Beranda / CEO / Terpaksa Menjadi Istri kedua / Kenyataan Pahit Untuk Amalia

Share

Kenyataan Pahit Untuk Amalia

Penulis: Galuh Arum
last update Terakhir Diperbarui: 2021-09-03 20:10:21

Kedua istri Edward hanya bisa menunduk saat mereka berhadapan dengan Madam Syin—ibu mertua mereka. Edward yang berada di sana pun merasa bersalah atas apa yang terjadi antara mereka berdua.

Edward menyesal karena emosi Amalia berasal dari kesalahannya semalam. Istri pertamanya itu begitu lembut, tapi ia tahu jika dia marah, apa pun akan menjadi sasaran. Itu kenyataan yang terjadi. Emosi Amalia tak akan bisa terkendali saat ia mulai tersudut atau merasa tersakiti.

“Semua itu terjadi karena nggak mungkin ada asap jika nggak ada api. Apa yang membuat kalian seperti wanita nggak ada tatak rama?” Madam Syin menelisik ke arah kedua menantunya. Terutama Yura yang ia tahu menahan perih di pipi, tapi dia mencoba tenang.

Edward ikut memindahi kedua istrinya. Ia iba melihat wajah Yura yang membiru akibat tonjokan Amalia. Namun, ia tak bisa bergerak menghampiri untuk sekadar mengompres luka lebam itu.

“Jadi, siapa yang memulai?” Madam Syin kembali bertanya.

“Aku nggak tahu siapa yang memulai karena semua terjadi begitu saja. Bahkan, saat kepalan tangan dia menghantam wajahku, aku pun nggak tahu karena kejadian itu begitu cepat.” Yura mencoba menjelaskan. Ia tak mau Amalia di hukum, tetapi dirinya pun kesal saat kakak madunya mulai bermain tangan.

“Jelaskan Amalia, jangan hanya diam dan menangis. Jangan jadikan air matamu itu senjata agar kami iba.” Kalimat menohok Madam Syin membuat Amalia tersudut.

“Aku membencinya, sejak awal aku pun tak sudi di madu. Hanya karena menghormati Mami saja, aku mau di poligami. Wanita mana yang nggak sakit hati saat melihat rambut basah istri kedua suaminya? Mami nggak pernah merasakan apa yang aku rasakan sekarang. Nggak mudah, Mi, untuk ikhlas.”

Yura menatap iba kakak madunya. Bukan hanya Amalia saja yang merasa diperlakukan tidak adil. Namun, ia pun merasa hidupnya terkekang oleh sebuah pernikahan paksaan itu. Ia mempunyai mimpi menikah dengan pria yang dicintainya. Bukan menjadi duri dalam rumah tangga orang lain.

Melihat Edward menenangkan Amalia, tiba-tiba saja hatinya perih. Yura mencoba menenangkan diri, ia tak mengerti kenapa dadanya terasa sesak dan tubuhnya begitu lemas melihat perhatian Edward pada Amalia.

“Kalau kamu sempurna, saya nggak akan memberikan pilihan Edward untuk menikah lagi,” ujar Madam Syin.

“Mi, aku sehat dan sempurna. Hanya saja Tuhan belum memberikan kesempatan untuk kami. Bukannya Mami menolak usaha untuk program bayi tabung? Jika Mami setuju, masalah Yura akan selesai. Edward akan menceraikan dia dan nggak akan ada lagi keributan di sini.” Penuturan Amalia membuat Madam Syin emosi.

Harusnya Yura merasa lega saat Amalia mengatakan Edward akan menceraikan dia. Namun, lagi-lagi hatinya begitu sedih. Entah, ia mulai mencintai suaminya itu hanya merasa harga dirinya terinjak-injak.

“Jangan asal bicara, kamu pikir proses itu akan mudah dan cepat? Selama 8 tahun, kamu pikir itu waktu yang sebentar?”

“Ma, sudah. Amalia sedang emosi, lebih baik aku mengajaknya ke kamar,” ujar Edward.

Edward memapah Amalia, tetapi sebelum masuk, ia sempat melirik ke arah Yura. Netra mereka bersirobok, setelah itu Edward masuk bersama Amalia.

“Bersihkan lukamu. Bi Rukmini akan mengurusmu nanti.”

Madam Syin bangkit dan meninggalkan Yura di ruang tamu. Sementara, Edo yang sejak tadi memperhatikan Yura menghampirinya.

“Sakit?” Pria itu duduk berhadapan dengan Yura.

“Biasa saja, hanya hati yang sedikit luka.” Yura mencoba menahan bibir yang bergetar saat ia bicara.

“Mau aku oleskan atau oles sendiri?” tanya Edo sembari memberikan obat oleh untuk luka lebam.

“Biar aku saja.” Yura mengambil obat itu.

“Masih bisa tersenyum saat seperti ini?”

“Aku sudah terbiasa terluka. Hal seperti ini hanya bagian kecil dari luka-luka yang aku terima dalam kehidupan menjadi si miskin.”

Edo tidak paham dengan apa yang dikatakan Yura. Ia menelisik dengan tajam wanita di hadapannya. Berbeda dengan Amalia, ia terlihat lebih tenang menghadapi masalah dengan kakak iparnya satu lagi.

Beberapa menit Yura masih bertahan duduk di ruang tamu sembari mengoles luka lebamnya. Edo pun masih setia menemani kakak iparnya itu. Ia merasa tidak bisa melihat Yura yang hanya diam tanpa kata.

“Terima Kasih,” ucap Yura.

“Santai, kamu nggak takut sama aku?” tanya Edo.

“Awalnya takut, tapi sekarang biasa saja. Asal kamu nggak membuat aku panik. Aku mau ke kamar, kepala rasanya pening.”

Edo hanya mengangguk, lalu ia pun kembali merebahkan tubuh di sofa. Netranya kembali memindahi rumah megah sang ibu. Di tempat itu, ia pernah menjadi anak baik, tapi karena perbedaan kasih sayang, sikap manis dan penurutnya hilang menjadi pemberontak.

Belum lagi masalah percintaan yang gagal membuatnya tak pernah percaya pada wanita. Imbasnya, ia memperlakukan wanita seperti baju, yang jika sudah kumel bisa ia buang dan membelinya yang baru.

***

Amalia masih diam sembari meneteskan air mata. Batinnya terluka, melihat rambut basah Yura saja, ia sudah merasa sakit hati. Membayangkan sang suami memadu kasih di ranjang. Ia belum bisa ikhlas menerima semua keadaan yang terjadi.

“Kamu tenang, ya,” ucap Edward.

“Kamu jahat, kamu bilang nggak akan menyentuhnya. Tapi apa? Yura terlihat senang saat rambutnya basah sehabis mandi.”

Edward menggaruk kepalanya. Jadi, permasalahan mereka sampai adu jotos adalah rambut basah Yura. Semalam memang ia tidur di kamar istri keduanya. Namun, tidak ada hal yang terjadi antara mereka karena Yura tertidur saat dirinya mengerjakan beberapa file yang tertunda.

Tentang rambut basah Yura, pun, ia tidak tahu tentang hal itu. Edward kembali berpikir, apa dirinya mengaku saja memang sudah melakukan sesuatu dengan Yura? Atau ia mengelak saja. Akan tetapi, jika dia membantah pun, Amalia tak akan percaya. Edward sungguh dibuat pusing dengan masalah dua istrinya. Apalagi cemburu Amalia begitu besar.

“Maafkan aku, benar kata Mami, keluarga ini butuh keturunan.”

Amalia kembali histeris menangis sembari memukuli dada bidang sang suami. Ai matanya tumpah tak kala mendengar penuturan suaminya. Ia masih berharap sang suami setia, tetapi malah di khianati.

“Kamu jahat!”

“Sayang, tenang.”

Edward memeluk kencang sang istri. Ia takut terjadi sesuatu antara mereka berdua. Kembali ia teringat saat memeriksakan kesehatan mereka terutama untuk mengetahui mandul atau tidaknya mereka.

“Maaf, Dok, saya datang sendiri. Istri saya kurang enak badan.”

“Tidak masalah, saya hanya ingin menyampaikan semuanya. Di sini kesehatan Pak Edward bagus, hanya saja istri Pak Edward yang bermasalah.” Dokter Kandungan memberikan sebuah kertas pada Edward.

Tangannya bergetar saat membaca sebuah kenyataan yang membuatnya perih. Ia memikirkan bagaimana nasib Amalia jika ia tahu keadaan sebenarnya.

Lamunan terhenti saat Amalia terus saja berteriak.

“Kita akan punya anak, asal sabar. Kamu kenapa menyentuhnya?”

Lagi, Edward bergeming. Andai saja Amalia tahu keadaan sesungguhnya, ia pasti paham dan bisa mengerti jika dirinya tidak bisa hamil.

Bersambung

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Willny
ternyata mank Amalia yg bermasalah
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Terpaksa Menjadi Istri kedua   Kamu milikku

    Edo memilih berada di kelab malam dari pada melihat drama rumah tangga sang kakak. Pria dengan kaos putih dipadu celana jin robek-robek itu duduk memindahi sekeliling tempat ramai itu. Sesekali ia meneguk minuman di depannya. Hari itu ia tak sedang berjanjian dengan siapa pun karena moodnya kurang baik. Sepertinya ia harus merileksasikan otaknya kali ini. Namun, lamunannya buyar seketika seseorang menepuk pundaknya. “Aku mau bicara,” ujar wanita di hadapannya. Edo memutar bola mata malas melihat wanita cantik dengan pakaian sexy di hadapannya. Ia bangkit dan mengikutinya ke luar kelab malam itu. Edo menyenderkan tubuh di tembok, sedangkan wanita di hadapannya siap mengatakan hal yang penting untuk pria itu. “Aku hamil, Do.” Edo menegang mendengar penuturan

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-05
  • Terpaksa Menjadi Istri kedua   Kegelisahan EdwarD

    “Aku harus kembali ke kamar Amalia sebelum dia bangun dan mencariku.” Edward mengambil baju yang berserakan di lantai. Ia kembali melihat ke arah Yura dan mencium keningnya lalu beranjak dari kasur. Yura masih bergeming melihat punggung Edward yang menghilang dari pandangannya. Ia mencoba bangkit, tetapi rasa nyeri masih terasa begitu ngilu. Ia memunguti baju di lantai dan memakainya. Perlahan menuju kamar mandi untuk membersihkan diri. Malam itu, ia menyerahkan mahkotanya untuk Edward. Pria yang sejak pertama bertemu selalu saja kasar. Namun, akhirnya luluh dengan kesabaran Yura. Pipinya masih sangat nyeri, di bawah guyuran shower, Yura kembali mengingat malam indah bersama Edward. Namun, tangisnya kembali terdengar kala ia hanya dijadikan alat untuk memiliki keturunan. Jika dirinya tak kunjung hamil, pasti akan tergeser pula. Hatinya sudah berlabu pada pr

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-06
  • Terpaksa Menjadi Istri kedua   Salah Sasaran

    Awalnya Amalia tidak berniat datang ke rumah sang ibu. Namun, berulang kali ponselnya terdengar membuat ia semakin penat. Akhirnya, terpaksa Amalia datang menemuinya.Rumah itu masih sama seperti saat ia terakhir datang. Ruang besar yang seperti tak terurus, belum lagi banyak barang yang berserakan di lantai. Rumah itu juga menjadi tempat tinggal adiknya yang baru saja lahiran.“Kenapa kamu lama sekali mengirimkan mama uang?” tanya Bu Dian.“Ma, uang tabunganku sudah habis. Bukannya belum lama Mama meminta uang dengan alasan untuk kontrol ke dokter. Tapi apa, Mama malah berlibur ke Bali. Uangku habis, Ma.” Amalia mencoba meyakinkan sang ibu.“Kan ada suami kamu. Minta sama dia, mana mungkin dia menolak. Uangnya banyak, Lia.” Bu Dian selalu saja memaksakan kehendaknya.

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-07
  • Terpaksa Menjadi Istri kedua   Kemarahan Edward

    “Apa ada kabar dari Edo dan Yura?” tanya Edward pada sang ibu.“Tadi Edo bilang sudah di Jakarta, tapi mereka berhenti makan. Sejak di rumah orang tua Yura tidak ada sinyal.” Edward lega mendengar penjelasan sang ibu. Namun, ia kembali melihat waktu yang sudah agak malam, tapi mereka pun belum muncul juga. Edward kembali mencoba menelepon Yura, tetapi tetap sama tidak ada jawaban.Tidak mau sang istri curiga, Edward gegas menemui Amalia dulu. Walau hatinya sangat cemas memikirkan Yura yang pergi bersama dengan Edo.“Baru pulang langsung ke ruangan Mami, ada apa?” tanya Amalia.“Mami bertanya tentang Yura.”“Biarkan saja, Sayang. Lagi pula, paling dia sedang bersenang-senang dengan Edo. Tahu sendiri adik

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-08
  • Terpaksa Menjadi Istri kedua   Masa Lalu

    Walau sering bertemu dengan banyak wanita, Edo belum pernah merasakan getaran aneh seperti saat ia bersama suster cantik yang ada di hadapannya. Namanya Rena, kulit putih dengan wajah khas Indonesia membuat Edo tak bergerak dari tempatnya.“Sudah selesai,” ucap Rena.“Kayanya belum, ini kepala saya masih pusing.” Edo mencoba berlama-lama dengan Rena.“Kalau Anda pusing, nanti saya minta dokter untuk periksa. Sebentar.”Rena tak jadi melangkah karena tangannya tertahan oleh Edo. “Kamu saja.”“Saya bukan Dokter, maaf tangan Anda.”Edo melepaskan tangannya dari tangan Rena. Ia tidak mau beranjak dari ranjang itu karena masih ingin berduaan dengan Rena. Akan tetapi, sebagai perawat di rumah sakit itu, Rena p

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-09
  • Terpaksa Menjadi Istri kedua   Gengsi Mengaku Cinta

    Ada yang hilang dari diri Edward. Pria itu membalut tubuhnya dengan handuk di pinggang setelah ke luar dari kamar mandi. Amalia memberikannya baju pada sang suami, setelah itu ia masih menunggu jawaban Edward.Edward paham jika sang istri menunggunya bicara. Namun, ia sedang tidak ingin banyak bicara. Ia lelah dengan apa yang terjadi hari ini. Bahkan, ia ingin sekali melihat keadaan Yura di kamar. Akan tetapi, semuanya tidak akan semudah yang dibayangkan.“Apa kamu belum bisa menjawab apa yang aku tunggu?” tanya Amalia.“Bukan aku tak mau bicara, aku sudah lelah hari ini mengurus beberapa masalah,” ujar Edward sembari memijit pelipisnya.Amalia menghampiri sang suami, ia mencoba memijit pelan kepala hingga leher Edward agar ia lebih rileks. Pria itu pun memejamkan mata, ia ingin sekali tertidur cepat, te

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-10
  • Terpaksa Menjadi Istri kedua   Benci

    Sella mengamuk saat tahu anak dalam kandungannya meninggal. Ia terus memberontak dengan tangan terborgol. Sebelum di masukkan sel, untuk sementara ia di rawat di rumah sakit dengan pengawasan ketat. Wanita itu terlihat sangat kacau. Apalagi saat Edo datang mengunjungi ke rumah sakit. Pria itu sengaja datang melihat kondisi Sella. Terutama memastikan jika tidak ada janin lagi di perutnya. Ia pun lega karena tak harus bertanggung jawab pada wanita itu. “Bajingan kamu Edo!” Sella kembali berteriak saat melihat Edo. “Bukannya kita sudah sepakat, tidak akan ada keterikatan. Kamu melanggar dan apa kamu pikir usahamu berhasil dengan sengaja membuat dirimu hamil?” Sella menatap bengis Edo. Ia kembali berusaha menarik-narik tangannya yang mustahil bisa lepas dari borgol itu. Tak ada penyesala

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-11
  • Terpaksa Menjadi Istri kedua   Sikap Asli Amalia

    “Hai, kenapa?” Yura bertanya sembari mengibarkan tangan di depan wajah Edward.Edward tersadar dari lamunannya. Wanita di hadapannya benar Yura—istri keduanya. Ia pun berpikir bagaimana bisa kedua istrinya datang bergantian. Tadi Amalia, kini giliran Yura yang datang. Ia sempat tak percaya, tetapi kehadiran Yura itu nyata.“Kenapa di sini?” tanya Edward.“Ini, berkas kamu. Bukannya kamu meminta aku datang?”Edward kembali menggaruk kepalanya yang tak gatal. Ia baru ingat jika sebelum Amalia datang, ia meminta Yura untuk membawakan berkas penting ke kantor. Edward pun memperhatikan pakaian yang dikenakan sang istri. Sebuah gaun cantik, di padu sepatu hitam membuat Yura tampil Elegan.Warna rambut coklatnya pun menyala di bawah sinar matahari. Kulit putih,

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-13

Bab terbaru

  • Terpaksa Menjadi Istri kedua   Keputusan Terakhir (END)

    “Kamu masih peduli bukan dengan Amalia?”Edward menghentikan langkah, seketika ia menoleh ke belakang. Bu Dian berdiri dengan percaya diri di hadapannya. Ia yakin jika menantunya akan membantu menyembuhkan Amalia.“Aku memang sengaja datang untuk memastikan semuanya.”“Kamu masih cinta Amalia. Tidak mungkin kebersamaan selama delapan tahun begitu saja hilang. Tolong dia, Amalia akan sehat kembali. Hanya kamu yang bisa membuatnya kembali tersenyum.” Permintaan Bu Dian membuat Edward dilema.Namun, ia berusaha untuk tetap tenang dan tidak terlihat jika dirinya begitu mencemaskan Amalia. Jika tidak, wanita di hadapannya akan kembali memanfaatkan dirinya lewat Amalia.Keputusan menceraikan Amalia sudah bulat. Namun, jika ia terus menerus mencari tahu tentang dia, kemungkinan akan kembali membuatnya resah.“Maaf, untuk kesekian kali saya tegaskan pada Anda, saya tidak mau berhubungan lagi dengan kalian. C

  • Terpaksa Menjadi Istri kedua   Rasa Iba kembali Muncul

    Tangan Rena terasa dingin saat ia mulai memasuki rumah besar Edward. Ia memberanikan diri saat pria itu mengajaknya bertemu dengan sang ibu. Mau tidak mau, ia pun memenuhi permintaan Edo. Wajah sang kekasih sangat semringah, sedangkan Rena begitu tegang.Langkahnya semakin berat saat mulai memasuki ruang tengah. Tanpa di panggil, Madam Syin menghampiri Rena dan Edo. Wanita itu sudah tahu jika anaknya akan membawa kekasih hati. Ia mencoba memperhatikan, menilai sedikit dan ia mengernyitkan kening.“Kamu, bukannya suster di RS Palapa?” tanya Madam Syin sembari mengingat-ingat.“I—iya, Tante.” Rena menjawab gugup.Edo mengelus lembut pundak Rena, mencoba menenangkannya. Namun, tetap saja sang kekasih merasa gugup. Sampai akhirnya Yura datang bersama Edward hingga membuat Rena sedikit tenang.

  • Terpaksa Menjadi Istri kedua   Bertahan Dengan Hati Itu Sulit

    Tangan Rena terasa dingin saat ia mulai memasuki rumah besar Edward. Ia memberanikan diri saat pria itu mengajaknya bertemu dengan sang ibu. Mau tidak mau, ia pun memenuhi permintaan Edo. Wajah sang kekasih sangat semringah, sedangkan Rena begitu tegang.Langkahnya semakin berat saat mulai memasuki ruang tengah. Tanpa di panggil, Madam Syin menghampiri Rena dan Edo. Wanita itu sudah tahu jika anaknya akan membawa kekasih hati. Ia mencoba memperhatikan, menilai sedikit dan ia mengernyitkan kening.“Kamu, bukannya suster di RS Palapa?” tanya Madam Syin sembari mengingat-ingat.“I—iya, Tante.” Rena menjawab gugup.Edo mengelus lembut pundak Rena, mencoba menenangkannya. Namun, tetap saja sang kekasih merasa gugup. Sampai akhirnya Yura datang bersama Edward hingga membuat Rena sedikit tenang.

  • Terpaksa Menjadi Istri kedua   Menetapkan Hati

    Edo menemui Rena yang menunggunya di sebuah kafe. Mereka memang sengaja bertemu karena sudah beberapa hari pria itu mulai sibuk dengan pekerjaan barunya. Ia menempati jabatan di perusahaan Madam Syin. Sejak memutuskan menikah dengan Rena, ia pun menerima tawaran untuk bekerja.Wajah Edo semringah saat Rena melambaikan tangan. Buket bunga yang ia bawa langsung ia serahkan saat sampai di hadapan sang kekasih. Wajah Rena berseri menerima apa yang diberikan pria tampan dengan jas hitam itu.“Terima Kasih.”“Sama-sama. Kami, terlihat sangat cantik,” puji Edo.“Jangan memuji aku, nanti terbang.” Rena tertawa menatap Edo.Keduanya saling berbincang, lalu Rena membuka percakapan tentang perceraiannya. Sidak terakhir memutuskan mereka resmi bercerai dan Rena menyandang

  • Terpaksa Menjadi Istri kedua   Memohon Untuk Amalia

    Bi Rukmini sibuk merapikan beberapa barang yang diminta Edward untuk memindahkan ke kamar Yura. Sementara, Yura memandang heran dengan apa yang di lakukan asisten rumah tangganya itu.“Bi, kok di pindahkan ke kamar aku? Itu bukannya barang-barang Edward?” tanya Yura.“Iya, memang punya Tuan Edward. Dia meminta saya memindahkan, Nyonya.” Bi Rukmini hanya tersenyum lalu kembali membawa baju-baju sang tuan.Yura terus mengikuti Bi Rukmini sampai tidak sadar jika sang suami sudah pulang. Edward meminta asisten rumah tangganya ke luar dari kamar. Ia ingin berbicara banyak pada Yura tentang beberapa hal.Bi Rukmini cukup paham dan ia meninggalkan keduanya untuk berbicara hal yang penting. Edward menutup rapat pintu, ia berharap Yura mau mendengar apa yang akan dibicarakannya.&

  • Terpaksa Menjadi Istri kedua   Kembali Depresi

    Amalia mengikuti saran dari Alin, ia datang ke kantor untuk menemui Edward. Ia berharap mereka bisa kembali rukun. Kedatangan Amalia membuat Edward bingung, dia sedang tidak mau berdebat atau bertengkar. Namun, sang istri malah datang menemuinya.“Aku ingin bicara dengan kamu, kalau di rumah tidak akan bisa. Aku harap kita bisa bersama-sama dan mengulang dari nol lagi,” ucap Amalia.“Aku sedang tidak mau berdebat.”“Aku nggak ngajak berdebat, hanya bicara 4 mata saja. Dari hati ke hati, itu saja. Kalau di rumah, kamu pasti terpengaruh Yura dan Mami.”Edward kembali menggeleng, Amalia masih sama saja. Menyalahkan Yura dan sang ibu. Ia tidak suka hal seperti itu terjadi lagi. Tetap saja istri pertamanya tidak pernah berubah selalu saja menyalahkan orang lain.

  • Terpaksa Menjadi Istri kedua   Terusir Dari Rumah Dirgantara

    “Edward! Ke luar! Tolong aku, Mami mengusirku.” Amalia terus mengendur kamar Yura. Ia tidak peduli, terpenting Edward ke luar dan menolong dirinya.Yura hendak ke luar, tetapi Edward menahan tangannya. Pria itu menggeleng agar istri keduanya tidak membukakan pintu untuk Amalia. Yura terpaksa duduk kembali, ia tidak tega mendengar Amalia terus berteriak.“Kamu tega, dia terus berteriak?” tanya Yura.“Kamu terlalu baik apa bodoh? Sudah jelas dia melakukan kejahatan padamu, bahkan ia menghasutku untuk tidak mengakui anak dalam kandunganmu.”Yura membuang wajah. Memang harusnya ia tidak berbaik hati, tetapi ia tetap saja memiliki rasa iba. Tidak peduli, ia membukakan pintu untuk Amalia.Amalia menerobos masuk menemui Edward di kamar.

  • Terpaksa Menjadi Istri kedua   Kebusukan Amalia

    Edward merasa aneh tiba-tiba ingin berada di kamar Yura. Bahkan, harusnya Edward menjaga agar perasaan Amalia tidak tersakiti. Namun, ia malah memilih bersama Yura. Sementara, Yura tidak banyak bicara saat Edward memilih bersamanya. Ia beranggapan hanya biasa saja.Edward memperhatikan Yura yang sejak tadi sibuk bermain ponsel. Ia heran kenapa rasa mualnya sudah hilang. Kemudian, tubuhnya pun kembali seperti biasa. Ada apa pikirnya?“Apa begitu caramu saat aku ada di sini?” tanya Edward.Yura menoleh ke arah Edward. Ia masih kesal dengan suaminya yang memang berhati lembek jika bersama Amalia. Jika mengingat penolakannya, dirinya begitu kesal. Berharap pria itu menyesal seumur hidupnya.“Cara apa maksud kamu?” tanya Yura.“Mendiamkan aku.”

  • Terpaksa Menjadi Istri kedua   Edward Nyidam

    Tiba-tiba saja Edward merasa tidak enak perut. Ia berlari ke kamar mandi, sedangkan Madam Syin dan Yura menatap keheranan. Edward memanggil Bi Rukmini untuk membuatkannya teh hangat tanpa gula. Setelah itu, ia membaringkan tubuh di ranjang dengan membalurkan minyak gosok.Madam Syin menghampiri Edward di kamar, ia menatap heran dengan wajah sang anak yang pucat. Bi Rukmini datang membawakan teh hangat, lalu memberikannya langsung pada sang majikan.Edward duduk sembari menyeruput teh hangat itu. Lalu, ia kembali merebahkan tubuh tanpa memedulikan sang ibu yang keheranan melihat tingkahnya.“Kamu salah makan?” tanya Madam Syin.“Nggak, Mi. Nggak tahu tiba-tiba kaya orang mabuk perjalanan aja. Perut kaya di kocok,” ungkapnya.Yura mengintip dari balik pintu, ia berpikir ker

DMCA.com Protection Status