Anak itu melepas perlahan pulang nya dan menatap wanita itu dengan senyuman."Saya pikir kamu tidak akan kembali kemari, Rani." ucapan Kenzo.Wanita itu terkekeh lalu menuntun Vivi mendekat ke arah pria yang sedang menatap dirinya dan Vivi."Tidak mungkin, Mas. Ini kan hari pertama ku bekerja, masa aku tidak akan kembali." jawab Rani.Pria itu hanya mengangguk dan merasa gemas dengan jawaban Rani."Bodyguard... cepat kemari." panggil Kenzo.Tidak membutuhkan waktu lama, dua Bodyguard Kenzo datang ke ruang tengah."Iya, Tuan. Ada yang bisa kami bantu?" tanya mereka berdua dengan kompak."Tolong bawakan koper ke kamar atas yang sedang Bi Minah bereskan ya, dan ini Rani. Kalian harus memanggil dia Nyonya." pinta Kenzo."Baik, Tuan. Selamat datang di rumah keluarga Baskara, Nyonya Rani." ucapan kedua Bodyguard itu lagi dengan kompak."Eh, eum iya. Terimakasih, semoga kalian nyaman dengan kehadiran saya." jawab Rani yang sedikit gugup."Tentu saja kami sangat nyaman, apalagi Nyonya sangat c
Kedua orang itu masih terdiam dan sibuk dengan pikiran masing-masing. Sedangkan di dalam kamar, Vivi dan Rani masih berpelukan, perlahan Rani melepas pelukan nya dan mengecup singkat kuning anak perempuan itu."Ayo kita turun ke bawah. Kakak dan Daddy pasti sudah menunggu kita." ajak Rani."Iya, ayo, Tante. Sebentar, aku akan mengambil tas ku terlebih dahulu." jawab Vivi.Anak itu berjalan ke arah meja belajarnya lalu mengambil tas, ipad, dan ponselnya. Dia membuka tas nya dan memasukan ipad dan ponsel itu, setelah itu dia menutup resletingnya dan menggendong tas kecil nya yang bergambar kucing berwarna putih."Ayo, Tante." ajak Vivi."Iya, Sayang." jawab Rani.Mereka berdua keluar dari kamar, tidak lupa Rani menutup kembali pintu kamarnya. Wanita itu menggandeng tangan Vivi dengan lembut, mereka mulai menuruni anak tinggi dengan sedikit cepat.Membutuhkan 2 menit untuk sampai di bawah, karena anak tangga nya lumayan tinggi dan banyak."Daddy, Kakak. Ayo kita berangkat." ucap Vivi ber
Setelah anak-anaknya masuk, pria its berjalan ke arah Rani. Dia menunduk lalu menatap Rani dengan tatapan khawatir."Rani, kamu kenapa?" tanya Kenzo."Ah, tidak kenapa-kenapa, Mas." jawab Rani sembari tersenyum."Jangan berbohong, wajahmu terlihat jika kamu sedang bersedih. Katakan saja kepada saya, Rani." pinta Kenzo."Aku hanya sedang merindukan Zargie, Mas." jawab Rani."Says akan membawa Zargie ke pelukan mu, Rani. Hari minggu Zargie akan datang ke rumah, kamu bisa sepuasnya memeluk buah hati mu itu." jelas Kenzo.Wanita itu langsung mendongak dan menatap pria yang sedang berdiri di hadapan nya. Wajahnya yang tadinya sedih sekarang sudah berubah menjadi seperti semula yang merasa tenang dan senang."Benarkah?" tanya Rani."Benar, maka dari itu kamu jangan bersedih ya. Saya pastikan Zargie akan ke rumah, jika tidak, kita akan menjemput nya." jelas Kenzo lagi."Baiklah, terimakasih sudah membuat ku tidak merasa sedih lagi, Mas." ucap Rani."Saya hanya berusaha semampu saja saja, Ran
"Sudah ya,Mas, jangan menangis lagi. Mata Mas mulai sembab tuh, nanti anak-anak merasa sedih jika mengetahui Daddy nya yang sangat mereka sayangi ini habis menangis dan sedang merasa sedih." jelas Rani."Baiklah, saya tidak akan menangis dan tidak akan merasa sedih lagi." jawab Kenzo berusaha tersenyum."Nah begitu dong." Rani terkekeh pelan."Rani, boleh saya mengecup kuning mu? Tolong jangan berpikiran yang macam-macam, saya bukan pria brengsek akan melecehkan seorang wanita." ucapan Kenzo.Pria itu berbicara seperti itu kepada Rani karena dia takut wanita itu berpikiran bahwa dirinya adalah pria yang brengsek dan akan melecehkan seorang wanita."Silahkan, aku tidak pernah berpikiran buruk seperti itu, Mas. Aku sangat percaya bahwa Mas adalah orang baik." jawab Rani.Pria itu tersenyum lalu mengecilkan kening Rani dengan lembut, wanita itu memejamkan matanya menikmati kecupan hangat dari Kenzo. Pria itu mengecup kening Rani lumayan lama, setelah itu mereka saling tersenyum."Sekarang
Makanan datang, mereka membaca doa sebelum makan terlebih dahulu. Setelah itu mereka mulai makan dengan tenang."Sayang, es krim nya di makan setelah kamu makan malam ya. Jangan di makan sekarang, es krim nya tidak akan meleleh kok." jelas Kenzo.Dia berkata seperti itu karena anak perempuan nya menatap terus ke arah mangkuk isi es krim."Baiklah, Daddy. Aku akan memakan es krim nya setelah makan malam." jawab Vivi."Anak pintar." Kenzo terkekeh lalu melanjutkan aktivitas makan nya."Kenapa Mommy memesan nasi goreng?" tanya Devo."Tidak apa-apa, Sayang. Mommy hanya sedang ingin memakan nasi goreng." jawab Rani."Nasi goreng kan bisa di buat. Memangnya kamu tidak ingin makan yang lain nya, seperti makanan luar negeri yang kamu sukai?" tanya Kenzo."Tidak, Mas. Aku sering makan makanan luar negeri saat makan malam bersama Mas Anton dan Zargie dulu." jawab Rani."Ah begitu. Baiklah, jangan ada yang berbicara lagi okey, kita fokus makan saja." pinta Kenzo.Mereka bertiga mengangguk dan ke
"Devo baik-baik saja, tapi Vivi tidak terlalu baik. Dia sedang sakit." jawab Kenzo sembari mengusap-usap punggung anak nya yang sudah tertidur pulas di gendongan nya."Hah! Sakit! Vivi sakit apa, Pak." tanya Shilvia dengan raut wajah yang terkejut."Dia hanya kelemahan saja, mungkin juga dia merasa sedih jadi ya kesehatan nya menurut. Tapi sudah di bawa ke dokter kok, dia sudah dalam masa pemulihan." jelas Kenzo."Syukurlah, saya besok izin ke rumah anda boleh? Saya ingin bertemu dengan anak-anak, itu jika diizinkan oleh anda, jika tidak, tidak apa-apa." ucapan Shilvia sembari tersenyum "Tentu saja boleh. Saya tidak pernah marang orang baik seperti mu untuk ke rumah saya, apalagi untuk bertemu dengan anak-anak." jawab Kenzo."Terimakasih, besok saya akan datang sekitar jam 9 pagi." Shilvia yang sudah sampai di parkiran motor."Datang jam setengah 7 saja. Kita sarapan bersama, anak-anak pasti akan sangat senang karena meja makan ramai, apalagi si kecil ini." pinta Kenzo sembari mengus
Setelah merasa kamu nya mulai dingin, Anton naik ke ranjang dan tiduran di sebelah anak nya. Dia memeluk tubuh kecil buah hatinya lalu mengecup kening Zargie berkali-kali."Jangan pernah tinggalin Papa ya, Sayang. Papa tidak ingin kamu pergi jauh dari Papa." Anton sembari mengusap-usap rambut Zargie dengan penuh kasih sayang."Aku tidak akan pergi jauh dari Papa dan Mama. Sungguh, aku tidak berbohong " jawab Zargie menatap Papa nya."Seandai nya kamu diberi pilihan untuk memilih salah satu dari Papa dan Mama. Kamu akan pilih siapa?" tanya Anton."Aku tidak bisa memilih di antara kalian berdua. Aku tidak ingin kalian pergi jauh, aku ingin Papa dan Mama ku selalu bersama." jawab Zargie yang matanya berkaca-kaca.Pria itu hanya bisa terdiam mendengar jawaban dari sang anak. Dia berusaha tersenyum kepada anak ya, walaupun hatinya sedang menangis."Iya, Sayang. Sekarang ayo kita tidur, kita membaca doa dulu sebelum tidur." ajak Anton.Zargie mengangguk, mereka berdua membaca doa sebelum ti
Pagi harinya.Rani sedang memasak sarapan di dapur, Minah yang melihat Rani sedang memasak langsung mendekat ke arah nya."Nyonya, kenapa Nyonya memasak. Biar saya saja yang memasak, jika Tuan besar mengetahui Nyonya memasak, saya akan di marahi." jelas Minah."Hahaha, Bibi jangan takut. Mas Kenzo tidak akan memarahi Bi aminah kok, ini juga atas keinginan saya, Bi, saya sudah biasa memasak di pagi hari, ya bisa di katakan ini rutinitas saya." jelas Rani."Saya bantu ya." ucap Minah."Tidak usah, Bi. Bibi mengurus yang lain saja, urusan dapur saya saja yang mengurusnya." jawab Rani."Baiklah, Nyonya. Jika memerlukan bantuan, panggil saya saja." pinta Minah."Siap, Bi." jawab Rani.Minah tersenyum lalu meninggalkan dapur. Ponsel Rani berdering, dia mengambil ponselnya yang diletakan di meja dapur, dia melihat ke arah layar lalu tersenyum."Baru jam 6 pagi sudah menelfon." gumam Rani sembari mengangkat telfon nya."Assalamualaikum." Rani mengucapkan salam terlebih dahulu."Waalaikumsalam
"Aku benar-benar tidak menyangka ternyata Mbak Agatha sangat kejam. Ternyata kecurigaan ku ternyata benar, jika Duda anak satu yang dia maksud adalah Mas Anton." Rani masih sesenggukan.Wanita itu sudah berhenti menangis, hanya saja sesungguhnya masih ada. Rumah keluarga Watson benar-benar sangat sunyi, semua anggota keluarga sedang merasa sangat terkejut dengan kejadian beberapa puluh menit yang lalu.Malam harinya.Keluarga Watson sedang makan malam bersama, wajah mereka masih sangat datar. Termasuk Anton."Kenapa kalian diam saja?" tanya Zargie merasa heran."Kakak, Nenek dan Papa sedang merasa lelah, Sayang. Maka dari itu mereka diam saja." jelas Rani berbohong."Ah begitu. Apa Tante Agatha sudah pulang?" tanya Zargie lagi."Sudah, Sayang. Papa mimta kamu jangan bajas Tante Agatha lagi ya, dia bukan keluarga kita, tidak baik jika di bahas ataupun di cari." jelas Anton."Baiklah, Papa. Aku juga tidak terlalu suka dengan nya." jawab Zargie.Rani hanya tersenyum lalu semua orang kemb
"Jadi anda meragukan saya, Nona Agatha?" tanya Tirto menatap datar ke wanita yang duduk di hadapannya."Saya tidak berkata jika saya meragukan dirimu. Sekarang ke intinya saja, saya tidak memiliki banyak waktu." ucap Agatha."Baiklah. Jelaskan apa yang harus saya lakukan." jawab Tirto."Baiklah, dengarkan saya baik-baik. Jadi saya meminta kamu untuk melakukan hal seperti dulu, kita akan menculik kembali Rani dan membuat dirinya telanjang bulat seperti dulu, kamu juga begitu, bila perlu kamu masukan saja alat kelaminmu ke alat kelamin Rani, kapan lagi bukan kamu melakukan hal itu secara gratis, dengan wanita yang masih muda pula, terus nanti saya akan memvideo kegiatan kalian, saya akan mengirim video itu ke Mas Anton dengan nomor rahasiaku dulu untuk mengirim foto-foto kamu dan Rani saat di kamar hotel, saya tidak ingin rencana ini gagal, dan kamu harus membuat Mas Anton benar-benar membuang Rani, jika kedua orang tuanya sudah saya hasut, jadi tugas kamu itu saja." jelas Agatha."Itu
"Padahal sudah jam 4 sore yax Ran. Tapi mataharinya masih terik seerti jam 11 siang." ucap Agatha."Benar, Mbak. Ya namanya kuga musim kemarau, nanti jika sudah musim hujan pasti jam segini sudah hujan deras." jawab Rani."Benar sekali, dan pasti pakaian akan lama keringnya. Apalagi jika mengandalkan pengering dari mesin cuci." Agatha sembari menyuap seblak nya."Semoga saja saat musim hujan sudah datang, hujan nya malam-malam saja di atas jam 11 malam. Jangan siang-siang, supaya pakaian juga selalu kering." jelas Rani."Iya semoga saja begitu. Eh Zargie dimana? Dari tadi siang tidak kelihatan, semenjak kejadian Om Hasan dan Tante Laura menegurnya?" tanya Agatha."Dia sedang tidur siang bersama dengan Papanya. Mungkin sudah pada bangun." jawab Rani."Ah begitu. Aku juga akan menginap di sini beberapa hari, Tante Laura uang menyuruhku, entah ada apa." ucap Agatha."Benarkah? Mungkin supaya rumah ini lebih ramai saja." jawab Rani.Tidak ada jawaban dari Agatha. Kedua wanita itu melanjut
Rani sudah selesai pipis. Dia membuka pintu kamar mandinya, pintu kamar mandi ini tidak menimbulkan suara saat di buka."Itu Mbak Agatha sedang apa ya? Kok sedang mengaduk-aduk teh yang tadi aku buat." gumam Rani merasa sagat heran.Rani mendekat ke arah Agatha. Dia berdiri di sebelah kiri wanita licik itu."Mbak Agatha. Sedang apa?" tanya Rani.Agatha benar-benar sangat terkejut. Wanita itu gelagapan lalu berusaha mencari alasan yang masuk akal."Ah ini, Rani. Aku sedang membantu mengaduk-aduk teh nya, supaya gulanya lebih cepat larut." jawab Agatha."Ah begitu. Terima kasih ya, MBak." ucap Rani tersenyum kepada Agatha."Iya sama-sama, Rani." jawab Agatha membalas senyuman Rani.Wajah Agatha banyak keringatnya, wanita licik itu sangat geologi dan merasa takut. Takut Rani melihat aksinya yang memasukan beberapa sendok garam ke dalam teh yang tadi dia buat untuk Laura, tapi Rani tidak merasa curiga kepada wanita licik itu."Kenapa Mbak mengeluarkan garam?" tanya Rani saat melihat di sa
Rani benar-benar sangat bangga mempunyai anak seperti Zargie. Masih kecil saja anak itu mempunyai pikiran seperti itu."Iya, Sayang. Mama sangat percaya jika kamu akan menjadi anak yang sangat hebat di masa depan." jawab Rani mengusap-usap punggung anaknya dengan lembut.Zargie hanya mengangguk-anggukan kepalanya saja. Setelah sampai di lantai dua, Rani langsung membawa Zargie kw kamarnya.Ceklek.Rani membuka pintu kamarnya, setelah itu dia masuk ke dalam, tidak lupa dia menutup kembali pintunya. Wanita itu masih menggendong Zargie, dia berjalan ke arah ranjang dan melihat suaminya yang sedang membaca koran di atas ranjang."Eh ada jagoan Papa datang. Kenapa di gendong, manja sekali." ucap Anton.Dengan perlahan Rani menurunkan tubuh Zargie ke atas kasur. Anton sangat terkejut saat melihat kedua mata buah hatinya membengkak."Apa yang terjadi, Sayang?" tanya Anton sembari menarik Zargie ke dalam dekapan nya."Kakek dan Nenek menegur aku, Papa. Dan mereka menghina Mama dan memarahi Ma
"Bagaimana? Apa Agatha menerima tawaran Mama?" tanya Hasan."Iya, Pa. Agatha sedang bersiap-siap. Setelah itu dia akan datang kemari." jawab Laura."Baguslah. Sekarang buatkan Papa kopi buatan Mama." pinta Hasan.Wanita tua itu mengangguk lalu berdiri dari duduknya,dia berjalan ke arah dapur. Sedangkan di Anton dan Rani baru saja sampai di dalam kamar, pria itu menutup kencang pintunya lalu tanpa sadar dia mendorong Rani kencang ke arah sofa.Brakk!Kepala Rani terbentur sudut sofa. Tes.Tes.Tes.Darah keluar dari kening Rani yang terluka."Astagfirullahaladzim." gumam Rani pelan sembari memejamkan kedua matanya karena menahan sakit yang luar biasa di bagian keningnya yang terluka.Pria itu menatap ke arah Rani yang masih terduduk di lantai, dia sangat terkejut.lalu mendekat ke arah Rani."Astagfirullahaladzim, Rani. Maafkan Mas." ucap Anton yang sudah menyadari apa yang sudah diperbuat kepada istrinya itu."Tidak apa-apa kok, Mas. Jangan meminta maaf ya." jawab Rani dengan senyuman
"Pesan apa? Apa Mas sedang memesan sesuatu." tanya Rani"Bukan saya yang memesan. Tapi kamu yang memesan." jawab Anton."Perasaan aku tidak memesan apa-apa deh, Mas." ucap Rani."Kata Zargie kamu sedang memesan makanan 1 jam yang lalu." jawab Anton.Rani langsung mengingat jika dirinya berbohong kepada anaknya jika dirinya sedang memesan makanan. Dia juga harus berbohong kepada Anton juga tentu nya."Iya memang benar aku sedang memesan makanan 1 jam yang lalu. Tapi aku membatalkan pesanannya." jelas Rani."Kenapa dibatalkan? Bukan kah kamu belum makan malam?" tanya Anton."Ini sudah malam, Mas. Untung saja pesananku belum disiapkan, jadi aku batalkan saja, lagipula aku tidak lapar, aku hanya mengantuk." jawab Rani asal.Walaupun sebenarnya dia sangat lapar. Tapi dia juga merasa sangat mengantuk."Jika begitu tidur saja. Tapi sebelum tidur, kamu harus makan terlebih dahulu, saya sudah membelikan kamu makanan." jelas Anton sembari mengeluarkan bungkusan dari dalam kantong plastik yang t
Di rumah sakit.Rani sedang menyuapi Zargie makan. Sedangkan Anton belum sampai di rumah sakit."Kamu harus makan yang banyak ya, Sayang, supaya cepat sembuh. Setelah makan nanti minum obat " jelas Rani tersenyum kepada buah hatinya itu."Iya, Mama. Apa Mama sudah makan malam?" tanya Zargie."Belum, Sayang. Mama sedang memesan makanan dari luar, mungkin sebentar lagi datang." jawab Rani berbohong.Sebenarnya Rani tidak membawa uang, semua uang nya ada di rumah Kenzo. Wanita itu sebenarnya merasa sangat lapar, karena tidak makan dari siang, tapi dia berusaha menahan laparnya."Ah begitu, baiklah. Kenapa Papa sangat lama, Ma?" tanya Zargie lagi dengan mulut penuh isi makanan."Biarkan Papamu istirahat di rumah ga. Kan ada Mama yang menjaga kamu dan menemani kamu, Nak." jawab Rani tersenyum."Aku sangat menyayangi Mama." ucap Zargie."Mama juga sangat-sangat menyayangi kamu, Sayang." jawab Rani.Anak itu tersenyum senang, sebenarnya dia mencari Papanya hanya untuk melanjutkan rengekan ny
Tidak ada jawaban dari Anton. Pria itu benar-benar sangat bingung untuk menjawab perkataan buah hatinya. Zargie terus-terusan menangis sembari merengek meminta Papanya untuk kembali menyatu dengan Mamanya."Papa... aku mohon. Papa dan Mama kembali bersatu seperti dulu." ucap Zargie semakin kencang menangisnya."Sayang... sudah ya, jangan menangis terus. Kamu akan muntah jika terus-terusan menangis." Anton merasa semakin khawatir dengan keadaan Zargie.Anak itu akan mentah-mentah karena menangis terlalu lama. Maka dari itu Anton merasa sangat khawatir hal itu akan terjadi."Huwek.... huwek." Zargie muntah-muntahAnton yang menekan tombol di dinding dekat brankar Zargie. Tombol itu berfungsi untung memanggil Dokter."Zargie! Bentengi menangis, Sayang! Papa mohon!" teriak Anton.Pria itu berteriak karena sangat khawatir melihat anaknya terus-terusan muntah.Ceklek.Pintu kamar rawat Zargie terbuka. Datanglah dua Dokter, dan tiga Suster, mereka langsung mendekat ke arah brankar."Tolong a