Home / CEO / Terpaksa Menjadi Istri kedua / Berharap Terjadi Sesuatu

Share

Berharap Terjadi Sesuatu

Author: Galuh Arum
last update Last Updated: 2021-09-02 20:10:03

Yura mengusap bulir bening di pipi lalu, tersenyum getir menatap Edo yang bergeming di hadapannya. Wanita itu enggan menunggu jawaban Edo, ia langsung melewati pria itu melangkah ke dalam.

Edward bersembunyi di balik pintu saat Yura masuk agar tidak terlihat oleh istri keduanya. Pria itu menatap punggung sang istri yang menghilang di balik pintu kamarnya. Sedikit rasa iba, ia baru tahu jika Yura pun terpaksa untuk menikah dengannya. Ia bingung menghadapi semua masalah di hidupnya.

Paksaan sang ibu, belum lagi dengan keinginan Amalia yang membuatnya tidak bisa mengikutinya. Ia hendak melangkah, tapi terhenti saat Edo memanggil.

“Pasti bingung mau masuk ke kamar mana?” tanya Edo dengan sinis.

“Bukan urusan kamu.” Edward merasa tidak senang dengan ejekan Edo.

Sejak kecil mereka memang tak pernah aku karena Edo selalu membuatnya kesal. Apalagi saat ini pun, adiknya sangat membuat pusing keluarga dengan tingkah liarnya. Tak menggubrisnya, Edward memilih masuk ke kamar Yura.

Edo tersenyum tipis melihat kakaknya yang masuk ke kamar Yura. Entah, pria itu sengaja atau tidak, tetapi untuk saat itu Edward tidak mau bersama Amalia yang masih emosi.

Yura terkesiap dengan kedatangan Edward. Ia lupa mengunci pintu hingga sang suami bisa masuk leluasa.

“Kalau aku tidak ada, jangan lupa mengunci pintu. Kalau aku yang masuk, kalau orang lain, bagaimana?” tanya Edward.

Yura bergeming. Ia memang lupa mengunci pintu karena ia terlalu kesal dengan Edo. Dadanya berdegup kencang saat Edward mengunci pintu kamarnya. Ia bingung mengapa tiba-tiba sang suami datang ke kamarnya. Padahal, saat malam pengantin, Edward jelas-jelas pergi begitu saja.

“Jangan ganggu aku, aku mau tidur.”

“Di sini?” tanya Yura gugup.

“Kamu pikir di toilet?”

Merasa kesal, Edward pun langsung merebahkan tubuh di ranjang. Ia gegas memiringkan badan memunggungi Yura. Sementara, gadis dengan rambut pirang itu terus menatap punggung sang suami yang begitu kekar.

Semuanya akan berakhir jika memang dia hamil. Namun, bagaimana bisa memaksa Edward untuk menyentuhnya? Sebuah pemikiran yang terus ia pikirkan. Yura pun ikut merebahkan tubuh di samping sang suami. Tak memedulikan jika Edward terbangun dan mengusirnya nanti.

Sembari mencoba memejamkan mata, ia kembali teringat saat dirinya masih menjadi pelayan di kelab malam.

“Loh, itu perempuannya kok pingsan?” tanya Yura pada temannya.

“Tadi aku lihat si pria mencampurkan sesuatu, sudah tidak heran kalau di sini perempuan baik-baik jadi tidak baik. Lagi pula, masuk ke sini pun sudah jadi wanita tidak baik.”

“Termaksud kita?” Yura kembali bertanya.

“Nggak-lah. Kita, kan kerja di sini. Tapi, kita juga harus hati-hati, Yura. Dunia malam kejam. Lihat saja wanita itu, di bawa beberapa pria. Bisa kamu bayangkan, kan?”

Yura bergiding ngeri mendengar cerita temannya itu. Lalu, ia kembali ingin tahu bubuk apa yang ditaburkan itu.

“Bubuk apa itu?”

“Nggak tahu juga, tapi sepertinya obat yang bikin mabuk atau obat perangsang.”

“Memang ada?” tanya Yura lagi.

“Kamu sercing saja deh.”

Yura terbangun dari lamunan saat tak sengaja Edward berbalik badan dan netra keduanya saling bertemu. Edward melipat tangan di dada sembari tertidur miring menatap Yura yang sudah mulai panas dingin.

“Kenapa kamu diam? Bukannya kamu menginginkan ada sesuatu antara kita?” tanya Edward.

Yura masih bergeming karena tak sanggup berkata-kata karena dadanya saja masih sesak. Ia membutuhkan pasokan oksigen saat Edward terus saja menatapnya lekat. Yura terus memutar otak, apa yang akan di lakukan sang suami? Apa dia akan melakukan apa yang diinginkan Madam Syin?

Bukan hanya Yura yang merasakan hal aneh, Edward pun merasakan hawa semakin panas di sekujur tubuhnya. Ia mencoba membayangkan Amalia, tapi tetap saja Yura yang berkeliaran di pikirannya.

Bibir tipis merona itu membuatnya semakin tak karuan. Menatapnya terus menerus membuat gelenyar aneh di jantung pria itu. Perlahan tangannya tanpa ia inginkan pun menyentuh pipi Yura.

Namun, ia kembali mencoba berpikir tenang. Kembali, ia menetralkan degup jantungnya. Lagi-lagi ia harus setia, tapi bukankan di depannya istrinya juga?

Edward pun mulai memikirkan, sentuh atau abaikan? Bahkan, ia berpikir untuk ke kamar Amalia lagi.

***

Duh, galau pak Edward...🤭

Wanita di depannya memang sangat menggoda, dengan menggunakan baju tidur tipis hitam membuat Yura semakin memesona. Belum lagi perasaan yang aneh menjalar ke seluruh tubuh Edward. Ia berpikir apa waktunya untuk mewujudkan mimpi sang ibu? Namun, lamunannya buyar saat suara perutnya berbunyi. Ia lupa jika dirinya belum makan.

“Kamu lapar?” tanya Yura.

Wajahnya Edward memerah menahan malu. Bisa-bisanya suasana tegang seperti itu muncul suara aneh dari perutnya. Memang rasa lapar tidak bisa melihat situasi dan kondisi. Edward mengangguk pasrah karena memang terdengar sangat keras suara cacing di perut.

“Aku ambilkan makan? Atau aku potongkan buah saja?” tanya Yura bersemangat. Bukan karena akan mengambilkan makan, tapi karena ia memanfaatkan hal itu untuk lepas dari tatapan sang suami yang membuatnya sesak.

“Apel saja.”

Gegas Yura bangkit untuk mengambilkan buah untuk Edward.

“Tunggu!”

“Kenapa?”

“Ganti bajumu, aku nggak suka tubuhmu di lihat orang lain selain aku.”

Seketika wajah Yura memerah mendengar penuturan Edward. Wajahnya kian merona saat sang suami tak henti menatapnya. Tak mau banyak bicara, Yura mengambil baju dan menggantinya di kamar mandi.

Degup jantungnya begitu kencang, seolah-olah habis berlari kencang hingga membuatnya kelelahan. Ada apa dengan hatinya, ia tak bisa berpikir jernih kali ini. Saat itu, ia tanpa malu meminta pada Edward. Namun, kali ini ia merasa dirinya tak kuasa menahan rasa yang ia pun tidak mengerti apa yang kini terjadi.

Perasaan aneh pun membuat Edward tak berhenti berpikir. Sebuah kegilaan baginya memiliki perasaan untuk wanita lain selain Amalia. Pria itu mengusap kasar wajah, kemudian menarik napas dalam.

“Kenapa berganti di kamar mandi?” tanya Edward.

“A—aku, eh, sekalian buang air kecil.” Terpaksa Yura berbohong untuk menutupi perasaan gugup dan malunya.

“Ya, sudah. Jangan lama, jika bertemu Edo, abaikan saja. Atau cepat lari panggil aku.”

“Baik.”

Yura tersenyum tipis mendengar apa yang dikatakan Edward. Ia senang saat pria itu mencemaskannya. Dirinya pun cukup tahu jika Edo sangat berbahaya untuk dirinya. Dengan cepat ia bergegas ke dapur.

Ia membuka kulkas, gerak cepat ia mengambil apel lalu, mencucinya terlebih dahulu. Pelan-pelan ia memotong apel itu. Sembari tersenyum memikirkan sang suami yang sudah mau bicara padanya walau terkesan seperti kulkas berjalan.

Yura terkesiap saat melihat Edward sudah berada di belakangnya. Ia kembali bertanya-tanya, bukannya pria itu ada di kamar? Mengapa kini ada di hadapannya.

“Cepat masuk, kita makan di kamar saja.” Edward terus saja memindahi kamar Amalia. Ia takut istri pertamanya itu melihat dirinya berada di dapur dengan Yura.

Tadi ia sempat berpikir untuk tetap berada di kamar. Namun, ia mengingat Edo yang bisa saja tiba-tiba hadir di dapur. Seketika ia menghampiri Yura di sana.

Yura mengikuti sang suami bagai anak ayam yang mengekor induknya. Ia pun sama, merasa takut ada yang melihat mereka. Apalagi jika Amalia melihat dirinya bersama sang suami.

"Tidur saja jika mengantuk," ujar Edward.

"Nggak, aku mau menemani makan."

Tak banyak bicara lagi, Edward langsung melahap buah pada malam hari. Tak peduli jika nanti perutnya membuncit.

***

Berharap semalam terjadi sesuatu, tapi mereka malah ketiduran saat selesai memakan buah. Apalagi Yura yang langsung mendengkur setelah menunggu Edward yang tiba-tiba mengerjakan pekerjaan kantor yang terlupakan.

Saat membuka mata, ia tak melihat Edward di sampingnya. Ia merasa kecewa saat pria itu ternyata sudah pergi dari kamarnya. Yura mengambil sebuah note yang berada di bawah gelas susu di nakas.

‘Aku pergi dulu, maaf tidak membangunkanmu. Kulihat kau terlalu lelah, mungkin karena memotong apel untukku. Jangan lupa di minum susunya.’

Senyum tipis menghiasi bibir mungil Yura. Mendapat pesan singkat seperti itu saja, ia sudah merasa berada di atas awan. Kebersamaannya bersama Edward semalam membuat ia melupakan sebagian masalahnya. Walau saat terbangun lagi, ia sudah kembali mengingat hal itu.

“Permulaan yang baik, Yura. Semoga saja bisa membuat Edward luluh.” Yura bergumam sendiri.

Yura meminum segelas susu, lalu bangkit menatap cermin di dinding. Ia yakin, suatu saat Edward akan luluh dan baik padanya.  Entah, ia merasakan tak ingin memaksakan apa yang sejak awal menjadi tujuannya. Menjadi wanita spesial itu butuh pengorbanan.

Sebelum ia ke luar kamar, ia gegas mandi terlebih dahulu. Berharap bisa melihat Edward saat pulang nanti. Atau bermimpi sang suami kembali datang ke kamarnya. Walau hanya berbincang, ia pun sudah senang karena dibalik sikapnya, pria itu sangat baik.

“Nyonya Yura, apa sudah bangun?” Bi Rukmini mengetuk pintu kamar Yura.

“Iya, Bi.”

Gegas ia membukakan pintu Bi Rukmini. Wanita paruh baya itu sudah berdiri di ambang pintu. Dengan membawa sarapan pagi untuknya.

“Tak usah di bawakan, biar aku makan di ruang makan saja.”

“Pesan madam harus langsung memberikan pada Nyonya.”

Yura mengambil sarapannya, lalu ikut ke dapur bersama Bi Rukmini. Sudah berulang kali asisten rumah tangganya itu meminta Yura tetap di kamar. Namun, istri kedua majikannya tetap kekeh mau ke luar.

Sebelumnya pun sang majikan meminta dirinya mengawasi Yura. Bukan takut dia kabur, melainkan hal yang tak akan terduga seperti yang terlihat olehnya saat itu.

“Nyonya besar, baru bangun? Apa nggak malu, tinggal di rumah orang bangun siang?” Amalia mengejek Yura.

“Untuk apa malu, ini rumah ibu mertua dan tentunya suamiku.”

Wajah Amalia mendadak masam mendengar Yura menyebut suami. Ia tak terima jika sang suami juga di sebutnya sebagai suaminya. Ia masih tidak terima jika ada orang ketiga di antara mereka. Pernikahannya bahagia walau selama 8 tahun tanpa memiliki keturunan.

Ia yakin suaminya mau menerima keadaannya, juga mencintainya dengan ada atau tidak adanya buah hati di antara mereka. Namun, Amalia lupa jika pernah suatu hari Edward mengajaknya ke Dokter dan ia pun melupakan hal itu.

Amalia selalu takut jika nanti ternyata dirinyalah yang dinyatakan mandul. Ia tak sanggup untuk menghadapi hal itu.

“Jangan bermimpi kamu menjadi Nyonya di sini. Satu hal, jangan pernah menyebut Edward itu suamimu. Dia suamiku,” ucap Amalia.

“Dia juga suamiku. Jika tidak, untuk apa semalam dia tidur bersamaku,” balas Yura sembari mengibaskan rambut basahnya.

Amalia semakin geram, tangannya kembali mengepal lalu dengan sengaja menonjok wajah Yura hingga istri kedua suaminya itu jatuh tersungkur. Bi Rukmini yang melihat kejadian itu panik dan gegas membantu Yura bangkit.

Yura menatap tajam kakak madunya. Namun, ia sadar jika dirinya pantas mendapatkan pukulan dari Amalia karena hati siapa yang tak sakit mendengar apa yang sengaja ia katakan. Apalagi saat dengan sengaja ia pun mengibas rambut seolah-olah sesuatu sudah terjadi antara dia dan Edward.

Bi Rukmini sibuk menahan tubuh Yura. Ia sudah mengambil ancang-ancang saat kemungkinan Yura akan membalas atau Amalia menyerang kembali. Namun, sampai beberapa detik setelah bangkit dari lantai, Yura tetap diam menatap Amalia.

“Kenapa kamu diam? Maju, lawan aku!”

“Cck ... apa kamu tidak terlalu bar-bar menghadapi aku?”

Tak memungkiri jika Yura kini sedang menahan amarahnya. Melihat Amalia, jujur saja ia pun iba karena mereka ditakdirkan untuk menjadi istri-istri Edward. Namun, ia pun tidak terima saat wajahnya terpukul oleh Amalia. Untuk kali ini, Yura memilih diam untuk menyelamatkan dirinya.

Edo bertepuk tangan melihat kejadian seru yang tak pernah ia lihat selama di rumah itu. Kedua wanita di hadapannya kompak menatap tajam adik ipar mereka.

“Kau diam saja, Yura?” tanya Edo.

“Diam!” Kompak kedua wanita itu berteriak pada Edo yang niatnya akan mendekati keduanya.

 Bersambung 

***

Related chapters

  • Terpaksa Menjadi Istri kedua   Kenyataan Pahit Untuk Amalia

    Kedua istri Edward hanya bisa menunduk saat mereka berhadapan dengan Madam Syin—ibu mertua mereka. Edward yang berada di sana pun merasa bersalah atas apa yang terjadi antara mereka berdua.Edward menyesal karena emosi Amalia berasal dari kesalahannya semalam. Istri pertamanya itu begitu lembut, tapi ia tahu jika dia marah, apa pun akan menjadi sasaran. Itu kenyataan yang terjadi. Emosi Amalia tak akan bisa terkendali saat ia mulai tersudut atau merasa tersakiti.“Semua itu terjadi karena nggak mungkin ada asap jika nggak ada api. Apa yang membuat kalian seperti wanita nggak ada tatak rama?” Madam Syin menelisik ke arah kedua menantunya. Terutama Yura yang ia tahu menahan perih di pipi, tapi dia mencoba tenang.Edward ikut memindahi kedua istrinya. Ia iba melihat wajah Yura yang membiru akibat tonjokan Amalia. Namun, ia tak bisa bergerak meng

    Last Updated : 2021-09-03
  • Terpaksa Menjadi Istri kedua   Kamu milikku

    Edo memilih berada di kelab malam dari pada melihat drama rumah tangga sang kakak. Pria dengan kaos putih dipadu celana jin robek-robek itu duduk memindahi sekeliling tempat ramai itu. Sesekali ia meneguk minuman di depannya. Hari itu ia tak sedang berjanjian dengan siapa pun karena moodnya kurang baik. Sepertinya ia harus merileksasikan otaknya kali ini. Namun, lamunannya buyar seketika seseorang menepuk pundaknya. “Aku mau bicara,” ujar wanita di hadapannya. Edo memutar bola mata malas melihat wanita cantik dengan pakaian sexy di hadapannya. Ia bangkit dan mengikutinya ke luar kelab malam itu. Edo menyenderkan tubuh di tembok, sedangkan wanita di hadapannya siap mengatakan hal yang penting untuk pria itu. “Aku hamil, Do.” Edo menegang mendengar penuturan

    Last Updated : 2021-09-05
  • Terpaksa Menjadi Istri kedua   Kegelisahan EdwarD

    “Aku harus kembali ke kamar Amalia sebelum dia bangun dan mencariku.” Edward mengambil baju yang berserakan di lantai. Ia kembali melihat ke arah Yura dan mencium keningnya lalu beranjak dari kasur. Yura masih bergeming melihat punggung Edward yang menghilang dari pandangannya. Ia mencoba bangkit, tetapi rasa nyeri masih terasa begitu ngilu. Ia memunguti baju di lantai dan memakainya. Perlahan menuju kamar mandi untuk membersihkan diri. Malam itu, ia menyerahkan mahkotanya untuk Edward. Pria yang sejak pertama bertemu selalu saja kasar. Namun, akhirnya luluh dengan kesabaran Yura. Pipinya masih sangat nyeri, di bawah guyuran shower, Yura kembali mengingat malam indah bersama Edward. Namun, tangisnya kembali terdengar kala ia hanya dijadikan alat untuk memiliki keturunan. Jika dirinya tak kunjung hamil, pasti akan tergeser pula. Hatinya sudah berlabu pada pr

    Last Updated : 2021-09-06
  • Terpaksa Menjadi Istri kedua   Salah Sasaran

    Awalnya Amalia tidak berniat datang ke rumah sang ibu. Namun, berulang kali ponselnya terdengar membuat ia semakin penat. Akhirnya, terpaksa Amalia datang menemuinya.Rumah itu masih sama seperti saat ia terakhir datang. Ruang besar yang seperti tak terurus, belum lagi banyak barang yang berserakan di lantai. Rumah itu juga menjadi tempat tinggal adiknya yang baru saja lahiran.“Kenapa kamu lama sekali mengirimkan mama uang?” tanya Bu Dian.“Ma, uang tabunganku sudah habis. Bukannya belum lama Mama meminta uang dengan alasan untuk kontrol ke dokter. Tapi apa, Mama malah berlibur ke Bali. Uangku habis, Ma.” Amalia mencoba meyakinkan sang ibu.“Kan ada suami kamu. Minta sama dia, mana mungkin dia menolak. Uangnya banyak, Lia.” Bu Dian selalu saja memaksakan kehendaknya.

    Last Updated : 2021-09-07
  • Terpaksa Menjadi Istri kedua   Kemarahan Edward

    “Apa ada kabar dari Edo dan Yura?” tanya Edward pada sang ibu.“Tadi Edo bilang sudah di Jakarta, tapi mereka berhenti makan. Sejak di rumah orang tua Yura tidak ada sinyal.” Edward lega mendengar penjelasan sang ibu. Namun, ia kembali melihat waktu yang sudah agak malam, tapi mereka pun belum muncul juga. Edward kembali mencoba menelepon Yura, tetapi tetap sama tidak ada jawaban.Tidak mau sang istri curiga, Edward gegas menemui Amalia dulu. Walau hatinya sangat cemas memikirkan Yura yang pergi bersama dengan Edo.“Baru pulang langsung ke ruangan Mami, ada apa?” tanya Amalia.“Mami bertanya tentang Yura.”“Biarkan saja, Sayang. Lagi pula, paling dia sedang bersenang-senang dengan Edo. Tahu sendiri adik

    Last Updated : 2021-09-08
  • Terpaksa Menjadi Istri kedua   Masa Lalu

    Walau sering bertemu dengan banyak wanita, Edo belum pernah merasakan getaran aneh seperti saat ia bersama suster cantik yang ada di hadapannya. Namanya Rena, kulit putih dengan wajah khas Indonesia membuat Edo tak bergerak dari tempatnya.“Sudah selesai,” ucap Rena.“Kayanya belum, ini kepala saya masih pusing.” Edo mencoba berlama-lama dengan Rena.“Kalau Anda pusing, nanti saya minta dokter untuk periksa. Sebentar.”Rena tak jadi melangkah karena tangannya tertahan oleh Edo. “Kamu saja.”“Saya bukan Dokter, maaf tangan Anda.”Edo melepaskan tangannya dari tangan Rena. Ia tidak mau beranjak dari ranjang itu karena masih ingin berduaan dengan Rena. Akan tetapi, sebagai perawat di rumah sakit itu, Rena p

    Last Updated : 2021-09-09
  • Terpaksa Menjadi Istri kedua   Gengsi Mengaku Cinta

    Ada yang hilang dari diri Edward. Pria itu membalut tubuhnya dengan handuk di pinggang setelah ke luar dari kamar mandi. Amalia memberikannya baju pada sang suami, setelah itu ia masih menunggu jawaban Edward.Edward paham jika sang istri menunggunya bicara. Namun, ia sedang tidak ingin banyak bicara. Ia lelah dengan apa yang terjadi hari ini. Bahkan, ia ingin sekali melihat keadaan Yura di kamar. Akan tetapi, semuanya tidak akan semudah yang dibayangkan.“Apa kamu belum bisa menjawab apa yang aku tunggu?” tanya Amalia.“Bukan aku tak mau bicara, aku sudah lelah hari ini mengurus beberapa masalah,” ujar Edward sembari memijit pelipisnya.Amalia menghampiri sang suami, ia mencoba memijit pelan kepala hingga leher Edward agar ia lebih rileks. Pria itu pun memejamkan mata, ia ingin sekali tertidur cepat, te

    Last Updated : 2021-09-10
  • Terpaksa Menjadi Istri kedua   Benci

    Sella mengamuk saat tahu anak dalam kandungannya meninggal. Ia terus memberontak dengan tangan terborgol. Sebelum di masukkan sel, untuk sementara ia di rawat di rumah sakit dengan pengawasan ketat. Wanita itu terlihat sangat kacau. Apalagi saat Edo datang mengunjungi ke rumah sakit. Pria itu sengaja datang melihat kondisi Sella. Terutama memastikan jika tidak ada janin lagi di perutnya. Ia pun lega karena tak harus bertanggung jawab pada wanita itu. “Bajingan kamu Edo!” Sella kembali berteriak saat melihat Edo. “Bukannya kita sudah sepakat, tidak akan ada keterikatan. Kamu melanggar dan apa kamu pikir usahamu berhasil dengan sengaja membuat dirimu hamil?” Sella menatap bengis Edo. Ia kembali berusaha menarik-narik tangannya yang mustahil bisa lepas dari borgol itu. Tak ada penyesala

    Last Updated : 2021-09-11

Latest chapter

  • Terpaksa Menjadi Istri kedua   Keputusan Terakhir (END)

    “Kamu masih peduli bukan dengan Amalia?”Edward menghentikan langkah, seketika ia menoleh ke belakang. Bu Dian berdiri dengan percaya diri di hadapannya. Ia yakin jika menantunya akan membantu menyembuhkan Amalia.“Aku memang sengaja datang untuk memastikan semuanya.”“Kamu masih cinta Amalia. Tidak mungkin kebersamaan selama delapan tahun begitu saja hilang. Tolong dia, Amalia akan sehat kembali. Hanya kamu yang bisa membuatnya kembali tersenyum.” Permintaan Bu Dian membuat Edward dilema.Namun, ia berusaha untuk tetap tenang dan tidak terlihat jika dirinya begitu mencemaskan Amalia. Jika tidak, wanita di hadapannya akan kembali memanfaatkan dirinya lewat Amalia.Keputusan menceraikan Amalia sudah bulat. Namun, jika ia terus menerus mencari tahu tentang dia, kemungkinan akan kembali membuatnya resah.“Maaf, untuk kesekian kali saya tegaskan pada Anda, saya tidak mau berhubungan lagi dengan kalian. C

  • Terpaksa Menjadi Istri kedua   Rasa Iba kembali Muncul

    Tangan Rena terasa dingin saat ia mulai memasuki rumah besar Edward. Ia memberanikan diri saat pria itu mengajaknya bertemu dengan sang ibu. Mau tidak mau, ia pun memenuhi permintaan Edo. Wajah sang kekasih sangat semringah, sedangkan Rena begitu tegang.Langkahnya semakin berat saat mulai memasuki ruang tengah. Tanpa di panggil, Madam Syin menghampiri Rena dan Edo. Wanita itu sudah tahu jika anaknya akan membawa kekasih hati. Ia mencoba memperhatikan, menilai sedikit dan ia mengernyitkan kening.“Kamu, bukannya suster di RS Palapa?” tanya Madam Syin sembari mengingat-ingat.“I—iya, Tante.” Rena menjawab gugup.Edo mengelus lembut pundak Rena, mencoba menenangkannya. Namun, tetap saja sang kekasih merasa gugup. Sampai akhirnya Yura datang bersama Edward hingga membuat Rena sedikit tenang.

  • Terpaksa Menjadi Istri kedua   Bertahan Dengan Hati Itu Sulit

    Tangan Rena terasa dingin saat ia mulai memasuki rumah besar Edward. Ia memberanikan diri saat pria itu mengajaknya bertemu dengan sang ibu. Mau tidak mau, ia pun memenuhi permintaan Edo. Wajah sang kekasih sangat semringah, sedangkan Rena begitu tegang.Langkahnya semakin berat saat mulai memasuki ruang tengah. Tanpa di panggil, Madam Syin menghampiri Rena dan Edo. Wanita itu sudah tahu jika anaknya akan membawa kekasih hati. Ia mencoba memperhatikan, menilai sedikit dan ia mengernyitkan kening.“Kamu, bukannya suster di RS Palapa?” tanya Madam Syin sembari mengingat-ingat.“I—iya, Tante.” Rena menjawab gugup.Edo mengelus lembut pundak Rena, mencoba menenangkannya. Namun, tetap saja sang kekasih merasa gugup. Sampai akhirnya Yura datang bersama Edward hingga membuat Rena sedikit tenang.

  • Terpaksa Menjadi Istri kedua   Menetapkan Hati

    Edo menemui Rena yang menunggunya di sebuah kafe. Mereka memang sengaja bertemu karena sudah beberapa hari pria itu mulai sibuk dengan pekerjaan barunya. Ia menempati jabatan di perusahaan Madam Syin. Sejak memutuskan menikah dengan Rena, ia pun menerima tawaran untuk bekerja.Wajah Edo semringah saat Rena melambaikan tangan. Buket bunga yang ia bawa langsung ia serahkan saat sampai di hadapan sang kekasih. Wajah Rena berseri menerima apa yang diberikan pria tampan dengan jas hitam itu.“Terima Kasih.”“Sama-sama. Kami, terlihat sangat cantik,” puji Edo.“Jangan memuji aku, nanti terbang.” Rena tertawa menatap Edo.Keduanya saling berbincang, lalu Rena membuka percakapan tentang perceraiannya. Sidak terakhir memutuskan mereka resmi bercerai dan Rena menyandang

  • Terpaksa Menjadi Istri kedua   Memohon Untuk Amalia

    Bi Rukmini sibuk merapikan beberapa barang yang diminta Edward untuk memindahkan ke kamar Yura. Sementara, Yura memandang heran dengan apa yang di lakukan asisten rumah tangganya itu.“Bi, kok di pindahkan ke kamar aku? Itu bukannya barang-barang Edward?” tanya Yura.“Iya, memang punya Tuan Edward. Dia meminta saya memindahkan, Nyonya.” Bi Rukmini hanya tersenyum lalu kembali membawa baju-baju sang tuan.Yura terus mengikuti Bi Rukmini sampai tidak sadar jika sang suami sudah pulang. Edward meminta asisten rumah tangganya ke luar dari kamar. Ia ingin berbicara banyak pada Yura tentang beberapa hal.Bi Rukmini cukup paham dan ia meninggalkan keduanya untuk berbicara hal yang penting. Edward menutup rapat pintu, ia berharap Yura mau mendengar apa yang akan dibicarakannya.&

  • Terpaksa Menjadi Istri kedua   Kembali Depresi

    Amalia mengikuti saran dari Alin, ia datang ke kantor untuk menemui Edward. Ia berharap mereka bisa kembali rukun. Kedatangan Amalia membuat Edward bingung, dia sedang tidak mau berdebat atau bertengkar. Namun, sang istri malah datang menemuinya.“Aku ingin bicara dengan kamu, kalau di rumah tidak akan bisa. Aku harap kita bisa bersama-sama dan mengulang dari nol lagi,” ucap Amalia.“Aku sedang tidak mau berdebat.”“Aku nggak ngajak berdebat, hanya bicara 4 mata saja. Dari hati ke hati, itu saja. Kalau di rumah, kamu pasti terpengaruh Yura dan Mami.”Edward kembali menggeleng, Amalia masih sama saja. Menyalahkan Yura dan sang ibu. Ia tidak suka hal seperti itu terjadi lagi. Tetap saja istri pertamanya tidak pernah berubah selalu saja menyalahkan orang lain.

  • Terpaksa Menjadi Istri kedua   Terusir Dari Rumah Dirgantara

    “Edward! Ke luar! Tolong aku, Mami mengusirku.” Amalia terus mengendur kamar Yura. Ia tidak peduli, terpenting Edward ke luar dan menolong dirinya.Yura hendak ke luar, tetapi Edward menahan tangannya. Pria itu menggeleng agar istri keduanya tidak membukakan pintu untuk Amalia. Yura terpaksa duduk kembali, ia tidak tega mendengar Amalia terus berteriak.“Kamu tega, dia terus berteriak?” tanya Yura.“Kamu terlalu baik apa bodoh? Sudah jelas dia melakukan kejahatan padamu, bahkan ia menghasutku untuk tidak mengakui anak dalam kandunganmu.”Yura membuang wajah. Memang harusnya ia tidak berbaik hati, tetapi ia tetap saja memiliki rasa iba. Tidak peduli, ia membukakan pintu untuk Amalia.Amalia menerobos masuk menemui Edward di kamar.

  • Terpaksa Menjadi Istri kedua   Kebusukan Amalia

    Edward merasa aneh tiba-tiba ingin berada di kamar Yura. Bahkan, harusnya Edward menjaga agar perasaan Amalia tidak tersakiti. Namun, ia malah memilih bersama Yura. Sementara, Yura tidak banyak bicara saat Edward memilih bersamanya. Ia beranggapan hanya biasa saja.Edward memperhatikan Yura yang sejak tadi sibuk bermain ponsel. Ia heran kenapa rasa mualnya sudah hilang. Kemudian, tubuhnya pun kembali seperti biasa. Ada apa pikirnya?“Apa begitu caramu saat aku ada di sini?” tanya Edward.Yura menoleh ke arah Edward. Ia masih kesal dengan suaminya yang memang berhati lembek jika bersama Amalia. Jika mengingat penolakannya, dirinya begitu kesal. Berharap pria itu menyesal seumur hidupnya.“Cara apa maksud kamu?” tanya Yura.“Mendiamkan aku.”

  • Terpaksa Menjadi Istri kedua   Edward Nyidam

    Tiba-tiba saja Edward merasa tidak enak perut. Ia berlari ke kamar mandi, sedangkan Madam Syin dan Yura menatap keheranan. Edward memanggil Bi Rukmini untuk membuatkannya teh hangat tanpa gula. Setelah itu, ia membaringkan tubuh di ranjang dengan membalurkan minyak gosok.Madam Syin menghampiri Edward di kamar, ia menatap heran dengan wajah sang anak yang pucat. Bi Rukmini datang membawakan teh hangat, lalu memberikannya langsung pada sang majikan.Edward duduk sembari menyeruput teh hangat itu. Lalu, ia kembali merebahkan tubuh tanpa memedulikan sang ibu yang keheranan melihat tingkahnya.“Kamu salah makan?” tanya Madam Syin.“Nggak, Mi. Nggak tahu tiba-tiba kaya orang mabuk perjalanan aja. Perut kaya di kocok,” ungkapnya.Yura mengintip dari balik pintu, ia berpikir ker

DMCA.com Protection Status