Share

Bayang bayang masa lalu

 

Riana duduk sendirian di kamarnya, masih terguncang setelah pertemuannya dengan Arga dan Tio. Kata-kata Arga terus terngiang di kepalanya: *“Kau sudah terlibat terlalu jauh. Bahkan jika kau ingin pergi, aku tak akan membiarkanmu.”* Bayangan wajah dingin Arga membuat hatinya tergetar. Di balik pernikahan yang tampak sederhana, ada permainan berbahaya yang membuatnya merasa terjebak.

 

Malam semakin larut, tetapi Riana tak bisa memejamkan mata. Ia harus mencari jawaban—ia harus tahu apa yang sebenarnya terjadi. Dengan tekad yang bulat, ia membuka laptopnya dan mulai mencari berita lama tentang perusahaan Arga dan ayahnya, berharap menemukan petunjuk yang tersembunyi.

 

Saat dia menggulir layar, ponselnya tiba-tiba bergetar. Satu pesan masuk dari nomor tak dikenal: 

 

"Berhentilah mencari, atau kau akan menyesal."

 

Jantung Riana berdegup kencang. Siapa yang mengirim pesan itu? Apakah orang ini tahu bahwa dia sedang mencoba mencari kebenaran? 

 

Riana menelan ludah, tetapi tidak membalas pesan tersebut. Ketakutan semakin menyelimuti dirinya. Namun, rasa takut itu tidak cukup kuat untuk menghentikannya.

 

---

 

Keesokan harinya, Riana memberanikan diri untuk mendekati Arga. Dia ingin langsung mendengarnya dari mulut suaminya sendiri, meski sebagian dirinya meragukan Arga akan jujur. Saat sarapan, ia duduk di depan Arga yang seperti biasa, tenggelam dalam korannya.

 

“Kita perlu bicara,” ucap Riana, nada suaranya tegas.

 

Arga menurunkan korannya perlahan, menatapnya tanpa emosi. “Tentang apa?”

 

Riana menarik napas dalam-dalam, mencoba meredam kegelisahannya. “Tentang alasanmu menikahiku. Sebenarnya… apa yang Cinta katakan padamu sebelum dia meninggal?”

 

Arga menatapnya sejenak, ekspresinya sulit ditebak. “Mengapa kau tiba-tiba bertanya soal itu?”

 

“Karena aku merasa ada sesuatu yang kau sembunyikan dariku. Dan aku ingin tahu, apakah benar wasiat Cinta satu-satunya alasanmu menikahiku, atau ada alasan lain?” Riana mendesak, menatapnya penuh tekad.

 

Arga menyandarkan tubuhnya ke kursi, tersenyum tipis namun tajam. “Kau tahu, Cinta mempercayai bahwa kau bisa hidup lebih baik bersamaku. Dia berpikir bahwa dengan menikahiku, aku akan menjagamu.”

 

“Itu bukan jawaban yang jujur,” Riana menatapnya tajam, tidak mau dibodohi. “Apa ada hubungannya dengan perusahaan ayahku? Apa kau punya rencana untuk mengambil alih aset-aset keluargaku?”

 

Senyum Arga memudar, dan ia meletakkan sendoknya dengan perlahan, namun dengan gerakan yang menegaskan sikapnya. “Kau salah satu bagian dari hidupku sekarang, Riana. Seharusnya kau mengerti bahwa aku bisa saja mengambil keputusan yang tepat untuk kita berdua.”

 

Riana merasa kata-kata Arga seperti pisau yang menusuk hatinya. “Kau menikahiku bukan untukku, tapi untuk tujuanmu sendiri, bukan?”

 

Arga tertawa pendek, namun tawa itu terdengar dingin. “Apa kau benar-benar berpikir kau akan aman setelah pernikahan ini? Jika kau terlalu banyak bertanya, Riana, kau akan semakin terjerat dalam sesuatu yang tak akan bisa kau lepas.”

 

“Kau mengancamku?” Riana menahan napasnya, mencoba menyembunyikan ketakutannya. Namun, suara gemetar itu sulit disembunyikan.

 

“Tidak, aku hanya memperingatkan,” jawab Arga singkat, menatapnya dalam-dalam. “Kau seharusnya tak perlu tahu lebih dari yang perlu kau tahu.”

 

Riana merasa bulu kuduknya merinding. Ia merasa semakin tenggelam dalam kegelapan di samping pria yang sekarang menjadi suaminya, dan tanpa sadar, Riana mundur selangkah. Hatinya berkecamuk antara ingin menyerah dan keinginan untuk melawan.

 

---

 

Malam itu, Riana duduk sendirian di kamar tamu. Kata-kata Arga terus berputar-putar di benaknya, tetapi tiba-tiba pikirannya melayang kembali pada Cinta. Mengapa Cinta begitu mempercayai Arga? Apa yang sebenarnya ia ketahui tentang pria ini yang sekarang membuatnya semakin tidak yakin?

 

Di tengah lamunannya, terdengar ketukan di pintu. Riana bangkit, ragu-ragu membuka pintu, dan terkejut melihat Tio berdiri di sana, tampak waspada.

 

“Kau di sini? Bagaimana bisa?” tanya Riana dengan nada pelan, takut Arga akan mendengar.

 

“Aku tak punya banyak waktu,” bisik Tio cepat. “Aku harus memberitahumu sesuatu sebelum semuanya terlambat.”

 

“Ceritakan,” desak Riana, merasa jantungnya berdegup kencang.

 

“Aku baru saja mengetahui bahwa ada hal lain di balik wasiat Cinta,” Tio melanjutkan, wajahnya serius. “Aku tak bisa menjelaskan semuanya sekarang, tapi… Cinta mengetahui sesuatu yang membuatnya yakin bahwa kau akan aman jika bersamanya. Arga, mungkin saja, terkait dengan sesuatu yang Cinta sembunyikan darinya.”

 

“Apa yang kau maksud? Apa sebenarnya yang terjadi antara mereka?” Riana bertanya dengan gelisah.

 

Tio terdiam, seolah mencari kata-kata yang tepat. “Cinta sempat menemukan sesuatu tentang bisnis Arga yang melibatkan pihak berbahaya. Dia takut dan tahu bahwa suatu hari mungkin kau akan menjadi bagian dari hidupnya. Itu sebabnya dia membuat permintaan itu padamu, berharap kau bisa… mengubahnya.”

 

Riana mematung, sulit mempercayai apa yang dia dengar. “Mengubah Arga? Bagaimana mungkin?”

 

Sebelum Tio sempat menjawab, terdengar suara langkah mendekat. Arga berdiri di ujung lorong, matanya memancarkan amarah.

 

“Apa yang kalian berdua lakukan?” Arga bertanya dengan nada dingin yang mengancam.

 

Tio menatap Arga tanpa gentar. “Aku hanya memberitahunya kebenaran, Arga. Kau tahu kau tak bisa terus menyembunyikan ini.”

 

Arga berjalan mendekat, berdiri tepat di hadapan mereka, matanya tertuju pada Tio. “Aku pikir sudah memperingatkanmu, Tio. Apa kau ingin mengulang kesalahan yang sama?”

 

“Kau bisa menakut-nakuti siapa saja, Arga. Tapi aku tak akan tinggal diam melihatmu menghancurkan hidup Riana seperti ini,” balas Tio dengan tegas.

 

Arga tertawa kecil, namun ada bahaya dalam tatapannya. “Jadi kau ingin jadi pahlawan? Percuma, Tio. Aku sudah terlalu jauh untuk mundur.”

 

Riana, yang merasa semuanya semakin tak terkendali, melangkah maju. “Arga, cukup! Kau tak bisa mengendalikan hidupku hanya karena janji pada Cinta!”

 

“Ini bukan hanya soal janji, Riana,” Arga menjawab dengan nada rendah namun penuh ancaman. “Ada hal-hal yang tidak akan kau pahami, dan semakin jauh kau mencari tahu, semakin dalam kau akan terjebak.”

 

“Kau mungkin bisa mengendalikan orang lain, Arga, tapi bukan aku!” balas Riana, keberanian muncul dalam dirinya.

 

Arga memandangnya dengan tatapan tajam. “Kita lihat saja, Riana. Kita lihat seberapa jauh kau bisa bertahan dalam permainan ini.”

 

Arga berbalik dan berjalan pergi, meninggalkan Tio dan Riana dalam ketegangan yang tak tertahankan. Riana terdiam, tapi dalam hatinya muncul keyakinan baru: dia tidak akan menyerah untuk menemukan kebenaran.

 

 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status