Share

3. Diterima

Penulis: Rahmi Aziza
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-09 04:22:24

"Saya hanya mau mengeringkan baju Pak Bas yang basah Bu, maaf. Saya panik, takut dimarahi, takut Pak Bas masuk angin, jadi ..."

Mendengar jawaban Ayana, tak disangka Amanda malah tersenyum. Sepertinya Ayana benar-benar gadis yang polos dan tulus, tak ada maksud yang aneh-aneh pada suamiku. Begitu batin Amanda.

"Sudah, Sayang, kau masuklah. Mandi, ganti baju. Biar aku ngobrol dulu sama Ayana, ya," ucap Amanda lembut pada suaminya.

"Sayang, kamu jangan salah sangka, aku ..." 

Amanda tersenyum sembari menggeleng. "Aku percaya padamu, masuklah."

Amanda tahu, jika mau, Bas sudah dari dulu mendua bahkan mentiga darinya. Banyak wanita yang mendekati, dari Bas masih lajang sampai lelaki itu sudah menikahinya. Tak sedikit juga yang terang-terangan menyatakan bersedia menjadi istri kedua. Namun kenyataannya, lelaki itu masih setia, bahkan di saat ia sakit dan tidak bisa melayani suaminya dengan maksimal, Bas masih tetap tak melirik wanita secantik apapun ia.

“Baiklah, kalian ngobrol dulu. Ingat, jangan sungkan menolaknya, kalau kau merasa tidak cocok!" tegas Bas yang kemudian masuk ke dalam rumah.

"Ya, Sayang, tentu."

“Berapa umurmu Ayana?” tanya Amanda setelah mereka berdua sama-sama duduk di ruang tamu.

“19 tahun, Bu.”

“Muda sekali, kenapa kau malah mau bekerja merawat orang sakit?” 

“Saya sebenarnya ingin kuliah, Bu. Tapi saya tidak punya uang. Makanya saya mau kerja apapun yang penting halal.” Ayana menjawab jujur. Ibunya yang hanya bekerja asisten rumah tangga paruh waktu di rumah orang, tak mampu membiayai kuliah. Mau cari beasiswa, Ayana sadar, ia juga bukan orang yang pintar-pintar amat.

“Memangnya apa cita-citamu, Ayana?” tanya Amanda lagi.

“Cita-cita? Emm, Apa ya, Bu?” Sejenak Ayana berpikir. Sewaktu kecil ia pernah bercita-cita ingn jadi guru, dokter, bahkan polisi. Tapi sekarang ia malah bingung ketika ditanya tentang cita-cita.

“Saya hanya ingin mengangkat derajat keluarga saja sih, bu. Nggak mau terus-terusan miskin. Teman-teman saya pada kuliah, jadi saya pikir, mungkin kalau saya kuliah, nanti bisa jadi orang kaya. Kalau nggak dapat pekerjaan dengan gaji yang besar, minimal bisa dapat jodoh orang kaya lah, Bu."

Amanda tertawa mendengar jawaban polos Ayana.

"Bener, kan, Bu. Kuliah itu kan tempatnya orang-orang kaya. Seperti itu tuh. Sanchai dia anak orang miskin, karena kuliah bisa dapat Tomingse yang tajir melintir. Tapi kira-kira, jurusan apa yang banyak orang kayanya ya, Bu?

Pertanyaan Ayana kembali membuat Amanda tergelak. Anak ini lucu juga, batin Amanda.

“Ah, saya kan kuliahnya masih lama Bu, nunggu ada dananya. Bisa tahun depan, dua tahun lagi, atau ... entahlah, tak usah dipikirkan dulu soal jurusan itu,” sambungnya.

“Hmmm, baiklah. Kalau begitu, sambil menunggu, kau bisa menemaniku di sini," putus Amanda. Di hari pertamanya bertemu dengan Ayana entah mengapa ia langsung merasa cocok. Semoga anak ini benar-benar bisa sabar dan tabah merawatku yang nanti pasti akan merepotkannya, batin Amanda.

“Eh, maksud Ibu?” tanya Ayana. Ia takut salah tangkap dengan ucapan calon majikannya itu. 

“Kau kuterima bekerja di sini."

“Wah beneran, Bu?” Mata Ayana berbinar setelah melihat Amanda mengangguk sembari tersenyum. 

“Semoga kau betah menemaniku ya, Ayana."

Saking gembiranya, Ayana spontan memeluk majikan barunya. “Aaaak… Terimakasih Bu.”

"Sudah, sudah, lepaskan aku.” Amanda tertawa. Melihat kebahagiaan Ayana, entah mengapa rasanya ia ikut berbahagia juga.

“Oh maaf Bu, saya lupa kalau belum mandi.” Segera Ayana melepaskan pelukannya.

“Bukan itu, kau memelukku terlalu erat, bisa-bisa aku mati bukan karena penyakitku, tapi karena sesak napas." Amanda berseloroh, lalu mereka berdua tertawa bersama. 

Esok harinya, Ayana berlari-lari kecil menuju rumah Bas. Di halaman ia bertemu dengan Yudis yang sedang mencuci mobil tuannya.

“Hai,” sapanya.

“Yudis! Terimakasih, ya, berkat kamu aku dapat pekerjaan ini."

"Aku yang berterimakasih Ayana. Dengan adanya kamu, paling tidak aku merasa tenang, karena ada yang menjaga Ibu di rumah."

“Hmmm, apakah kamu beneran sopir, Yudis?” Ayana melihat Yudis dari ujung rambut hingga ujung kaki. “Penampilan kamu keren, tidak seperti sopir.”

Hari ini Yudis mengenakan kemeja lengan pendek berwarna krem pas badan, celana mirip jins berwarna gelap dan sepatu kets.

“Kau memuji atau mengejek?” Yudis tertawa. “Memang penampilan sopir seperti apa?” tanyanya lagi.

“Supir bos yang kulihat di drakor itu, biasanya memakai, emmm..” Ayana nampak berpikir, mengingat-ingat penampilan sopir di drama Korea yang sering ditontonnya. “Ah ya, seragam safari berwarna gelap.”

“Kalau kamu… penampilanmu lebih mirip seperti… mahasiswa..” ujarnya.

“Sedikit benar, tapi kurang tepat,” jawab Yudis.

“Aku memang supir Pak Bagas, tapi aku juga diberi kesempatan oleh Pak Bagas untuk tetap bersekolah.” Ia menjelaskan.

“Jadi bener kamu anak kuliahan?” Ayana takjub, sungguh beruntung jadi supir di keluarga Pak Bagas, batinnya. Apakah sebagai perawat nyonya di rumah ini ia juga akan bernasib seberuntung Yudis?

Ah, Ayana segera menepis angan-angannya. Jika ingat bagaimana perlakuan Bas pada Ayana kemarin, rasanya mustahil.

“Bukan anak kuliahan," jawab Yudis. "Tapi aku mengambil kursus bahasa asing. Bahasa Jepang.”

“Waah hebat. Ohayo gozaimas…” Ayana mengucap kalimat Jepang yang paling dihapalnya, sambil menundukkan kepala, mengikuti gestur khas orang Jepang jika mengucap salam.

“Hahaha apa artinya itu?” tanya Yudis.

“Mana kutahu. Aku hanya sering mendengarnya di film kartun.” Ayana terkekeh.

“Ohya, kenapa kau tidak belajar bahasa Korea saja?” tanya Ayana yang memang gemar menonton drama Korea.

“Bahasa Korea? Kenapa harus bahasa Korea?” Yudis malah balik bertanya.

“Supaya aku tidak harus menunggu lama drama Korea bersubtitel Indonesia, kan ada kamu yang bisa terjemahin.”

Mereka berdua lalu tertawa bersama.

Ayana ada-ada saja. Ah, gadis ini, sungguh mempunyai pribadi yang menyenangkan, batin Yudis. Baru kenal tapi sudah bisa membuatnya tertawa.

“Kamu sendiri, kenapa mau jadi perawat orang sakit?” tanya Yudis ketika tawa mereka mulai mereda.

Belum juga Ayana menjawab pertanyaan Yudis, tiba-tiba terdengar suara deheman dari belakang.

Bak adegan di film horror, secara slow motion, mereka berdua menoleh ke arah pemilik suara.

“Ngapain kamu masih di sini? Cepat temui istriku,” hardik Bas pada Ayana.

“Oh baik, Pak. Bapak sudah mau berangkat, ya?”

“Menurutmu? Saya jadi terlambat ke kantor karena menunggu perawat istriku datang.”

“Maaf, Pak.” Ayana membungkukkan badan di depan bosnya.

“Kalau begitu saya masuk dulu, Pak.” Ia lalu meraih tangan Bas, dan mencium puggung tangannya.

“Hei apa-apan kamu!” Cepat-cepat Bas menarik tangannya.

“Oh, ma-maaf Pak, kebiasaan sih cium tangan orang tua kalo berangkat kerja. Tadi saja saya cium tangannya sopir angkot, masa Pak. Untung supir angkotnya ganteng seperti Bapak, eh seperti Jo Jung Suk maksudnya. Bapak tau, kan? Aktor Korea yang main di drama Oh My Ghost."

“Bodo amat, mau aktor Korea, aktor korengan. Masuk sana! Banyak bicara kamu!” 

Bas murka sementara Yudis setengah mati menahan tawa melihat kelakuan absurd Ayana.

Sebelum berlari masuk, diam-diam Ayana melambaikan tangan pada Yudis, lalu tanpa suara ia berucap. “Sampai jumpa nanti."

Bab terkait

  • Terpaksa Menjadi Istri Kedua CEO Arogan   4. Hari Pertama

    Amanda sedang mengaji ketika Ayana sampai di depan pintu kamarnya. Setelah mendengar majikannya menyelesaikan bacaan Qur’annya, barulah Ayana mengetuk pintu.“Masuk,” jawab Amanda dari dalam.Ayana membuka pintu. “Assalamualaikum ...”“Waalaikumussalam… Oh kau Ayana.” Amanda tersenyum. Ia menutup Al-Qurannya. Saat hendak meletakkan ke meja kecil di samping tempat tidurnya, ia nampak kepayahan. Sel-sel ototnya melemah semenjak sakit, sehingga kesulitan saat mengangkat benda berat. Segera Ayana membantunya.“Besar sekali Al-Qurannya, Bu.”Setelah meletakkan Al-Qur’an ke atas meja, Ayana meraih tangan Amanda dan mencium punggung tangannya.“Belakangan ini pengelihatanku mengabur karena penyakit kankerku Ayana. Aku tidak bisa membaca Al-Quran yang terlalu kecil.” Amanda tersenyum namun nampak rona kesedihan di wajahnya. Ayana ikut merasa sedih, segera ia mengganti topik pembicaraan.“Suara mengaji ibu bagus sekali,” puji Ayana.“Benarkah Ayana? Kau hanya ingin menghiburku kan? Mengajiku b

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-09
  • Terpaksa Menjadi Istri Kedua CEO Arogan   5. Permintaan Amanda

    Hari ini tepat sebulan Ayana bekerja menjadi perawat Amanda. Kegiatan rutin pagi mereka setelah belajar mengaji adalah berjalan-jalan di taman depan rumah. Olahraga ringan sambil berjemur di bawah sinar matahari pagi yang menghangatkan. Pekarangan yang luas dengan rumah mungil sederhana di tengahnya adalah rumah impian Amanda semenjak dahulu. Untuk ukuran seorang CEO di perusahaan ternama, rumah Amanda dan Bas terlihat biasa saja. Tidak terlalu mentereng seperti rumah orang kaya kebanyakan.Rumah mereka tak bertingkat, hanya ada tiga kamar. Dua kamar dengan kamar mandi dalam, satunya ditempati Bas dan Amanda dan satunya lagi adalah kamar tamu. Satu kamar tersisa merupakan kamar Mbok Nem yang sudah bekerja semenjak awal pernikahan mereka. Sementara Yudis tidak tinggal di sana. Ia menyewa kamar kos tak jauh dari rumah tuannya.Pekarangan rumah mereka luasnya sekitar dua kali lipat dari bangunan rumah. Amanda memang suka sekali berkebun. Selain bunga-bunga yang cantik, beberapa pohon bua

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-09
  • Terpaksa Menjadi Istri Kedua CEO Arogan   6. Rela Dimadu

    “Ini tehnya, Sayang.” Bas meletakkan secangkir teh di atas meja teras. Tepat di samping meja itu, istrinya duduk di atas kursi roda.“Terimakasih, Bas. Seharusnya aku yang membuatkanmu teh.” Amanda tersenyum namun terlihat rona kesedihan di matanya. Ia ingat, dulu setiap sore ia selalu menyambut kepulangan Bas dengan secangkir teh dan sepiring pisang goreng.Semenjak sakit, tubuhnya semakin lemah, ia jadi mudah capek dan lebih banyak menghabiskan waktu beristirahat. Kalaupun ingin memasakkan sesuatu untuk suaminya, hanya sebatas mengarahkan dan mbok Nem-lah yang mengeksekusi. Pernah suatu hari ia ingin membuatkan minuman untuk Bas, kecelakaan kecil terjadi, air panas yang seharusya ia tuang ke cangkir malah membasahi kakinya. Semenjak itu Bas melarang istrinya membuat sesuatu di dapur kalau tidak ada yang mendampingi.“Kenapa harus begitu?” Lelaki tiga puluh lima tahun itu mengambil posisi duduk di satu sisi meja lainnya lalu meneguk tehnya.“Karena aku istrimu.”“Hmm, kau meremehkanku

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-18
  • Terpaksa Menjadi Istri Kedua CEO Arogan   7. Sandal Jepit Cinta

    Ayana menatap bosnya tak percaya. Pak Bas melamarku? Akan memberikan apapun yang kuminta? Pak Bas nggak lagi ngelindur, kan? Atau salah minum obat? Bukannya selama ini ia selalu kesal dengan apapun yang kulakukan, lalu mengapa mau begitu saja menerima permintaan Bu Amanda untuk menikahiku? Semua pertanyaan itu berputar di kepala Ayana. “Boleh minta apapun, Pak?" Ia mengulangi apa yang diucapkan bosnya barusan. "Ya, apapun," jawab Bas. "Kecuali satu hal, jangan minta aku untuk mencintaimu." Astagaaa, bunga-bunga yang sempat bermekaran di hati Ayana seketika berguguran. Menjadi istri orang kaya memang salah satu cita-citanya. Tapi apa artinya kalau tidak dicinta? Apakah ia bisa bahagia hanya dengan harta. “Bagaimana Ayana? Apakah kamu... bersedia? Aku hanya ingin membuat hati istriku menjadi tenang kalau kita menikah."Ayana menghela napas. "Beri saya waktu, Pak." "Baiklah." Bas mengangguk paham. Sama seperti dirinya, ia yakin, Ayana juga berada pada pilihan yang sulit. “Beri saya

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-19
  • Terpaksa Menjadi Istri Kedua CEO Arogan   8. Sehari Bersamamu

    Minggu pagi menjelang siang, Ayana datang ke sebuah kafé. Ia sudah janjian dengan Yudis di kafe ini.“Kafénya bagus sekali, pasti harga makanannya mahal.” Ayana membatin, tampak ragu melangkahkan kaki masuk. Ia mengingat-ingat ada berapa uang di dompetnya, lalu memilih mengirim pesan pada Yudis dan menunggunya di dekat pintu masuk. Tak lama Yudis muncul. “Ayana, sudah lama?” “Hmmm 5 menitan mungkin.”“Kenapa tidak langsung masuk? Ayo!”Ayana megikuti langkah Yudis masuk ke dalam kafé.“Pesanlah!” Yudis menyodorkan buku menu setelah mereka menemukan tempat duduk. Ayana meihat-lihat dan nampak kaget dengan harga makanan yang tertera.“Kenapa kita janjian di sini, sih?” Gadis itu berbisik pada Yudis.“Ya, masa aku ajak calon istri bos ke warteg!” canda Yudis.“Hus!” Ayana mengibaskan tangan kirinya. “Aku nggak bawa banyak uang!” bisiknya lagi.“Tenang aja, Ay, hari ini aku yang traktir.”“Wah, gaji kamu banyak, ya?”“Haha, ya nggak juga.”“Hah, jadi Pak Bagas menggaji kamu sedikit?”Y

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-21
  • Terpaksa Menjadi Istri Kedua CEO Arogan   9. Akad Nikah

    “Ayana, kamu cantik sekali,” puji Amanda saat melihat Ayana selesai dirias oleh make up artis pilihannya.“Terimakasih, Bu.” Ayana tersenyum canggung. Tak butuh waktu lama setelah ia menyetujui lamaran Bas, seminggu kemudian akad nikah diselenggarakan.“Hal yang baik harus disegerakan,” kata Amanda. “Acara kecil-kecilan saja di rumah. Cukup panggil penghulu, keluarga dekat, beberapa teman kantor Bas, dan perwakilan warga. Yang penting sah. Kau tidak keberatan kan, Ayana?” tanya Amanda saat itu.“Tidak apa-apa, Bu,” jawab Ayana. Ia bahkan berharap lebih baik tidak usah ada yang tahu pernikahan ini. Tapi Amanda menolak.“Pernikahan itu harus disiarkan, kalau tidak, akan menimbulkan fitnah.”Ayana pun menurut.“Oh, ya, mas kawin apa yang kau minta?” tanya Amanda kemudian.“Saya tidak mau apa-apa, Bu, kalau boleh meminta sesuatu, saya hanya ingin… kuliah,” jawab Ayana ragu, apakah bosnya akan memenuhinya?“Tidak bisa!” Bas menjawab cepat.“Mas kawin itu berupa benda Ayana, mana ada mas ka

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-25
  • Terpaksa Menjadi Istri Kedua CEO Arogan   10. Di dalam HOT

    Bas terdiam cukup lama di depan kamarnya dan Ayana yang sudah disiapkan Amanda untuk malam pertama. Perasaan canggung, kuatir, ragu, kesal, berkecamuk di hatinya.“Bismillah ...” Ia bergumam pelan, lalu membuka pintu kamar.“Aaak ....” Ayana spontan menjerit, terkejut dengan kedatangan Bas yang tiba-tiba.Cepat-cepat Bas menutup pintu lalu membekap mulut Ayana. “Ayana, diam! Mengapa kau berteriak, orang akan berpikir yang tidak-tidak, jika mendengar!” bentaknya. Beberapa detik kemudian ia baru sadar, posisinya saat ini begitu dekat dengan Ayana, bahkan seperti memeluknya. Satu tangannya melingkar di bahu sementara satu tangannya lagi menutup mulut Ayana."Ehem, ma-maaf." Bas bergeser menjauh. Tapi ujian keimanannya tak hanya sampai di situ. Ia menelan ludah ketika baru menyadari busana yang dikenakan Ayana saat ini.“Ya Tuhaan Ayanaaa, kau pakai baju apaaa?” Bas

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-25
  • Terpaksa Menjadi Istri Kedua CEO Arogan   11. Bilang Sayang

    Terdengar suara berisik di dapur ketika Bas bangun. Ia menyingkap selimut yang membalut dirinya di atas sofa.“Sayang … kau lagi apa? Kau memasak?” Dengan mata masih setengah mengantuk bergegas Bas menuju dapur. Hari ini Mbok Nem tidak masuk, ia kuatir jika membiarkan Amanda sendirian di dapur.“Sayang, kau tidak perlu …” Kalimatnya terhenti ketika melihat bukan Amanda yang berada di ruangan itu.“Oh, kau, Ayana.”“Iya, Pak,” jawab Ayana sedikit kecewa, ia sempat berpikir panggilan sayang itu untuknya.“Bapak mau mandi air hangat?” Gadis itu menawarkan. Pemanas air otomatis sedang rusak sehingga ia harus memanaskan air secara manual jikalau suaminya ingin mandi air hangat. Terlalu banyak hal yang diurus menjelang pernikahan, hingga pemanas air yang rusak luput dari perhatian seisi rumah. “Ya, boleh.”“Bapak mau sarapan apa? Nasi goreng atau roti?” Ia bertanya lagi.“Roti saja," jawab Bas lantas membalikkan badan.“Beritahu aku jika airnya sudah siap.” Bas berlalu dari dapur, meningga

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-28

Bab terbaru

  • Terpaksa Menjadi Istri Kedua CEO Arogan   28. Piknik Kantor

    “Hmm… Harum sekali ....” ucap Bas begitu menginjakkan kaki ke ruang makan. Di sana kedua istrinya sudah berkumpul mempersiapkan sarapan. Ayana memasak sementara Amanda menata meja makan sambil duduk di kursi rodanya.“Ayana masak nasi goreng kemangi Bas,” jawab Amanda yang lalu mendapat satu kecupan Bas di keningnya.“Oh, ya?” Bas lalu beralih menuju dapur di mana Ayana sedang berdiri di depan kompor, mengaduk nasi dengan spatula di atas wajan.“Kelihatannya enak.”Ayana menoleh ketika Bas mengecup pipinya. Semenjak kedatangan Bu Ratih, memang sikap Bas sedikit demi sedikit mulai mencair terhadapnya. Pasti Bu Ratih memberi nasihat yang banyak pada anak lelaki semata wayangnya itu, tebak Ayana.Mencium kedua istrinya adalah rutinitas Bas setiap pagi sebelum berangkat kantor dan sore sepulang kerja. Tanpa perlu disuruh Amanda lagi, Bas akan memberikannya juga untuk Ayana. Terkesan tulus, tak lagi terpaksa seperti sebelumnya.Bas juga tak lagi menjadikan kehamilan Amanda sebagai alasan un

  • Terpaksa Menjadi Istri Kedua CEO Arogan   27. Nasihat Ibu Mertua

    “Silakan tehnya Nyonya, Den Bagas…” Mbok Nem meletakkan dua cangkir teh di atas meja. Satu untuk Bas, satu lagi untuk Bu Ratih ibunda Bas yang baru datang dari kota sebelah untuk mengunjungi anak mantunya. “Terimakasih, Mbok,” sahut Bu Ratih. “Mbok sekarang ke rumah Amanda saja ya, siapa tahu dia butuh sesuatu, saya mau di sini dulu bicara pada Bas.”“Baik, Nyonya.” Mbok Nem paham, ada hal penting dan pribadi yang akan dibicarakan Bu Ratih pada anaknya, maka iapun bergegas pergi.Bu Ratih mengambil cangkir tehnya, minum seteguk, lalu menarik napas panjang. “Bas… Bas…” Ia mengusap-usap penuh sayang kepala sang anak.“Ternyata, jatuh cinta bisa membuat orang sekacau ini, ya," ujarnya. "Meski sudah tua." Ia lalu tertawa kecil.Bu Ratih datang tepat saat Bas melayangkan tinjunya pada Yudis, tapi ia memilih untuk cepat-cepat datang ke rumah Amanda, memastikan bahwa mantunya tidak mengetahui apa yang terjadi dengan suaminya. “Bukan masalah jatuh cinta, Bu, tapi aku ini suaminya. Di mana ha

  • Terpaksa Menjadi Istri Kedua CEO Arogan   26. Ayana Sakit

    Tiga puluh menit Bas dan Amanda duduk di meja makan, tapi Ayana tak jua datang untuk sarapan seperti biasa. Bas melirik arlojinya dengan gelisah.Kemana anak itu? Apa ia masih marah karena kejadian kemarin?“Coba kau tengok ke rumahnya, Bas.” Amanda memberi saran. Meski tidak diungkapkan ia tahu, suaminya menunggu Ayana. "Rumahnya? Rumah siapa?" tanya Bas, pura-pura tak paham."Tentu saja rumah Ayana, Bas. Kau menunggu dia, kan?" "Hah? Menunggu? Tidak sama sekali. Biarkan saja, mungkin dia belum lapar." Bas mulai menyuap sarapannya, berusaha terlihat tak peduli. "Bas, ayolah. Apa aku yang harus ke sana?" “Eh, jangan-jangan, Sayang. Biar aku saja kalau kau memaksa." Bas pun beranjak, menuju rumah Ayana.Tanpa mengetuk, Bas membuka pintu rumah lalu menuju kamar Ayana. Ia dapati Ayana masih meringkuk di atas ranjang dengan selimut.“Astaga, kau masih tidur?” Bas berdecak. Ia melangkahkan kaki mendekati ranjang.“Semalam kau pasti begadang gara-gara menonton drama Korea lagi, kan.” Lel

  • Terpaksa Menjadi Istri Kedua CEO Arogan   25. Di Bawah Rintik Hujan

    Pagi hari, Ayana sudah berpakaian rapi ketika tiba di rumah Amanda untuk sarapan. Sudah menjadi rutinitas mereka bertiga untuk sarapan bersama sebelum Bas berangkat ke kantor.“Cantik sekali Ayana,” puji Amanda begitu melihat adik madunya datang.Bas yang tengah mengupas apel untuk Amanda melirik, ingin mengatakan hal yang sama namun ia urungkan, cukuplah dalam hati saja.Ayana tersenyum, menarik kursi kosong di samping Amanda lalu duduk.“Biar saya, Pak!” Ia menengadahkan tangan kanannya, meminta apel yang dipegang Bas. “Bapak sarapan saja.”Bas menurut, diserahkannya apel itu pada Ayana tanpa kata, lalu mengambil roti tawar di atas meja dan mengolesnya dengan selai.“Kau sudah belajar semalam?” tanya Amanda. Hari ini Ayana akan berangkat untuk ujian masuk Universitas Negeri.“Sudah, Bu.”“Baguslah, semoga lulus, ya, Ayana. Kau bisa kuliah di tempat yang kau impikan.”“Terimakasih, Bu,” ucap Ayana lalu memberikan sepiring apel yang sudah ia kupas dan potong-potong pada Amanda. Setelah

  • Terpaksa Menjadi Istri Kedua CEO Arogan   24. I Love You

    “Wah selamat Pak Bas, Bu Amanda, dua garis merah. Ibu hamil!”Beberapa detik hening terjadi, suasana menjadi tegang dan canggung. Semua orang tahu, Bas dan Amanda sudah lama mengharapkan kehadiran buah hati, akan tetapi kehamilan ini pasti beresiko besar bagi Amanda yang tengah mengidap kanker otak stadium empat.“MasyaAllah… Alhamdulillah… Allahuakbar…” Ucapan syukur Amanda yang bertubi-tubi memecah keheningan itu.“Bas, setelah tujuh tahun akhirnya kita akan punya anak!” Air mata bahagia membasahi pipi Amanda.Bas hanya tersenyum tipis menanggapi istrinya. Antara bahagia dan perasaan takut melebur menjadi satu. Ia juga merutuki kecerobohannya sehingga hal ini bisa terjadi, padahal setiap melakukannya dengan Amanda, ia selalu menggunakan “pengaman”.“Ayana… aku akan menjadi ibu!” Amanda memeluk Ayana yang berdiri di sisinya.“Selamat, Bu ...” ucap Ayana sambil mengusap-usap punggung Amanda.Setelah Bu Bidan pergi, Ayana dan Mbok Nem turut serta meninggalkan kamar, membiarkan Bas dan A

  • Terpaksa Menjadi Istri Kedua CEO Arogan   23. Cemburu

    Dengan cepat Bas berbalik, mencengkram bahu Yudis.“Apa-apaan kamu Yudis, mau mengejar istriku? Enak saja!”“Nih!” Bas meletakkan kunci mobil pada telapak tangan Yudis.“Antar dia kembali ke kantor!” perintah Bas sembari menoleh pada perempuan yang bersamanya tadi.Ayana baru akan melangkahkan kakinya menyebrang jalan ketika Bas datang, menggenggam sebelah tangannya lalu menariknya dalam pelukan.“Mau ke mana?” bisiknya di telinga Ayana.Cepat-cepat Ayana melepaskan pelukan Bas. “Bapak! Malu-maluin peluk-peluk di jalan!”Beberapa mata nampak melirik ke arah mereka sambil tersenyum dan berbisik-bisik.“Ayo istriku, kita pulang.” Sengaja Bas mengeraskan suaranya agar orang-orang tak salah paham. Ia menggandeng tangan istrinya lantas melangkah masuk kembali ke dalam resto. Merasa perlu memberikan klarifikasi tentang perempuan yang datang bersamanya tadi.“Dia sekretarisku,” kata Bas setelah mereka duduk di salah satu sudut resto dan memesan minuman.“Sekretaris?” Ayana tidak percaya. Mana

  • Terpaksa Menjadi Istri Kedua CEO Arogan   22. Dia Siapa?

    . .“Ih, Bapak PHP!” teriak Ayana kesal.“PHP apa? Dengar Ayana.” Bas menggenggam tangan mungil Ayana.“Jangan pernah berharap apapun dariku, nanti kau akan sakit hati. Ingat, kan, dengan kesepakatan kita dulu…”“Iya ... iya, Saya boleh minta apapun, kecuali minta Bapak untuk mencintai saya, kan!” Ayana memotong cepat.“Pintar! Sekarang tidur!” Bas tersenyum seraya mengacak lembut rambut Ayana. Ia lalu melangkah menuju kamar.“Pak, apa kita tidur di kamar terpisah?” tanya Ayana. Ia teringat saat bulan madu di hotel, Bas sempat berniat memesan kamar lagi agar mereka tidak berada dalam satu kamar. Di rumahnya ini memang ada dua kamar, tapi baru satu kamar yang berisi perabotan, kamar satunya masih kosong melompong.“Terserah! Yang jelas aku mau tidur di kasur!” jawab Bas.“Jadi bapak suruh saya tidur di lantai, gitu? Enak aja.”“Siapa yang suruh? Kalau kau tidak mau tidur di lantai, tidurlah di kasur, bersamaku. Jangan berisik!”Lima belas menit lamanya Ayana mencoba tidur namun tak bis

  • Terpaksa Menjadi Istri Kedua CEO Arogan   21. Ibu Minta Cucu

    Ayana tersenyum puas melihat rumahnya yang telah tertata rapi dan terisi perabotan lengkap. Masih ada sisa beberapa pajangan yang belum ia pasang di tembok. Ia berpikir nanti saja setelah suaminya pulang akan meminta bantuan.Saat mendengar deru mesin mobil Bas memasuki pekarangan, Ayana langsung berlari keluar. Gadis itu berdiri di depan rumah hendak menyambut suaminya datang. Hari ini jatah Bas untuk menemaninya, jadi ia pikir, Bas hanya akan sejenak ke rumah Amanda lalu menemuinya. Namun ternyata Ayana sudah menunggu sangat lama, Bas tak jua muncul.“Yudis!” Sedikit berteriak ia memanggil Yudis yang nampak sedang membereskan mobil tuannya. Yudis hanya menoleh lalu tersenyum sambil menganggukkan kepalanya.“Apaan, sih, nggak asik banget!” gerutu Ayana. Ia bisa merasakan perubahan sikap Yudis, yang dulunya begitu akrab dengannya, sekarang seolah menjaga jarak. Padahal ia berniat meminta bantuan Yuis untuk memasang tanaman gantung di teras rumah. Menunggu suaminya terlalu lama.“Ya su

  • Terpaksa Menjadi Istri Kedua CEO Arogan   20. Rumah

    Jangan lupa subscribe buku dan follow author ya.."Ayana, lihat! Rumahmu dan Bas sudah hampir selesai, tinggal mengecat saja." Amanda tersenyum puas melihat hasil kerja anak buah Pak Wahyu. Dari awal ia sudah berpesan pada Pak Wahyu, rumah ini harus jadi secepat mungkin dengan kualitas yang tetap baik. Walhasil belum sampai sebulan, sudah sekitar sembilan puluh persen rumah ini jadi, mungkin dua hari ke depan sudah bisa ditempati."Iya, Bu. Terimakasih." Ayana melingkarkan kedua tangannya pada pinggang Amanda, sungguh ia sangat berterimakasih pada kakak madunya itu. Dulu ia selalu membayangkan bisa tinggal di rumah sederhana dengan halaman yang luas, bersama suami tercinta. Impian itu sekarang tercapai meski tidak persis seperti yang ia bayangkan. Ya, tentu saja, saat itu ia tidak membayangkan yang akan jadi suaminya adalah bapak-bapak beristri yang berjarak usia 16 tahun dengannya."Sama-sama, Ayana. Ini sudah hakmu." Amanda tersenyum membalas pelukan Ayana."Sayang, aku berangkat du

DMCA.com Protection Status