Share

Kebenaran Yang Tersembunyi

Pagi itu, Riana tak tahan lagi dengan rasa penasaran yang menderanya sejak menemukan dokumen-dokumen mencurigakan di ruang kerja Arga. Beberapa catatan dan foto dari map hitam itu masih terbayang dalam benaknya. Semua informasi tentang bisnis-bisnis kecil yang belum pernah dia dengar serta foto-foto Arga bersama orang-orang asing, termasuk Tio, seakan memberi petunjuk tentang sesuatu yang besar, lebih besar daripada yang pernah dia bayangkan. 

 

Riana akhirnya nekat menghubungi Tio dan memintanya bertemu di kafe. 

 

Saat mereka duduk berhadapan di pojok kafe yang sepi, Tio membuka pembicaraan lebih dulu. “Jadi, kau benar-benar ingin tahu soal Arga?”

 

“Aku… aku tidak tahu harus mulai dari mana, Tio. Tapi aku menemukan beberapa dokumen aneh di ruang kerjanya,” Riana memulai dengan suara rendah, matanya menatap Tio penuh harap. “Ada foto kalian… dan beberapa bisnis yang kelihatannya bukan sesuatu yang biasa.”

 

Tio tampak tegang, namun ia mencoba untuk tetap tenang. “Kau tak seharusnya melihat itu, Riana.”

 

“Aku berhak tahu! Apa sebenarnya yang terjadi antara kau dan Arga? Kau dulu rekan bisnisnya, bukan?” Riana menekankan, merasa ada sesuatu yang disembunyikan.

 

Tio menarik napas panjang. “Ya, aku memang bekerja dengan Arga dulu. Tapi ketika bisnisnya mulai melibatkan orang-orang yang tidak seharusnya, aku mundur.”

 

Riana memandangnya dengan penuh pertanyaan. “Orang-orang seperti apa?”

 

“Orang-orang yang bisa melakukan apa saja untuk mempertahankan posisinya,” Tio menjawab pelan. “Arga semakin terlibat, semakin gelap. Bahkan sekarang aku yakin dia punya rencana besar yang melibatkan keluargamu. Khususnya, bisnis ayahmu.”

 

“Ayah?” Riana menelan ludah, merasa tidak percaya. “Apa maksudmu? Ayahku bukan bagian dari ini semua.”

 

“Kau tahu apa tentang bisnis ayahmu, Riana?” Tio menatapnya dalam-dalam. “Ayahmu dulu mengelola perusahaan besar yang menjadi salah satu pemasok utama Arga. Saat beliau meninggal, Arga mencari cara untuk masuk lebih dalam, dan—”

 

Riana memotong. “Jadi, kau bilang Arga menikahiku demi bisnis ayahku?”

 

“Itu bisa jadi salah satunya,” ujar Tio dengan suara rendah.

 

Riana terdiam, perasaan takut dan marah berkecamuk dalam dirinya. “Jadi selama ini Arga memanfaatkanku?”

 

Tio mengangguk pelan. “Aku tak yakin, tapi kau harus waspada. Dia bisa melakukan apapun demi ambisinya.”

 

Saat itu, suara langkah mendekat ke arah mereka. Riana dan Tio mendongak serempak, melihat Arga berdiri di hadapan mereka dengan tatapan dingin.

 

“Sepertinya kalian sangat asyik mengobrol,” ucap Arga dengan nada sarkastis.

 

Riana tercekat, namun dia memaksakan diri untuk tenang. “Arga… Kau mengikutiku?”

 

Arga mengabaikan pertanyaannya dan menatap Tio. “Tio, aku sudah peringatkan agar kau tak melibatkan diri lagi. Kau melanggar kesepakatan.”

 

Tio mendengus. “Kesepakatan? Apa kau tahu apa yang kau lakukan pada Riana? Kau telah mempermainkan hidupnya!”

 

Arga tertawa kecil, penuh ejekan. “Mempermainkan? Aku hanya memberi dia apa yang diminta sahabatnya, Cinta.” Dia menatap Riana, senyumnya tipis. “Bukankah ini semua demi wasiat terakhir Cinta?”

 

Riana menggigit bibir, tidak mampu lagi menahan emosi. “Cinta tak pernah tahu apa yang sebenarnya kau lakukan, Arga. Dia percaya kau akan menjagaku, bukan memanfaatkanku!”

 

Arga mengangkat bahu. “Keyakinan Cinta itu bukan urusanku. Dia meminta aku menikahimu, jadi aku lakukan.”

 

Tio berdiri dari kursinya, tangannya mengepal. “Arga, berhentilah mempermainkan dia. Jika kau memang tak bisa memberinya kebahagiaan, lepaskan dia.”

 

Arga tertawa dingin, memandang Tio dengan sorot mata tajam. “Kau kira kau lebih tahu, Tio? Jangan terlalu ikut campur dalam hal yang bukan urusanmu.”

 

Riana, yang sudah tidak tahan lagi, menatap Arga. “Apa kau pernah benar-benar mencintaiku, Arga? Atau semuanya hanya permainan?”

 

Arga menatapnya lama, tapi wajahnya tidak menunjukkan sedikitpun perasaan. “Kau tidak pernah ada dalam rencanaku, Riana. Semua ini hanya tanggung jawab untuk memenuhi janji yang pernah kubuat.”

 

Riana merasa hancur, namun dia meneguhkan diri. “Kalau begitu, aku tak punya alasan lagi untuk tinggal di sampingmu.”

 

Arga menghela napas dan menggeleng. “Kau kira semudah itu? Jangan naif, Riana. Kau sudah terlibat terlalu jauh. Bahkan jika kau ingin pergi, aku tak akan membiarkanmu.”

 

Riana terdiam, gemetar melihat sisi gelap Arga yang tidak pernah dia lihat sebelumnya. Tio menatap Riana dengan pandangan penuh simpati, tetapi Arga menggerakkan tangannya, memberi isyarat agar dia berhenti.

 

“Aku sudah cukup bersabar, Riana. Jika kau melanggar batas ini lagi, aku tidak bertanggung jawab atas konsekuensinya,” bisik Arga tepat di telinga Riana sebelum berbalik pergi, meninggalkan Riana dan Tio dalam kebingungan dan ketakutan.

 

Tio menatap Riana dan berbisik, “Kau harus cepat keluar dari sini, Riana. Aku akan membantumu. Ini sudah jauh lebih berbahaya dari yang kita duga.”

 

Riana menatapnya dengan mata penuh kekhawatiran, tapi di dalam hatinya, ada sebuah tekad yang mulai tumbuh. Dia tahu, dia tidak bisa hanya melarikan diri. Dia harus tahu lebih banyak tentang kebenaran yang selama ini disembunyikan Arga.

 

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status