"Devo baik-baik saja, tapi Vivi tidak terlalu baik. Dia sedang sakit." jawab Kenzo sembari mengusap-usap punggung anak nya yang sudah tertidur pulas di gendongan nya."Hah! Sakit! Vivi sakit apa, Pak." tanya Shilvia dengan raut wajah yang terkejut."Dia hanya kelemahan saja, mungkin juga dia merasa sedih jadi ya kesehatan nya menurut. Tapi sudah di bawa ke dokter kok, dia sudah dalam masa pemulihan." jelas Kenzo."Syukurlah, saya besok izin ke rumah anda boleh? Saya ingin bertemu dengan anak-anak, itu jika diizinkan oleh anda, jika tidak, tidak apa-apa." ucapan Shilvia sembari tersenyum "Tentu saja boleh. Saya tidak pernah marang orang baik seperti mu untuk ke rumah saya, apalagi untuk bertemu dengan anak-anak." jawab Kenzo."Terimakasih, besok saya akan datang sekitar jam 9 pagi." Shilvia yang sudah sampai di parkiran motor."Datang jam setengah 7 saja. Kita sarapan bersama, anak-anak pasti akan sangat senang karena meja makan ramai, apalagi si kecil ini." pinta Kenzo sembari mengus
Setelah merasa kamu nya mulai dingin, Anton naik ke ranjang dan tiduran di sebelah anak nya. Dia memeluk tubuh kecil buah hatinya lalu mengecup kening Zargie berkali-kali."Jangan pernah tinggalin Papa ya, Sayang. Papa tidak ingin kamu pergi jauh dari Papa." Anton sembari mengusap-usap rambut Zargie dengan penuh kasih sayang."Aku tidak akan pergi jauh dari Papa dan Mama. Sungguh, aku tidak berbohong " jawab Zargie menatap Papa nya."Seandai nya kamu diberi pilihan untuk memilih salah satu dari Papa dan Mama. Kamu akan pilih siapa?" tanya Anton."Aku tidak bisa memilih di antara kalian berdua. Aku tidak ingin kalian pergi jauh, aku ingin Papa dan Mama ku selalu bersama." jawab Zargie yang matanya berkaca-kaca.Pria itu hanya bisa terdiam mendengar jawaban dari sang anak. Dia berusaha tersenyum kepada anak ya, walaupun hatinya sedang menangis."Iya, Sayang. Sekarang ayo kita tidur, kita membaca doa dulu sebelum tidur." ajak Anton.Zargie mengangguk, mereka berdua membaca doa sebelum ti
Pagi harinya.Rani sedang memasak sarapan di dapur, Minah yang melihat Rani sedang memasak langsung mendekat ke arah nya."Nyonya, kenapa Nyonya memasak. Biar saya saja yang memasak, jika Tuan besar mengetahui Nyonya memasak, saya akan di marahi." jelas Minah."Hahaha, Bibi jangan takut. Mas Kenzo tidak akan memarahi Bi aminah kok, ini juga atas keinginan saya, Bi, saya sudah biasa memasak di pagi hari, ya bisa di katakan ini rutinitas saya." jelas Rani."Saya bantu ya." ucap Minah."Tidak usah, Bi. Bibi mengurus yang lain saja, urusan dapur saya saja yang mengurusnya." jawab Rani."Baiklah, Nyonya. Jika memerlukan bantuan, panggil saya saja." pinta Minah."Siap, Bi." jawab Rani.Minah tersenyum lalu meninggalkan dapur. Ponsel Rani berdering, dia mengambil ponselnya yang diletakan di meja dapur, dia melihat ke arah layar lalu tersenyum."Baru jam 6 pagi sudah menelfon." gumam Rani sembari mengangkat telfon nya."Assalamualaikum." Rani mengucapkan salam terlebih dahulu."Waalaikumsalam
Rumah keluarga Baskara.Rani sedang menyusun rapi makanan yang dia masak tadi di meja makan."Akhirnya sudah selesai juga. Sekarang tinggal menunggu Mas Kenzo dan anak-anak datang, tapi kenapa Shilvia belum sampai ya, ini sudah hampir jam 7." ucap Rani yang melihat jam dinding di ruang makan.Ting... tong.Terdengar bunyi bel, Rani tersenyum lalu berjalan ke arah pintu utama. Setelah sampai di depan pintu utama, dia membuka pintunya."Assalamualaikum, Janda cantik." ucap Shilvia sembari tertawa."Waalaikumsalam, jangan mengajakku bertengkar. Ini masih pagi, Shilvia, ayo masuk." ajak Rani.Wanita itu mengangguk lau masuk ke dalam rumah, mereka berdua berjalan ke arab ruang makan."Kenapa masih seli? Dimana Pak Kenzo dan anak-anak." tanya Shilvia."Aku tidak tau, tapi yang jelas mereka sudah bangun. Kamu sudah berapa lama menjadi baby sitter nya Vivi?" tanya Shilvia lagi."Baru kemarin. Ya buat nya aku akan mencari pekerjaan lain, tapi ditawari menjadi baby sitter nya Vivi, ya aku tidak
"Hah! Kok aku? Ah maksud ku kenapa kamu berkata seperti itu." jawab Shilvia.Wanita itu sangat terkejut saat Rani berkata seperti itu kepada Kenzo."Seperti itu bagaimana?" tanya RaniDia sengaja pura-pura tidak mengerti dengan jawaban sahabatnya. Shilvia tidak menjawab, dia mengerti juga sahabatnya itu sengaja berkata seperti itu kepada Kenzo."Hey, jangan bertengkar. Saya bisa mengambil nya sendiri, Rani, kamu tidak perlu repot-repot seperti ini, apalagi kamu Shilvia, kamu itu tanu di rumah saya, jadi jangan seperti itu ya kalian berdua." jelas Kenzo sembari menerima piring yang Rani sodorkan kepada dirinya."Kami sama sekali tidak merasa di repot kan kok, Mas. Iya kan Shil." jawab Rani sembari tersenyum ke arah Kenzo lalu menatap ke arah Shilvia."Iya. Yang Rani katakan itu sangat benar, Pak, kami sama sekali tidak merasa di repot kan, justru kami yang merepotkan anda, setelah di rumah anda seperti ini." lanjut Shilvia."Baiklah, para wanita memang selalu benar. Lakukan sesuka kali
"Benar ya kata mertua saya. Jika saya ini memang tidak becus menjadi seorang Ayah dan suami." ucap Kenzo "Tidak, tolong jangan berkata seperti itu. Mas itu sangat-sangat becus menjadi seorang Ayah dan suami untuk Mbak Bella dulu, buktinya sekarang didikan Mas kepada Devo dan Vivi untuk menjadi anak yang baik dan menjadi anak yang pintar itu sudah berhasil." jelas Rani sembari mengusap-usap punggung Kenzo dengan lembut.Tidak ada jawaban dari Kenzo, pria itu hanya menangis lalu mempererat pelukan nya ke tubuh Rani.Di ruang makan. Shilvia dan kedua anak-anak itu baru saja selesai sarapan."Alhamdulillah, aku sangat kenyang, Tante." ucap Vivi sebari mengusap-usap perutnya."Benar, Tante. Aku juga merasa sangat kenyang, tumben sekali masakan Ibu sangat enak." lanjut Devo."Hahaha, anak-anak, ini bukan masakan Bibi. Tali ini masakan Mommy Rani." jawab Shilvia sembari menumpuk piring kotor bekas dia dan anak-anak makan barusan."Hah! Sungguh? Ini masakan nya Mommy Rani?" tanya devo dengan
Terdengar bunyi ponsel berdering, merasa ponsel nya berdering. Pria itu langsung mengambil nya dari saku jam dalam nya, dia melihat ke arah layar ponsel dan mengangkat telfon nya."Selamat pagi, Tina." ucap Kenzo.Yang menelfon adalah sekertaris nya."Selamat pagi juga, Pak Kanzo. Maaf sebelum nya, anda sudah di tunggu oleh client di ruang meeting." jelas Tina."Saya segera ke kantor. Pastikan mereka sudah siap untuk pertemuan ini." pinta Kenzo."Baik, Pak. Jika begitu saya tutup dulu telfon nya." ucap Tina lalu mematikan telfon secara sepihak.Pria itu menghela nafas lalu memasukan ponselnya ke dalam saku dalam jas nya."Anak-anak, Daddy berangkat ke kantor dulu ya. Daddy akan pulang sekitar jam dua siang, nanti jam tiga kita ke makam Mommy Bella." jelas Kenzo."Baiklah, Daddy. Jangan lupa membeli bunga nya sekalian saat Daddy pulang kantor, supaya kita langsung ke makam Mommy." jelas Devo."Benar yang di katakan Kakak, Daddy." lanjut Vivi."Iya, baiklah. Kalian jangan membuat repit
Rumah keluarga Watson.Anton sedang mengajak Zargie bermain di kamar khusus isi mainan anaknya itu."Pa, ayo kita liburan ke luar negeri. Dulu kan Papa pernah mengatakannya kepadaku, jika Papa akan berusaha tidak sibuk lalu mengajakku dan Mama liburan ke luar negeri." jelas Zargie.Pria itu yang sedang asik bermain mobil-mobilan langsung terdiam."Kenapa Pala diam saja. Paa, ayo jawab." Zargie menepuk-nepuk pelan tangan Papanya."Sayang. Kamu kan mengerti jika Papa akhir-akhir ini sedang sibuk, Papa akan usahakan bulan depan ya." jawab Anton.Pria itu terpaksa mengatakan hal seperti itu kepada Zargie, karena supaya anaknya berhenti mendesak dirinya untuk mengajak nya dan mantan istrinya berlibur ke luar negeri."Sungguh? Asik... aku sudah tidak sabar untuk menunggu waktu itu tiba." sorak Zargie.Anton melihat wajah anak nya yang berseri-seri. Dia merasa sangat sedih karena sudah berbohong kepada anaknya.Ceklek.Pintu kamar terbuka, Anton dan Zargie langsung menatap ke arah pintu."Ta