“Kendrick, kau sudah tiga jam berendam. Nantti kau sakit.”Kendrick yang sedang memejamkan mata pun menaikkan sebelah alisnya, membiarkan Vindry untuk berceloteh di depan pintu kamar mandi.“Kau jangan marah jika aku bertemu dengan pria lain,” ujar Vindry, membuat Kendrick membuka kedua matanya.Pria itu menoleh ke pintu kamar mandi, lalu berkata, “Akan aku patahkan tulang pria itu.”“Waktumu hanya lima menit dari sekarang. Jika dalam lima menit kau tidak keluar, aku akan pergi bertemu dengan pria lain,” ucap Vindry, setelahnya Kendrick mendengar langkah kaki yang menjauh.Kendrick berdecak, mencium aroma tubuhnya. Memastikan bahwa tidak ada bau amis yang menempel pada tubuhnya.“Kalau bukan Vindry yang memintanya, sudah pasti aku akan bertindak kasar,” gerutu Kendrick, lalu keluar dari bathtup dan membilas tubuhnya.Tidak membutuhkan waktu lama untuk Kendrick menyelesaikann aktifitasnya, dan keluar dari dalam kamar mandi.Kendrick menemukan Vindry yang duduk di pinggir ranjang dengan
“Kau yakin dia akan datang?” tanya Kendrick kepada Chandra yang duduk di sisi kanannya, sedangkan Chandra mengangguk.“Arga mengirimiku pesan, dan dia sedang di jalan bersama dengan Diana,” ucap Chandra, menatap Kendrick yang sedang menatapnya.Keduanya sedang berada di satu ruangan yang bisa melihat ke arah pintu masuk, dan ruangan ini adalah ruangan Zaiden. Sedangkan Zaiden saat ini berada di belakang meja kasir dengan pakaian yang rapih, ala bos muda.“Arga memberitahumu dimana dia sekarang?” tanya Kendrick, menatap Chandra yang menatap layar ponsel dan menggelengkan kepala.“Tidak. Arga tidak mengirimiku pesan apapun.”Kendrick bergumam, fokusnya hanya menatap pintu kedatangan, memperhatikan satu persatu pengunjung yang datang.Hingga akhirnya, Arga dan Diana memasuki caffe milik Zaiden. Hal tersebut membuat Kendrick tidak melepaskan targetnya.“Loh, kau?”Kendrick dan Chandra saling menatap satu sama lain. Kendrick menganggukkan kepala, lalu kembali menatap Diana dan Arga yang be
“Lanjut rencana dua hari ini?”Argantara menatap Kendrick, Chandra dan Zaiden silih berganti. Mereka hari ini sedang berada di apartement milik Chandra, dan berencana untuk menjalankan rencana kedua nanti malam.Tadi malam rencana mereka sukses, Diana masuk ke dalam perangkap, walaupun tidak banyak mendapatkan bukti, setidaknya mereka mendapatkan bukti yang nyata.“Kalian yakin kalau Diana akan datang lagi ke caffe?” tanya Zaiden kepada ketiga pria dewasa yang usianya lebih tua darinya.Kendrick dan Arga menganggukkan kepala. Mereka sangat tahu apa yang ada di pemikiran seorang Diana Danira. Bahkan, tadi malam sangat terlihat jelas bahwa Diana memperhatikan Zaiden, seolah Zaiden adalah target.“Kau sudah menjadi target Diana,” ucap Kendrick, lalu tertawa pelan. Sedangkan Zaiden bergidik ngeri.Chandra menepuk bahu Zaiiden, lalu berkata, “Kau jangan seperti itu, kan kau pernah tergila-gila dengannya.”“Waktu itu, sebelum aku tahu sifatnya seperti apa,” ucap Zaiden, ditanggepi dengan t
“Ku kira kau lupa jalan pulang.”Vindry mengisi gelas kosong dengan air mineral, lalu meneguknya, tanpa menatap suaminya yang berjalan mendekatinya.Kendrick memeluk Vindry dari belakang, dan mengecup pipi kanan sang istri. Ia sangat lelah, tadi malam tidak tidur sama sekali.“Rumahku kan kau, bagaimana bisa aku melupakan kau?” tanya Kendrick, hanya ditanggapi dengan bergumam dari Vindry.Pria itu membalikkan tubuh sang istri, membelai wajah cantik yang dimiliki Vindry, dan membuatnya jatuh cinta kembali untuk kesekian kalinya.“Aku hari ini tidak pergi ke kantor, ingin menghabiskan waktu denganmu.”Vindry menaikkan sebelah alisnya, lalu bertanya, “Kau pergi kemana tadi malam?”“Sore ada di apartement Chandra, malamnya di caffenya Zaiden,” jawab Kendrick dengan lancar, menatap kedua iris mata hazel sang istri yang menyipit.“Kau menginap di caffe?” tanya Vindry, diangguki oleh Kendrick. “Kau menjadi satpam satu malam di sana?” tanyanya, ditanggapi dengan bergumam dari sang suami.“Dia
“Kendrick.”Kendrick yang sedang fokus dengan laptop pun menoleh, menaikkan sebelah alisnya, dan menatap sang istri yang bergumam.“Katakan,” ucap Kendrick, menunggu apa yang diinginkan oleh Vindry.“Aku ingin durian yang ada di dekat rumah orangtuaku,” ujar Vindry, mengerjapkan kedua matanya, menatap suaminya yang hanya bergeming.“Kau punya nomornya? Tinggal kau pesan, nanti aku bayar,” titah Kendrick, ditanggapi dengan gelengan kepala.“Aku maunya datang langsung ke sana,” ucap Vindry dengan lembut, mengerucutkann bibirnya, berharap suaminya itu menuruti apa yang ia inginkan.“Oke. Aku selesaikan dahulu pekerjaanku.”Vindry spontan memeluk suaminya, lalu mengecup pipi kiri Kendrick, dan tersenyum bahagia. Setidaknya, ia bisa refreshing sejenak, walaupun mungkin tidak lama.“Nanti mampir ke rumah Mamih sama Papih yaa,” ujar Vindry, ditanggapi dengan bergumam dari Kendrick, dan lagi-lagi membuatnya tersenyum menang.Vindry menghubungi kedua orangtuanya, dan Bettyana. Ia rindu dengan
“Mamih fikir kalian tidak jadi ke sini.”Mamih tersenyum menatap kedatangan Vindry dan Kendrick di rumah. Ia membelai surai putri dengan lembut. Jujur saja, sangat rindu dengan putrinya.Vindry mengerucutkan bibir menatap Mamih, “Aku akan mengamuk kepada Kendrick jika tidak jadi ke rumah Mamih,” ucapnya, ditanggapi dengan tersenyum dari Mamih.Bettyana bergumam, berdiri dihadapan Vindry dan Kendrick. Sudah cukup lama dirinya tidak bertemu dengan sahabatnya, sejak masalah semakin rumit dan Vindry hamil.“Sepertinya kau bertambah berat badan,” ujar Bettyana setelah memperhatikan penampilan Vindry dari bawah hingga atas.“Ya. Kau tahu? Aku hanya makan dan tidur, sehingga aku naik lima kilo,” oceh Vindry dengan kesal.Papih dan Erlangga yang berdiri dibelakang Mamih pun saling menatap satu sama lain. Erlangga meneliti penampilan adiknya. Memang benar, sang adik lebih terlihat berisi.“Sepertinya kau harus berolahraga, Vindry,” ujar Erlangga, membuat Kendrick menatapnya.“Tidak aku ijinkan
“Kau sudah menghabiskan tiga piring, Vindry. Sudah cukup.”Vindry menepuk tangan Kendrick yang ingin merebut piringnya, tatapannya tajam kepada suaminya yang memijat kening.“Aku masih lapar,” ucap Vindry, kembali melanjutkan aktifitasnya, menghabiskan nasi goreng yang dibuatkan oleh Kendrick dan Erlangga.Ya, kedua pria dewasa itu menuruti apa yang diinginkan oleh Vindry, setelah mendapat teguran dari Mamih. Mereka tidak diijinkan untuk menyicipi. Vindry melarangnya.“Kau jangan gila,” ucap Erlangga dengan kesal, ia tidak habis fikir dengan sang adik yang mengatakan masih lapar, sedangkan sudah menghabiskan tiga porsi nasi goreng.Vindry mendesis, menatap Kendrick dan Erlangga silih berganti. Ia kembali melahap nasi goreng yang dibuatkan oleh suaminya dan kakak laki-lakinya.“Sayang, kamu udah makan terlalu banyak. Nanti lagi ya kalau kau lapar,” ujar Mamih dengan lembut, mengusap surai anak perempuannya.Vindry mengerucutkan bibir, “Aku masih lapar, Mamih,” rengeknya. Mamih tersenyu
“Bagaimana keadaan Vindry?”Kendrick menatap serius dokter yang baru saja selesai memeriksa keadaan sang istri. Dokter perempuan dihadapan Keendrick hanya tersenyum.“Dok,” panggil Kendrick dengan penuh penekanan, ia tidak butuh senyum tanpa penjelasan yang diberikan oleh Dokter.“Vindry hanya mengalami luka kening karena tergores pecahan kaca, selebihnya tidak perlu ada yang dikhawatirkan,” jelas Dokter, menatap Vindry yang terlelap.Kendrick dan yang lainnya sangat khawatir saat mendengar teriakan dari Mamih dan Vindry yang cukup keras dari dalam kamar.Mereka berfikiran bahwa ada sesuatu yang terjadi kepada janin yang ada di dalam kandungan Vindry, seperti pendarahan yang mungkin akan mengakibatkan keguguran.“Anaak saya bagaimana, Dok?” tanya Kendrick, menatap wajah Dokter yang sedang menatapnya.“Kalau itu harus dilakukan USG esok hari,” jawab Dokter dengan cepat, ia tersenyum kepada Kendrick yang sangat khawatir.“Kau bisa mendatangi bidan yang biasa kalian datangi, saya hany