“Bagaimana? Prosesnya akan cepat atau tidak?”Setelah Kendrick tiba di caffe milik Zaiden, Zaiden segera memberikan pertanyaan yang sangat penting untuknya.“Paling cepat itu satu minggu, ini untuk pemanggilan pertama, dimintai keterangan. Abis itu jika dia bersalah, dia akan ditahan sampai sidang,” jawab Kendrick, menatap Zaiden yang bergumam.“Aku yakin dia akan ditahan. Jadi, aku sarankan kepadamu untuk segera mendapatkan pengakuan dari Diana, bahwa memang dia yang membuatmu harus koma waktu itu,” imbuhnya.“Secepat itu?” tanya Zaiden, diangguki oleh Kendrick. Ia menatap Argantara yang hanya terdiam dan mendengarkan.“Mau seperti apa lagi? Jika difikirkan lebih lanjut, kau memang hanya perlu mendapatkan pengakuan itu. Kecuali, kau nyaman dengan Diana, dan tidak ingin berakhir dengan cepat,” oceh Argantara, diakhiri tertawa saar melihat Zaiden bergidik.“Aku tidak segila itu,” bantah Zaiden, diangguki oleh Argantara.“Ya, aku mempercayainya.”Kendrick meraih gelas yang berisi air be
“Sepertinya hari ini cukup melelahkan untukmu.”Vindry menempatkan dirinya di sisi kiri Kendrick, sang suami duduk bersandar pada ranjang.“Sedikit, tetapi sekarang sudah cukup membaik.”Vindry menatap Kendrick yang mengusap puncak kepalanya, lalu bertanya, “Oh ya? Karena bertemu denganku?”Kendrick mengangguk, ia mengecup pelipis sang istri, tersenyum manis dan tangannya mengusap perut Vindry.“Kau dan Baby.”Vindry bergumam, menyandarkan kepalanya dibahu tegap suaminya. Ia menarik nafas dan menghela nafas.Kendrick menatap Vindry, ia sangat mengerti tarikan nafas dari Vindry dan satu yang harus dipastikan.“Tadi katanya ada yang datang untuk mengirimkan paket. Aku menyuruh Pak Satpam untuk menyimpannya di gudang,” ujar Vindry, mendongak dan menatap Kendrick.“Tetapi aku tidak pergi ke gudang untuk melihatnya. Jadi, kau bisa mengechecknya,” imbuhnya.“Kau ingin ikut melihatnya?” tanya Kendrick, dijawab dengan gelengan kepala.“Kau saja, aku ingin tidur. Hari ini aku menghabiskan wa
“Kau pulang malam hari ini?”Vindry membantu Kendrick merapihkan dasi, lalu menatap sang suami yang segera memakai jas berwarna biru tua atau dongker.“Tidak. Kenapa, Sayang?”“Nanti makan di luar saja ya?”Kendrick menggeleng dengan tegas, “Aku tidak mau. Kau ingin suasana baru?” tanyanya, diangguki oleh Vindry.“Aku bosan.”“Aku akan minta tolong sama Mommy buat menyiapkannya, dan aku akan pulang lebih cepat,” ujar Kendrick, mengecup puncak kepala Vindry.“Kendrick,” panggil Vindry, mengerucutkan bibir dan menatap suaminya yang menggelengkan kepala/“Di luar itu sangat membahayakan untukmu, jadi aku akan mewujudkan apa yang kau inginkan dengan memanfaatkan ruang yang ada di rumah,” jelas Kendrick, dan Vindry hanya menghela nafas.Tidak ada pilihan lain untuk Vindry, selain menuruti apa yang dikatakan oleh sang suami.“Kau tidak perlu melakukan hal berat, kalau bisa hanya diam di tempat tidur,” ujar Kendrick, menatap Vindry yang hanya menganggukkan kepala.“Aku antar,” ucap Vindry de
“Memangnya Diana masih memantau di sekitar rumahmu atau rumah orangtua Vindry?”Kendrick yang sedang menatap layar laptop pun bergumam, sedangkan Chandra duduk di kursi sebrang Kendrick.“Aku fikir, dia sudah tidak melanjutkannya, karena sudah ada Zaiden yang menjadi kekasihnya,” lanjutnya, membuat Kendrick menatapnya.“Dia menjadikan Zaiden kekasih hanya untuk memanfaatkan Zaiden,” ujar Kendrick, dan kembali menatap layar laptop.“Zaiden memberikan uang kepada Diana?”“Tidak.”“Lalu? Diana tidak mendapatkan uang dari Zaiden?”“Zaiden tetap memberikan uang kepada Diana, tetapi uang Arga,” jawab Kendrick, mematikan mengalihkan atensinya menjadi menatap Chandra.“Arga?”Kendrick mengangguk, “Benar. Aku kadang heran sama Arga, dia bales dendam, tetapi dia yang mengeluarkan uang.”Chandra yang mendengarnya pun tertawa, ia memikirkan hal yang sama dengan Kendrick.“Aku kalau jadi Arga, tidak akan mau mengeluarkan uang hanya untuk target bales dendam. Aku akan melakukan tindakan dar der d
“Kau darimana?Zaiden menatap Diana yang baru saja datang ke caffenya, sedangkan kekasihnya itu bergumam seolah sedang mencari alasan.“Aku dari rumah temanku, dia meminta tolong untuk membantunya merapihkan rumahnya yang berantakan karena sudah tidak ditinggali lima tahun,” jawab Diana, menatap Zaiden yang menaikkan sebelah alis.“Memangnya dia tidak memiliki pembantu?” tanya Zaiden, dijawab dengan gelengan kepala dari Diana.“Lima tahun yang lalu pembantunya meninggal dunia, dan dia tidak mempercayai orang lain untuk menjaga rumahnya,” jelas Diana, menatap Zaiden yang menganggukkan kepala.Zaiden memberikan buku menu kepada Diana, “Kau pesan apa yang kau inginkan,” ucapnya, tersenyum manis kepada Diana yang sedang menatapnya.“Kau tidak rugi jika memberiku gratis?” tanya Diana, dijawab dengan gelengan kepala.“Tidak. Kau tenang saja, tidak akan membuatku gulung tikar,” ucap Zaiden, tersenyum manis dan tangannya terulur untuk mengusap puncak kepala Diana.Diana menganggukkan kepala,
“Kendrick, kau tidak pergi ke kantor?”Vindry menatap Kendrick yang masih memejamkan kedua mata. Mereka masih berada di atas ranjang dengan posisi berhadapan dan Kendrick memeluk Vindry.“Aku hari ini mengambil libur, dan dihandle oleh Chandra,” jawab Kendrick, membuka kedua matanya dan menatap Vindry.“Kau tidak ada rapat?”Kendrick menggelengkan kepala, “Aku sengaja mengosongkan jadwal hari ini, aku ingin satu hari ini bersamamu,” ujarnya, lalu mengecup kening sang istri.“Tidak ada yang kau sembunyikan dariku?” tanya Vindry, menatap Kendrick yang menggelengkan kepala.Kendrick menarik Vindry supaya lebih dekat kepadanya, membelai surai panjang dari sang istri.“Sebagai gantinya karena kemarin aku tidak bisa pulang disaat kau menyuruhku untuk pulang,” ujar Kendrick, tersenyum manis kepada Vindry yang bergumam.“Kau tidak bosan jika harus di rumah saja?” tanya Vindry, menatap kedua mata elang milik Kendrick.“Kau bisa berhari-hari hanya di rumah, lalu mengapa aku tidak bisa satu hari
“Siapa yang menyuruh kalian untuk mengikuti Erlangga?”Kendrick menatap 12 pria serba hitam yang ia ikat di pohon melingkar. Erlangga tidak bersamanya, karena pria dewasa itu memang ada keperluan penting dan tidak bisa ditunda.Kendrick duduk di hadapan pria mengenakan slayer berwarna merah yang diikat di kepala, ia memperhatikan pria tersebut dengan taja.“Aku tidak akan bertanya lebih lanjut,” ucapnya, mendekati pria tersebut dan merogoh saku kemeja untuk mengambil ponsel.“Kau tidak sopan!”Kendrick menganggukkan kepala, tetapi tidak peduli dengan tuduhan tersebut kepadanya. Ia fokus memainkan ponsel dengan casing berwarna merah.“Ini bos kalian?” tanya Kendrick, mengangkat ponsel tersebut saat tertera panggilan masuk. Nama kontak tersebut ‘Bu Bos’Kendrick bergumam, menatap pria dihadapannya saat ini dengan dingin. Wajah pria tersebut dipenuhi luka lebam.“Aku akan mengangkatnya dan kau harus bersuara,” ujar Kendrick dengan penuh penekanan, membuat pria tersebut menatapnya.“Tid
“Aku menyesali pernah terpesona dengan Diana.”Zaiden bergidik geli saat melihat dirinya dahulu, mengejar Diana sampai membuatnya harus terbaring di ranjang rumah sakit dengan waktu yang lama.Argantara tertawa mendengar apa yang dikatakan oleh adiknya, ia menepuk bahu Zaiden sebagai bentuk rasa prihatin.“Dia itu waras atau tidak?” tanya Zaiden, menatap ketiga pria dewasa yang saat ini sedang bersamanya.“Apakah harus dijawab?” tanya Chandra, menyeruput kopi susu yang ia buat pada pagi hari ini.“Tidak, aku hanya bertanya.”Kendrick duduk bersandar dengan santai, pandangannya fokus kepada Zaiden yang duduk di sebrangnya.“Pengakuan dari orang suruhan Diana, bisa kau gunakan sebagai barang bukti,” ujar Kendrick, membuat Zaiden menatapnya.“Kau memaksanya untuk berkata jujur?” tanya Zaiden, dijawab dengan gelengan kepala.“Aku tidak pernah memaksakan orang lain,” ucap Kendrick dengan bangga.“Masih satu minggu aku menjebaknya,” gumam Zaiden, menatap ketiga pria dewasa di satu ruangan y