“Hasilnya negative, dan terbukti seratus persen bukan anakmu,” ujar Chandra, memberikan amplop kepada Kendrick yang duduk di kursi kerja.Kendrick tersenyum menang, ia mengambil amplop berwarna putih dan terdapat logo rumah sakit, tentu saja langsung memeriksanya.Chandra duduk di kursi kosong berhadapan dengan Kendrick, lalu berkata, “Itu yang asli, lebih cepat satu hari dari prediksi. Mungkin nanti malam Diana akan datang ke rumah sakit untuk menukarnya.”“Memangnya ada yang lainnya di rumah sakit?” tanya Kendrick, diangguki oleh Chandra.“Duplikatnya, hampir sama yang asli. Yang asli stempelnya berwarna merah, yang duplikat berwarna biru.”Kendrick menaikkan sebelah alisnya, “Lalu?” tanyanya, ia sudah berdiskusi dengan Chandra dan Argantara untuk mereka berdua saja yang meng-handle.“Besok pagi, aku dan Arga akan memeriksanya. Jika memang berubah amplopnya, aku akan menukar kembali duplikat yang lainnya,” ujar Chandra, membuat Kendrick terdiam.Kendrick melihat tulisan tinta print
“Sudah sering aku katakan, aku bukan ayahb biologis dari anak yang kau kandung.”Kendrick menatap Diana dihadapannya saat ini, mereka saat ini berada di rumah sakit. Bukan hanya mereka, tetapi ada kedua orangtua dari Kendrick, sedangkan Vindry tidak ikut. Chandra tidak hadir, tetapi Argantara hadir.“Ini pasti kamu palsuin, kan?” tanya Diana dengan tidak santai, menatap Kendrick yang menaikkan sebelah alis.“Aku? Kau yang menerimanya dari Dokter, lalu aku yang dituduh memalsukannya? Are you crazy?” ucap Kendrick dengan penuh penekanan.“Kendrick, tahan emosimu. Kita di rumah sakit, tidak boleh mengganggu pasien yang lainnya,” bisik Mommy dengan lembut, ditanggapi dengan bergumam dari Kendrick.“Caffe sebelah rumah sakit.”Kendrick menatap Diana, memberikan kode kepada Diana untuk jalan lebih dahulu, lalu dirinya menatap Argantara yang menganggukkan kepala.Argantara merangkul Diana untuk pergi dari sana, dirinya sedang menjalankan peran sebagai mantan kekasih dari Diana yang baik hat
“Kau sudah satu minggu tidak memiliki kegiatan diluar. Apakau tidak bosan?”Vindry menatap suaminya yang sedang fokus menatap layar laptop, sedangkan dirinya sedang berada di meja rias. Kendrick hanya menanggapinya dengan bergumam.“Selama aku bersamamu, tidak ada kata bosan untukku,” ucap Kendrick, menatap wajah sang istri dari pantulan cermin. Dirinya tersenyum manis.Sudah satu minggu berlalu, Diana tidak lagi mengganggu Kendrick, dan obrolan pada malam itu semakin sengit. Mungkin, karena Diana kalah telak, dan membuat perempuan itu mundur, tidak lagi menampakkan diri.“Bagaimana keadaan Zaiden?” tanya Vindry, menoleh dan menatap Kendrick yang sedang menatapnya dari kejauhan.“Semakin membaik, besok grand opening caffe dia yang waktu itu sempat menceritakannya kepadaku,” jawab Kendrick, ia menepuk sisi kirinya yang kosong, memberikan kode kepada istrinya.“Tunggu, aku belum selesai.”“Waktumu hanya dua menit dari sekarang,” ujar Kendrick, membuat Vindry menyipitkann kedua mata kepa
“Kendrick, kau sudah tiga jam berendam. Nantti kau sakit.”Kendrick yang sedang memejamkan mata pun menaikkan sebelah alisnya, membiarkan Vindry untuk berceloteh di depan pintu kamar mandi.“Kau jangan marah jika aku bertemu dengan pria lain,” ujar Vindry, membuat Kendrick membuka kedua matanya.Pria itu menoleh ke pintu kamar mandi, lalu berkata, “Akan aku patahkan tulang pria itu.”“Waktumu hanya lima menit dari sekarang. Jika dalam lima menit kau tidak keluar, aku akan pergi bertemu dengan pria lain,” ucap Vindry, setelahnya Kendrick mendengar langkah kaki yang menjauh.Kendrick berdecak, mencium aroma tubuhnya. Memastikan bahwa tidak ada bau amis yang menempel pada tubuhnya.“Kalau bukan Vindry yang memintanya, sudah pasti aku akan bertindak kasar,” gerutu Kendrick, lalu keluar dari bathtup dan membilas tubuhnya.Tidak membutuhkan waktu lama untuk Kendrick menyelesaikann aktifitasnya, dan keluar dari dalam kamar mandi.Kendrick menemukan Vindry yang duduk di pinggir ranjang dengan
“Kau yakin dia akan datang?” tanya Kendrick kepada Chandra yang duduk di sisi kanannya, sedangkan Chandra mengangguk.“Arga mengirimiku pesan, dan dia sedang di jalan bersama dengan Diana,” ucap Chandra, menatap Kendrick yang sedang menatapnya.Keduanya sedang berada di satu ruangan yang bisa melihat ke arah pintu masuk, dan ruangan ini adalah ruangan Zaiden. Sedangkan Zaiden saat ini berada di belakang meja kasir dengan pakaian yang rapih, ala bos muda.“Arga memberitahumu dimana dia sekarang?” tanya Kendrick, menatap Chandra yang menatap layar ponsel dan menggelengkan kepala.“Tidak. Arga tidak mengirimiku pesan apapun.”Kendrick bergumam, fokusnya hanya menatap pintu kedatangan, memperhatikan satu persatu pengunjung yang datang.Hingga akhirnya, Arga dan Diana memasuki caffe milik Zaiden. Hal tersebut membuat Kendrick tidak melepaskan targetnya.“Loh, kau?”Kendrick dan Chandra saling menatap satu sama lain. Kendrick menganggukkan kepala, lalu kembali menatap Diana dan Arga yang be
“Lanjut rencana dua hari ini?”Argantara menatap Kendrick, Chandra dan Zaiden silih berganti. Mereka hari ini sedang berada di apartement milik Chandra, dan berencana untuk menjalankan rencana kedua nanti malam.Tadi malam rencana mereka sukses, Diana masuk ke dalam perangkap, walaupun tidak banyak mendapatkan bukti, setidaknya mereka mendapatkan bukti yang nyata.“Kalian yakin kalau Diana akan datang lagi ke caffe?” tanya Zaiden kepada ketiga pria dewasa yang usianya lebih tua darinya.Kendrick dan Arga menganggukkan kepala. Mereka sangat tahu apa yang ada di pemikiran seorang Diana Danira. Bahkan, tadi malam sangat terlihat jelas bahwa Diana memperhatikan Zaiden, seolah Zaiden adalah target.“Kau sudah menjadi target Diana,” ucap Kendrick, lalu tertawa pelan. Sedangkan Zaiden bergidik ngeri.Chandra menepuk bahu Zaiiden, lalu berkata, “Kau jangan seperti itu, kan kau pernah tergila-gila dengannya.”“Waktu itu, sebelum aku tahu sifatnya seperti apa,” ucap Zaiden, ditanggepi dengan t
“Ku kira kau lupa jalan pulang.”Vindry mengisi gelas kosong dengan air mineral, lalu meneguknya, tanpa menatap suaminya yang berjalan mendekatinya.Kendrick memeluk Vindry dari belakang, dan mengecup pipi kanan sang istri. Ia sangat lelah, tadi malam tidak tidur sama sekali.“Rumahku kan kau, bagaimana bisa aku melupakan kau?” tanya Kendrick, hanya ditanggapi dengan bergumam dari Vindry.Pria itu membalikkan tubuh sang istri, membelai wajah cantik yang dimiliki Vindry, dan membuatnya jatuh cinta kembali untuk kesekian kalinya.“Aku hari ini tidak pergi ke kantor, ingin menghabiskan waktu denganmu.”Vindry menaikkan sebelah alisnya, lalu bertanya, “Kau pergi kemana tadi malam?”“Sore ada di apartement Chandra, malamnya di caffenya Zaiden,” jawab Kendrick dengan lancar, menatap kedua iris mata hazel sang istri yang menyipit.“Kau menginap di caffe?” tanya Vindry, diangguki oleh Kendrick. “Kau menjadi satpam satu malam di sana?” tanyanya, ditanggapi dengan bergumam dari sang suami.“Dia
“Kendrick.”Kendrick yang sedang fokus dengan laptop pun menoleh, menaikkan sebelah alisnya, dan menatap sang istri yang bergumam.“Katakan,” ucap Kendrick, menunggu apa yang diinginkan oleh Vindry.“Aku ingin durian yang ada di dekat rumah orangtuaku,” ujar Vindry, mengerjapkan kedua matanya, menatap suaminya yang hanya bergeming.“Kau punya nomornya? Tinggal kau pesan, nanti aku bayar,” titah Kendrick, ditanggapi dengan gelengan kepala.“Aku maunya datang langsung ke sana,” ucap Vindry dengan lembut, mengerucutkann bibirnya, berharap suaminya itu menuruti apa yang ia inginkan.“Oke. Aku selesaikan dahulu pekerjaanku.”Vindry spontan memeluk suaminya, lalu mengecup pipi kiri Kendrick, dan tersenyum bahagia. Setidaknya, ia bisa refreshing sejenak, walaupun mungkin tidak lama.“Nanti mampir ke rumah Mamih sama Papih yaa,” ujar Vindry, ditanggapi dengan bergumam dari Kendrick, dan lagi-lagi membuatnya tersenyum menang.Vindry menghubungi kedua orangtuanya, dan Bettyana. Ia rindu dengan
“Miquera, kau dengar Mommy?” Vindry menatap anak perempuannya yang bernama Miquera Milo Yumna, dan Miquera hanya terdiam dengan pandangan menunduk. “Terus, Mom. Miquera memang susah sekali diberitahu, kalau sudah kejadian saja baru menangis meraung-raung,” timpal anak laki-laki mengenakan T-shirt berwarna hitam dan celana selutut, Miqueza Milo Intezar. “Abang diam,” tegas Kendrick tanpa membentak, ia menatap Miqueza yang mengulum bibir di sisi kirinya. Vindry menghela nafas, memijat keningnya yang terasa pening. Anak perempuannya yang berusia 5 tahun telah melakukan kesalahan. “Coba jelaskan satu kali lagi kepada Mommy, supaya Mommy tidak salah mengambil sikap kepadamu,” ucap Vindry dengan lembut, membelai surai panjang milik Miquera. Miquera menatap Mommynya yang tersenyum kepadanya, ia bergumam dan memainkan jemarinya. “Aku sedang bermain di taman bersama dengan Abang, lalu Naira mendorongku sampai terjatuh. Aku tidak terima, aku mendorongnya kembali,” ucap Miquera, menatap
“Tujuh tahun dan empat tahun? Jadi, sebelas tahun hukumannya?” Vindry menatap Kendrick yang duduk di sisi kanannya, dan sang suami menganggukkan kepala tanpa menoleh. “Ya, dia pantas mendapatkannya,” ucap Kendrick, menatap sang istri yang bergumam. Mereka berada di dalam ruang persidangan, dan keputusan hakim sudah ditetapkan. Pada persidangan saat ini, Zaiden sebagai pelapor dan Diana sebagai tersangka. Zaiden memenangkan persidangan pada pagi hari ini, Diana ditetapkan bersalah atas laporan yang dibuat oleh Zaiden dengan bukti yang valid. “TIDAK! AKU TIDAK BERSALAH! “ Vindry sedikit terkejut, ini bukan pertama kalinya ia mendengar Diana berteriak di ruang persidangan setelah hakim mengetuk palu. Kendrick merangkul Vindry, membantu istrinya untuk berdiri dan membawanya keluar. Tetapi belum sempat mereka melangkah, Diana kembali berteriak. “KENDRICK, INI SEMUA RENCANAMU UNTUK MENGHANCURKANKU, KAN?” “KAU MANUSIA TIDAK PUNYA HATI!” “ARGHH! LEPASKAN AKU! AKU TIDAK SALAH! AKU DIJ
“Kau tidak tergoda dengan Diana, right?” Argantara menatap Zaiden yang menatapnya dengan sebelah alis yang terangkat. Mereka saat ini sedang berada di apartement milik Chandra, bersama dengan Kendrick. “Tidak, Kak Arga. Aku sudah lama juga tidak bertemu dengannya, mungkin sekitar satu bulan,” ujar Zaiden, diangguki oleh Argantara. Chandra menyimpan dua toples di meja, ia baru saja mengambilnya dari dapur. Memilih untuk duduk di sisi kanan Kendrick. “Jadwal sidang pertamamu itu besok, kan?” tanya Chandra, menatap Kendrick yang bergumam. “Besok siang,” jawab Kendrick, diangguki oleh Chandra. “Kau menjadi saksi, right?” tanyanya kepada Argantara. Argantara menganggukkan kepala, “Ya. Aku menjadi saksi dalam kasusmu dan Zaiden,” ujarnya dengan santai. Jangan bertanya ‘bagaimana perasaan Argantara saat ini’, karena jawabannya sangat bahagia. Argantara berhasil membuat Diana ditahan, dan wanita itu harus menghadapi dua kasus yang berbeda. “Kau benar-benar kejam,” celetuk Chandra, meng
“Kau bertemu dengan Diana?”Chandra menatap Kendrick yang sedang menyeruput kopi di hadapannya, sahabatnya itu menggelengkan kepala.“Tidak. Aku malas bertemu dengannya jika bukan dipersidangan.”Chandra sangat mengerti, jika ia sedang dipoisisi Kendrick akan melakukan tindakan yang sama, tidak ingin bertemu dengan Diana.“Kau datang ke kantor polisi?” tanya Chandra, ditanggapi dengan bergumam dari Kendrick yang duduk santai di kursi kekuasaan.“Aku hanya mengantar Zaiden, karena Argantara sedang ada urusan ke luar kota. Zaiden bertemu dengan Diana, dan aku mengobrol dengan polisi disana,” jelas Kendrick, menatap Chandra yang sedang menatapnya.“Diana tidak melakukan kekerasan kepada Zaiden?”Kendrick menggelengkan kepala, “Diana memohon kepada Zaiden untuk Zaiden mencabut laporan, supaya dia bisa bebas.”“Masih bisa memohon? Tidak memiliki malu?” gerutu Chandra, ditanggapi dengan tertawa oleh Kendrick.“Diana sejak kapan memiliki urat malu? Dia mengatakan kepada Zaiden, tidak akan m
“Kau bahagia?”Kendrick menatap Vindry yang menganggukkan kepala dengan cepat. Mereka saling beradu tatap, dan saling tersenyum manis.“Beberapa bulan cuma di rumah, terus sekarang bisa ada di sini tuh rasanya seperti keluar dari dalam goa,” oceh Vindry, terkekeh dan menatap hamparan laut di depan sana.Angin pada sore hari ini cukup kencang, menerpa surai panjang milik Vindry. Perempuan itu meluruskan kedua kaki, dan mengusap perutnya yang semakin membesar.“Kau baik-baik ya di dalam sana. Sehat terus anak, Mommy,” monolog Vindry, tersenyum manis dan menatap Kendrick yang sedang memperhatikannya.“Menurutmu, anak kita laki-laki atau perempuan?” tanya Kendrick, menatap Vindry yang menaikkan sebelah alis.“Tadi kata dokter kemungkinan laki-laki. Kau berharapnya perempuan pada saat lahir nanti?”Kendrick menggelengkan kepala, hanya memastikan bahwa apa yang ia dengar tadi tidak salah.Sebelum mereka pergi ke pantai, mereka pergi ke rumah sakit untuk check kandungan Vindry, karena sudah
“Apakah kau sudah tenang? Dendam yang selama ini kau simpann, sudah terbalaskan?”Kendrick menatap Argantara yang menghela nafas. Sahabatnya itu mengangguk, dan menatapnya .“Sedikit, aku masih menunggu hasil putusan sidang. Aku harus memastikan bahwa Diana mendapatkan hukuman yang setimpal,” ujar Argantara, diangguki oleh Kendrick.“Kau tidak ada yang terluka?” tanya Kendrick, dijawab dengan gelengan kepala.“Tidak ada yang perlu dikhawatirkan, semua aman terkendali,” ucap Argantara, diakhiri dengan tertawa pelan.Rencana yang sudah disusun oleh Argantara selama beberapa tahun ini, berjalan lancar hari ini. Diana sudah ditangkap oleh Polisi, dan ditahan dengan bukti-bukti yang diberikan.“Kalian yakin kalau Bu Dewi tidak ada niatan jahat seperti Diana?” tanya Vindry yang duduk di sebelah Kendrick, menatap keempat pria dewasa didekatnya.Argantara menggeleng kepala, “Bu Dewi ini orang baik, beliau sudah memperingati Diana untuk berhenti dan mencari pekerjaan yang menghasilkan,” ujarn
“Kau tidak bisa menyangkal, sudah terlihat jelas di rekaman tersebut, perempuan itu adalah kau.”Diana menggelengkan kepala, berusaha untuk meraih tangan Zaiden, tentu saja ditepis oleh laki-laki itu.“Itu bukan aku, badanku tidak sekurus itu,” ucap Diana, mencoba untuk tenang dan menatap Zaiden yang hanya menampilkan ekspresi datar.Zaiden menatap layar berwarna putih, memperlihatkan sebuah foto yang dimana dirinya dan Diana satu frame.Diana melebarkan kedua matanya, bodynya sangat mirip dengan perempuan yang ada di dalam rekaman CCTV.Wanita itu menelan air liurnya, panik dan takut menjadi satu. Ia terdiam sejenak, mengumpulkan keberanian untuk melawan Zaiden.“Body yang seperti aku itu memang banyak, bukan hanya aku,” ucap Diana setelah mendapatkan kembali keberaniannya.Zaiden menganggukkan kepala, lalu foto berganti menjadi plat mobil yang tertangkap pada rekaman CCTV dan surat dengan plat yang sama atas nama Diana Danira.“Aku tidak akan menuduhmu sebagai dalang jika aku tidak
“Kau merindukanku?”Zaiden hanya terseenyum mendengarnya, fokusnya hanya kepada Diana yang baru saja duduk di kursi sebrangnya.“Jalanan macet?” tanya Zaiden, diangguki oleh Diana.“Benar, jamnya karyawan pulang kerja,” ucap Diana, tersenyum manis kepada Zaiden yang tersenyum tipis.“Aku tahu kau lelah, jadi silahkan pesan apapun yang kau inginkan. Aku yang akan membayarnya,” ujar Zaiden dengan serius, membuat Dianna berbinar.“Kau serius?”“Apakah wajahku terlihat bercanda?” tanya Zaiden, dijawab dengan gelengan kepala dari Diana.Diana mengangkat tangannya ke udara, memanggil waitress dan melihat buku menu yang diberikan oleh waitress.Diana dan Zaiden berada di sebuah restoran mewah. Zaiden booking ruang VVIP yang ada di restaurant tersebut.Hening, sepi, tidak ada orang lain selain mereka berdua.“Kau pesan apa, Baby?” tanya Diana, menatap Zaiden yang tersenyum manis.“Sama saja dengan pesananmu.”Diana mengangguk, lalu menatap waitress yang melihat kembali catatan kecil yang dib
“Aku menyesali pernah terpesona dengan Diana.”Zaiden bergidik geli saat melihat dirinya dahulu, mengejar Diana sampai membuatnya harus terbaring di ranjang rumah sakit dengan waktu yang lama.Argantara tertawa mendengar apa yang dikatakan oleh adiknya, ia menepuk bahu Zaiden sebagai bentuk rasa prihatin.“Dia itu waras atau tidak?” tanya Zaiden, menatap ketiga pria dewasa yang saat ini sedang bersamanya.“Apakah harus dijawab?” tanya Chandra, menyeruput kopi susu yang ia buat pada pagi hari ini.“Tidak, aku hanya bertanya.”Kendrick duduk bersandar dengan santai, pandangannya fokus kepada Zaiden yang duduk di sebrangnya.“Pengakuan dari orang suruhan Diana, bisa kau gunakan sebagai barang bukti,” ujar Kendrick, membuat Zaiden menatapnya.“Kau memaksanya untuk berkata jujur?” tanya Zaiden, dijawab dengan gelengan kepala.“Aku tidak pernah memaksakan orang lain,” ucap Kendrick dengan bangga.“Masih satu minggu aku menjebaknya,” gumam Zaiden, menatap ketiga pria dewasa di satu ruangan y