“Dia udah dimana?”Kendrick bertanya kepada Arga, karena selama ini Diana berkomunikasi dengan Arga dan membuat perjanjian dengan Chandra.“Di jalan, sebentar lagi sampai katanya. Tadi aku ingin menjemputnya, tetapi dia tidak ingin aku jemput, bernafas lega lah aku,” ujar Arga, diakhiri dengan tertawa pelan.“Aku masih belum mengerti, mengapa Diana selalu memberitahumu?” tanya Zaiden, kepada kakak laki-lakinya.Argantara menaikkan kedua bahunya, “Tidak tahu, kau bisa tanyakan saja kepada Diana,” ujarnya, dan Zaiden menggeleng dengan cepat.“Tidak. Terimakasih. Aku saja tidak ingin berkomunikasi dengannya, dengan itu aku mengoper kepada Kak Chandra,” ucap Zaiden, menatap Chandra yang bergumam.“Aku saja yang baru beberapa minggu bertukar pesan dengan Diana, membuatku mual,” ucap Chandra dengan kesal, dan membuat Argantara tertawa.“Itu yang aku rasakan selama tiga tahun ini,” sahut Argantara, dirinya cukup senang karena mempunyai teman yang bisa merasakan apa yang ia rasakan.Kendrick
“Apaa? Zaiden dan Diana menjalin hubungan? Kau akan lebih sering bertemu dengan Diana?”Kendrick menggelengkan kepala, menatap sang istri yang sedang menatapnya. Ia bergumam, mengaduk susu putih untuk Deandera.“Diana tidak tahu kalau aku dan Zaiden saling mengenal satu sama lain, jadi aku pastikan aku dan Diana tidak akan bertemu,” ujar Kendrick, lalu menaruh segelas susu dihadapan Vindry.Vindry bergumam, sedikit tidak percaya dengan apa yang dikatakan oleh suaminya. Sangat tidak bisa diterima oleh akalnya.“Lalu, bagaimana bisa Diana dan Zaiden menjalin hubungan?” tanya Vindry, memperhatikan Kendrick yang berjalan mendekatinya.Kendrick duduk di kursi bar sebelah Vindry, memperhatikan wajah istrinya yang semakin hari semakin cantik, dan membuatnya terpesona.“Bukankah aku sudah menceritakannya kepadamu? Diana dan Zaiden bertemu kembali di caffe milik Zaiden. Saat itu juga Diana mengetahui Zaiden adalah pemilik caffe,” jelas Kendrick dengan lembut.Pria dewasa itu menyelipkan helai
“Kau bertengkar dengan Vindry?”Chandra menatap Kendrick yang sedang menatap langit ruang tengah. Ya, dirinya berkunjung ke rumah Kendrick.“Hanya terjadi perdebatan kecil,” ucap Kendrick, menegakkan tubuhnya dan bergumam.“Tentang?”Kendrick menoleh, pandangannya bertemu dengan Chandra. Sahabat merangkap sebagai asisten pribadinya itu hanya terdiam.“Noda pada kemeja putihku.”Chandra mengangguk mengerti, “Kau sudah menjelaskannya?” tanyanya, menatap Kendrick yang menaikkan sebelah alis.“Menjelaskan apa? Aku bahkan tidak tahu itu lipstick milik siapa,” ucap Kendrick, membuat Chandra menatapnya tidak percaya.“Kau tidak ingat tadi menahan siapa?”Kendrick terdiam, memicingkan mata, dan mencoba untuk mengingat kembali kejadian yang ia lewatkan hari ini.“Kau tadi membantu Bu Dewi yang hampir terjatuh,” ujar Chandra, membuat Kendrick menatapnya.“Bu Dewi? Kepala Keuangan?” tanya Kendrick, diangguki oleh Chandra.“Kau tahu sendiri, beliau kalau menggunakan lipstick itu berwarna merah me
“Silahkan anda membereskan barang anda, dan silahkan keluar dari perusahaan saya.”Kendrick menyimpan amplop coklat di meja kerta seorang wanita berpakaian rapih, kemeja berwarna putih, blazer berwarna coklat tua dan rok span berwarna hitam, Bu Dewi.Aksi Kendrick saat ini membuat para karyawannya memperhatikan interaksi yang terjadi antara Kendrick dan Bu Dewi.Bu Dewi membuka amplop tersebut, lalu mengeluarkan selembar kertas yang berisi pemecatan terhadapnya.Bu Dewi menatap Kendrick yang menatapnya dengan dingin, ia bangkit dan mengangkat selembar kertas tersebut.“Kau memecatku? Aku melakukan pekerjaanku dengan baik dan maksimal,” ujar Bu Dewi dengan nada yang meningkat.Kendrick hanya menaatap Bu Dewi yang sedang emosi kepadanya. Ia tidak peduli dengan kerusuhan pada pagi hari ini.“Kau tidak bisa memecatku seperti ini. Kau membuatku malu,” imbuhnya, membuat Kendrick menaikkan sebelah alis.Kendrick mengedarkan atensi, para karyawannya berkumpul untuk menonton apa yang sedang te
“DIANA DANIRA!”Kendrick berteriak kepada Diana yang memegang sebuah pistol, ia mendekati Diana dengan tangan kosong. Diikuti oleh Chandra, sedangkan Argantara menjaga Vindry di ruangan.“Kendrick Milo Intezar,” panggil Diana, melempar pistol ke sembarang arah, dan pistol tersebut di amankan oleh seorang perempuan mengenakan kemeja berwarna biru polos dan rok tutu berwarna putih.“Kau memecat tanteku?” tanya Diana dengan penuh penekanan, dirinya berdiri dihadapan Kendrick yang menatapnya dengan dingin.“Kalau kau tidak suka denganku, tidak perlu kau lampiaskan kepada tanteku,” ocehnya, tetapi tidak mendapatkan tanggapan dari Kendrick.Bu Dewi yang datang dari arah pintu masuk pun berlari mendekati Diana, dirinya menunduk saat mendapatkan bermacam ekspresi dari karyawan lainnya.“Diana, ayok pulang,” bisik Bu Dewi kepada Diana, menarik perempuan itu untuk menjauh, tetapi tidak berhasil.Diana memberontak, dan kembali berdiri di hadapan Kendrick. Sedangkan Bu Dewi menutupi wajahnya, ia
“Kau kemarin kemana?”Zaiden memberikan segelas es jeruk kepada Diana, lalu ia duduk di kursi yang terletak di seberan Diana.“Kemarin?” tanya Diana, ia ber-OH saat mengerti bahwa dirinya kemarin memang ijin untuk pulang kepada Zaiden.“Tanteku di pecat sama atasannya, dan aku mendatangi perusahaannya untuk bertemu dengan atasannya,” jawab Diana, menatap Zaiden yang hana terdiam mendengarkan.“Aku mencoba untuk membuat atasannya berubah fikiran, aku sampai sujud kepadanya, tetapi tidak bisa mengubahnya,” imbuhnya, raut wajahnya sedih, bahkan Diana menghela nafas beratnya.Ditempat lain, Kendrick berdecih pelan melihat aksi Diana pada layar televisi. Chandra bergidik ngeri, ia tidak pernah memiliki hubungan Diana, tetapi membuatnya alergi dengan Diiana.“Membuat kerusuhan, alibinya seperti orang yang sedih,” celetuk Argantara.Chandra mengangguk, “Aku kalau jadi Zaiden, tidak akan diam saja seperti itu. Aku akan mencecarnya hingga dia berkata jujur,” ocehnya.Argantara tertawa, ia ya
“Kau dan mantan kekasihmu itu menjebakku?”Diana menaikkan sebelah alisnya, ia tidak mengerti dengan pertanyaan yang diajukan oleh Kendrick.“Mantan kekasihku? Argantara?”Kendrick merogoh saku celananya, lalu mengangkat sebuah jam tangan yang ia temukan beberapa waktu yang lalu.“Apakah ini milik Arga??” tanya Kendrick, memperhatikan ekspresi wajah Diana yang seperti orang sedang panik.Diana berdeham, mencoba untuk lebih mengontrol rasa terkejutnya.“Kau menemukannya dimana?” tanya Diana, menatap Kendrick yang hanya tersenyum tipis.“Di kamar yang bisa aku singgahi jika berkunjung ke apartementmu waktu itu. So, milik Arga atau milik pria lain?”Diana bergumam, lalu bertanya, “Mengapa kau sangat ingin mengetahuinya?”Kendrick menyimpan kembali jam arloji yang sudah ia tahu siapa pemiliknya, dan saat ini hanya ingin membuat Diana mengakuinya.“Aku menemukannya saat kau sedang hamil, dan kau kekeuh bahwa itu anakku, sebelum tes DNA itu terjadi,” ujar Kendrick, ia duduk bersandar dengan
“Bagaimana? Prosesnya akan cepat atau tidak?”Setelah Kendrick tiba di caffe milik Zaiden, Zaiden segera memberikan pertanyaan yang sangat penting untuknya.“Paling cepat itu satu minggu, ini untuk pemanggilan pertama, dimintai keterangan. Abis itu jika dia bersalah, dia akan ditahan sampai sidang,” jawab Kendrick, menatap Zaiden yang bergumam.“Aku yakin dia akan ditahan. Jadi, aku sarankan kepadamu untuk segera mendapatkan pengakuan dari Diana, bahwa memang dia yang membuatmu harus koma waktu itu,” imbuhnya.“Secepat itu?” tanya Zaiden, diangguki oleh Kendrick. Ia menatap Argantara yang hanya terdiam dan mendengarkan.“Mau seperti apa lagi? Jika difikirkan lebih lanjut, kau memang hanya perlu mendapatkan pengakuan itu. Kecuali, kau nyaman dengan Diana, dan tidak ingin berakhir dengan cepat,” oceh Argantara, diakhiri tertawa saar melihat Zaiden bergidik.“Aku tidak segila itu,” bantah Zaiden, diangguki oleh Argantara.“Ya, aku mempercayainya.”Kendrick meraih gelas yang berisi air be
“Miquera, kau dengar Mommy?” Vindry menatap anak perempuannya yang bernama Miquera Milo Yumna, dan Miquera hanya terdiam dengan pandangan menunduk. “Terus, Mom. Miquera memang susah sekali diberitahu, kalau sudah kejadian saja baru menangis meraung-raung,” timpal anak laki-laki mengenakan T-shirt berwarna hitam dan celana selutut, Miqueza Milo Intezar. “Abang diam,” tegas Kendrick tanpa membentak, ia menatap Miqueza yang mengulum bibir di sisi kirinya. Vindry menghela nafas, memijat keningnya yang terasa pening. Anak perempuannya yang berusia 5 tahun telah melakukan kesalahan. “Coba jelaskan satu kali lagi kepada Mommy, supaya Mommy tidak salah mengambil sikap kepadamu,” ucap Vindry dengan lembut, membelai surai panjang milik Miquera. Miquera menatap Mommynya yang tersenyum kepadanya, ia bergumam dan memainkan jemarinya. “Aku sedang bermain di taman bersama dengan Abang, lalu Naira mendorongku sampai terjatuh. Aku tidak terima, aku mendorongnya kembali,” ucap Miquera, menatap
“Tujuh tahun dan empat tahun? Jadi, sebelas tahun hukumannya?” Vindry menatap Kendrick yang duduk di sisi kanannya, dan sang suami menganggukkan kepala tanpa menoleh. “Ya, dia pantas mendapatkannya,” ucap Kendrick, menatap sang istri yang bergumam. Mereka berada di dalam ruang persidangan, dan keputusan hakim sudah ditetapkan. Pada persidangan saat ini, Zaiden sebagai pelapor dan Diana sebagai tersangka. Zaiden memenangkan persidangan pada pagi hari ini, Diana ditetapkan bersalah atas laporan yang dibuat oleh Zaiden dengan bukti yang valid. “TIDAK! AKU TIDAK BERSALAH! “ Vindry sedikit terkejut, ini bukan pertama kalinya ia mendengar Diana berteriak di ruang persidangan setelah hakim mengetuk palu. Kendrick merangkul Vindry, membantu istrinya untuk berdiri dan membawanya keluar. Tetapi belum sempat mereka melangkah, Diana kembali berteriak. “KENDRICK, INI SEMUA RENCANAMU UNTUK MENGHANCURKANKU, KAN?” “KAU MANUSIA TIDAK PUNYA HATI!” “ARGHH! LEPASKAN AKU! AKU TIDAK SALAH! AKU DIJ
“Kau tidak tergoda dengan Diana, right?” Argantara menatap Zaiden yang menatapnya dengan sebelah alis yang terangkat. Mereka saat ini sedang berada di apartement milik Chandra, bersama dengan Kendrick. “Tidak, Kak Arga. Aku sudah lama juga tidak bertemu dengannya, mungkin sekitar satu bulan,” ujar Zaiden, diangguki oleh Argantara. Chandra menyimpan dua toples di meja, ia baru saja mengambilnya dari dapur. Memilih untuk duduk di sisi kanan Kendrick. “Jadwal sidang pertamamu itu besok, kan?” tanya Chandra, menatap Kendrick yang bergumam. “Besok siang,” jawab Kendrick, diangguki oleh Chandra. “Kau menjadi saksi, right?” tanyanya kepada Argantara. Argantara menganggukkan kepala, “Ya. Aku menjadi saksi dalam kasusmu dan Zaiden,” ujarnya dengan santai. Jangan bertanya ‘bagaimana perasaan Argantara saat ini’, karena jawabannya sangat bahagia. Argantara berhasil membuat Diana ditahan, dan wanita itu harus menghadapi dua kasus yang berbeda. “Kau benar-benar kejam,” celetuk Chandra, meng
“Kau bertemu dengan Diana?”Chandra menatap Kendrick yang sedang menyeruput kopi di hadapannya, sahabatnya itu menggelengkan kepala.“Tidak. Aku malas bertemu dengannya jika bukan dipersidangan.”Chandra sangat mengerti, jika ia sedang dipoisisi Kendrick akan melakukan tindakan yang sama, tidak ingin bertemu dengan Diana.“Kau datang ke kantor polisi?” tanya Chandra, ditanggapi dengan bergumam dari Kendrick yang duduk santai di kursi kekuasaan.“Aku hanya mengantar Zaiden, karena Argantara sedang ada urusan ke luar kota. Zaiden bertemu dengan Diana, dan aku mengobrol dengan polisi disana,” jelas Kendrick, menatap Chandra yang sedang menatapnya.“Diana tidak melakukan kekerasan kepada Zaiden?”Kendrick menggelengkan kepala, “Diana memohon kepada Zaiden untuk Zaiden mencabut laporan, supaya dia bisa bebas.”“Masih bisa memohon? Tidak memiliki malu?” gerutu Chandra, ditanggapi dengan tertawa oleh Kendrick.“Diana sejak kapan memiliki urat malu? Dia mengatakan kepada Zaiden, tidak akan m
“Kau bahagia?”Kendrick menatap Vindry yang menganggukkan kepala dengan cepat. Mereka saling beradu tatap, dan saling tersenyum manis.“Beberapa bulan cuma di rumah, terus sekarang bisa ada di sini tuh rasanya seperti keluar dari dalam goa,” oceh Vindry, terkekeh dan menatap hamparan laut di depan sana.Angin pada sore hari ini cukup kencang, menerpa surai panjang milik Vindry. Perempuan itu meluruskan kedua kaki, dan mengusap perutnya yang semakin membesar.“Kau baik-baik ya di dalam sana. Sehat terus anak, Mommy,” monolog Vindry, tersenyum manis dan menatap Kendrick yang sedang memperhatikannya.“Menurutmu, anak kita laki-laki atau perempuan?” tanya Kendrick, menatap Vindry yang menaikkan sebelah alis.“Tadi kata dokter kemungkinan laki-laki. Kau berharapnya perempuan pada saat lahir nanti?”Kendrick menggelengkan kepala, hanya memastikan bahwa apa yang ia dengar tadi tidak salah.Sebelum mereka pergi ke pantai, mereka pergi ke rumah sakit untuk check kandungan Vindry, karena sudah
“Apakah kau sudah tenang? Dendam yang selama ini kau simpann, sudah terbalaskan?”Kendrick menatap Argantara yang menghela nafas. Sahabatnya itu mengangguk, dan menatapnya .“Sedikit, aku masih menunggu hasil putusan sidang. Aku harus memastikan bahwa Diana mendapatkan hukuman yang setimpal,” ujar Argantara, diangguki oleh Kendrick.“Kau tidak ada yang terluka?” tanya Kendrick, dijawab dengan gelengan kepala.“Tidak ada yang perlu dikhawatirkan, semua aman terkendali,” ucap Argantara, diakhiri dengan tertawa pelan.Rencana yang sudah disusun oleh Argantara selama beberapa tahun ini, berjalan lancar hari ini. Diana sudah ditangkap oleh Polisi, dan ditahan dengan bukti-bukti yang diberikan.“Kalian yakin kalau Bu Dewi tidak ada niatan jahat seperti Diana?” tanya Vindry yang duduk di sebelah Kendrick, menatap keempat pria dewasa didekatnya.Argantara menggeleng kepala, “Bu Dewi ini orang baik, beliau sudah memperingati Diana untuk berhenti dan mencari pekerjaan yang menghasilkan,” ujarn
“Kau tidak bisa menyangkal, sudah terlihat jelas di rekaman tersebut, perempuan itu adalah kau.”Diana menggelengkan kepala, berusaha untuk meraih tangan Zaiden, tentu saja ditepis oleh laki-laki itu.“Itu bukan aku, badanku tidak sekurus itu,” ucap Diana, mencoba untuk tenang dan menatap Zaiden yang hanya menampilkan ekspresi datar.Zaiden menatap layar berwarna putih, memperlihatkan sebuah foto yang dimana dirinya dan Diana satu frame.Diana melebarkan kedua matanya, bodynya sangat mirip dengan perempuan yang ada di dalam rekaman CCTV.Wanita itu menelan air liurnya, panik dan takut menjadi satu. Ia terdiam sejenak, mengumpulkan keberanian untuk melawan Zaiden.“Body yang seperti aku itu memang banyak, bukan hanya aku,” ucap Diana setelah mendapatkan kembali keberaniannya.Zaiden menganggukkan kepala, lalu foto berganti menjadi plat mobil yang tertangkap pada rekaman CCTV dan surat dengan plat yang sama atas nama Diana Danira.“Aku tidak akan menuduhmu sebagai dalang jika aku tidak
“Kau merindukanku?”Zaiden hanya terseenyum mendengarnya, fokusnya hanya kepada Diana yang baru saja duduk di kursi sebrangnya.“Jalanan macet?” tanya Zaiden, diangguki oleh Diana.“Benar, jamnya karyawan pulang kerja,” ucap Diana, tersenyum manis kepada Zaiden yang tersenyum tipis.“Aku tahu kau lelah, jadi silahkan pesan apapun yang kau inginkan. Aku yang akan membayarnya,” ujar Zaiden dengan serius, membuat Dianna berbinar.“Kau serius?”“Apakah wajahku terlihat bercanda?” tanya Zaiden, dijawab dengan gelengan kepala dari Diana.Diana mengangkat tangannya ke udara, memanggil waitress dan melihat buku menu yang diberikan oleh waitress.Diana dan Zaiden berada di sebuah restoran mewah. Zaiden booking ruang VVIP yang ada di restaurant tersebut.Hening, sepi, tidak ada orang lain selain mereka berdua.“Kau pesan apa, Baby?” tanya Diana, menatap Zaiden yang tersenyum manis.“Sama saja dengan pesananmu.”Diana mengangguk, lalu menatap waitress yang melihat kembali catatan kecil yang dib
“Aku menyesali pernah terpesona dengan Diana.”Zaiden bergidik geli saat melihat dirinya dahulu, mengejar Diana sampai membuatnya harus terbaring di ranjang rumah sakit dengan waktu yang lama.Argantara tertawa mendengar apa yang dikatakan oleh adiknya, ia menepuk bahu Zaiden sebagai bentuk rasa prihatin.“Dia itu waras atau tidak?” tanya Zaiden, menatap ketiga pria dewasa yang saat ini sedang bersamanya.“Apakah harus dijawab?” tanya Chandra, menyeruput kopi susu yang ia buat pada pagi hari ini.“Tidak, aku hanya bertanya.”Kendrick duduk bersandar dengan santai, pandangannya fokus kepada Zaiden yang duduk di sebrangnya.“Pengakuan dari orang suruhan Diana, bisa kau gunakan sebagai barang bukti,” ujar Kendrick, membuat Zaiden menatapnya.“Kau memaksanya untuk berkata jujur?” tanya Zaiden, dijawab dengan gelengan kepala.“Aku tidak pernah memaksakan orang lain,” ucap Kendrick dengan bangga.“Masih satu minggu aku menjebaknya,” gumam Zaiden, menatap ketiga pria dewasa di satu ruangan y