Pagi harinya.Rani sedang memasak sarapan di dapur, Minah yang melihat Rani sedang memasak langsung mendekat ke arah nya."Nyonya, kenapa Nyonya memasak. Biar saya saja yang memasak, jika Tuan besar mengetahui Nyonya memasak, saya akan di marahi." jelas Minah."Hahaha, Bibi jangan takut. Mas Kenzo tidak akan memarahi Bi aminah kok, ini juga atas keinginan saya, Bi, saya sudah biasa memasak di pagi hari, ya bisa di katakan ini rutinitas saya." jelas Rani."Saya bantu ya." ucap Minah."Tidak usah, Bi. Bibi mengurus yang lain saja, urusan dapur saya saja yang mengurusnya." jawab Rani."Baiklah, Nyonya. Jika memerlukan bantuan, panggil saya saja." pinta Minah."Siap, Bi." jawab Rani.Minah tersenyum lalu meninggalkan dapur. Ponsel Rani berdering, dia mengambil ponselnya yang diletakan di meja dapur, dia melihat ke arah layar lalu tersenyum."Baru jam 6 pagi sudah menelfon." gumam Rani sembari mengangkat telfon nya."Assalamualaikum." Rani mengucapkan salam terlebih dahulu."Waalaikumsalam
Rumah keluarga Baskara.Rani sedang menyusun rapi makanan yang dia masak tadi di meja makan."Akhirnya sudah selesai juga. Sekarang tinggal menunggu Mas Kenzo dan anak-anak datang, tapi kenapa Shilvia belum sampai ya, ini sudah hampir jam 7." ucap Rani yang melihat jam dinding di ruang makan.Ting... tong.Terdengar bunyi bel, Rani tersenyum lalu berjalan ke arah pintu utama. Setelah sampai di depan pintu utama, dia membuka pintunya."Assalamualaikum, Janda cantik." ucap Shilvia sembari tertawa."Waalaikumsalam, jangan mengajakku bertengkar. Ini masih pagi, Shilvia, ayo masuk." ajak Rani.Wanita itu mengangguk lau masuk ke dalam rumah, mereka berdua berjalan ke arab ruang makan."Kenapa masih seli? Dimana Pak Kenzo dan anak-anak." tanya Shilvia."Aku tidak tau, tapi yang jelas mereka sudah bangun. Kamu sudah berapa lama menjadi baby sitter nya Vivi?" tanya Shilvia lagi."Baru kemarin. Ya buat nya aku akan mencari pekerjaan lain, tapi ditawari menjadi baby sitter nya Vivi, ya aku tidak
"Hah! Kok aku? Ah maksud ku kenapa kamu berkata seperti itu." jawab Shilvia.Wanita itu sangat terkejut saat Rani berkata seperti itu kepada Kenzo."Seperti itu bagaimana?" tanya RaniDia sengaja pura-pura tidak mengerti dengan jawaban sahabatnya. Shilvia tidak menjawab, dia mengerti juga sahabatnya itu sengaja berkata seperti itu kepada Kenzo."Hey, jangan bertengkar. Saya bisa mengambil nya sendiri, Rani, kamu tidak perlu repot-repot seperti ini, apalagi kamu Shilvia, kamu itu tanu di rumah saya, jadi jangan seperti itu ya kalian berdua." jelas Kenzo sembari menerima piring yang Rani sodorkan kepada dirinya."Kami sama sekali tidak merasa di repot kan kok, Mas. Iya kan Shil." jawab Rani sembari tersenyum ke arah Kenzo lalu menatap ke arah Shilvia."Iya. Yang Rani katakan itu sangat benar, Pak, kami sama sekali tidak merasa di repot kan, justru kami yang merepotkan anda, setelah di rumah anda seperti ini." lanjut Shilvia."Baiklah, para wanita memang selalu benar. Lakukan sesuka kali
"Benar ya kata mertua saya. Jika saya ini memang tidak becus menjadi seorang Ayah dan suami." ucap Kenzo "Tidak, tolong jangan berkata seperti itu. Mas itu sangat-sangat becus menjadi seorang Ayah dan suami untuk Mbak Bella dulu, buktinya sekarang didikan Mas kepada Devo dan Vivi untuk menjadi anak yang baik dan menjadi anak yang pintar itu sudah berhasil." jelas Rani sembari mengusap-usap punggung Kenzo dengan lembut.Tidak ada jawaban dari Kenzo, pria itu hanya menangis lalu mempererat pelukan nya ke tubuh Rani.Di ruang makan. Shilvia dan kedua anak-anak itu baru saja selesai sarapan."Alhamdulillah, aku sangat kenyang, Tante." ucap Vivi sebari mengusap-usap perutnya."Benar, Tante. Aku juga merasa sangat kenyang, tumben sekali masakan Ibu sangat enak." lanjut Devo."Hahaha, anak-anak, ini bukan masakan Bibi. Tali ini masakan Mommy Rani." jawab Shilvia sembari menumpuk piring kotor bekas dia dan anak-anak makan barusan."Hah! Sungguh? Ini masakan nya Mommy Rani?" tanya devo dengan
Terdengar bunyi ponsel berdering, merasa ponsel nya berdering. Pria itu langsung mengambil nya dari saku jam dalam nya, dia melihat ke arah layar ponsel dan mengangkat telfon nya."Selamat pagi, Tina." ucap Kenzo.Yang menelfon adalah sekertaris nya."Selamat pagi juga, Pak Kanzo. Maaf sebelum nya, anda sudah di tunggu oleh client di ruang meeting." jelas Tina."Saya segera ke kantor. Pastikan mereka sudah siap untuk pertemuan ini." pinta Kenzo."Baik, Pak. Jika begitu saya tutup dulu telfon nya." ucap Tina lalu mematikan telfon secara sepihak.Pria itu menghela nafas lalu memasukan ponselnya ke dalam saku dalam jas nya."Anak-anak, Daddy berangkat ke kantor dulu ya. Daddy akan pulang sekitar jam dua siang, nanti jam tiga kita ke makam Mommy Bella." jelas Kenzo."Baiklah, Daddy. Jangan lupa membeli bunga nya sekalian saat Daddy pulang kantor, supaya kita langsung ke makam Mommy." jelas Devo."Benar yang di katakan Kakak, Daddy." lanjut Vivi."Iya, baiklah. Kalian jangan membuat repit
Rumah keluarga Watson.Anton sedang mengajak Zargie bermain di kamar khusus isi mainan anaknya itu."Pa, ayo kita liburan ke luar negeri. Dulu kan Papa pernah mengatakannya kepadaku, jika Papa akan berusaha tidak sibuk lalu mengajakku dan Mama liburan ke luar negeri." jelas Zargie.Pria itu yang sedang asik bermain mobil-mobilan langsung terdiam."Kenapa Pala diam saja. Paa, ayo jawab." Zargie menepuk-nepuk pelan tangan Papanya."Sayang. Kamu kan mengerti jika Papa akhir-akhir ini sedang sibuk, Papa akan usahakan bulan depan ya." jawab Anton.Pria itu terpaksa mengatakan hal seperti itu kepada Zargie, karena supaya anaknya berhenti mendesak dirinya untuk mengajak nya dan mantan istrinya berlibur ke luar negeri."Sungguh? Asik... aku sudah tidak sabar untuk menunggu waktu itu tiba." sorak Zargie.Anton melihat wajah anak nya yang berseri-seri. Dia merasa sangat sedih karena sudah berbohong kepada anaknya.Ceklek.Pintu kamar terbuka, Anton dan Zargie langsung menatap ke arah pintu."Ta
Kedua wanita dewasa itu masih berada di dalam kamar. Tiba-tiba Shilvia merasa sangat haus."Ran, aku merasa sangat haus. Apa di sini ada air minum?" tanya Shilvia sembari memegang lehernya."Tidak ada, Shil. Airnya habis tadi malam, aku lupa belum mengambil lagi" jawab Rani."Baiklah, aku akan mengambil nya di dapur. Kira-kira sopan atau tidak ya membuka kulkas orang lain?" pikir Shilvia."Sopan lah. Kan memang sudah diizinkan oleh pemilik rumah, jadi ya di buat nyaman saja." jawab Rani."Benarkah? Aku meragukan mu, jangan-jangan kamu memberiku aliran sesat, hahaha." Shilvia kembali tertawa."Memang ya, kamu benar-benar menyebalkan. Sudah sana, katanya haus." ucap Rani."Iya-iya, baiklah. Kamu ingin minum juga? Nanti sekalian aku bawakan." tawar Shilvia."Tidak, aku tidak merasa haus. Aku akan membereskan kamar, ini lumayan berantakan." Jawab Rani.Wanita itu mengangguk laku berdiri dari duduknya, dia berjalan ke arah pintu dan keluar dari kamar, karena pintu kamar memang sengaja tida
Setelah Devo pergi ke kamarnya, seketika ruang tengah menjadi hening. Karena merasa suasana sedang canggung, Rani menatap ke arah Kenzo yang memeluk Vivi dari belakang sembari memejamkan matanya."Jika Mas lelah, istirahat saja. Aku tidak jadi pergi kok." ucap Rani.Dia berjalan ke arah sofa single lalu duduk, Shilvia juga ikut duduk di sofa. Tapi dia duduk di sebelah Kenzo."Saya tidak merasa lelah, Rani. Saya hanya sedang menikmati hangatnya tubuh Princess saya ini yang selalu membuat saya tenang." jawab Kenzo."Benar, memeluk buah hati kita memang sangat menenangkan segalanya, tentu juga merasa sangat nyaman. Maka dari itu aku selalu merindukan Zargie, dia adalah hidupku." Rani tersenyum, tapi matanya berkaca-kaca.Mendengar perkataan Rani, Kwnzo langsung membuka matanya dan menatap ke arah wanita itu. Pria itu melihat Rani sedang mati-matian menahan tangisan nya."Masih ingat dengan janji saya? Besok akan saya buktikan kepadamu, semoga saja nanti malam akan saya buktikan." ucap Ke