun, ayo sini tidur lagi." Devan menarik dengan lembut membawa sang istri kembali kedalam pelukannya."Om...""Mmm..." Devan bergumam lirih."Aku gak bisa tidur, Om." Mendengarnya Devan kembali membuka matanya."Kenapa? Ada yang mengangu pikiran mu?" Semenjak kandungan Sarah membesar Devan sangat menjaga dan menjadi suami siaga. Terkadang Sarah merasa terharu, andai saja pria ini benar-benar suaminya, milik dia sendiri pasti ia sangat senang. Hanya saja

  • Terpaksa jadi pelakor   bab 30

    Mata Devan membulat sempurna. Ia mendadak berbalik, menatap Sarah dengan tajam menantikan jawab yang pasti."Kamu bercanda kan? Bagaimana bisa mama tau tentang kamu?"Sarah hanya menggeleng. Ia sendiri juga sedang ketakutan sekarang, pembicaraan mereka hari itu masih membekas di benaknya. Apa setelah anak ini lahir ia akan di usir dengan kejam?"Ahh... Sial! Kenapa jadi begini!" Devan meremas rambutnya frustasi. "Dia tanya apa saja sama kamu?""Gak ada, Om. Cuman sebentar..." Sarah engan mengatakan pembicaraan yang di katakan Ratna. Bagaimana pun juga ia akan sakit kembali jika mengulang bertapa kasar wanita itu kemarin.Devan tidak bertanya lagi. Ia pergi meninggalkan ruang rawat dengan wajah frustasinya. Kali ini ia tidak ingin mengurus pelayan yang bernama mawar, tapi ia harus menemui ibunya."Jika Mama tahu apa dia juga memberi tahu Amora? Sialan! Aku bahkan belum menyiapkan alasan yang baik." gumam Devan dalam hati.****Devan lekas kembali ke rumah dengan terburu-buru. Bahkan ia

  • Terpaksa jadi pelakor   Bab 29

    Memiliki segalanya bukan berarti ia merasa selalu bahagia. Amora meremas kertas di tangannya, lagi-lagi masalah ini datang tanpa di undang. Jika dulu ia bisa melabrak dan bersikap sombong pada setiap wanita yang mencoba merayu suaminya. Tapi sekarang ia seperti istri lemah yang tak bisa melakukan apa-apa, berdiam diri menatap setiap perubahan yang suaminya lakukan. Ia bahkan tidak bisa menebaknya apa saja yang telah hilang dari suaminya itu!"Bagaimana?" "Tuan hari ini benar-benar ke kantor, Nyonya. Tidak ada yang mencurigakan,"Amora mengertat giginya geram. Bagaimana bisa Devan begitu baik menyembunyikan selingkuhannya. "Bagaimana di vila?""Tidak mungkin nyonya. Kemarin saya bahkan melihat nyonya Ratna pergi ke Villa. Jika tuan benar-benar selingkuh, dia tidak mungkin menyembunyikannya disana."Masuk akal. Mertuanya sangat menyayangi dirinya, tidak mungkin dia menyembunyikan perselingkuhan Devan jika itu benar-benar terjadi."Mengapa nyonya begitu yakin tuan Devan memiliki wanit

  • Terpaksa jadi pelakor   Bab 28

    Sarah tertegun. Ada rasa takut yang menekan dirinya saat berhadapan langsung dengan ibunda Devan. Bukan apa-apa, tapi tatapan benci dari wanita tua itu mampu membuat tubuhnya gemetar karena takut."Jangan cemas... Selama kamu menjadi gadis baik seperti sebelumnya tidak akan ada masalah. Kamu hanya perlu melahirkan cucu saya, setelah itu... Menjauh dari hidup putra saya." Sarah tersenyum kecut. Tanpa di suruh ia juga akan melakukan itu, lagi pula ia sudah sadar diri dari awal tidak mungkin bisa bersaing dan mengantikan tempat Amora si wanita kaya itu."Kamu mengerti?!" Sarah berusaha membalas tatapan Ratna yang mencoba menekannya, lalu ia berkata, "nyonya... Diantara aku dan Om Devan telah tertulis perjanjian hitam dia atas putih. Pergi atau tidaknya putra anda yang memutuskannya...." Mendengar ucapan Sarah, Ratna tersenyum senang. Tertulis hitam di atas putih, sepertinya akan lebih mudah menyingkirkan gadis ini kelak. Pada akhirnya ia sadar Devan tidak bodoh, dia benar-benar mencar

  • Terpaksa jadi pelakor   Bab 27

    Ia mencoba menyakinkan dirinya sendiri, bahwa semua akan baik-baik saja. Tapi rasa takut juga tak hilang dari hatinya, bahkan sampai sekarang Devan juga belum kembali setelah tadi pagi meninggalkan kamar hotel mereka.Ada apa ini?Apa suaminya benar-benar tega membuangnya di sini? Semakin banyak ia berpikir semakin cemas dia. Amora mengambil ponselnya, mencoba menghubungi nomor Devan beberapa kali tapi tak kunjung di angkat."Apa dia benar-benar berubah?"Meskipun sudah seperti ini ia masih belum percaya Devan benar-benar marah padanya. Ia tau suaminya sangat mencintainya, bukankah masalah anak bisa di bicarakan lagi?Ngomong-ngomong soal anak, benar dia beberapa bulan ini tetap meminum pil KB. Meskipun dia pernah berkata siap menjadi seorang ibu, tapi sebenarnya dalam hati ia tidak pernah mau.Ada alasan di baliknya, dan ia tidak bisa menceritakan pada orang lain meskipun itu Suaminya sendiri. ....Pukul enam sore Devan kembali. Amora bernafas lega, ternyata pikiran buruknya tak be

  • Terpaksa jadi pelakor   Bab 26

    Amora tidak berhenti tersenyum setiap kali Devan memberinya hadiah-hadiah mewah. Berlahan, ia merasa suaminya telah kembali. Sikap Devan yang beberapa waktu lalu sempat dingin sekarang sudah menghilang dan menjadi suami penuh perhatian dan kasih sayang lagi.Amora sangat bahagia. Seperti saat ini mereka berdua kembali liburan ke Paris seperti yang di minta waktu lalu olehnya. Kegiatan liburan ini tiap kali pasti akan diliputi oleh awak media tanah air. Devan adalah pengusaha tersohor, tentu saja kehidupan pribadinya sering di cari-cari oleh media, apalagi Amora yang juga seorang model tentu saja hal seperti ini sudah biasa bagi mereka."Ada apa-apa? Apa mama yang menghubungi kamu mas?" Amora memeluk Devan yang masih tak mengenakan pakaian setelah melakukan sesi percintaan mereka yang panas."Ya,""Dia bilang apa?" Amora jadi kepo. Tak biasanya mertuanya itu mengangu waktu liburan mereka seperti ini."Bukan masalah besar, sayang. Ayo... Kamu tidur lagi. Istirahat yang cukup agar nanti

DMCA.com Protection Status