Rumah keluarga Watson.Anton sedang mengajak Zargie bermain di kamar khusus isi mainan anaknya itu."Pa, ayo kita liburan ke luar negeri. Dulu kan Papa pernah mengatakannya kepadaku, jika Papa akan berusaha tidak sibuk lalu mengajakku dan Mama liburan ke luar negeri." jelas Zargie.Pria itu yang sedang asik bermain mobil-mobilan langsung terdiam."Kenapa Pala diam saja. Paa, ayo jawab." Zargie menepuk-nepuk pelan tangan Papanya."Sayang. Kamu kan mengerti jika Papa akhir-akhir ini sedang sibuk, Papa akan usahakan bulan depan ya." jawab Anton.Pria itu terpaksa mengatakan hal seperti itu kepada Zargie, karena supaya anaknya berhenti mendesak dirinya untuk mengajak nya dan mantan istrinya berlibur ke luar negeri."Sungguh? Asik... aku sudah tidak sabar untuk menunggu waktu itu tiba." sorak Zargie.Anton melihat wajah anak nya yang berseri-seri. Dia merasa sangat sedih karena sudah berbohong kepada anaknya.Ceklek.Pintu kamar terbuka, Anton dan Zargie langsung menatap ke arah pintu."Ta
Kedua wanita dewasa itu masih berada di dalam kamar. Tiba-tiba Shilvia merasa sangat haus."Ran, aku merasa sangat haus. Apa di sini ada air minum?" tanya Shilvia sembari memegang lehernya."Tidak ada, Shil. Airnya habis tadi malam, aku lupa belum mengambil lagi" jawab Rani."Baiklah, aku akan mengambil nya di dapur. Kira-kira sopan atau tidak ya membuka kulkas orang lain?" pikir Shilvia."Sopan lah. Kan memang sudah diizinkan oleh pemilik rumah, jadi ya di buat nyaman saja." jawab Rani."Benarkah? Aku meragukan mu, jangan-jangan kamu memberiku aliran sesat, hahaha." Shilvia kembali tertawa."Memang ya, kamu benar-benar menyebalkan. Sudah sana, katanya haus." ucap Rani."Iya-iya, baiklah. Kamu ingin minum juga? Nanti sekalian aku bawakan." tawar Shilvia."Tidak, aku tidak merasa haus. Aku akan membereskan kamar, ini lumayan berantakan." Jawab Rani.Wanita itu mengangguk laku berdiri dari duduknya, dia berjalan ke arah pintu dan keluar dari kamar, karena pintu kamar memang sengaja tida
Setelah Devo pergi ke kamarnya, seketika ruang tengah menjadi hening. Karena merasa suasana sedang canggung, Rani menatap ke arah Kenzo yang memeluk Vivi dari belakang sembari memejamkan matanya."Jika Mas lelah, istirahat saja. Aku tidak jadi pergi kok." ucap Rani.Dia berjalan ke arah sofa single lalu duduk, Shilvia juga ikut duduk di sofa. Tapi dia duduk di sebelah Kenzo."Saya tidak merasa lelah, Rani. Saya hanya sedang menikmati hangatnya tubuh Princess saya ini yang selalu membuat saya tenang." jawab Kenzo."Benar, memeluk buah hati kita memang sangat menenangkan segalanya, tentu juga merasa sangat nyaman. Maka dari itu aku selalu merindukan Zargie, dia adalah hidupku." Rani tersenyum, tapi matanya berkaca-kaca.Mendengar perkataan Rani, Kwnzo langsung membuka matanya dan menatap ke arah wanita itu. Pria itu melihat Rani sedang mati-matian menahan tangisan nya."Masih ingat dengan janji saya? Besok akan saya buktikan kepadamu, semoga saja nanti malam akan saya buktikan." ucap Ke
Mereka sudah sampai di pemakaman, satu persatu dari mereka keluar dari mobil. Shilvia dan Rani langsung merapikan jilbab yang mereka pakai."Saya saja yang membawa tas nya." ucap Kenzo mengambil alih tas yang sedang Rani bawa."Iya, Mas. Vivi, kemarilah, Sayang." pinta Rani.Anak itu mengangguk lalu mendekat ke arah Rani."Devo, kamu ajak mereka ke makam Mommy Bella terlebih dahulu ya. Daddy akan berwudhu terlebih dahulu." pinta Kenzo sembari melepas jas nya."Baiklah, Daddy. Jangan lama-lama ya." jawab Devo."Iya, Sayang. Shilvia, saya titip jas saya ya." Kenzo menyodorkan jas nya ke arah Shilvia."Eh, iya, Pak." jawab Shilvia sedikit gugup.Wanita itu menerima jas nya. Devo jalan terlebih dahulu, Rani dan Shilvia mengikuti nya, Vivi di gendong oleh Rani."Kakak cepatlah. Aku sudah tidak sabar untuk bertemu dengan Mommy." ucap Vivi."Iya. Sabarlah sedikit, kamu pikir ini jalan nya lumayan susah " jawab Devo.Anak itu hanya terkekeh mendengar jawaban dari sang Kakak. Tidak membutuhka
Perlahan Zargie memejamkan matanya, dan tidak membutuhkan waktu lama anak itu sudah tertidur dengan pulang."Ternyata kamu kelelahan, Sayang. Kamu terlalu asik bermain sampai lupa istirahat." gumam Anton sembari mengecup kening buah hatinya.Pria itu juga merasa mulai mengantuk, dia juga merasa lelah. Perlahan dia memejamkan matanya lalu tertidur dengan pulang.Malam harinya.Rumah keluarga Baskara.Rani sedang memakai riasan, dia sudah memakai dress yang diberikan oleh Elsa. Model dress itu tidak ada lengan nya, sedikit ketat, panjang nya sampai di bawah lutut Rani, dan berwarna hitam, itu dress dengan desain khusus dan ternama, jika di beli harga dress itu sampai 50 juta lebih."Akhirnya sudah selesai juga. Semoga aku tidak membuat malu Mas Kenzo saat di pesta nanti. Apalagi pemilik pesta itu adalah rekan kerja nya." gumam Rani.Wanita itu berdiri dari duduknya lalu berjalan ke arah nakas, dia mencabut ponselnya yang sedang di charger lalu memasukannya ke dalam tas. Dia juga memasuk
Di tempat lain.Anton dan Zargie sedang menunggu Agatha keluar dari rumahnya. Mereka berdua menunggu wanita itu di dalam mobil."Papa. Apa aku tangan?" tanya Zargie sembari menatap ke arah Papa nya yang duduk di sebelahnya.Karena Anton memakai supir untuk menyetir mobil."Tentu saja. Anak Papa sangat tanpa, seperti Papa tentunya " Jawab Anton sembari tersenyum ke arah sang anak.Zargie tersenyum, dia melihat ke arah kaca mobil laku melihat Agatha sedang berjalan ke arah mobil.Ceklek.Pintu mobil terbuka. Wanita itu masuk ke dalam mobil dan duduk di sebelah Zargie, dan posisi anak itu duduk di tengah-tengah Anton dan Agatha."Maaf ya, Mas. Sudah membuat kalian menunggu terlalu lama." ucap Agatha sembari menutup pintu mobilnya kembali."Tidak masalah. Jalan sekarang, Pak." pimta Anton ke supirnya."Baik, Tuan." jawab Supir lalu mulai menjalankan mobilnya ke arah pesta."Tante Agatha cantik sekali." puji Zargie.Wanita itu memakai dress ketat berwarna merah menolong, riasan wajah yang
Setelah sampai di meja nya, Rani duduk dan Zargie di dudukkan di pangkuan nya."Halo, Zargie." ucap Vivi."Halo juga, Kakak Vivi " jawab Zargie."Akhirnya ya, Mom." Devo menatap ke arah Rani dengan senyuman."Iya, Sayang. Mommy sangat bahagia bisa bertemu dengan Zargie." jawab Rani."Mommy?" Zargie merasa bingung."Iya, Mama kamu itu Mommy aku dan Kak Devi, tapi bukan istri Daddy, hanya teman Daddy saja." jelas Vivi."Ah begitu. Kan Om Kenzo juga sahabatnya Papa aku." Zargie menatap ke arah Kenzo."Hahaha, kalian ini sangat menggemaskan. Kalian ingin es krim?" tanya Kenzo.Mereka berempat mengangguk."Kamu juga ingin, Rani?" tanya Kenzo terkekeh."Tentu saja, Mas. Aku sangat menyukai es krim." jawab Rani."Haha, baiklah. Ayo kita ambil es krim senang." ajak Kenzo."Iya. Kalian di sini saja ya, kami yang akan mengambil es krim untuk kalian, terutama kamu ya, Sayang." jelas Rani menatap ke arah Zargie."Iya, Mama. Jangan lama-lama ya." pinta Zargie."Iya Mama hanya sebentar kok. Bermain
Mendengar penjelasan dari Daddy nya. Anak itu tersenyum lalu mengangguk-anggukan kepala pertanda jika dia setuju dengan rencana Daddy nya itu."Baiklah, aku minta maaf ya, Dad. Lain kali aku tidak akan seperti itu lagi." ucap Devo."Iya, Sayang. Daddy mengerti kamu seperti itu karena kamu sangat menyayangi teman mu itu, lagi-lagi kamu membuat Daddy merasa bangga." jawab Kenzo tersenyum kepada Devo."Bukan hanya Daddy kamu saja yang merasa bangga, Devo. Tapi Mommy juga merasa bangga kepadamu, belum lagi Mommy Bella, dia pasti juga merasa sangat bangga mempunyai anak sepertimu." lanjut Rani."Kalian terlalu berlebihan memuji diriku, Mom, Dad. Aku hanya berusaha menjadi yang terbaik saja untuk orang-orang yang aku sayangi, khususnya Daddy." jawab Devo menatap ke arah Kenzo dengan mata yang berkaca-kaca.Pria itu berdiri dari duduk nya lalu mendekat ke arah Devo, dia membungkuk lalu mengecup kedua pipi Devo dengan penuh kasih sayang."Daddy sangat percaya, kamu akan menjadi orang yang leb