“Sudah sering aku katakan, aku bukan ayahb biologis dari anak yang kau kandung.”Kendrick menatap Diana dihadapannya saat ini, mereka saat ini berada di rumah sakit. Bukan hanya mereka, tetapi ada kedua orangtua dari Kendrick, sedangkan Vindry tidak ikut. Chandra tidak hadir, tetapi Argantara hadir.“Ini pasti kamu palsuin, kan?” tanya Diana dengan tidak santai, menatap Kendrick yang menaikkan sebelah alis.“Aku? Kau yang menerimanya dari Dokter, lalu aku yang dituduh memalsukannya? Are you crazy?” ucap Kendrick dengan penuh penekanan.“Kendrick, tahan emosimu. Kita di rumah sakit, tidak boleh mengganggu pasien yang lainnya,” bisik Mommy dengan lembut, ditanggapi dengan bergumam dari Kendrick.“Caffe sebelah rumah sakit.”Kendrick menatap Diana, memberikan kode kepada Diana untuk jalan lebih dahulu, lalu dirinya menatap Argantara yang menganggukkan kepala.Argantara merangkul Diana untuk pergi dari sana, dirinya sedang menjalankan peran sebagai mantan kekasih dari Diana yang baik hat
“Kau sudah satu minggu tidak memiliki kegiatan diluar. Apakau tidak bosan?”Vindry menatap suaminya yang sedang fokus menatap layar laptop, sedangkan dirinya sedang berada di meja rias. Kendrick hanya menanggapinya dengan bergumam.“Selama aku bersamamu, tidak ada kata bosan untukku,” ucap Kendrick, menatap wajah sang istri dari pantulan cermin. Dirinya tersenyum manis.Sudah satu minggu berlalu, Diana tidak lagi mengganggu Kendrick, dan obrolan pada malam itu semakin sengit. Mungkin, karena Diana kalah telak, dan membuat perempuan itu mundur, tidak lagi menampakkan diri.“Bagaimana keadaan Zaiden?” tanya Vindry, menoleh dan menatap Kendrick yang sedang menatapnya dari kejauhan.“Semakin membaik, besok grand opening caffe dia yang waktu itu sempat menceritakannya kepadaku,” jawab Kendrick, ia menepuk sisi kirinya yang kosong, memberikan kode kepada istrinya.“Tunggu, aku belum selesai.”“Waktumu hanya dua menit dari sekarang,” ujar Kendrick, membuat Vindry menyipitkann kedua mata kepa
“Kendrick, kau sudah tiga jam berendam. Nantti kau sakit.”Kendrick yang sedang memejamkan mata pun menaikkan sebelah alisnya, membiarkan Vindry untuk berceloteh di depan pintu kamar mandi.“Kau jangan marah jika aku bertemu dengan pria lain,” ujar Vindry, membuat Kendrick membuka kedua matanya.Pria itu menoleh ke pintu kamar mandi, lalu berkata, “Akan aku patahkan tulang pria itu.”“Waktumu hanya lima menit dari sekarang. Jika dalam lima menit kau tidak keluar, aku akan pergi bertemu dengan pria lain,” ucap Vindry, setelahnya Kendrick mendengar langkah kaki yang menjauh.Kendrick berdecak, mencium aroma tubuhnya. Memastikan bahwa tidak ada bau amis yang menempel pada tubuhnya.“Kalau bukan Vindry yang memintanya, sudah pasti aku akan bertindak kasar,” gerutu Kendrick, lalu keluar dari bathtup dan membilas tubuhnya.Tidak membutuhkan waktu lama untuk Kendrick menyelesaikann aktifitasnya, dan keluar dari dalam kamar mandi.Kendrick menemukan Vindry yang duduk di pinggir ranjang dengan
“Kau yakin dia akan datang?” tanya Kendrick kepada Chandra yang duduk di sisi kanannya, sedangkan Chandra mengangguk.“Arga mengirimiku pesan, dan dia sedang di jalan bersama dengan Diana,” ucap Chandra, menatap Kendrick yang sedang menatapnya.Keduanya sedang berada di satu ruangan yang bisa melihat ke arah pintu masuk, dan ruangan ini adalah ruangan Zaiden. Sedangkan Zaiden saat ini berada di belakang meja kasir dengan pakaian yang rapih, ala bos muda.“Arga memberitahumu dimana dia sekarang?” tanya Kendrick, menatap Chandra yang menatap layar ponsel dan menggelengkan kepala.“Tidak. Arga tidak mengirimiku pesan apapun.”Kendrick bergumam, fokusnya hanya menatap pintu kedatangan, memperhatikan satu persatu pengunjung yang datang.Hingga akhirnya, Arga dan Diana memasuki caffe milik Zaiden. Hal tersebut membuat Kendrick tidak melepaskan targetnya.“Loh, kau?”Kendrick dan Chandra saling menatap satu sama lain. Kendrick menganggukkan kepala, lalu kembali menatap Diana dan Arga yang be
“Lanjut rencana dua hari ini?”Argantara menatap Kendrick, Chandra dan Zaiden silih berganti. Mereka hari ini sedang berada di apartement milik Chandra, dan berencana untuk menjalankan rencana kedua nanti malam.Tadi malam rencana mereka sukses, Diana masuk ke dalam perangkap, walaupun tidak banyak mendapatkan bukti, setidaknya mereka mendapatkan bukti yang nyata.“Kalian yakin kalau Diana akan datang lagi ke caffe?” tanya Zaiden kepada ketiga pria dewasa yang usianya lebih tua darinya.Kendrick dan Arga menganggukkan kepala. Mereka sangat tahu apa yang ada di pemikiran seorang Diana Danira. Bahkan, tadi malam sangat terlihat jelas bahwa Diana memperhatikan Zaiden, seolah Zaiden adalah target.“Kau sudah menjadi target Diana,” ucap Kendrick, lalu tertawa pelan. Sedangkan Zaiden bergidik ngeri.Chandra menepuk bahu Zaiiden, lalu berkata, “Kau jangan seperti itu, kan kau pernah tergila-gila dengannya.”“Waktu itu, sebelum aku tahu sifatnya seperti apa,” ucap Zaiden, ditanggepi dengan t
“Ku kira kau lupa jalan pulang.”Vindry mengisi gelas kosong dengan air mineral, lalu meneguknya, tanpa menatap suaminya yang berjalan mendekatinya.Kendrick memeluk Vindry dari belakang, dan mengecup pipi kanan sang istri. Ia sangat lelah, tadi malam tidak tidur sama sekali.“Rumahku kan kau, bagaimana bisa aku melupakan kau?” tanya Kendrick, hanya ditanggapi dengan bergumam dari Vindry.Pria itu membalikkan tubuh sang istri, membelai wajah cantik yang dimiliki Vindry, dan membuatnya jatuh cinta kembali untuk kesekian kalinya.“Aku hari ini tidak pergi ke kantor, ingin menghabiskan waktu denganmu.”Vindry menaikkan sebelah alisnya, lalu bertanya, “Kau pergi kemana tadi malam?”“Sore ada di apartement Chandra, malamnya di caffenya Zaiden,” jawab Kendrick dengan lancar, menatap kedua iris mata hazel sang istri yang menyipit.“Kau menginap di caffe?” tanya Vindry, diangguki oleh Kendrick. “Kau menjadi satpam satu malam di sana?” tanyanya, ditanggapi dengan bergumam dari sang suami.“Dia
“Kendrick.”Kendrick yang sedang fokus dengan laptop pun menoleh, menaikkan sebelah alisnya, dan menatap sang istri yang bergumam.“Katakan,” ucap Kendrick, menunggu apa yang diinginkan oleh Vindry.“Aku ingin durian yang ada di dekat rumah orangtuaku,” ujar Vindry, mengerjapkan kedua matanya, menatap suaminya yang hanya bergeming.“Kau punya nomornya? Tinggal kau pesan, nanti aku bayar,” titah Kendrick, ditanggapi dengan gelengan kepala.“Aku maunya datang langsung ke sana,” ucap Vindry dengan lembut, mengerucutkann bibirnya, berharap suaminya itu menuruti apa yang ia inginkan.“Oke. Aku selesaikan dahulu pekerjaanku.”Vindry spontan memeluk suaminya, lalu mengecup pipi kiri Kendrick, dan tersenyum bahagia. Setidaknya, ia bisa refreshing sejenak, walaupun mungkin tidak lama.“Nanti mampir ke rumah Mamih sama Papih yaa,” ujar Vindry, ditanggapi dengan bergumam dari Kendrick, dan lagi-lagi membuatnya tersenyum menang.Vindry menghubungi kedua orangtuanya, dan Bettyana. Ia rindu dengan
“Mamih fikir kalian tidak jadi ke sini.”Mamih tersenyum menatap kedatangan Vindry dan Kendrick di rumah. Ia membelai surai putri dengan lembut. Jujur saja, sangat rindu dengan putrinya.Vindry mengerucutkan bibir menatap Mamih, “Aku akan mengamuk kepada Kendrick jika tidak jadi ke rumah Mamih,” ucapnya, ditanggapi dengan tersenyum dari Mamih.Bettyana bergumam, berdiri dihadapan Vindry dan Kendrick. Sudah cukup lama dirinya tidak bertemu dengan sahabatnya, sejak masalah semakin rumit dan Vindry hamil.“Sepertinya kau bertambah berat badan,” ujar Bettyana setelah memperhatikan penampilan Vindry dari bawah hingga atas.“Ya. Kau tahu? Aku hanya makan dan tidur, sehingga aku naik lima kilo,” oceh Vindry dengan kesal.Papih dan Erlangga yang berdiri dibelakang Mamih pun saling menatap satu sama lain. Erlangga meneliti penampilan adiknya. Memang benar, sang adik lebih terlihat berisi.“Sepertinya kau harus berolahraga, Vindry,” ujar Erlangga, membuat Kendrick menatapnya.“Tidak aku ijinkan