“Mamih fikir kalian tidak jadi ke sini.”Mamih tersenyum menatap kedatangan Vindry dan Kendrick di rumah. Ia membelai surai putri dengan lembut. Jujur saja, sangat rindu dengan putrinya.Vindry mengerucutkan bibir menatap Mamih, “Aku akan mengamuk kepada Kendrick jika tidak jadi ke rumah Mamih,” ucapnya, ditanggapi dengan tersenyum dari Mamih.Bettyana bergumam, berdiri dihadapan Vindry dan Kendrick. Sudah cukup lama dirinya tidak bertemu dengan sahabatnya, sejak masalah semakin rumit dan Vindry hamil.“Sepertinya kau bertambah berat badan,” ujar Bettyana setelah memperhatikan penampilan Vindry dari bawah hingga atas.“Ya. Kau tahu? Aku hanya makan dan tidur, sehingga aku naik lima kilo,” oceh Vindry dengan kesal.Papih dan Erlangga yang berdiri dibelakang Mamih pun saling menatap satu sama lain. Erlangga meneliti penampilan adiknya. Memang benar, sang adik lebih terlihat berisi.“Sepertinya kau harus berolahraga, Vindry,” ujar Erlangga, membuat Kendrick menatapnya.“Tidak aku ijinkan
“Kau sudah menghabiskan tiga piring, Vindry. Sudah cukup.”Vindry menepuk tangan Kendrick yang ingin merebut piringnya, tatapannya tajam kepada suaminya yang memijat kening.“Aku masih lapar,” ucap Vindry, kembali melanjutkan aktifitasnya, menghabiskan nasi goreng yang dibuatkan oleh Kendrick dan Erlangga.Ya, kedua pria dewasa itu menuruti apa yang diinginkan oleh Vindry, setelah mendapat teguran dari Mamih. Mereka tidak diijinkan untuk menyicipi. Vindry melarangnya.“Kau jangan gila,” ucap Erlangga dengan kesal, ia tidak habis fikir dengan sang adik yang mengatakan masih lapar, sedangkan sudah menghabiskan tiga porsi nasi goreng.Vindry mendesis, menatap Kendrick dan Erlangga silih berganti. Ia kembali melahap nasi goreng yang dibuatkan oleh suaminya dan kakak laki-lakinya.“Sayang, kamu udah makan terlalu banyak. Nanti lagi ya kalau kau lapar,” ujar Mamih dengan lembut, mengusap surai anak perempuannya.Vindry mengerucutkan bibir, “Aku masih lapar, Mamih,” rengeknya. Mamih tersenyu
“Bagaimana keadaan Vindry?”Kendrick menatap serius dokter yang baru saja selesai memeriksa keadaan sang istri. Dokter perempuan dihadapan Keendrick hanya tersenyum.“Dok,” panggil Kendrick dengan penuh penekanan, ia tidak butuh senyum tanpa penjelasan yang diberikan oleh Dokter.“Vindry hanya mengalami luka kening karena tergores pecahan kaca, selebihnya tidak perlu ada yang dikhawatirkan,” jelas Dokter, menatap Vindry yang terlelap.Kendrick dan yang lainnya sangat khawatir saat mendengar teriakan dari Mamih dan Vindry yang cukup keras dari dalam kamar.Mereka berfikiran bahwa ada sesuatu yang terjadi kepada janin yang ada di dalam kandungan Vindry, seperti pendarahan yang mungkin akan mengakibatkan keguguran.“Anaak saya bagaimana, Dok?” tanya Kendrick, menatap wajah Dokter yang sedang menatapnya.“Kalau itu harus dilakukan USG esok hari,” jawab Dokter dengan cepat, ia tersenyum kepada Kendrick yang sangat khawatir.“Kau bisa mendatangi bidan yang biasa kalian datangi, saya hany
“Ingat, jangan buka tirainya tanpa aku izinkan.”Vindry bergumam, sudah satu minggu berlalu, dan suaminya semakin protektif. Ia hanya menuruti tanpa membantah.“Ya.”“Jangan menerima tamu jika Bibi tidak ada di sisimu. Aku akan memberitahu satpam untuk lebih berhati-hati menerima tamu.”“Ya.”“Good girl,” ucap Kendrick, mengecup puncak kepala sang istri. Ia membungkuk untuk berhadapan dengan perut Vindry yang membesar.“Halo, Baby. Baik-baik ya di sana, beberapa bulan lagi kau akan bertemu dengan Daddy dan Mommy,” monolognya, mengecup perut Vindry yang dibalut oleh dress berwarna merah muda polos.“Kau jangan menyusahkan Mommy, cukup Daddy saja yang kau buat susah,” imbuhnya.Vindry yang melihatnya hanya bergeming, benar-benar terpesona dengan suaminya saat ini. Sangat jauh dari awal pertemuannya dengan Kendrick.“Daddy pamit kerja ya, Baby. Nanti siang Daddy pulang,” ujar Kendrick dengan lembut, mengecup dan mengusap perut dihadapan saat ini.Pria dewasa itu berdiri tegak, pandangann
“Dia udah dimana?”Kendrick bertanya kepada Arga, karena selama ini Diana berkomunikasi dengan Arga dan membuat perjanjian dengan Chandra.“Di jalan, sebentar lagi sampai katanya. Tadi aku ingin menjemputnya, tetapi dia tidak ingin aku jemput, bernafas lega lah aku,” ujar Arga, diakhiri dengan tertawa pelan.“Aku masih belum mengerti, mengapa Diana selalu memberitahumu?” tanya Zaiden, kepada kakak laki-lakinya.Argantara menaikkan kedua bahunya, “Tidak tahu, kau bisa tanyakan saja kepada Diana,” ujarnya, dan Zaiden menggeleng dengan cepat.“Tidak. Terimakasih. Aku saja tidak ingin berkomunikasi dengannya, dengan itu aku mengoper kepada Kak Chandra,” ucap Zaiden, menatap Chandra yang bergumam.“Aku saja yang baru beberapa minggu bertukar pesan dengan Diana, membuatku mual,” ucap Chandra dengan kesal, dan membuat Argantara tertawa.“Itu yang aku rasakan selama tiga tahun ini,” sahut Argantara, dirinya cukup senang karena mempunyai teman yang bisa merasakan apa yang ia rasakan.Kendrick
“Apaa? Zaiden dan Diana menjalin hubungan? Kau akan lebih sering bertemu dengan Diana?”Kendrick menggelengkan kepala, menatap sang istri yang sedang menatapnya. Ia bergumam, mengaduk susu putih untuk Deandera.“Diana tidak tahu kalau aku dan Zaiden saling mengenal satu sama lain, jadi aku pastikan aku dan Diana tidak akan bertemu,” ujar Kendrick, lalu menaruh segelas susu dihadapan Vindry.Vindry bergumam, sedikit tidak percaya dengan apa yang dikatakan oleh suaminya. Sangat tidak bisa diterima oleh akalnya.“Lalu, bagaimana bisa Diana dan Zaiden menjalin hubungan?” tanya Vindry, memperhatikan Kendrick yang berjalan mendekatinya.Kendrick duduk di kursi bar sebelah Vindry, memperhatikan wajah istrinya yang semakin hari semakin cantik, dan membuatnya terpesona.“Bukankah aku sudah menceritakannya kepadamu? Diana dan Zaiden bertemu kembali di caffe milik Zaiden. Saat itu juga Diana mengetahui Zaiden adalah pemilik caffe,” jelas Kendrick dengan lembut.Pria dewasa itu menyelipkan helai
“Kau bertengkar dengan Vindry?”Chandra menatap Kendrick yang sedang menatap langit ruang tengah. Ya, dirinya berkunjung ke rumah Kendrick.“Hanya terjadi perdebatan kecil,” ucap Kendrick, menegakkan tubuhnya dan bergumam.“Tentang?”Kendrick menoleh, pandangannya bertemu dengan Chandra. Sahabat merangkap sebagai asisten pribadinya itu hanya terdiam.“Noda pada kemeja putihku.”Chandra mengangguk mengerti, “Kau sudah menjelaskannya?” tanyanya, menatap Kendrick yang menaikkan sebelah alis.“Menjelaskan apa? Aku bahkan tidak tahu itu lipstick milik siapa,” ucap Kendrick, membuat Chandra menatapnya tidak percaya.“Kau tidak ingat tadi menahan siapa?”Kendrick terdiam, memicingkan mata, dan mencoba untuk mengingat kembali kejadian yang ia lewatkan hari ini.“Kau tadi membantu Bu Dewi yang hampir terjatuh,” ujar Chandra, membuat Kendrick menatapnya.“Bu Dewi? Kepala Keuangan?” tanya Kendrick, diangguki oleh Chandra.“Kau tahu sendiri, beliau kalau menggunakan lipstick itu berwarna merah me
“Silahkan anda membereskan barang anda, dan silahkan keluar dari perusahaan saya.”Kendrick menyimpan amplop coklat di meja kerta seorang wanita berpakaian rapih, kemeja berwarna putih, blazer berwarna coklat tua dan rok span berwarna hitam, Bu Dewi.Aksi Kendrick saat ini membuat para karyawannya memperhatikan interaksi yang terjadi antara Kendrick dan Bu Dewi.Bu Dewi membuka amplop tersebut, lalu mengeluarkan selembar kertas yang berisi pemecatan terhadapnya.Bu Dewi menatap Kendrick yang menatapnya dengan dingin, ia bangkit dan mengangkat selembar kertas tersebut.“Kau memecatku? Aku melakukan pekerjaanku dengan baik dan maksimal,” ujar Bu Dewi dengan nada yang meningkat.Kendrick hanya menaatap Bu Dewi yang sedang emosi kepadanya. Ia tidak peduli dengan kerusuhan pada pagi hari ini.“Kau tidak bisa memecatku seperti ini. Kau membuatku malu,” imbuhnya, membuat Kendrick menaikkan sebelah alis.Kendrick mengedarkan atensi, para karyawannya berkumpul untuk menonton apa yang sedang te