Share

Terpaksa Menikahi Pria Lumpuh
Terpaksa Menikahi Pria Lumpuh
Author: miamlnd01

Demi Ayah

“Jadi, ayah saya harus segera melakukan operasi, Dok?”

“Iya, demi kebaikan pasien.”

“Lakukan yang terbaik untuk ayah saya, Dok! Saya mohon!” pinta Maya pada dokter yang menangani ayahnya.

“Baik, persiapkan biayanya ya! Kalo begitu saya permisi!”

Setelah berbincang dengan dokter, Maya pun pergi ke ruangan tempat ayahnya dirawat. Maya benar-benar bingung, bagaimana caranya mendapatkan uang untuk biaya operasi ayahnya.

“Ayah, bertahan ya! Maya janji bakal berusaha semampu Maya untuk kesembuhan, Ayah. Ayah harus ingat kebersamaan kita selama ini. Pasti, Ayah nggak bakal tega ninggalin Maya!"

Saat Maya tengah beranalog sendiri, tiba-tiba,

"Saya akan membiayai semua biaya rumah sakit ayah kamu, asalkan kamu mau melakukan apa yang saya perintahkan!" Seseorang mengeluarkan sebuah kalimat dari arah belakang Maya.

Maya sontak langsung menengok ke arah suara, terlihat seorang ibu tua seumuran dengan ayahnya. Ia pun langsung mengusap air matanya yang sempat lolos dari kelopak matanya tadi.

"Ma-maaf, Ibu siapa ya? Dan maksud ucapan Ibu barusan itu apa ya?" tanya Maya yang bingung dengan kedatangan ibu itu.

"Maaf jika saya lancang, masuk begitu saja tanpa permisi!"

"Iya, tidak apa-apa, Bu. O iya silakan duduk dulu, Bu!" Maya yang begitu paham dengan tata krama dan sangat menghormati orang yang lebih tua pun langsung mempersilakan ibu itu untuk duduk.

"Iya, Nak, terima kasih," Ibu itu bergegas duduk di samping Maya.

"Jadi?" Maya mempertanyakan kembali maksud ibu itu.

"Kamu butuh biaya untuk operasi ayah kamu kan? Saya tidak sengaja mendengar pembicaraan kamu dengan dokter. Maaf jika saya lancang telah menguping pembicaraan kalian. Tadi sebenarnya saya tidak sengaja ingin lewat, tapi saya juga ingin memberikan penawaran dengan kamu!" ungkap ibu itu pada Maya.

Maya berpikir sejenak sebelum melanjutkan pembicaraan yang lebih jauh. Dalam hati ia terus bertanya-tanya soal penawaran apa yang akan ibu itu berikan padanya. Apakah ibu itu benar akan membantunya untuk biaya operasi ayahnya. Jika benar, maka ia pasti akan mengiyakan sebuah tawaran tersebut demi ayahnya.

"Jika boleh tahu, memangnya Ibu benar akan membantu biaya operasi ayah saya?"

"Iya, saya akan membiayai seluruhnya asalkan kamu mau menikah dengan anak saya besok!"

"A-apa? Menikah dengan anak Ibu besok?" Maya tak menyangka itu, bagaimana mungkin ia baru saja lulus sekolah tadi dan besok harus menikah.

"Saya tahu, pasti kamu syok mendengar itu tapi saya sangat membutuhkan bantuan kamu, Nak. Demi nama baik keluarga saya. Saya mohon sama kamu ya, saya janji akan memenuhi janji saya untuk membiayai semua biaya rumah sakit ayah kamu hingga ayah kamu sembuh!" Ibu itu sangat memohon pada Maya.

Maya kebingungan. Tak pernah terpikirkan sebelumnya jika ia akan menikah secepat ini. Namun, ia juga tidak tega melihat ibu itu yang terlihat sedih. Selain itu, ia juga memikirkan keadaan ayahnya yang harus segera dioperasi. Maya memejamkan matanya lalu menarik napas panjang. Ya mau tidak mau dia harus menerima tawaran itu demi ayahnya.

"Baiklah, saya menerima tawaran Ibu untuk menikah dengan anak Ibu, demi ayah saya!"

"Syukurlah, kalo begitu saya langsung urus biaya operasi ayah kamu dan ini adalah kartu nama saya. Besok pagi-pagi sekali kamu harus datang ke alamat yang tertera di sana!" Belum sempat Maya mengiyakan, Ibu itu pergi begitu saja meninggalkan Maya.

Maya menatap kosong kepergian Ibu itu yang semakin lama semakin tak terlihat dari pandangannya. Lalu ia melihat kartu nama yang berada ditangannya dan menghela napas panjang.

"Kita lihat saja besok apa

yang terjadi?"

***

"Pernikahan tetap berlangsung besok pagi!"

"Apa dia sudah kembali, Ma?"

"Dia? Kamu masih berharap perempuan itu kembali? Apa kamu sudah bodoh, Bryan?"

"Ma, aku yakin dia nggak pergi ninggalin aku! Dia pasti akan kembali besok saat pernikahan!"

"Terserah apa katamu! Yang mama tahu, pernikahan kamu tetap berlangsung besok pagi dan mama sudah menemukan pengantin wanita untuk menggantikan perempuan gila itu!"

"Ma, dia bukan perempuan gila! Dia adalah kekasih ku dan akan menikah dengan ku karena kita saling mencintai!"

"Oh ya? Kita lihat saja nanti! Jika perempuan gila itu tidak datang, maka kamu harus menikah dengan perempuan pilihan mama!"

"Baiklah, aku ikuti perintah Mama jika dia benar-benar tidak datang besok pagi!"

"Good! Mama mau pergi nemuin Papa kamu dulu. Kamu istirahat saja, persiapkan diri kamu buat acara besok pagi!"

"Hem, iya Ma!"

Terdengar deru nafas panjang dari sosok lelaki itu. Ia terlihat begitu frustasi dengan keadaan yang dialami saat ini. Baru saja, menerima keadaan tentang kenyataan yang menimpanya dan kini masa depannya sedang dipertaruhkan. Apakah dia akan menikah dengan kekasih hatinya atau perempuan pilihan mamanya?

"ARGH! SIAL!"

***

Maya berdiri di depan rumah mewah nan megah sembari memegang sebuah kartu nama.

"Apa benar ini rumahnya? Dari alamat ini sih harusnya bener ya, pantes saja Ibu itu begitu mudah mengeluarkan uang untuk biaya rumah sakit ayah."

Maya pun memutuskan untuk masuk ke dalam area pekarangan rumah itu. Lalu salah satu satpam yang bekerja di rumah tersebut menghampirinya.

"Maaf Mba, Mba ini siapa ya? Karena tidak sembarang orang bisa masuk ke dalam rumah ini!" ucap Satpam yang menghampiri Maya.

Maya pun terkaget, bingung juga sedikit takut jika ia salah alamat.

"Em, sa-saya Maya, Pak. Em, begini Pak, sa-saya ingin pergi ke alamat ini! Apakah benar ini rumahnya?" Akhirnya Maya bertanya dan menunjukkan kartu nama pada Satpam.

Satpam itu mengambil kartu nama itu lalu mengamati.

"Benar, ini rumahnya. Memang Mbak ada keperluan apa datang ke rumah ini? Mba mau menemui siapa? Mba juga dapat kartu nama ini dari siapa?" Pertanyaan yang bertubi keluar dari mulut Satpam untuk memastikan ada keperluan apa Maya datang ke rumah itu.

Maya terdiam sejenak, pasalnya ia tidak tahu siapa nama ibu itu. Lalu dia harus menjawab apa pada Satpam itu?

'Duh, aku kan lupa tidak tanya nama kemarin.' batin Maya.

Ada apa dengan Maya? Bukannya di dalam kartu nama itu juga tertera nama pemiliknya?

"Mba? Mau bertemu dengan siapa? Mba mau bertemu dengan Nyonya Indah?" tanya Satpam lagi.

"I-iya, Pak, saya mau bertemu dengan Nyonya Indah!"

Sedangkan dilain tempat ada seorang ibu dan anak yang tengah bertengkar.

"Mana, Bryan? Mana calon istri kebanggaan kamu yang katanya mencintai kamu itu?" sindir Mama Indah.

"Sebentar lagi juga datang, Ma!" jawab Bryan enteng.

"Pft, sebentar lagi kata kamu! Bahkan sebagian tamu undangan mungkin sudah bersiap untuk datang ke gedung acara pernikahan kamu!"

"Ma, mungkin saja dia sedang dalam perjalanan!" protes Bryan.

"Mengapa kamu bodoh sekali sih, Bryan? Nggak habis pikir mama sama kamu tu!"

"Ma, plis!"

"Jika lima menit lagi perempuan gila itu tidak datang, maka kamu harus menikah dengan perempuan pilihan mama!"

Bryan tak lagi membalas ucapan sang mama. Dalam hati ia terus berharap jika kekasihnya itu akan datang untuk menikah dengannya.

Lima menit telah berlalu, hati Bryan terus berdebar. Perasaan takut terus menghantuinya.

Tiba-tiba saja...

"Maaf, Nyonya ada seorang perempuan yang datang ingin menemui Nyonya!"

Bryan dan mamanya kompak melihat ke arah perempuan yang datang bersama seorang Satpam.

"Kamu?"

Bersambung...

Selamat membaca dan ikuti terus kisahnya ya.

New chapter =>

Terima kasih.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status