Share

Kegelisahan EdwarD

Penulis: Galuh Arum
last update Terakhir Diperbarui: 2021-09-06 08:28:49

“Aku harus kembali ke kamar Amalia sebelum dia bangun dan mencariku.” Edward mengambil baju yang berserakan di lantai. Ia kembali melihat ke arah Yura dan mencium keningnya lalu beranjak dari kasur.

Yura masih bergeming melihat punggung Edward yang menghilang dari pandangannya. Ia mencoba bangkit, tetapi rasa nyeri masih terasa begitu ngilu. Ia memunguti baju di lantai dan memakainya. Perlahan menuju kamar mandi untuk membersihkan diri.

Malam itu, ia menyerahkan mahkotanya untuk Edward. Pria yang sejak pertama bertemu selalu saja kasar. Namun, akhirnya luluh dengan kesabaran Yura.

Pipinya masih sangat nyeri, di bawah guyuran shower, Yura kembali mengingat malam indah bersama Edward. Namun, tangisnya kembali terdengar kala ia hanya dijadikan alat untuk memiliki keturunan. Jika dirinya tak kunjung hamil, pasti akan tergeser pula. Hatinya sudah berlabu pada pria kasar yang selalu membuat hatinya perih.

“Apalah arti diri ini, setelah aku tak diharapkan, ia pun akan pergi. Bukan aku yang diinginkannya, tapi hanya Amalia.”

Kembali Yura terbayang keluarganya, ia merindukan kedua orang tuanya. Ia berniat meminta izin madam Syin untuk menemui mereka di desa. Ia berharap ibu mertuanya mengizinkannya.

***

 “Kamu sudah bangun?” Edward menyapa saat Amalia mula membuka mata.

“Kepalaku sakit,” keluh Amalia.

Edward menghampiri sang istri dan mengelus pucuk kepala Amalia. Pria itu berharap Amalia tidak curiga dengannya. Ia berani keluar menemui Yura karena Amalia semalam meminum obat tidur karena dia terus saja merasa tidak tenang. Awalnya Edward tak mengizinkannya, tetapi dokter menjelaskan jika Amalia butuh jika susah tidur.

Entah ketergantungan atau tidak, Amalia sudah terbiasa dengan hal itu. Edward pernah melarangnya, tetapi Amalia gelisah seperti tidak tenang.

“Kamu sudah rapi?” tanya Amalia saat melihat suaminya sudah mengenakan jas navy dengan dasi biru muda.

“Ada meeting hari ini, aku harus bersiap lebih awal.”

“Oh, pantas.”

“Sarapan atau mau mandi dulu?”

“Mandi sebentar, ya.”

Gegas Amalia bangkit menuju kamar mandi. Edward melihat tubuh sang istri yang semakin kurus. Entah ia diet atau memang sedang berkurang nafsu makannya. Edward melihat ponsel Amalia bergetar. Gegas ia mengambilnya.

Edward mengerutkan kening membaca sebuah pesan dari ibu mertuanya.

[Lia, kok kamu belum transfer uang ke mama? Adikmu menunggu, bagaimana bisa dia menikah kalau kamu nggak mentransfer uang dua puluh jutanya]

Edward menaruh kembali ponsel itu di nakas karena mendengar pintu kamar mandi terbuka.

“Sudah mandinya?”

“Cuci muka saja, dingin.”

Ingin rasanya Edward bertanya tentang keluarga Amalia. Mengapa sang ibu selalu saja meminta uang padanya? Bahkan setiap bulan akan menghabiskan 100 juta untuk pengeluaran mereka. Uang yang diberikan Edward pun ludes untuk kehidupan keluarganya.

Kali ini, Amalia belum berbicara pada Edward karena ia malu baru saja meminta uang, malah kembali memintanya. Amalia ragu berbicara karena saat meminta program bayi tabung saja ia menolak.

“Kita langsung ke meja makan saja, Mami sudah menunggu.”

Amalia mengikuti Edward dari belakang. Aroma masakan Bi Rukmini pun sudah menggugah selera. Madam Syin, Edo dan Yura sudah menunggu kedatangan Amalia dan Edward. Rutinitas setiap pagi makan bersama.

Yura memperhatikan Edward, tapi pria itu hanya menatapnya sebentar lalu kembali sibuk dengan Amalia. Terlihat wajah sendu Yura, ia sedih mengingat kejadian semalam. Seolah-olah, ia hanya menjadi tempat pelampiasan. Bahkan, Edward seolah-olah seperti tidak terjadi apa pun dengannya.

“Mi, aku mau izin ke rumah orang tua,” ucap Yura.

Seketika Edward menatap Yura dengan tajam. Amalia yang melihat itu langsung menyenggol lengan sang suami.

“Biasa aja lihatnya. Nggak perlu kamu lihat wanita itu,” bisik Amalia.

Edward tersenyum pada Amalia. “Iya, Sayang.”

Sejujurnya Edward agak terkejut mendengarnya. Yura pulang ke desa untuk beberapa hari atau hanya sebentar, malam juga pulang. Namun, ia tak bisa banyak bicara jika tidak, keributan akan terjadi.

“Hari ini sepertinya tidak bisa, saya ada rapat dengan Edward,” ujar Madam Syin.

“Aku rindu pada mereka, biar aku pergi sendiri bersama Pak Yunus,” pinta Yura.

“Mi, biar Edo saja yang mengantarnya. Kebetulan hari ini tidak ada kerjaan.” Edo menawarkan diri, sedangkan Edward merasa cemas mendengar hal itu.

“Kamu memang tak pernah ada kerjaan, bukan?” tanya Madam Syin.

“Mami tahu, semua sudah di handel Edward. Untuk apa aku susah payah mengurus perusahaan?” Senyum miris terlihat di bibir Edo.

Sejak lama memang sang ibu tak pernah mempercayakannya pada Edo. Ia berpikir, anak bontotnya tidak bisa mengerjakan apa apa selain menjadi perusuh.

“Yura di antar Edo saja, Mi. Yura janji akan kembali dengan cepat.” Lagi, Yura memohon pada Madam Syin.

“Baik, saya izinkan kamu pulang. Do, Mami mau kamu antar Yura.”

“Siap.”

Mendengar hal itu, hati Edward merasa panas. Ia ingin mencegahnya, tetapi Amalia terus saja memperhatikan dirinya. Jika ia mengatakan jangan, pasti akan terjadi keributan lagi. Amalia akan mengamuk.

***

Edward masih saja memikirkan Yura dengan Edo. Harusnya ia mengantar istri pertamanya. Jika tidak ada rapat penting ia sudah menyusulnya. Sejak dimulainya rapat, ia terus saja tak fokus pada apa yang di bahas hingga Robby terpaksa menghandle presentasi kala itu.

“Pak Bos, bagaimana sih, kayanya pikiran lagi nggak singkron?” Robby mulai mengajukan protes.

Edward memutar kursinya. Tangan kanannya memijit pelipisnya, ia sepertinya sudah dibuat gila oleh Yura. Emosi kian memuncak saat melihat status Edo bersama Yura.

“Edo pergi bersama Yura ke desanya.”

“Lalu, apa yang buat kamu nggak fokus?” tanya Robby.

“Aku nggak tahu. Sepertinya aku mulai gila memikirkan Yura!”

Robby tertawa mendengarnya. Pria dengan jas hitam itu paham jika sang bos sedang cemburu. Robby sangat paham karakter Edward yang dingin, tapi diam-diam peduli. Mungkin hal itu yang membuat Edward seperti malu malu kucing.

“Cemburu?” Lagi, pertanyaan Robby membuat Edward bergeming.

Ya, pria itu cemburu dengan adiknya. Edward mengusap wajah kasar, tapa sadar ia memukul kencang meja. “Arg ... sial.”

Robby hanya terkekeh melihat sang bos yang emosi. Sejak lama yang ia tahu adalah Edward sangat mencintai Amalia. Namun, tanpa terduga kedatangan Yura membuat hidup sang bos tak tenang.

“Cinta bilang, Bos.”

Hampir saja buku tebal di meja mengenai tubuh Robby jika asistennya itu tak cepat menghindar. Lagi, Robby hanya terkekeh, ia malah senang menggoda bos besarnya yang kaku.

“Saya juga bingung, satu sisi ada Amalia yang akan tersakiti, tapi jika seperti ini, saya yang tersakiti memendam semuanya. Apalagi melihat dia pergi bersama Edo,” ujarnya cemas.

“Pisah rumah saja, jadi atur waktu kapan berada di tempat Yura dan Amalia.”

Edward bergeming, ia kembali memikirkan apa yang Robby katakan. Setidaknya jika ia bersama Yura akan lebih aman. Sejak malam tadi, ia merasa tertagih bersama istri keduanya. Dirinya merasa ada magnet yang selalu menariknya untuk tetap berada di samping Yura.

Ide Robby sangat membantunya. Akan tetapi, apa boleh jika ia bicara dengan Madam Syin?

“Hanya saran saja. Lebih leluasa, kalau Yura berada di tempat sama dengan Amalia, bos nggak akan bisa bersama dengan Yura dengan tenang.”

“Nanti saya coba.”

“Jadi, benar sudah mulai cinta dengan wanita kedua?”

“Jangan mengejek, mau gaji bulan ini hilang beberapa persen?”

“Elah, jangan dong.”

Menolak Yura adalah hal pertama kali yang Edward lakukan karena tak mau menyakiti Amalia. Ia tahu sang istri tak mampu memberikannya seorang anak, ia tetap mencintai dengan tulus. Namun, tak disangka ada getar aneh saat berdekatan dengan Yura. Wanita muda itu sanggup membuat pikirannya gila tak menentu. Seperti saat ini, ia mencoba menghubungi Yura, tapi tak diangkat oleh sang istri.

Robby kembali terkesiap mendengar teriakan Edward. “Yura, kenapa nggak kamu angkat!”

Edward mulai gelisah memikirkan hal macam-macam. Apalagi ia bersama Edo, adiknya yang memiliki banyak masalah di luar.

“Yura, awas kamu!”

**

Bab terkait

  • Terpaksa Menjadi Istri kedua   Salah Sasaran

    Awalnya Amalia tidak berniat datang ke rumah sang ibu. Namun, berulang kali ponselnya terdengar membuat ia semakin penat. Akhirnya, terpaksa Amalia datang menemuinya.Rumah itu masih sama seperti saat ia terakhir datang. Ruang besar yang seperti tak terurus, belum lagi banyak barang yang berserakan di lantai. Rumah itu juga menjadi tempat tinggal adiknya yang baru saja lahiran.“Kenapa kamu lama sekali mengirimkan mama uang?” tanya Bu Dian.“Ma, uang tabunganku sudah habis. Bukannya belum lama Mama meminta uang dengan alasan untuk kontrol ke dokter. Tapi apa, Mama malah berlibur ke Bali. Uangku habis, Ma.” Amalia mencoba meyakinkan sang ibu.“Kan ada suami kamu. Minta sama dia, mana mungkin dia menolak. Uangnya banyak, Lia.” Bu Dian selalu saja memaksakan kehendaknya.

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-07
  • Terpaksa Menjadi Istri kedua   Kemarahan Edward

    “Apa ada kabar dari Edo dan Yura?” tanya Edward pada sang ibu.“Tadi Edo bilang sudah di Jakarta, tapi mereka berhenti makan. Sejak di rumah orang tua Yura tidak ada sinyal.” Edward lega mendengar penjelasan sang ibu. Namun, ia kembali melihat waktu yang sudah agak malam, tapi mereka pun belum muncul juga. Edward kembali mencoba menelepon Yura, tetapi tetap sama tidak ada jawaban.Tidak mau sang istri curiga, Edward gegas menemui Amalia dulu. Walau hatinya sangat cemas memikirkan Yura yang pergi bersama dengan Edo.“Baru pulang langsung ke ruangan Mami, ada apa?” tanya Amalia.“Mami bertanya tentang Yura.”“Biarkan saja, Sayang. Lagi pula, paling dia sedang bersenang-senang dengan Edo. Tahu sendiri adik

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-08
  • Terpaksa Menjadi Istri kedua   Masa Lalu

    Walau sering bertemu dengan banyak wanita, Edo belum pernah merasakan getaran aneh seperti saat ia bersama suster cantik yang ada di hadapannya. Namanya Rena, kulit putih dengan wajah khas Indonesia membuat Edo tak bergerak dari tempatnya.“Sudah selesai,” ucap Rena.“Kayanya belum, ini kepala saya masih pusing.” Edo mencoba berlama-lama dengan Rena.“Kalau Anda pusing, nanti saya minta dokter untuk periksa. Sebentar.”Rena tak jadi melangkah karena tangannya tertahan oleh Edo. “Kamu saja.”“Saya bukan Dokter, maaf tangan Anda.”Edo melepaskan tangannya dari tangan Rena. Ia tidak mau beranjak dari ranjang itu karena masih ingin berduaan dengan Rena. Akan tetapi, sebagai perawat di rumah sakit itu, Rena p

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-09
  • Terpaksa Menjadi Istri kedua   Gengsi Mengaku Cinta

    Ada yang hilang dari diri Edward. Pria itu membalut tubuhnya dengan handuk di pinggang setelah ke luar dari kamar mandi. Amalia memberikannya baju pada sang suami, setelah itu ia masih menunggu jawaban Edward.Edward paham jika sang istri menunggunya bicara. Namun, ia sedang tidak ingin banyak bicara. Ia lelah dengan apa yang terjadi hari ini. Bahkan, ia ingin sekali melihat keadaan Yura di kamar. Akan tetapi, semuanya tidak akan semudah yang dibayangkan.“Apa kamu belum bisa menjawab apa yang aku tunggu?” tanya Amalia.“Bukan aku tak mau bicara, aku sudah lelah hari ini mengurus beberapa masalah,” ujar Edward sembari memijit pelipisnya.Amalia menghampiri sang suami, ia mencoba memijit pelan kepala hingga leher Edward agar ia lebih rileks. Pria itu pun memejamkan mata, ia ingin sekali tertidur cepat, te

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-10
  • Terpaksa Menjadi Istri kedua   Benci

    Sella mengamuk saat tahu anak dalam kandungannya meninggal. Ia terus memberontak dengan tangan terborgol. Sebelum di masukkan sel, untuk sementara ia di rawat di rumah sakit dengan pengawasan ketat. Wanita itu terlihat sangat kacau. Apalagi saat Edo datang mengunjungi ke rumah sakit. Pria itu sengaja datang melihat kondisi Sella. Terutama memastikan jika tidak ada janin lagi di perutnya. Ia pun lega karena tak harus bertanggung jawab pada wanita itu. “Bajingan kamu Edo!” Sella kembali berteriak saat melihat Edo. “Bukannya kita sudah sepakat, tidak akan ada keterikatan. Kamu melanggar dan apa kamu pikir usahamu berhasil dengan sengaja membuat dirimu hamil?” Sella menatap bengis Edo. Ia kembali berusaha menarik-narik tangannya yang mustahil bisa lepas dari borgol itu. Tak ada penyesala

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-11
  • Terpaksa Menjadi Istri kedua   Sikap Asli Amalia

    “Hai, kenapa?” Yura bertanya sembari mengibarkan tangan di depan wajah Edward.Edward tersadar dari lamunannya. Wanita di hadapannya benar Yura—istri keduanya. Ia pun berpikir bagaimana bisa kedua istrinya datang bergantian. Tadi Amalia, kini giliran Yura yang datang. Ia sempat tak percaya, tetapi kehadiran Yura itu nyata.“Kenapa di sini?” tanya Edward.“Ini, berkas kamu. Bukannya kamu meminta aku datang?”Edward kembali menggaruk kepalanya yang tak gatal. Ia baru ingat jika sebelum Amalia datang, ia meminta Yura untuk membawakan berkas penting ke kantor. Edward pun memperhatikan pakaian yang dikenakan sang istri. Sebuah gaun cantik, di padu sepatu hitam membuat Yura tampil Elegan.Warna rambut coklatnya pun menyala di bawah sinar matahari. Kulit putih,

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-13
  • Terpaksa Menjadi Istri kedua   Luka Dalam Hati

    Edward mengompres luka lebam Amalia. Untuk kesekian kalinya, ia merasa iba dengan kondisi sang istri. Ia pun kembali merasa bersalah telah menikah dengan Yura. Ia bersumpah akan membuat perhitungan dengan Yura.“Sakit,” ucap Amalia.“Maaf, mau ke dokter saja?”“Nggak usah, yang membuat sembuh aku adalah kamu. Asal kamu berjanji akan menjauhi Yura.”Entah perasaan apa yang kini ada di benak Edward. Ia bimbang saat Amalia memintanya untuk menjauhi Yura. Sementara, berjauhan dengan istri keduanya saja membuat dirinya rindu. Amalia memperhatikan sang suami yang beberapa hari terlihat sering melamun.“Sayang, bagaimana? Kamu mau menjauh dari Yura?” tanya Amalia lagi.“Iya, Sayang. Aku akan menjauhi Yura.”

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-14
  • Terpaksa Menjadi Istri kedua   Kebohongan Yang Terkuak

    “Aku nggak butuh ke Dokter. Luka ini bisa aku sembuhkan sendiri,” ujar Rena.Edo tak berkedip melihat Rena, walau wajahnya penuh luka lebam pun tak mengurangi kecantikannya. Yura datang membawa air hangat untuk mengompres wajah Rena yang memar. Namun, ia terhenti melihat kedua orang di depannya saling pandang.“Ehem, masih istri orang, Do.”Yura mengagetkan keduanya, Edo langsung salah tingkah dengan teguran Yura. Ia beranjak dari tempatnya dan menjauh dari Rena. Kini, Yura mendekat ke arah Rena.“Kamu pulang saja, aku di sini aman.” Yura melirik ke arah Rena yang sejak tadi menunggunya bicara karena dia pun risi dengan adanya Edo.“Kalian pindah tempat saja, bagaimana?” tanya Edo.“Pindah tempat bagaimana?&rd

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-15

Bab terbaru

  • Terpaksa Menjadi Istri kedua   Keputusan Terakhir (END)

    “Kamu masih peduli bukan dengan Amalia?”Edward menghentikan langkah, seketika ia menoleh ke belakang. Bu Dian berdiri dengan percaya diri di hadapannya. Ia yakin jika menantunya akan membantu menyembuhkan Amalia.“Aku memang sengaja datang untuk memastikan semuanya.”“Kamu masih cinta Amalia. Tidak mungkin kebersamaan selama delapan tahun begitu saja hilang. Tolong dia, Amalia akan sehat kembali. Hanya kamu yang bisa membuatnya kembali tersenyum.” Permintaan Bu Dian membuat Edward dilema.Namun, ia berusaha untuk tetap tenang dan tidak terlihat jika dirinya begitu mencemaskan Amalia. Jika tidak, wanita di hadapannya akan kembali memanfaatkan dirinya lewat Amalia.Keputusan menceraikan Amalia sudah bulat. Namun, jika ia terus menerus mencari tahu tentang dia, kemungkinan akan kembali membuatnya resah.“Maaf, untuk kesekian kali saya tegaskan pada Anda, saya tidak mau berhubungan lagi dengan kalian. C

  • Terpaksa Menjadi Istri kedua   Rasa Iba kembali Muncul

    Tangan Rena terasa dingin saat ia mulai memasuki rumah besar Edward. Ia memberanikan diri saat pria itu mengajaknya bertemu dengan sang ibu. Mau tidak mau, ia pun memenuhi permintaan Edo. Wajah sang kekasih sangat semringah, sedangkan Rena begitu tegang.Langkahnya semakin berat saat mulai memasuki ruang tengah. Tanpa di panggil, Madam Syin menghampiri Rena dan Edo. Wanita itu sudah tahu jika anaknya akan membawa kekasih hati. Ia mencoba memperhatikan, menilai sedikit dan ia mengernyitkan kening.“Kamu, bukannya suster di RS Palapa?” tanya Madam Syin sembari mengingat-ingat.“I—iya, Tante.” Rena menjawab gugup.Edo mengelus lembut pundak Rena, mencoba menenangkannya. Namun, tetap saja sang kekasih merasa gugup. Sampai akhirnya Yura datang bersama Edward hingga membuat Rena sedikit tenang.

  • Terpaksa Menjadi Istri kedua   Bertahan Dengan Hati Itu Sulit

    Tangan Rena terasa dingin saat ia mulai memasuki rumah besar Edward. Ia memberanikan diri saat pria itu mengajaknya bertemu dengan sang ibu. Mau tidak mau, ia pun memenuhi permintaan Edo. Wajah sang kekasih sangat semringah, sedangkan Rena begitu tegang.Langkahnya semakin berat saat mulai memasuki ruang tengah. Tanpa di panggil, Madam Syin menghampiri Rena dan Edo. Wanita itu sudah tahu jika anaknya akan membawa kekasih hati. Ia mencoba memperhatikan, menilai sedikit dan ia mengernyitkan kening.“Kamu, bukannya suster di RS Palapa?” tanya Madam Syin sembari mengingat-ingat.“I—iya, Tante.” Rena menjawab gugup.Edo mengelus lembut pundak Rena, mencoba menenangkannya. Namun, tetap saja sang kekasih merasa gugup. Sampai akhirnya Yura datang bersama Edward hingga membuat Rena sedikit tenang.

  • Terpaksa Menjadi Istri kedua   Menetapkan Hati

    Edo menemui Rena yang menunggunya di sebuah kafe. Mereka memang sengaja bertemu karena sudah beberapa hari pria itu mulai sibuk dengan pekerjaan barunya. Ia menempati jabatan di perusahaan Madam Syin. Sejak memutuskan menikah dengan Rena, ia pun menerima tawaran untuk bekerja.Wajah Edo semringah saat Rena melambaikan tangan. Buket bunga yang ia bawa langsung ia serahkan saat sampai di hadapan sang kekasih. Wajah Rena berseri menerima apa yang diberikan pria tampan dengan jas hitam itu.“Terima Kasih.”“Sama-sama. Kami, terlihat sangat cantik,” puji Edo.“Jangan memuji aku, nanti terbang.” Rena tertawa menatap Edo.Keduanya saling berbincang, lalu Rena membuka percakapan tentang perceraiannya. Sidak terakhir memutuskan mereka resmi bercerai dan Rena menyandang

  • Terpaksa Menjadi Istri kedua   Memohon Untuk Amalia

    Bi Rukmini sibuk merapikan beberapa barang yang diminta Edward untuk memindahkan ke kamar Yura. Sementara, Yura memandang heran dengan apa yang di lakukan asisten rumah tangganya itu.“Bi, kok di pindahkan ke kamar aku? Itu bukannya barang-barang Edward?” tanya Yura.“Iya, memang punya Tuan Edward. Dia meminta saya memindahkan, Nyonya.” Bi Rukmini hanya tersenyum lalu kembali membawa baju-baju sang tuan.Yura terus mengikuti Bi Rukmini sampai tidak sadar jika sang suami sudah pulang. Edward meminta asisten rumah tangganya ke luar dari kamar. Ia ingin berbicara banyak pada Yura tentang beberapa hal.Bi Rukmini cukup paham dan ia meninggalkan keduanya untuk berbicara hal yang penting. Edward menutup rapat pintu, ia berharap Yura mau mendengar apa yang akan dibicarakannya.&

  • Terpaksa Menjadi Istri kedua   Kembali Depresi

    Amalia mengikuti saran dari Alin, ia datang ke kantor untuk menemui Edward. Ia berharap mereka bisa kembali rukun. Kedatangan Amalia membuat Edward bingung, dia sedang tidak mau berdebat atau bertengkar. Namun, sang istri malah datang menemuinya.“Aku ingin bicara dengan kamu, kalau di rumah tidak akan bisa. Aku harap kita bisa bersama-sama dan mengulang dari nol lagi,” ucap Amalia.“Aku sedang tidak mau berdebat.”“Aku nggak ngajak berdebat, hanya bicara 4 mata saja. Dari hati ke hati, itu saja. Kalau di rumah, kamu pasti terpengaruh Yura dan Mami.”Edward kembali menggeleng, Amalia masih sama saja. Menyalahkan Yura dan sang ibu. Ia tidak suka hal seperti itu terjadi lagi. Tetap saja istri pertamanya tidak pernah berubah selalu saja menyalahkan orang lain.

  • Terpaksa Menjadi Istri kedua   Terusir Dari Rumah Dirgantara

    “Edward! Ke luar! Tolong aku, Mami mengusirku.” Amalia terus mengendur kamar Yura. Ia tidak peduli, terpenting Edward ke luar dan menolong dirinya.Yura hendak ke luar, tetapi Edward menahan tangannya. Pria itu menggeleng agar istri keduanya tidak membukakan pintu untuk Amalia. Yura terpaksa duduk kembali, ia tidak tega mendengar Amalia terus berteriak.“Kamu tega, dia terus berteriak?” tanya Yura.“Kamu terlalu baik apa bodoh? Sudah jelas dia melakukan kejahatan padamu, bahkan ia menghasutku untuk tidak mengakui anak dalam kandunganmu.”Yura membuang wajah. Memang harusnya ia tidak berbaik hati, tetapi ia tetap saja memiliki rasa iba. Tidak peduli, ia membukakan pintu untuk Amalia.Amalia menerobos masuk menemui Edward di kamar.

  • Terpaksa Menjadi Istri kedua   Kebusukan Amalia

    Edward merasa aneh tiba-tiba ingin berada di kamar Yura. Bahkan, harusnya Edward menjaga agar perasaan Amalia tidak tersakiti. Namun, ia malah memilih bersama Yura. Sementara, Yura tidak banyak bicara saat Edward memilih bersamanya. Ia beranggapan hanya biasa saja.Edward memperhatikan Yura yang sejak tadi sibuk bermain ponsel. Ia heran kenapa rasa mualnya sudah hilang. Kemudian, tubuhnya pun kembali seperti biasa. Ada apa pikirnya?“Apa begitu caramu saat aku ada di sini?” tanya Edward.Yura menoleh ke arah Edward. Ia masih kesal dengan suaminya yang memang berhati lembek jika bersama Amalia. Jika mengingat penolakannya, dirinya begitu kesal. Berharap pria itu menyesal seumur hidupnya.“Cara apa maksud kamu?” tanya Yura.“Mendiamkan aku.”

  • Terpaksa Menjadi Istri kedua   Edward Nyidam

    Tiba-tiba saja Edward merasa tidak enak perut. Ia berlari ke kamar mandi, sedangkan Madam Syin dan Yura menatap keheranan. Edward memanggil Bi Rukmini untuk membuatkannya teh hangat tanpa gula. Setelah itu, ia membaringkan tubuh di ranjang dengan membalurkan minyak gosok.Madam Syin menghampiri Edward di kamar, ia menatap heran dengan wajah sang anak yang pucat. Bi Rukmini datang membawakan teh hangat, lalu memberikannya langsung pada sang majikan.Edward duduk sembari menyeruput teh hangat itu. Lalu, ia kembali merebahkan tubuh tanpa memedulikan sang ibu yang keheranan melihat tingkahnya.“Kamu salah makan?” tanya Madam Syin.“Nggak, Mi. Nggak tahu tiba-tiba kaya orang mabuk perjalanan aja. Perut kaya di kocok,” ungkapnya.Yura mengintip dari balik pintu, ia berpikir ker

DMCA.com Protection Status