Share

Bayang bayang masa lalu

Penulis: Grilsmay
last update Terakhir Diperbarui: 2024-11-07 15:24:37

 

Riana duduk sendirian di kamarnya, masih terguncang setelah pertemuannya dengan Arga dan Tio. Kata-kata Arga terus terngiang di kepalanya: *“Kau sudah terlibat terlalu jauh. Bahkan jika kau ingin pergi, aku tak akan membiarkanmu.”* Bayangan wajah dingin Arga membuat hatinya tergetar. Di balik pernikahan yang tampak sederhana, ada permainan berbahaya yang membuatnya merasa terjebak.

 

Malam semakin larut, tetapi Riana tak bisa memejamkan mata. Ia harus mencari jawaban—ia harus tahu apa yang sebenarnya terjadi. Dengan tekad yang bulat, ia membuka laptopnya dan mulai mencari berita lama tentang perusahaan Arga dan ayahnya, berharap menemukan petunjuk yang tersembunyi.

 

Saat dia menggulir layar, ponselnya tiba-tiba bergetar. Satu pesan masuk dari nomor tak dikenal: 

 

"Berhentilah mencari, atau kau akan menyesal."

 

Jantung Riana berdegup kencang. Siapa yang mengirim pesan itu? Apakah orang ini tahu bahwa dia sedang mencoba mencari kebenaran? 

 

Riana menelan ludah, tetapi tidak membalas pesan tersebut. Ketakutan semakin menyelimuti dirinya. Namun, rasa takut itu tidak cukup kuat untuk menghentikannya.

 

---

 

Keesokan harinya, Riana memberanikan diri untuk mendekati Arga. Dia ingin langsung mendengarnya dari mulut suaminya sendiri, meski sebagian dirinya meragukan Arga akan jujur. Saat sarapan, ia duduk di depan Arga yang seperti biasa, tenggelam dalam korannya.

 

“Kita perlu bicara,” ucap Riana, nada suaranya tegas.

 

Arga menurunkan korannya perlahan, menatapnya tanpa emosi. “Tentang apa?”

 

Riana menarik napas dalam-dalam, mencoba meredam kegelisahannya. “Tentang alasanmu menikahiku. Sebenarnya… apa yang Cinta katakan padamu sebelum dia meninggal?”

 

Arga menatapnya sejenak, ekspresinya sulit ditebak. “Mengapa kau tiba-tiba bertanya soal itu?”

 

“Karena aku merasa ada sesuatu yang kau sembunyikan dariku. Dan aku ingin tahu, apakah benar wasiat Cinta satu-satunya alasanmu menikahiku, atau ada alasan lain?” Riana mendesak, menatapnya penuh tekad.

 

Arga menyandarkan tubuhnya ke kursi, tersenyum tipis namun tajam. “Kau tahu, Cinta mempercayai bahwa kau bisa hidup lebih baik bersamaku. Dia berpikir bahwa dengan menikahiku, aku akan menjagamu.”

 

“Itu bukan jawaban yang jujur,” Riana menatapnya tajam, tidak mau dibodohi. “Apa ada hubungannya dengan perusahaan ayahku? Apa kau punya rencana untuk mengambil alih aset-aset keluargaku?”

 

Senyum Arga memudar, dan ia meletakkan sendoknya dengan perlahan, namun dengan gerakan yang menegaskan sikapnya. “Kau salah satu bagian dari hidupku sekarang, Riana. Seharusnya kau mengerti bahwa aku bisa saja mengambil keputusan yang tepat untuk kita berdua.”

 

Riana merasa kata-kata Arga seperti pisau yang menusuk hatinya. “Kau menikahiku bukan untukku, tapi untuk tujuanmu sendiri, bukan?”

 

Arga tertawa pendek, namun tawa itu terdengar dingin. “Apa kau benar-benar berpikir kau akan aman setelah pernikahan ini? Jika kau terlalu banyak bertanya, Riana, kau akan semakin terjerat dalam sesuatu yang tak akan bisa kau lepas.”

 

“Kau mengancamku?” Riana menahan napasnya, mencoba menyembunyikan ketakutannya. Namun, suara gemetar itu sulit disembunyikan.

 

“Tidak, aku hanya memperingatkan,” jawab Arga singkat, menatapnya dalam-dalam. “Kau seharusnya tak perlu tahu lebih dari yang perlu kau tahu.”

 

Riana merasa bulu kuduknya merinding. Ia merasa semakin tenggelam dalam kegelapan di samping pria yang sekarang menjadi suaminya, dan tanpa sadar, Riana mundur selangkah. Hatinya berkecamuk antara ingin menyerah dan keinginan untuk melawan.

 

---

 

Malam itu, Riana duduk sendirian di kamar tamu. Kata-kata Arga terus berputar-putar di benaknya, tetapi tiba-tiba pikirannya melayang kembali pada Cinta. Mengapa Cinta begitu mempercayai Arga? Apa yang sebenarnya ia ketahui tentang pria ini yang sekarang membuatnya semakin tidak yakin?

 

Di tengah lamunannya, terdengar ketukan di pintu. Riana bangkit, ragu-ragu membuka pintu, dan terkejut melihat Tio berdiri di sana, tampak waspada.

 

“Kau di sini? Bagaimana bisa?” tanya Riana dengan nada pelan, takut Arga akan mendengar.

 

“Aku tak punya banyak waktu,” bisik Tio cepat. “Aku harus memberitahumu sesuatu sebelum semuanya terlambat.”

 

“Ceritakan,” desak Riana, merasa jantungnya berdegup kencang.

 

“Aku baru saja mengetahui bahwa ada hal lain di balik wasiat Cinta,” Tio melanjutkan, wajahnya serius. “Aku tak bisa menjelaskan semuanya sekarang, tapi… Cinta mengetahui sesuatu yang membuatnya yakin bahwa kau akan aman jika bersamanya. Arga, mungkin saja, terkait dengan sesuatu yang Cinta sembunyikan darinya.”

 

“Apa yang kau maksud? Apa sebenarnya yang terjadi antara mereka?” Riana bertanya dengan gelisah.

 

Tio terdiam, seolah mencari kata-kata yang tepat. “Cinta sempat menemukan sesuatu tentang bisnis Arga yang melibatkan pihak berbahaya. Dia takut dan tahu bahwa suatu hari mungkin kau akan menjadi bagian dari hidupnya. Itu sebabnya dia membuat permintaan itu padamu, berharap kau bisa… mengubahnya.”

 

Riana mematung, sulit mempercayai apa yang dia dengar. “Mengubah Arga? Bagaimana mungkin?”

 

Sebelum Tio sempat menjawab, terdengar suara langkah mendekat. Arga berdiri di ujung lorong, matanya memancarkan amarah.

 

“Apa yang kalian berdua lakukan?” Arga bertanya dengan nada dingin yang mengancam.

 

Tio menatap Arga tanpa gentar. “Aku hanya memberitahunya kebenaran, Arga. Kau tahu kau tak bisa terus menyembunyikan ini.”

 

Arga berjalan mendekat, berdiri tepat di hadapan mereka, matanya tertuju pada Tio. “Aku pikir sudah memperingatkanmu, Tio. Apa kau ingin mengulang kesalahan yang sama?”

 

“Kau bisa menakut-nakuti siapa saja, Arga. Tapi aku tak akan tinggal diam melihatmu menghancurkan hidup Riana seperti ini,” balas Tio dengan tegas.

 

Arga tertawa kecil, namun ada bahaya dalam tatapannya. “Jadi kau ingin jadi pahlawan? Percuma, Tio. Aku sudah terlalu jauh untuk mundur.”

 

Riana, yang merasa semuanya semakin tak terkendali, melangkah maju. “Arga, cukup! Kau tak bisa mengendalikan hidupku hanya karena janji pada Cinta!”

 

“Ini bukan hanya soal janji, Riana,” Arga menjawab dengan nada rendah namun penuh ancaman. “Ada hal-hal yang tidak akan kau pahami, dan semakin jauh kau mencari tahu, semakin dalam kau akan terjebak.”

 

“Kau mungkin bisa mengendalikan orang lain, Arga, tapi bukan aku!” balas Riana, keberanian muncul dalam dirinya.

 

Arga memandangnya dengan tatapan tajam. “Kita lihat saja, Riana. Kita lihat seberapa jauh kau bisa bertahan dalam permainan ini.”

 

Arga berbalik dan berjalan pergi, meninggalkan Tio dan Riana dalam ketegangan yang tak tertahankan. Riana terdiam, tapi dalam hatinya muncul keyakinan baru: dia tidak akan menyerah untuk menemukan kebenaran.

 

 

Bab terkait

  • Terpaksa Menikahi Tunangan Sahabatku   Semakin Rumit

    Malam itu, Riana mendengar deru mesin mobil Arga di depan rumah. Jam sudah menunjukkan pukul sebelas malam, namun seperti biasa, Arga pulang tanpa kabar. Ia masuk rumah dengan langkah berat, langsung menuju dapur, mengisi gelas dengan air tanpa melihat Riana yang duduk di sofa."Arga," panggil Riana, suaranya ragu. "Boleh kita bicara sebentar?"Arga menenggak air dalam gelasnya sebelum menoleh sekilas ke arah Riana. "Sekarang?" tanyanya singkat.Riana mengangguk. “Aku rasa kita perlu bicara. Ada banyak yang… tak pernah kita bahas.”Arga menghela napas dan berjalan mendekat, lalu duduk di kursi yang berseberangan dengannya. "Baik. Bicara saja.”Riana menatapnya dalam-dalam, mencoba mencari kehangatan dalam sorot matanya yang dingin. “Kau selalu menghindariku, bersikap seolah-olah aku tak ada di sini. Apa kau benar-benar ingin pernikahan ini bertahan seperti ini?”Arga tersenyum tipis, tapi tanpa kehangatan. “Riana, kita menikah karena permintaan orang lain. Kita bukan pasangan yang men

  • Terpaksa Menikahi Tunangan Sahabatku   Tak Berujung

    Riana menatap Tio, merasakan ketegangan di udara. “Kau tahu sesuatu, Tio. Apa lagi yang harus aku ketahui tentang Arga?”Tio menghela napas panjang, matanya memancarkan kesedihan. “Cinta tidak hanya khawatir tentangmu, Riana. Dia tahu bahwa Arga terjebak dalam sesuatu yang lebih besar daripada sekadar bisnis. Ada pihak berbahaya yang tidak akan ragu untuk mengambil langkah ekstrem jika mereka merasa terancam.”“Pihak berbahaya?” Riana bergetar mendengar kata-kata itu. “Apa yang mereka inginkan dari Arga?”“Uang, kekuasaan… dan mungkin juga balas dendam. Arga bukan sekadar pengusaha biasa. Dia terlibat dalam permainan yang melibatkan banyak orang. Cinta percaya bahwa satu-satunya cara untuk melindungimu adalah dengan membuatmu berada di sisinya.”Riana merasa bingung. “Jadi, pernikahanku dengan Arga adalah cara untuk melindungiku dari hal-hal ini?”“Ya, tapi itu juga bisa menjadi penjara bagimu,” Tio menjawab dengan serius. “Kau harus berhati-hati. Arga bisa menjadi pelindungmu, tetapi

  • Terpaksa Menikahi Tunangan Sahabatku   Semakin Dalam

    Riana terjaga di tengah malam, terbangun oleh suara ketukan halus di pintu. Hatinya berdegup kencang. Dengan hati-hati, ia mendekati pintu dan membukanya sedikit, berharap itu bukan Arga yang datang dengan wajah dingin seperti biasa. Namun, saat melihat Tio berdiri di sana, dia merasa lega meskipun wajah Tio tampak cemas.“Tio, ada apa?” Riana berbisik, berusaha tidak membangunkan Arga yang tidur di sebelahnya.“Aku butuh bicara denganmu,” jawab Tio dengan suara rendah. “Ini penting.”Riana melirik ke arah Arga, memastikan dia tidak terbangun, sebelum mengizinkan Tio masuk ke dalam kamar. Tio menutup pintu pelan-pelan, dan mereka berdua berdiri di sudut kamar yang gelap.“Ada perkembangan,” kata Tio, wajahnya serius. “Aku mendengar desas-desus bahwa pihak yang terlibat dengan Arga semakin agresif. Mereka tidak senang dengan keputusan yang diambilnya.”Riana merasa jantungnya berdegup kencang. “Apa maksudmu?”“Mereka merasa terancam karena Arga berusaha menjauh dari mereka,” Tio menjel

  • Terpaksa Menikahi Tunangan Sahabatku   Di Balik Rahasia

    Malam semakin larut, dan Riana masih duduk di sofa ruang tamu, menanti kepulangan Arga. Jam sudah menunjukkan pukul sebelas malam, namun tubuhnya tak juga beranjak ke kamar. Kecemasan membelenggunya sejak pertemuannya dengan Tio beberapa hari lalu. Bayangan kata-kata Tio terus membayangi benaknya, membuat Riana semakin curiga bahwa Arga menyimpan lebih banyak rahasia daripada yang pernah ia duga.Tak lama kemudian, suara deru mobil Arga terdengar dari luar. Riana merapikan rambutnya dan berdiri, berusaha untuk bersikap setenang mungkin. Pintu rumah terbuka, dan Arga masuk dengan wajah lelah. Ia tampak terkejut melihat Riana masih terjaga.“Kau belum tidur?” tanya Arga singkat, nada suaranya terdengar hambar.Riana hanya mengangguk, mencoba mengendalikan degup jantungnya yang terasa berdetak lebih cepat dari biasanya. “Ada hal yang ingin kubicarakan denganmu,” jawabnya dengan tenang, meski rasa gugup mulai menyeruak.Arga menghela napas, lalu berjalan dan duduk di kursi di hadapannya.

  • Terpaksa Menikahi Tunangan Sahabatku   Batas Kepercayaan

    Hari-hari berlalu dengan penuh ketegangan. Setelah malam ketika Arga mengungkapkan sebagian masa lalunya, Riana merasa ada yang berubah dalam perasaannya. Meski mengetahui bahaya yang mengintai, ada sisi dirinya yang mulai mencoba memahami Arga. Namun, di balik usahanya untuk percaya, kecurigaan perlahan tumbuh, menebarkan rasa tidak aman di hatinya.Suatu malam, Riana terbangun karena suara-suara pelan dari luar kamar. Jam menunjukkan pukul dua dini hari. Rasa kantuknya lenyap, berganti dengan rasa penasaran yang mendorongnya untuk keluar dari kamar. Ia melangkah dengan hati-hati menuju ruang kerja Arga, sumber suara yang tadi mengusiknya. Dari celah pintu yang sedikit terbuka, ia melihat Arga berbicara di telepon, wajahnya tampak serius, bahkan sedikit gelisah.Riana tidak bisa mendengar apa yang Arga bicarakan, tapi setiap gerak-gerik pria itu membuat rasa curiga di hatinya semakin tumbuh. Setelah bebe

  • Terpaksa Menikahi Tunangan Sahabatku   Keretakan dan Kekalahan

    Riana mulai merasa putus asa. Setiap upaya untuk lebih mengenal Arga hanya berakhir dengan penolakan dan kata-kata dingin. Rasanya seperti mencoba meraih sesuatu yang tak terlihat. Namun, jauh di dalam hati, Riana masih berharap ada sisi lain dari Arga yang bisa dia temukan—sisi yang tidak diselimuti oleh misteri dan jarak.Malam itu, Riana sedang di kamarnya ketika terdengar suara pintu depan yang terbanting keras. Jam sudah menunjukkan pukul sebelas malam, dan suasana rumah yang sebelumnya sunyi tiba-tiba berubah mencekam. Riana keluar dari kamarnya dan melihat Arga yang berjalan sempoyongan, aroma alkohol yang tajam memenuhi udara di sekitarnya.“Arga?” panggil Riana, sedikit khawatir.Arga menoleh, dan untuk pertama kalinya, Riana melihat ekspresi kelelahan di wajahnya, tatapan yang penuh dengan kepedihan dan keputusasaan. Wajahnya yang biasanya dingin tampak lain malam ini—seolah seluruh beban hidupnya terungkap tanpa perlu kata-kata. Dia mengabaikan Riana dan berjalan menuju rua

  • Terpaksa Menikahi Tunangan Sahabatku   Batas Perasaan

    Keesokan harinya, Riana bangun dengan perasaan campur aduk. Pikirannya terus kembali pada kejadian tadi malam, saat Arga tiba-tiba mencium dirinya. Riana ingin meyakinkan dirinya bahwa ciuman itu lebih dari sekadar pelampiasan emosi atau akibat pengaruh alkohol, tapi sikap dingin Arga seolah menjadi tembok yang tak bisa ia lewati. Di ruang makan, Arga sudah duduk di meja dengan wajah serius, membaca laporan yang terbuka di depannya. Meski terlihat seperti biasa—tegas dan dingin—Riana menangkap jejak kelelahan yang tersembunyi dalam sorot matanya. Sejenak ia ragu apakah harus menyapanya, tapi Riana sadar bahwa mereka perlu membicarakan apa yang terjadi. Dengan langkah pelan, Riana duduk di kursi di hadapan Arga. Ia menatap Arga, berharap pria itu akan mulai bicara terlebih dahulu. Namun, saat beberapa menit berlalu dalam keheningan yang kaku, Riana akhirnya menghela napas panjang dan memberanikan diri.“Arga…” panggilnya, suaranya terdengar lembut namun penuh keinginan untuk mengurai

  • Terpaksa Menikahi Tunangan Sahabatku   Masa Lalu

    Sejak Arga mengungkapkan sebagian kecil dari masa lalunya, Riana merasa terombang-ambing dalam lautan emosi yang rumit. Arga memang telah membuka dirinya, namun hanya sekadar menunjukkan kepingan yang tak utuh, menyisakan lebih banyak pertanyaan daripada jawaban. Semakin dalam ia mencoba mengerti, semakin kuat perasaan bahwa ada satu sosok yang terus membayangi hubungan mereka—sosok yang tak akan pernah hilang, yaitu Cinta.Riana duduk di sofa sambil memandangi foto pernikahan mereka yang tergantung di dinding. Setiap kali ia melihat senyum yang dipaksakan pada wajah mereka di foto itu, ia teringat akan alasan mengapa pernikahan ini terjadi. Mereka menikah bukan karena cinta, melainkan karena sebuah janji yang harus ditepati. Janji yang diberikan kepada Cinta, sahabatnya sekaligus tunangan Arga.Malam itu, ketika Arga baru pulang dan tengah duduk di meja makan, Riana memberanikan diri untuk membahas sesuatu yang selama ini ia simpan dalam hatinya.“Arga…” panggilnya pelan.Arga mendon

Bab terbaru

  • Terpaksa Menikahi Tunangan Sahabatku   Masa Lalu

    Sejak Arga mengungkapkan sebagian kecil dari masa lalunya, Riana merasa terombang-ambing dalam lautan emosi yang rumit. Arga memang telah membuka dirinya, namun hanya sekadar menunjukkan kepingan yang tak utuh, menyisakan lebih banyak pertanyaan daripada jawaban. Semakin dalam ia mencoba mengerti, semakin kuat perasaan bahwa ada satu sosok yang terus membayangi hubungan mereka—sosok yang tak akan pernah hilang, yaitu Cinta.Riana duduk di sofa sambil memandangi foto pernikahan mereka yang tergantung di dinding. Setiap kali ia melihat senyum yang dipaksakan pada wajah mereka di foto itu, ia teringat akan alasan mengapa pernikahan ini terjadi. Mereka menikah bukan karena cinta, melainkan karena sebuah janji yang harus ditepati. Janji yang diberikan kepada Cinta, sahabatnya sekaligus tunangan Arga.Malam itu, ketika Arga baru pulang dan tengah duduk di meja makan, Riana memberanikan diri untuk membahas sesuatu yang selama ini ia simpan dalam hatinya.“Arga…” panggilnya pelan.Arga mendon

  • Terpaksa Menikahi Tunangan Sahabatku   Batas Perasaan

    Keesokan harinya, Riana bangun dengan perasaan campur aduk. Pikirannya terus kembali pada kejadian tadi malam, saat Arga tiba-tiba mencium dirinya. Riana ingin meyakinkan dirinya bahwa ciuman itu lebih dari sekadar pelampiasan emosi atau akibat pengaruh alkohol, tapi sikap dingin Arga seolah menjadi tembok yang tak bisa ia lewati. Di ruang makan, Arga sudah duduk di meja dengan wajah serius, membaca laporan yang terbuka di depannya. Meski terlihat seperti biasa—tegas dan dingin—Riana menangkap jejak kelelahan yang tersembunyi dalam sorot matanya. Sejenak ia ragu apakah harus menyapanya, tapi Riana sadar bahwa mereka perlu membicarakan apa yang terjadi. Dengan langkah pelan, Riana duduk di kursi di hadapan Arga. Ia menatap Arga, berharap pria itu akan mulai bicara terlebih dahulu. Namun, saat beberapa menit berlalu dalam keheningan yang kaku, Riana akhirnya menghela napas panjang dan memberanikan diri.“Arga…” panggilnya, suaranya terdengar lembut namun penuh keinginan untuk mengurai

  • Terpaksa Menikahi Tunangan Sahabatku   Keretakan dan Kekalahan

    Riana mulai merasa putus asa. Setiap upaya untuk lebih mengenal Arga hanya berakhir dengan penolakan dan kata-kata dingin. Rasanya seperti mencoba meraih sesuatu yang tak terlihat. Namun, jauh di dalam hati, Riana masih berharap ada sisi lain dari Arga yang bisa dia temukan—sisi yang tidak diselimuti oleh misteri dan jarak.Malam itu, Riana sedang di kamarnya ketika terdengar suara pintu depan yang terbanting keras. Jam sudah menunjukkan pukul sebelas malam, dan suasana rumah yang sebelumnya sunyi tiba-tiba berubah mencekam. Riana keluar dari kamarnya dan melihat Arga yang berjalan sempoyongan, aroma alkohol yang tajam memenuhi udara di sekitarnya.“Arga?” panggil Riana, sedikit khawatir.Arga menoleh, dan untuk pertama kalinya, Riana melihat ekspresi kelelahan di wajahnya, tatapan yang penuh dengan kepedihan dan keputusasaan. Wajahnya yang biasanya dingin tampak lain malam ini—seolah seluruh beban hidupnya terungkap tanpa perlu kata-kata. Dia mengabaikan Riana dan berjalan menuju rua

  • Terpaksa Menikahi Tunangan Sahabatku   Batas Kepercayaan

    Hari-hari berlalu dengan penuh ketegangan. Setelah malam ketika Arga mengungkapkan sebagian masa lalunya, Riana merasa ada yang berubah dalam perasaannya. Meski mengetahui bahaya yang mengintai, ada sisi dirinya yang mulai mencoba memahami Arga. Namun, di balik usahanya untuk percaya, kecurigaan perlahan tumbuh, menebarkan rasa tidak aman di hatinya.Suatu malam, Riana terbangun karena suara-suara pelan dari luar kamar. Jam menunjukkan pukul dua dini hari. Rasa kantuknya lenyap, berganti dengan rasa penasaran yang mendorongnya untuk keluar dari kamar. Ia melangkah dengan hati-hati menuju ruang kerja Arga, sumber suara yang tadi mengusiknya. Dari celah pintu yang sedikit terbuka, ia melihat Arga berbicara di telepon, wajahnya tampak serius, bahkan sedikit gelisah.Riana tidak bisa mendengar apa yang Arga bicarakan, tapi setiap gerak-gerik pria itu membuat rasa curiga di hatinya semakin tumbuh. Setelah bebe

  • Terpaksa Menikahi Tunangan Sahabatku   Di Balik Rahasia

    Malam semakin larut, dan Riana masih duduk di sofa ruang tamu, menanti kepulangan Arga. Jam sudah menunjukkan pukul sebelas malam, namun tubuhnya tak juga beranjak ke kamar. Kecemasan membelenggunya sejak pertemuannya dengan Tio beberapa hari lalu. Bayangan kata-kata Tio terus membayangi benaknya, membuat Riana semakin curiga bahwa Arga menyimpan lebih banyak rahasia daripada yang pernah ia duga.Tak lama kemudian, suara deru mobil Arga terdengar dari luar. Riana merapikan rambutnya dan berdiri, berusaha untuk bersikap setenang mungkin. Pintu rumah terbuka, dan Arga masuk dengan wajah lelah. Ia tampak terkejut melihat Riana masih terjaga.“Kau belum tidur?” tanya Arga singkat, nada suaranya terdengar hambar.Riana hanya mengangguk, mencoba mengendalikan degup jantungnya yang terasa berdetak lebih cepat dari biasanya. “Ada hal yang ingin kubicarakan denganmu,” jawabnya dengan tenang, meski rasa gugup mulai menyeruak.Arga menghela napas, lalu berjalan dan duduk di kursi di hadapannya.

  • Terpaksa Menikahi Tunangan Sahabatku   Semakin Dalam

    Riana terjaga di tengah malam, terbangun oleh suara ketukan halus di pintu. Hatinya berdegup kencang. Dengan hati-hati, ia mendekati pintu dan membukanya sedikit, berharap itu bukan Arga yang datang dengan wajah dingin seperti biasa. Namun, saat melihat Tio berdiri di sana, dia merasa lega meskipun wajah Tio tampak cemas.“Tio, ada apa?” Riana berbisik, berusaha tidak membangunkan Arga yang tidur di sebelahnya.“Aku butuh bicara denganmu,” jawab Tio dengan suara rendah. “Ini penting.”Riana melirik ke arah Arga, memastikan dia tidak terbangun, sebelum mengizinkan Tio masuk ke dalam kamar. Tio menutup pintu pelan-pelan, dan mereka berdua berdiri di sudut kamar yang gelap.“Ada perkembangan,” kata Tio, wajahnya serius. “Aku mendengar desas-desus bahwa pihak yang terlibat dengan Arga semakin agresif. Mereka tidak senang dengan keputusan yang diambilnya.”Riana merasa jantungnya berdegup kencang. “Apa maksudmu?”“Mereka merasa terancam karena Arga berusaha menjauh dari mereka,” Tio menjel

  • Terpaksa Menikahi Tunangan Sahabatku   Tak Berujung

    Riana menatap Tio, merasakan ketegangan di udara. “Kau tahu sesuatu, Tio. Apa lagi yang harus aku ketahui tentang Arga?”Tio menghela napas panjang, matanya memancarkan kesedihan. “Cinta tidak hanya khawatir tentangmu, Riana. Dia tahu bahwa Arga terjebak dalam sesuatu yang lebih besar daripada sekadar bisnis. Ada pihak berbahaya yang tidak akan ragu untuk mengambil langkah ekstrem jika mereka merasa terancam.”“Pihak berbahaya?” Riana bergetar mendengar kata-kata itu. “Apa yang mereka inginkan dari Arga?”“Uang, kekuasaan… dan mungkin juga balas dendam. Arga bukan sekadar pengusaha biasa. Dia terlibat dalam permainan yang melibatkan banyak orang. Cinta percaya bahwa satu-satunya cara untuk melindungimu adalah dengan membuatmu berada di sisinya.”Riana merasa bingung. “Jadi, pernikahanku dengan Arga adalah cara untuk melindungiku dari hal-hal ini?”“Ya, tapi itu juga bisa menjadi penjara bagimu,” Tio menjawab dengan serius. “Kau harus berhati-hati. Arga bisa menjadi pelindungmu, tetapi

  • Terpaksa Menikahi Tunangan Sahabatku   Semakin Rumit

    Malam itu, Riana mendengar deru mesin mobil Arga di depan rumah. Jam sudah menunjukkan pukul sebelas malam, namun seperti biasa, Arga pulang tanpa kabar. Ia masuk rumah dengan langkah berat, langsung menuju dapur, mengisi gelas dengan air tanpa melihat Riana yang duduk di sofa."Arga," panggil Riana, suaranya ragu. "Boleh kita bicara sebentar?"Arga menenggak air dalam gelasnya sebelum menoleh sekilas ke arah Riana. "Sekarang?" tanyanya singkat.Riana mengangguk. “Aku rasa kita perlu bicara. Ada banyak yang… tak pernah kita bahas.”Arga menghela napas dan berjalan mendekat, lalu duduk di kursi yang berseberangan dengannya. "Baik. Bicara saja.”Riana menatapnya dalam-dalam, mencoba mencari kehangatan dalam sorot matanya yang dingin. “Kau selalu menghindariku, bersikap seolah-olah aku tak ada di sini. Apa kau benar-benar ingin pernikahan ini bertahan seperti ini?”Arga tersenyum tipis, tapi tanpa kehangatan. “Riana, kita menikah karena permintaan orang lain. Kita bukan pasangan yang men

  • Terpaksa Menikahi Tunangan Sahabatku   Bayang bayang masa lalu

    Riana duduk sendirian di kamarnya, masih terguncang setelah pertemuannya dengan Arga dan Tio. Kata-kata Arga terus terngiang di kepalanya: *“Kau sudah terlibat terlalu jauh. Bahkan jika kau ingin pergi, aku tak akan membiarkanmu.”* Bayangan wajah dingin Arga membuat hatinya tergetar. Di balik pernikahan yang tampak sederhana, ada permainan berbahaya yang membuatnya merasa terjebak.Malam semakin larut, tetapi Riana tak bisa memejamkan mata. Ia harus mencari jawaban—ia harus tahu apa yang sebenarnya terjadi. Dengan tekad yang bulat, ia membuka laptopnya dan mulai mencari berita lama tentang perusahaan Arga dan ayahnya, berharap menemukan petunjuk yang tersembunyi.Saat dia menggulir layar, ponselnya tiba-tiba bergetar. Satu pesan masuk dari nomor tak dikenal: "Berhentilah mencari, atau kau akan menyesal."Jantung Riana berdegup kencang. Siapa yang mengirim pesan itu? Apakah orang ini tahu bahwa dia sedang mencoba mencari kebenaran? Riana menelan ludah, tetapi tidak membalas pesan ter

DMCA.com Protection Status