“DIANA DANIRA!”Kendrick berteriak kepada Diana yang memegang sebuah pistol, ia mendekati Diana dengan tangan kosong. Diikuti oleh Chandra, sedangkan Argantara menjaga Vindry di ruangan.“Kendrick Milo Intezar,” panggil Diana, melempar pistol ke sembarang arah, dan pistol tersebut di amankan oleh seorang perempuan mengenakan kemeja berwarna biru polos dan rok tutu berwarna putih.“Kau memecat tanteku?” tanya Diana dengan penuh penekanan, dirinya berdiri dihadapan Kendrick yang menatapnya dengan dingin.“Kalau kau tidak suka denganku, tidak perlu kau lampiaskan kepada tanteku,” ocehnya, tetapi tidak mendapatkan tanggapan dari Kendrick.Bu Dewi yang datang dari arah pintu masuk pun berlari mendekati Diana, dirinya menunduk saat mendapatkan bermacam ekspresi dari karyawan lainnya.“Diana, ayok pulang,” bisik Bu Dewi kepada Diana, menarik perempuan itu untuk menjauh, tetapi tidak berhasil.Diana memberontak, dan kembali berdiri di hadapan Kendrick. Sedangkan Bu Dewi menutupi wajahnya, ia
“Kau kemarin kemana?”Zaiden memberikan segelas es jeruk kepada Diana, lalu ia duduk di kursi yang terletak di seberan Diana.“Kemarin?” tanya Diana, ia ber-OH saat mengerti bahwa dirinya kemarin memang ijin untuk pulang kepada Zaiden.“Tanteku di pecat sama atasannya, dan aku mendatangi perusahaannya untuk bertemu dengan atasannya,” jawab Diana, menatap Zaiden yang hana terdiam mendengarkan.“Aku mencoba untuk membuat atasannya berubah fikiran, aku sampai sujud kepadanya, tetapi tidak bisa mengubahnya,” imbuhnya, raut wajahnya sedih, bahkan Diana menghela nafas beratnya.Ditempat lain, Kendrick berdecih pelan melihat aksi Diana pada layar televisi. Chandra bergidik ngeri, ia tidak pernah memiliki hubungan Diana, tetapi membuatnya alergi dengan Diiana.“Membuat kerusuhan, alibinya seperti orang yang sedih,” celetuk Argantara.Chandra mengangguk, “Aku kalau jadi Zaiden, tidak akan diam saja seperti itu. Aku akan mencecarnya hingga dia berkata jujur,” ocehnya.Argantara tertawa, ia ya
“Kau dan mantan kekasihmu itu menjebakku?”Diana menaikkan sebelah alisnya, ia tidak mengerti dengan pertanyaan yang diajukan oleh Kendrick.“Mantan kekasihku? Argantara?”Kendrick merogoh saku celananya, lalu mengangkat sebuah jam tangan yang ia temukan beberapa waktu yang lalu.“Apakah ini milik Arga??” tanya Kendrick, memperhatikan ekspresi wajah Diana yang seperti orang sedang panik.Diana berdeham, mencoba untuk lebih mengontrol rasa terkejutnya.“Kau menemukannya dimana?” tanya Diana, menatap Kendrick yang hanya tersenyum tipis.“Di kamar yang bisa aku singgahi jika berkunjung ke apartementmu waktu itu. So, milik Arga atau milik pria lain?”Diana bergumam, lalu bertanya, “Mengapa kau sangat ingin mengetahuinya?”Kendrick menyimpan kembali jam arloji yang sudah ia tahu siapa pemiliknya, dan saat ini hanya ingin membuat Diana mengakuinya.“Aku menemukannya saat kau sedang hamil, dan kau kekeuh bahwa itu anakku, sebelum tes DNA itu terjadi,” ujar Kendrick, ia duduk bersandar dengan
“Bagaimana? Prosesnya akan cepat atau tidak?”Setelah Kendrick tiba di caffe milik Zaiden, Zaiden segera memberikan pertanyaan yang sangat penting untuknya.“Paling cepat itu satu minggu, ini untuk pemanggilan pertama, dimintai keterangan. Abis itu jika dia bersalah, dia akan ditahan sampai sidang,” jawab Kendrick, menatap Zaiden yang bergumam.“Aku yakin dia akan ditahan. Jadi, aku sarankan kepadamu untuk segera mendapatkan pengakuan dari Diana, bahwa memang dia yang membuatmu harus koma waktu itu,” imbuhnya.“Secepat itu?” tanya Zaiden, diangguki oleh Kendrick. Ia menatap Argantara yang hanya terdiam dan mendengarkan.“Mau seperti apa lagi? Jika difikirkan lebih lanjut, kau memang hanya perlu mendapatkan pengakuan itu. Kecuali, kau nyaman dengan Diana, dan tidak ingin berakhir dengan cepat,” oceh Argantara, diakhiri tertawa saar melihat Zaiden bergidik.“Aku tidak segila itu,” bantah Zaiden, diangguki oleh Argantara.“Ya, aku mempercayainya.”Kendrick meraih gelas yang berisi air be
“Sepertinya hari ini cukup melelahkan untukmu.”Vindry menempatkan dirinya di sisi kiri Kendrick, sang suami duduk bersandar pada ranjang.“Sedikit, tetapi sekarang sudah cukup membaik.”Vindry menatap Kendrick yang mengusap puncak kepalanya, lalu bertanya, “Oh ya? Karena bertemu denganku?”Kendrick mengangguk, ia mengecup pelipis sang istri, tersenyum manis dan tangannya mengusap perut Vindry.“Kau dan Baby.”Vindry bergumam, menyandarkan kepalanya dibahu tegap suaminya. Ia menarik nafas dan menghela nafas.Kendrick menatap Vindry, ia sangat mengerti tarikan nafas dari Vindry dan satu yang harus dipastikan.“Tadi katanya ada yang datang untuk mengirimkan paket. Aku menyuruh Pak Satpam untuk menyimpannya di gudang,” ujar Vindry, mendongak dan menatap Kendrick.“Tetapi aku tidak pergi ke gudang untuk melihatnya. Jadi, kau bisa mengechecknya,” imbuhnya.“Kau ingin ikut melihatnya?” tanya Kendrick, dijawab dengan gelengan kepala.“Kau saja, aku ingin tidur. Hari ini aku menghabiskan wa
“Kau pulang malam hari ini?”Vindry membantu Kendrick merapihkan dasi, lalu menatap sang suami yang segera memakai jas berwarna biru tua atau dongker.“Tidak. Kenapa, Sayang?”“Nanti makan di luar saja ya?”Kendrick menggeleng dengan tegas, “Aku tidak mau. Kau ingin suasana baru?” tanyanya, diangguki oleh Vindry.“Aku bosan.”“Aku akan minta tolong sama Mommy buat menyiapkannya, dan aku akan pulang lebih cepat,” ujar Kendrick, mengecup puncak kepala Vindry.“Kendrick,” panggil Vindry, mengerucutkan bibir dan menatap suaminya yang menggelengkan kepala/“Di luar itu sangat membahayakan untukmu, jadi aku akan mewujudkan apa yang kau inginkan dengan memanfaatkan ruang yang ada di rumah,” jelas Kendrick, dan Vindry hanya menghela nafas.Tidak ada pilihan lain untuk Vindry, selain menuruti apa yang dikatakan oleh sang suami.“Kau tidak perlu melakukan hal berat, kalau bisa hanya diam di tempat tidur,” ujar Kendrick, menatap Vindry yang hanya menganggukkan kepala.“Aku antar,” ucap Vindry de
“Memangnya Diana masih memantau di sekitar rumahmu atau rumah orangtua Vindry?”Kendrick yang sedang menatap layar laptop pun bergumam, sedangkan Chandra duduk di kursi sebrang Kendrick.“Aku fikir, dia sudah tidak melanjutkannya, karena sudah ada Zaiden yang menjadi kekasihnya,” lanjutnya, membuat Kendrick menatapnya.“Dia menjadikan Zaiden kekasih hanya untuk memanfaatkan Zaiden,” ujar Kendrick, dan kembali menatap layar laptop.“Zaiden memberikan uang kepada Diana?”“Tidak.”“Lalu? Diana tidak mendapatkan uang dari Zaiden?”“Zaiden tetap memberikan uang kepada Diana, tetapi uang Arga,” jawab Kendrick, mematikan mengalihkan atensinya menjadi menatap Chandra.“Arga?”Kendrick mengangguk, “Benar. Aku kadang heran sama Arga, dia bales dendam, tetapi dia yang mengeluarkan uang.”Chandra yang mendengarnya pun tertawa, ia memikirkan hal yang sama dengan Kendrick.“Aku kalau jadi Arga, tidak akan mau mengeluarkan uang hanya untuk target bales dendam. Aku akan melakukan tindakan dar der d
“Kau darimana?Zaiden menatap Diana yang baru saja datang ke caffenya, sedangkan kekasihnya itu bergumam seolah sedang mencari alasan.“Aku dari rumah temanku, dia meminta tolong untuk membantunya merapihkan rumahnya yang berantakan karena sudah tidak ditinggali lima tahun,” jawab Diana, menatap Zaiden yang menaikkan sebelah alis.“Memangnya dia tidak memiliki pembantu?” tanya Zaiden, dijawab dengan gelengan kepala dari Diana.“Lima tahun yang lalu pembantunya meninggal dunia, dan dia tidak mempercayai orang lain untuk menjaga rumahnya,” jelas Diana, menatap Zaiden yang menganggukkan kepala.Zaiden memberikan buku menu kepada Diana, “Kau pesan apa yang kau inginkan,” ucapnya, tersenyum manis kepada Diana yang sedang menatapnya.“Kau tidak rugi jika memberiku gratis?” tanya Diana, dijawab dengan gelengan kepala.“Tidak. Kau tenang saja, tidak akan membuatku gulung tikar,” ucap Zaiden, tersenyum manis dan tangannya terulur untuk mengusap puncak kepala Diana.Diana menganggukkan kepala,