Share

80 : Dia Milikku

Penulis: Az Zidan
last update Terakhir Diperbarui: 2024-08-08 13:50:17

Bunga-bunga mekar menggelitik hati Zeta. Gadis itu tidak pernah tahu kenapa mulutnya bisa sangat berani saat menjawab kata ya' untuk tawaran yang diberikan Sean padanya. Ada banyak kekalutan dan ketakutan yang menggeliat sanubari. Namun, untuk kembali menolak Sean dan menanti lebih lama dari itu rasanya dia sudah tidak akan sanggup.

"Aku akan menjagamu, Nay. Aku tidak akan membuat kau terluka." Ucapan Sean sangat meyakinkan. Binar di matanya berkilat memancarkan kesungguhan yang tidak hanya sebuah janji, tetapi kenyataan.

"Kuharap saat itu tiba, kau benar-benar selalu ada di dekatku," desah Zeta pelan.

Air mata kebahagiaan itu sudah tidak lagi bisa dibendung. Gadis itu mendekap erat tubuh pria bakal suaminya.

Minggu ini, ya— waktu yang sangat singkat. Namun, kebersamaan mereka sudah berjalan dua tahun lebih jadi, tidak tepat rasanya jika itu adalah waktu sebentar.

"Mbak Zeta baik-baik saja?" Suara Runi meruntuhkan bayangannya atas kejadian siang tadi di rumah Sean.

Ia pandang gad
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Terpaksa Menikahi Pacar Adikku   81 : Menghapus Kerinduan

    Sky menyambut ucapan istrinya dengan sebuah pelukan yang merayapkan kenyamanan dalam setiap desir darah dan tarikan napas gadis itu.“Buatku, tidak ada keindahan selain dirimu, Babe.” Ia daratkan sebuah kecupan hangat di ceruk leher Freya, dengan mata terpejam menikmati aroma khas sang kekasih yang telah lama hilang.Gadis itu mendekap tangan suaminya. Mengelusnya lembut, menikmati segala yang telah kembali lagi. Lantas berbalik badan, mengelus wajah tampan Sky yang benar-benar tampak lebih tirus dari pada dulu.“Kau akan abadi, kan? Aku tidak ingin kehilanganmu lagi, Sky. Aku merasa kau menyembunyikan sesuatu dariku yang aku tidak tahu apa itu,” ucap Freya. Jemari lentiknya bersarang pada pipi Sky. Merambat, membuat pola yang acak. Sorot matanya menelisik masuk dalam kegelapan mata pria itu. Mengorek lebih banyak yang ingin diketahui olehnya.Sky terdiam. Pria itu mengamit pinggang istrinya. Membalas tatapan mata Freya dengan tidak kalah sarat akan arti.“Sepertinya aku juga merasaka

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-09
  • Terpaksa Menikahi Pacar Adikku   82 : Gagal Fitting Baju

    Sementara Sky dan Freya menghabiskan waktu menikmati bulan madu mereka, Zeta begitu bersemangat fitting gaun pengantin bersama dengan Sean. Menyesuaikan pakaian yang akan mereka kenakan di hari bahagia yang sudah dua tahun lebih lamanya mereka nantikan.“Bagimana dengan ini?” Sean menunjuk sebuah gaun yang elegan. Gaun berwarna baby peach tanpa lengan dengan bahu terbuka dan bisa dipastikan akan melekat pada tubuh Zeta. Membentuk lekukan tubuhnya yang sempurna. Memeluk erat permukaan kulit Zeta dengan sangat erat. Dia akan tampak menawan dengan balutan gaun itu. Kulitnya yang putih akan semakin bersinar dengan terang.Zeta menggigit bibir bawah bagian dalamnya. Dia ragu dengan pilihan calon suaminya itu. “E—” gadis itu menggantung ucapannya cukup lama. “Aku tidak percaya diri dengan lenganku yang harus dilihat banyak orang, Mine,” lanjutnya kemudian dengan suara yang ringkih. Seperti ada sebuah trauma besar yang ditunjukkan dari nada suara iu.Sean mencekal lengan Zeta. Selama ini dia

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-10
  • Terpaksa Menikahi Pacar Adikku   83 : Sky

    Berbalut dengan selimut putih, tubuh Freya terlungkup dengan berpangku dagu, kedua tangannya ia lipat sebagai bantalan bagian bawah mulut. Sorot matanya menyusuri sunrise yang menyembul melalui balik cakrawala, naik secara perlahan untuk menyambut dunia.“Satu pagi dari banyaknya pagi yang membuatku bahagia,” ujar Freya. Ia mengalihkan pandang ke arah Sky yang bersembunyi di balik selimut memeluk tubuh Freya dengan erat. Mengendus aroma bercinta mereka yang semalaman membanjiri keduanya.“Aku tidak pernah merasakan bagaimana indahnya pagi sebelum bersamamu, Sky. Yang kutahu hanya bekerja sepanjang hari agar bisa menghasilkan uang untuk hidup. Lalu saat aku di rumah Kinar, setiap pagi hanya berkebun, menanam dan memanen hasil kebun. Itu menyenangkan sekaligus membosankan,” tambahnya.Memindahkan tangan yang mulai terasa kebas untuk memainkan rambut Sky yang terasa lembut membelai sela-sela jarinya.“Sky,” panggil Freya saat semua kata-katanya tidak digubris dan sama sekali tidak mendapa

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-11
  • Terpaksa Menikahi Pacar Adikku   84 : Luka Zeta

    Dengan terburu-buru, Sean membawa mobilnya dengan kecepatan penuh. Ia mengajak serta Gea yang mengomel dengan memangku Gatra di bangku belakang.“Abang jangan egois! Kalian, tuh mau nikah, aku nggak mau kalau ada drama aneh-aneh lagi,” sungut, Gea dengan emosi yang tertahan.Kalau tidak ada Gatra di pahanya dia tidak akan mengerem setiap kata yang dilontarkan pada sang kakak.“Gea, ini bukan waktu yang tepat untuk berdebat. Aku tidak pernah mau dan ingin menunda apa pun yang aku rencanakan dengan matang. Ini tentang Sky, Kakakmu, adik abang. Apa salahnya aku terbang ke sana sebentar melihat kondisinya?” jawab Sean dengan melirik adiknya lewat arah spion yang ada di depannya. Kemudian kembali memusatkan pandang pada jalanan pagi yang tampak sudah terisi penuh dengan beberapa kendaraan.“Kalau kau sakiti Zeta, aku tidak akan lagi membelamu, ingat itu! Kau bukan lagi abangku,” ancam Gea.Sean bungkam. Tidak ada sedikit saja niatnya untuk menyakiti Zeta. Hari pernikahan mereka baru akan d

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-12
  • Terpaksa Menikahi Pacar Adikku   85 : Penyakit Berbahaya

    “Sean!” Melihat kedatangan pria itu, Freya berlari dan memeluk tubuh laki-laki yang pernah menjadikan dia wanita paling beruntung di dunia. Tangisnya pecah, seraut wajah yang dulu tampak menarik di mata Sean sekarang hanya terlihat parau.“Sky belulm juga sadarkan diri. Dokter terus upayakan agar dia lekas dibawa ke rumah sakit lebih besar, Sean,” isaknya. Membuat siapapun yang mendengarnya pasti akan terenyuh.Kedatangan mereka ke sini untuk berbulan madu, siapa yang sangka jika kejadiannya akan menjadi seperti ini?Sebelum menjawab setiap penuturan Freya, Sean melepaskan jaket yang dia kenakan. Ia selimutkan di bahu Freya. Masih ia dekap tubuh kurus itu dan ia ajak untuk duduk. Melihat penampilan Freya, Sean bisa pastikan bahwa gadis itu tidak ada waktu untuk sekadar menutup tubuhnya.“Kita doakan agar Sky baik-baik saja, ya. Mungkin karena terlalu lelah,” timpal Sean dengan nada bicara setenang mungkin.Dia pria yang tidak pernah merasakan panik. Namun, pagi tadi, rasanya Sean kehil

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-13
  • Terpaksa Menikahi Pacar Adikku   86 : Kesempatan

    86Pekatnya malam sudah merajam senja jingga di ufuk barat. Zeta, hanya mampu duduk menanti sebuah kabar dengan berbangku tangan yang setia menggenggam ponselnya. Wajahnya sudah membengkak karena terlalu banyak menangis. Sejauh ini tidak pernah Sean lupa memberi kabar ataupun membalas pesan yang dia kirimkan.Akan tetapi, hari ini— sudah sepuluh jam terlewat pesan yang ia kirim tidak juga mendapatkan sinyal dibaca ataupun ingin menjawabnya.“Mbak, ayo! Kita makan dulu, Runi udah masak kesukaan Mbak, lho,” ajak asisten rumah tangga yang sejak pagi tenaganya sudah terkuras habis karena mengasuh dan juga membereskan rumah sendirian.Sedangkan Zeta hanya melamun, termenung, menangis, dan terkadang terisak dalam bungkamnya. Suaranya tidak keluar sejak Sean keluar dari rumah mungil bergaya modern naturalis.Gelengan kepala itu dilihat Runi. Sudah satu jam lamanya dia membujuk majikannya untuk memasukkan barang sebutir nasi ke mulutnya, tetapi terus saja di tolak.“Mbak istirahat aja, aku mau

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-14
  • Terpaksa Menikahi Pacar Adikku   87 : Permintaan

    87Sky meraih perlahan tangan istri dan juga kakaknya. Menyatukan jemari keduanya yang membuat Sean menautkan alis dengan lekat. “Apa ini, Sky?” jelas dia tidak tahu apa yang dilakukan pria itu sampai, Sky menjelaskan pikirannya pada mereka berdua.“Aku melihat surat perceraian kalian. Aku merebut Freya darimu. Seharusnya kalian sudah bahagia bukan? Kuanggap ini hukuman untukku. Karena sikapku yang sudah diluar batas. Aku—” tatapannya beralih pada Freya. “Aku memanfaatkanmu. Dari awal hubungan kita tidak sesuci dan sekuat yang kamu harapkan, Babe. Aku minta maaf.” Freya menggeleng. Dia bahkan tidak menganggap bahwa dirinya dimanfaatkan.“Kamu ngomong apa?” sergah Sean.“Tidak, diam dulu.” Sky tidak mau ucapannya terpotong. Atau Tuhan tidak akan memberi kesempatan untuk melanjutlan ucapannya lagi.“Aku tahu sekarang perasaanmu sangat kuat untukku dan juga Sean. Kau mencintaiku dan tidak mau kehilangan abangku. Freya, Abang. Kalau dalam waktu dekat atau suatu hari nanti aku mati, maukah

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-14
  • Terpaksa Menikahi Pacar Adikku   88 : Janji

    Sepanjang malam, Sean tidak berhasil memejamkan matanya. Ia terus melirik ponsel dengan perasaan yang tidak menentu. Pikirannya terus berputar-putar. Memikirkan ucapan adiknya, demikian juga Zeta. Dia tidak akan bisa menjelaskan keinginan Sky pada Zeta.Pucuk dicinta ulam pun tiba. Gawai di tangannya bergetar dan menampilkan nama kekasihnya. Dengan tangan bergetar, Sean menggeser icon berwarna hijau itu. Wajah Gatra langsung menyambutnya.“Papa, Papa,” ocehnya dengan suara terbata-bata karena sepertinya bocah itu baru saja menghabiskan malam dengan tangisan. Namun kemudian ia kembali meraung.“Dia terus menangis sepanjang malam. Mbak Runi dan aku tidak bisa membuatnya tenang, Mine.” Ada getar yang menyesakkan saat mendengar panggilan Zeta yang biasanya selalu membuatnya nyaman. Ada sesuatu yang memberontak. Ada hal lain yang membuatnya sedih dan dihinggapi penyesalan hebat ketika kata itu disebut.“Mine? Kamu baik-baik saja? Aku tidak minta kau kembali sekarang. Hanya saja mungkin kau

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-15

Bab terbaru

  • Terpaksa Menikahi Pacar Adikku   97 : Enam Tahun Terlewat

    Berada di sebuah restoran yang tidak jauh dari Trevis Fountain, Freya, Gatra dan juga balita yang Zeta perkirakan usianya empat tahun itu duduk mengelilingi meja. Menyantap hidangan yang sudah mereka pesan. Tidak hanya itu, Freya tampak kelelahan dengan perutnya yang membuncit.“Hai. Gatra apa kabar, Sayang?” Zeta mengulurkan tangannya dengan senyum yang merekah indah.“Siapa?” tanya bocah itu dengan nada sinis. Dia kembali sibuk mengunyah salad di mulutnya.“Dia tante Zeta. Apa kamu lupa? Dia yang mengurusmu saat kecil, Nak. Kamu lupa?” jelas Sean.“Cukup, Sean. Biarkan Gatra menghabiskan makanannya dulu. Duduklah, kamu boleh bergabung,” papar Freya dengan suara yang paling tidak disukai oleh Zeta.“Ah— terima kasih. Tapi kurasa aku buru-buru. Suamiku sudah menunggu. Selamat menikmati hidangan dan indahnya Roma.” Zeta berbalik badan, tetapi sebelum itu ia kembali menoleh untuk memberikan senyum pada gadis imut yang terus menatapnya dengan rasa penasaran.“Hei, aku punya sesuatu untukm

  • Terpaksa Menikahi Pacar Adikku   96 : Bertemu Kembali

    Trevi Fountain, di sanalah Zeta berada sekarang. Dalam genggamannya sudah ada dua koin yang hendak ia lempar ke kolam di hadapannya. Menyatukan kedua tangan, ia melangitkan harapan sebelum melempar satu koin itu.“Tersisa satu koin lagi,” ucap seseorang yang sudah menemani sepanjang perjalanannya.“Aku tahu diamlah,” sergah Zeta yang disambut tawa kecil dari rekan spesialnya.“Aku akan lakukan dengan caraku. Katanya dengan cara seperti ini akan lebih mudah untuk dikabulkan, kan?” tambah Zeta.“Hm—? Seperti apa itu?”Zeta berbalik badan membelakangi fountain dan memejamkan mata sama seperti yang dilakukannya pertama kali tadi. Latas melemparkan koin melintasi bahu dengan cukup tinggi dan mendengarkan suara benda berat itu meluncur ke dalam air.Senyum ayunya masih mengembang, saat membuka mata. Akan tetapi, tiba-tiba tubuhnya membeku.Bagaimana bisa? Batinnya. Dia bahkan baru saja melayangkan doanya, dia baru saja meminta pada kepercayaan orang-orang Roma ini. Lalu kemudian sudah berdi

  • Terpaksa Menikahi Pacar Adikku   95 : Kedatangan Zia

    Bukan hal baru bagi Zeta tidak diharapkan atas hidupnya. Jauh sebelum ini, dia juga pernah disia-siakan. Pernah dibuang, dicaci-maki. Sean menawar sekaligus luka baginya setelah bertahun-tahun lalu. "Pergilah, Zie. Sudah tidak ada yang perlu kamu jelaskan, kan?" Zia menggeleng cepat. "Aku tidak akan pergi sendirian, Zeta. Kamu harus ikut denganku. Kamu harus rebut Bang Sean lagi." "Kamu ingin aku menjadi duri untuk wanita lain? Sedang aku sendiri adalah wanita. Aku menentang pengkhianatan seorang wanita, tapi aku tersakiti oleh wanita." "Zeta—" Zeta menatap Zia intens. Setelah sekian hari dia kehilangan isak tangis. Sekarang air mata itu kembali menguar setetes demi setetes. "Ayahku pecandu alkohol dan suka bermain wanita, sekaligus suka memukul ibuku. Kami berjuang sendiri untuk lari darinya. Tapi selalu gagal. Ayahku berkhianat tidak hanya sekali. Tapi, ibuku adalah orang bodoh yang pernah ada di bumi ini. Dia tetap berdiri di sisinya sampai akhir hayat. Setelah dia meninggal,

  • Terpaksa Menikahi Pacar Adikku   94 : Penjelasan

    Dalam gelap, suhu ruangan yang terasa membekukan setiap tulang dalam tubuh perempuan berambut sepinggang itu. Netra sepekat malam hanya mampu menatap kosong ke depan. Tanpa arah dan tanpa makna. Jemarinya meremas dan mengusap tidak tentu arah gawai putih miliknya. "Mbak Zeta! Buka, ya pintunya. Mbak harus makan," teriakan Runi yang selalu terdengar puluhan kali dalam sehari. Namun, tidak mampu membuat Zeta beranjak dari kursi Belezza yang ia duduki. Air matanya telah mengering, tersisa rasa sesak yang tidak juga mampu ia tepis. Luka yang membekas begitu dalam. Fisiknya telah rusak, pun demikian dengan jiwanya, kian rapuh. Pikiran yang semakin ringkih. "Masih nggak mau buka, Mas. Sebetulnya Pak Sean ke mana, to? Tega banget buat Mbak Zeta begitu. Kurang apa, sih Mbak Zeta? Ini sudah hampir satu Minggu, masih juga nggak ada kejelasan dari Pak Sean," gerutu Runi pada Bagas. Pria itu sesekali datang hanya untuk menjenguk menanyakan kabar Zeta. Namun, tidak ada kemajuan yang berarti

  • Terpaksa Menikahi Pacar Adikku   93 : Desas-Desus

    Berulangkali Zeta mondar-mandir di ruangan khusus untuk menantikan kedatangan Sean. Entah sudah seberapa keras gadis itu menggigit bibirnya untuk menghalau kegundahan hatinya. Jemari lentik itu berusaha menelepon nomor kekasihnya sudah lebih dari sepuluh kali. "Bagas, dia datang, kan? Kamu sudah pastikan kalau dia akan datang, kan?!" tegasnya. Keringat sebesar jagung sudah menimpuk riasan di wajahnya. Sekarang bukan keanggunan dan juga menawan di wajahnya. Gurat kecemasan yang justru terpancar kian terang. "Sudah, Mbak. Tadi bahkan, Pak Sean sudah siap dengan setelan peachnya. Mungkin macet, Mbak." Meski Bagas juga merasakan apa yang dikhawatirkan oleh Zeta. Namun, dia berusaha untuk membuat pengantin perempuan itu tenang. "Macet di mananya? Kita tadi jalan aman-aman aja, kan? Jalanan lancar, Bagas!" hardik Zeta. Dia sampai harus menaikkan satu oktaf nada bicaranya. Kendati hal itu tidak dilakukan mereka sama-sama tahu kalau Zeta dan seluruh orang yang hadir juga ketakutan dan

  • Terpaksa Menikahi Pacar Adikku   92 : Akad Nikah

    Zeta mengerjap cepat. "Aku— ya, kurasa aku mimpi. Dan— dan itu mengharuskan aku telepon kamu di— pagi buta. Anggap saja begitu," jawabnya dengan terengah. "Kami baik-baik saja, Nay. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Gatra tidur dengan pulas malam ini bersama Zie dan Zha. Mereka ada di rumah. Sama sepertimu tidak sabar menanti kan hari esok." "Hanya aku? Bagaimana denganmu? Apa, kamu tidak merasakan hal itu?" Entah sudah keberapa kali, Zeta menggigiti bibir bawahnya. Menekan dan menenggelamkan keresahan yang terus saja timbul saat jawaban atas pernyataannya tidak dijawab sesuai ekspektasinya. "Tentu saja aku menantikannya, Nay. Bahkan aku sangat antusias. Aku akan berdiri menantikanmu dengan jas peach yang kau pilihkan," terang Sean. Ia layangkan senyum yang tidak diketahui oleh Zeta. "Ya. Bisa kubayangkan betapa menawan dan menariknya dirimu, Mine. Kamu harus tahu kalau aku—" Lidahnya tiba-tiba terasa kelu. Ada yang menggantung di tenggorokannya hingga sepatah kata tidak mampu

  • Terpaksa Menikahi Pacar Adikku   91 : Berkhianat

    "Sean, Sky membaik. Pagi ini, dia minta makan enak katanya. Dia sembuh, Sean." Kabar itu meluncur membawa kehangatan untuk Sean. Dia merasa lega akhirnya sang adik mendapatkan harapan itu. Setelah panggilan itu terputus, Sean beralih pada Gatra dan juga Zeta. Mereka juga sudah jauh lebih baik dari semalam. Tatapan penuh keharuan dan beban yang seolah menguar begitu saja. Sekarang, dia tidak harus memikirkan nasib Gatra. Tidak harus menyembunyikan perasaannya pada Zeta dari Freya. Tidak harus menanggung beban atas kehidupan ibu dan anak itu. Sean menarik langkah mendekati Zeta. Mereka berdua duduk di atas matras dengan taburan berbagai macam mainan milik bocah laki-laki itu. "Mine? Kamu senyum? Ada apa?" Zeta menoleh memerhatikan raut wajah sang kekasih yang terlibat berbinar. "Freya baru saja telpon. Dia bilang, Sky membaik. Dia minta sesuatu untuk di makan. Aku senang, Nay." "Syukurlah. Aku juga ikut senang, Mine. Maaf aku egois dengan mengatakan ini." Sebelah alis Sean teran

  • Terpaksa Menikahi Pacar Adikku   90 : Demam

    Sorot mata Sean menatap penuh kasih pada Gatra yang terlelap di ranjang bersama dengan Zeta. Mereka baru saja pulang dari klinik. Meneguk obat masing-masing dan kini terpengaruh obat-obat tersebut. Tatapan Sean secara bergantian memerhatikan wajah kekasihnya dan juga anak dari adiknya. Ada sesuatu yang mengganjal pikirannya. Beban yang terasa salah, tetapi juga dirasa tidak benar. Tidak mungkin aku menempatkanmu dalam satu pilihan, Nay. Tapi— bahkan batinnya saja menggantung kalimatnya. Pria itu bertumpu siku pada pahanya. Merangkus wajahnya dengan kasar, mendesah frustasi. Ia raih ponselnya dan menelepon seseorang yang jauh di seberang. "Bagaimana kondisinya?" "Sky— kondisinya semakin menurun, Sean. Aku takut. Saat terlelap begini, seperti tidak terjadi sesuatu padanya. Tapi, suhu tubuhnya tidak turun sama sekali sejak keluar dari ruang pemeriksaan tadi, Sean."Lagi-lagi Sean menghembuskan napasnya secara perlahan. Menyembunyikan kesesakan dalam dirinya. "Semoga saja Tuhan beri

  • Terpaksa Menikahi Pacar Adikku   89 : Kembali

    Tubuh Zeta gemetar bukan main. Selain ia belum tidur sejak kemarin, ia pun tidak memasukkan makanan ke dalam perutnya kecuali air putih. Sekarang, ia menggendong Gatra yang mulai menurut padanya, tetapi suhu tubuh bocah itu meningkat sejak bangun tidur pagi tadi. "Mau Papa, Tante," rengeknya pelan. Tatapan matanya sayu."Mau telpon Paman dulu sampai dia datang, Sayang?" Gatra menggeleng pelan. "Mau papa, bukan telepon," jawabnya masih dengan suara yang lemah. "Sabar, ya. Paman akan segera datang." Gerakan tangan Zeta tidak berhenti barang sebentar. Ia terus mengayunkan langkah dan lengan agar Gatra merasa nyaman. "Mbak Zeta. Di luar ada masalah," lapor Nia. Ia meremas ujung apron yang dia kenakan dengan gerakan kuat. "Masalah apa?" suaranya tidak kalah lirih dari Gatra. Dengan tidak anggun, ia menarik ingus yang sudah hendak keluar dari hidung. "Itu mbak. Pembeli permasalahkan toping, katanya— katanya—""Katanya apa, Nia? Kepalaku pusing banget, bisa lebih cepat ngomongnya?""Ka

DMCA.com Protection Status