Kedua tangan Anton mulai mengepalkan, amarahnya mulai membara di dalam dirinya."Saya minta anda pergi dari sini." pinta Anton sembari memejamkan kedua matanya.Pria itu sedang menahan dirinya untuk tidak menghajar habis-habisan pria yang sedang berada di hadapan nya."Hahaha, kamu ini ya. Saya beritahu sesuatu kepadamu, Rani itu yang terlebih dahulu menggoda saya dengan pakaian yang benar-benar sangat minimalis, waktu kalian masih menjadi suami istri, dia bercerita kepada saya, jika dia sudah merasa bosan dengan suami nya yang tua itu." jelas Tirto.Dug!Dug!Anton menonjok wajah pria itu sebanyak dua kali, amarahnya sudah tidak bisa di kontrol lagi. Anton benar-benar tidak bisa menahan diri lagi untuk tidak mengajar Tirto."Pergi dari sini! Ingat! Saya dan Rani sudah tidak ada hubungan apa-apa lagi, saya juga sudah membenci wanita murahan itu." ucap Anton dengan wajah yang memerah karena sedang marah.Setelah berkata seperti itu, Anton langsung pergi dari hadapan pria itu dan masuk
Anak itu melepas perlahan pulang nya dan menatap wanita itu dengan senyuman."Saya pikir kamu tidak akan kembali kemari, Rani." ucapan Kenzo.Wanita itu terkekeh lalu menuntun Vivi mendekat ke arah pria yang sedang menatap dirinya dan Vivi."Tidak mungkin, Mas. Ini kan hari pertama ku bekerja, masa aku tidak akan kembali." jawab Rani.Pria itu hanya mengangguk dan merasa gemas dengan jawaban Rani."Bodyguard... cepat kemari." panggil Kenzo.Tidak membutuhkan waktu lama, dua Bodyguard Kenzo datang ke ruang tengah."Iya, Tuan. Ada yang bisa kami bantu?" tanya mereka berdua dengan kompak."Tolong bawakan koper ke kamar atas yang sedang Bi Minah bereskan ya, dan ini Rani. Kalian harus memanggil dia Nyonya." pinta Kenzo."Baik, Tuan. Selamat datang di rumah keluarga Baskara, Nyonya Rani." ucapan kedua Bodyguard itu lagi dengan kompak."Eh, eum iya. Terimakasih, semoga kalian nyaman dengan kehadiran saya." jawab Rani yang sedikit gugup."Tentu saja kami sangat nyaman, apalagi Nyonya sangat c
Kedua orang itu masih terdiam dan sibuk dengan pikiran masing-masing. Sedangkan di dalam kamar, Vivi dan Rani masih berpelukan, perlahan Rani melepas pelukan nya dan mengecup singkat kuning anak perempuan itu."Ayo kita turun ke bawah. Kakak dan Daddy pasti sudah menunggu kita." ajak Rani."Iya, ayo, Tante. Sebentar, aku akan mengambil tas ku terlebih dahulu." jawab Vivi.Anak itu berjalan ke arah meja belajarnya lalu mengambil tas, ipad, dan ponselnya. Dia membuka tas nya dan memasukan ipad dan ponsel itu, setelah itu dia menutup resletingnya dan menggendong tas kecil nya yang bergambar kucing berwarna putih."Ayo, Tante." ajak Vivi."Iya, Sayang." jawab Rani.Mereka berdua keluar dari kamar, tidak lupa Rani menutup kembali pintu kamarnya. Wanita itu menggandeng tangan Vivi dengan lembut, mereka mulai menuruni anak tinggi dengan sedikit cepat.Membutuhkan 2 menit untuk sampai di bawah, karena anak tangga nya lumayan tinggi dan banyak."Daddy, Kakak. Ayo kita berangkat." ucap Vivi ber
Setelah anak-anaknya masuk, pria its berjalan ke arah Rani. Dia menunduk lalu menatap Rani dengan tatapan khawatir."Rani, kamu kenapa?" tanya Kenzo."Ah, tidak kenapa-kenapa, Mas." jawab Rani sembari tersenyum."Jangan berbohong, wajahmu terlihat jika kamu sedang bersedih. Katakan saja kepada saya, Rani." pinta Kenzo."Aku hanya sedang merindukan Zargie, Mas." jawab Rani."Says akan membawa Zargie ke pelukan mu, Rani. Hari minggu Zargie akan datang ke rumah, kamu bisa sepuasnya memeluk buah hati mu itu." jelas Kenzo.Wanita itu langsung mendongak dan menatap pria yang sedang berdiri di hadapan nya. Wajahnya yang tadinya sedih sekarang sudah berubah menjadi seperti semula yang merasa tenang dan senang."Benarkah?" tanya Rani."Benar, maka dari itu kamu jangan bersedih ya. Saya pastikan Zargie akan ke rumah, jika tidak, kita akan menjemput nya." jelas Kenzo lagi."Baiklah, terimakasih sudah membuat ku tidak merasa sedih lagi, Mas." ucap Rani."Saya hanya berusaha semampu saja saja, Ran
"Sudah ya,Mas, jangan menangis lagi. Mata Mas mulai sembab tuh, nanti anak-anak merasa sedih jika mengetahui Daddy nya yang sangat mereka sayangi ini habis menangis dan sedang merasa sedih." jelas Rani."Baiklah, saya tidak akan menangis dan tidak akan merasa sedih lagi." jawab Kenzo berusaha tersenyum."Nah begitu dong." Rani terkekeh pelan."Rani, boleh saya mengecup kuning mu? Tolong jangan berpikiran yang macam-macam, saya bukan pria brengsek akan melecehkan seorang wanita." ucapan Kenzo.Pria itu berbicara seperti itu kepada Rani karena dia takut wanita itu berpikiran bahwa dirinya adalah pria yang brengsek dan akan melecehkan seorang wanita."Silahkan, aku tidak pernah berpikiran buruk seperti itu, Mas. Aku sangat percaya bahwa Mas adalah orang baik." jawab Rani.Pria itu tersenyum lalu mengecilkan kening Rani dengan lembut, wanita itu memejamkan matanya menikmati kecupan hangat dari Kenzo. Pria itu mengecup kening Rani lumayan lama, setelah itu mereka saling tersenyum."Sekarang
Makanan datang, mereka membaca doa sebelum makan terlebih dahulu. Setelah itu mereka mulai makan dengan tenang."Sayang, es krim nya di makan setelah kamu makan malam ya. Jangan di makan sekarang, es krim nya tidak akan meleleh kok." jelas Kenzo.Dia berkata seperti itu karena anak perempuan nya menatap terus ke arah mangkuk isi es krim."Baiklah, Daddy. Aku akan memakan es krim nya setelah makan malam." jawab Vivi."Anak pintar." Kenzo terkekeh lalu melanjutkan aktivitas makan nya."Kenapa Mommy memesan nasi goreng?" tanya Devo."Tidak apa-apa, Sayang. Mommy hanya sedang ingin memakan nasi goreng." jawab Rani."Nasi goreng kan bisa di buat. Memangnya kamu tidak ingin makan yang lain nya, seperti makanan luar negeri yang kamu sukai?" tanya Kenzo."Tidak, Mas. Aku sering makan makanan luar negeri saat makan malam bersama Mas Anton dan Zargie dulu." jawab Rani."Ah begitu. Baiklah, jangan ada yang berbicara lagi okey, kita fokus makan saja." pinta Kenzo.Mereka bertiga mengangguk dan ke
"Devo baik-baik saja, tapi Vivi tidak terlalu baik. Dia sedang sakit." jawab Kenzo sembari mengusap-usap punggung anak nya yang sudah tertidur pulas di gendongan nya."Hah! Sakit! Vivi sakit apa, Pak." tanya Shilvia dengan raut wajah yang terkejut."Dia hanya kelemahan saja, mungkin juga dia merasa sedih jadi ya kesehatan nya menurut. Tapi sudah di bawa ke dokter kok, dia sudah dalam masa pemulihan." jelas Kenzo."Syukurlah, saya besok izin ke rumah anda boleh? Saya ingin bertemu dengan anak-anak, itu jika diizinkan oleh anda, jika tidak, tidak apa-apa." ucapan Shilvia sembari tersenyum "Tentu saja boleh. Saya tidak pernah marang orang baik seperti mu untuk ke rumah saya, apalagi untuk bertemu dengan anak-anak." jawab Kenzo."Terimakasih, besok saya akan datang sekitar jam 9 pagi." Shilvia yang sudah sampai di parkiran motor."Datang jam setengah 7 saja. Kita sarapan bersama, anak-anak pasti akan sangat senang karena meja makan ramai, apalagi si kecil ini." pinta Kenzo sembari mengus
Setelah merasa kamu nya mulai dingin, Anton naik ke ranjang dan tiduran di sebelah anak nya. Dia memeluk tubuh kecil buah hatinya lalu mengecup kening Zargie berkali-kali."Jangan pernah tinggalin Papa ya, Sayang. Papa tidak ingin kamu pergi jauh dari Papa." Anton sembari mengusap-usap rambut Zargie dengan penuh kasih sayang."Aku tidak akan pergi jauh dari Papa dan Mama. Sungguh, aku tidak berbohong " jawab Zargie menatap Papa nya."Seandai nya kamu diberi pilihan untuk memilih salah satu dari Papa dan Mama. Kamu akan pilih siapa?" tanya Anton."Aku tidak bisa memilih di antara kalian berdua. Aku tidak ingin kalian pergi jauh, aku ingin Papa dan Mama ku selalu bersama." jawab Zargie yang matanya berkaca-kaca.Pria itu hanya bisa terdiam mendengar jawaban dari sang anak. Dia berusaha tersenyum kepada anak ya, walaupun hatinya sedang menangis."Iya, Sayang. Sekarang ayo kita tidur, kita membaca doa dulu sebelum tidur." ajak Anton.Zargie mengangguk, mereka berdua membaca doa sebelum ti