“Kau dan mantan kekasihmu itu menjebakku?”Diana menaikkan sebelah alisnya, ia tidak mengerti dengan pertanyaan yang diajukan oleh Kendrick.“Mantan kekasihku? Argantara?”Kendrick merogoh saku celananya, lalu mengangkat sebuah jam tangan yang ia temukan beberapa waktu yang lalu.“Apakah ini milik Arga??” tanya Kendrick, memperhatikan ekspresi wajah Diana yang seperti orang sedang panik.Diana berdeham, mencoba untuk lebih mengontrol rasa terkejutnya.“Kau menemukannya dimana?” tanya Diana, menatap Kendrick yang hanya tersenyum tipis.“Di kamar yang bisa aku singgahi jika berkunjung ke apartementmu waktu itu. So, milik Arga atau milik pria lain?”Diana bergumam, lalu bertanya, “Mengapa kau sangat ingin mengetahuinya?”Kendrick menyimpan kembali jam arloji yang sudah ia tahu siapa pemiliknya, dan saat ini hanya ingin membuat Diana mengakuinya.“Aku menemukannya saat kau sedang hamil, dan kau kekeuh bahwa itu anakku, sebelum tes DNA itu terjadi,” ujar Kendrick, ia duduk bersandar dengan
“Bagaimana? Prosesnya akan cepat atau tidak?”Setelah Kendrick tiba di caffe milik Zaiden, Zaiden segera memberikan pertanyaan yang sangat penting untuknya.“Paling cepat itu satu minggu, ini untuk pemanggilan pertama, dimintai keterangan. Abis itu jika dia bersalah, dia akan ditahan sampai sidang,” jawab Kendrick, menatap Zaiden yang bergumam.“Aku yakin dia akan ditahan. Jadi, aku sarankan kepadamu untuk segera mendapatkan pengakuan dari Diana, bahwa memang dia yang membuatmu harus koma waktu itu,” imbuhnya.“Secepat itu?” tanya Zaiden, diangguki oleh Kendrick. Ia menatap Argantara yang hanya terdiam dan mendengarkan.“Mau seperti apa lagi? Jika difikirkan lebih lanjut, kau memang hanya perlu mendapatkan pengakuan itu. Kecuali, kau nyaman dengan Diana, dan tidak ingin berakhir dengan cepat,” oceh Argantara, diakhiri tertawa saar melihat Zaiden bergidik.“Aku tidak segila itu,” bantah Zaiden, diangguki oleh Argantara.“Ya, aku mempercayainya.”Kendrick meraih gelas yang berisi air be
“Sepertinya hari ini cukup melelahkan untukmu.”Vindry menempatkan dirinya di sisi kiri Kendrick, sang suami duduk bersandar pada ranjang.“Sedikit, tetapi sekarang sudah cukup membaik.”Vindry menatap Kendrick yang mengusap puncak kepalanya, lalu bertanya, “Oh ya? Karena bertemu denganku?”Kendrick mengangguk, ia mengecup pelipis sang istri, tersenyum manis dan tangannya mengusap perut Vindry.“Kau dan Baby.”Vindry bergumam, menyandarkan kepalanya dibahu tegap suaminya. Ia menarik nafas dan menghela nafas.Kendrick menatap Vindry, ia sangat mengerti tarikan nafas dari Vindry dan satu yang harus dipastikan.“Tadi katanya ada yang datang untuk mengirimkan paket. Aku menyuruh Pak Satpam untuk menyimpannya di gudang,” ujar Vindry, mendongak dan menatap Kendrick.“Tetapi aku tidak pergi ke gudang untuk melihatnya. Jadi, kau bisa mengechecknya,” imbuhnya.“Kau ingin ikut melihatnya?” tanya Kendrick, dijawab dengan gelengan kepala.“Kau saja, aku ingin tidur. Hari ini aku menghabiskan wa
“Kau pulang malam hari ini?”Vindry membantu Kendrick merapihkan dasi, lalu menatap sang suami yang segera memakai jas berwarna biru tua atau dongker.“Tidak. Kenapa, Sayang?”“Nanti makan di luar saja ya?”Kendrick menggeleng dengan tegas, “Aku tidak mau. Kau ingin suasana baru?” tanyanya, diangguki oleh Vindry.“Aku bosan.”“Aku akan minta tolong sama Mommy buat menyiapkannya, dan aku akan pulang lebih cepat,” ujar Kendrick, mengecup puncak kepala Vindry.“Kendrick,” panggil Vindry, mengerucutkan bibir dan menatap suaminya yang menggelengkan kepala/“Di luar itu sangat membahayakan untukmu, jadi aku akan mewujudkan apa yang kau inginkan dengan memanfaatkan ruang yang ada di rumah,” jelas Kendrick, dan Vindry hanya menghela nafas.Tidak ada pilihan lain untuk Vindry, selain menuruti apa yang dikatakan oleh sang suami.“Kau tidak perlu melakukan hal berat, kalau bisa hanya diam di tempat tidur,” ujar Kendrick, menatap Vindry yang hanya menganggukkan kepala.“Aku antar,” ucap Vindry de
“Memangnya Diana masih memantau di sekitar rumahmu atau rumah orangtua Vindry?”Kendrick yang sedang menatap layar laptop pun bergumam, sedangkan Chandra duduk di kursi sebrang Kendrick.“Aku fikir, dia sudah tidak melanjutkannya, karena sudah ada Zaiden yang menjadi kekasihnya,” lanjutnya, membuat Kendrick menatapnya.“Dia menjadikan Zaiden kekasih hanya untuk memanfaatkan Zaiden,” ujar Kendrick, dan kembali menatap layar laptop.“Zaiden memberikan uang kepada Diana?”“Tidak.”“Lalu? Diana tidak mendapatkan uang dari Zaiden?”“Zaiden tetap memberikan uang kepada Diana, tetapi uang Arga,” jawab Kendrick, mematikan mengalihkan atensinya menjadi menatap Chandra.“Arga?”Kendrick mengangguk, “Benar. Aku kadang heran sama Arga, dia bales dendam, tetapi dia yang mengeluarkan uang.”Chandra yang mendengarnya pun tertawa, ia memikirkan hal yang sama dengan Kendrick.“Aku kalau jadi Arga, tidak akan mau mengeluarkan uang hanya untuk target bales dendam. Aku akan melakukan tindakan dar der d
“Kau darimana?Zaiden menatap Diana yang baru saja datang ke caffenya, sedangkan kekasihnya itu bergumam seolah sedang mencari alasan.“Aku dari rumah temanku, dia meminta tolong untuk membantunya merapihkan rumahnya yang berantakan karena sudah tidak ditinggali lima tahun,” jawab Diana, menatap Zaiden yang menaikkan sebelah alis.“Memangnya dia tidak memiliki pembantu?” tanya Zaiden, dijawab dengan gelengan kepala dari Diana.“Lima tahun yang lalu pembantunya meninggal dunia, dan dia tidak mempercayai orang lain untuk menjaga rumahnya,” jelas Diana, menatap Zaiden yang menganggukkan kepala.Zaiden memberikan buku menu kepada Diana, “Kau pesan apa yang kau inginkan,” ucapnya, tersenyum manis kepada Diana yang sedang menatapnya.“Kau tidak rugi jika memberiku gratis?” tanya Diana, dijawab dengan gelengan kepala.“Tidak. Kau tenang saja, tidak akan membuatku gulung tikar,” ucap Zaiden, tersenyum manis dan tangannya terulur untuk mengusap puncak kepala Diana.Diana menganggukkan kepala,
“Kendrick, kau tidak pergi ke kantor?”Vindry menatap Kendrick yang masih memejamkan kedua mata. Mereka masih berada di atas ranjang dengan posisi berhadapan dan Kendrick memeluk Vindry.“Aku hari ini mengambil libur, dan dihandle oleh Chandra,” jawab Kendrick, membuka kedua matanya dan menatap Vindry.“Kau tidak ada rapat?”Kendrick menggelengkan kepala, “Aku sengaja mengosongkan jadwal hari ini, aku ingin satu hari ini bersamamu,” ujarnya, lalu mengecup kening sang istri.“Tidak ada yang kau sembunyikan dariku?” tanya Vindry, menatap Kendrick yang menggelengkan kepala.Kendrick menarik Vindry supaya lebih dekat kepadanya, membelai surai panjang dari sang istri.“Sebagai gantinya karena kemarin aku tidak bisa pulang disaat kau menyuruhku untuk pulang,” ujar Kendrick, tersenyum manis kepada Vindry yang bergumam.“Kau tidak bosan jika harus di rumah saja?” tanya Vindry, menatap kedua mata elang milik Kendrick.“Kau bisa berhari-hari hanya di rumah, lalu mengapa aku tidak bisa satu hari
“Siapa yang menyuruh kalian untuk mengikuti Erlangga?”Kendrick menatap 12 pria serba hitam yang ia ikat di pohon melingkar. Erlangga tidak bersamanya, karena pria dewasa itu memang ada keperluan penting dan tidak bisa ditunda.Kendrick duduk di hadapan pria mengenakan slayer berwarna merah yang diikat di kepala, ia memperhatikan pria tersebut dengan taja.“Aku tidak akan bertanya lebih lanjut,” ucapnya, mendekati pria tersebut dan merogoh saku kemeja untuk mengambil ponsel.“Kau tidak sopan!”Kendrick menganggukkan kepala, tetapi tidak peduli dengan tuduhan tersebut kepadanya. Ia fokus memainkan ponsel dengan casing berwarna merah.“Ini bos kalian?” tanya Kendrick, mengangkat ponsel tersebut saat tertera panggilan masuk. Nama kontak tersebut ‘Bu Bos’Kendrick bergumam, menatap pria dihadapannya saat ini dengan dingin. Wajah pria tersebut dipenuhi luka lebam.“Aku akan mengangkatnya dan kau harus bersuara,” ujar Kendrick dengan penuh penekanan, membuat pria tersebut menatapnya.“Tid
“Miquera, kau dengar Mommy?” Vindry menatap anak perempuannya yang bernama Miquera Milo Yumna, dan Miquera hanya terdiam dengan pandangan menunduk. “Terus, Mom. Miquera memang susah sekali diberitahu, kalau sudah kejadian saja baru menangis meraung-raung,” timpal anak laki-laki mengenakan T-shirt berwarna hitam dan celana selutut, Miqueza Milo Intezar. “Abang diam,” tegas Kendrick tanpa membentak, ia menatap Miqueza yang mengulum bibir di sisi kirinya. Vindry menghela nafas, memijat keningnya yang terasa pening. Anak perempuannya yang berusia 5 tahun telah melakukan kesalahan. “Coba jelaskan satu kali lagi kepada Mommy, supaya Mommy tidak salah mengambil sikap kepadamu,” ucap Vindry dengan lembut, membelai surai panjang milik Miquera. Miquera menatap Mommynya yang tersenyum kepadanya, ia bergumam dan memainkan jemarinya. “Aku sedang bermain di taman bersama dengan Abang, lalu Naira mendorongku sampai terjatuh. Aku tidak terima, aku mendorongnya kembali,” ucap Miquera, menatap
“Tujuh tahun dan empat tahun? Jadi, sebelas tahun hukumannya?” Vindry menatap Kendrick yang duduk di sisi kanannya, dan sang suami menganggukkan kepala tanpa menoleh. “Ya, dia pantas mendapatkannya,” ucap Kendrick, menatap sang istri yang bergumam. Mereka berada di dalam ruang persidangan, dan keputusan hakim sudah ditetapkan. Pada persidangan saat ini, Zaiden sebagai pelapor dan Diana sebagai tersangka. Zaiden memenangkan persidangan pada pagi hari ini, Diana ditetapkan bersalah atas laporan yang dibuat oleh Zaiden dengan bukti yang valid. “TIDAK! AKU TIDAK BERSALAH! “ Vindry sedikit terkejut, ini bukan pertama kalinya ia mendengar Diana berteriak di ruang persidangan setelah hakim mengetuk palu. Kendrick merangkul Vindry, membantu istrinya untuk berdiri dan membawanya keluar. Tetapi belum sempat mereka melangkah, Diana kembali berteriak. “KENDRICK, INI SEMUA RENCANAMU UNTUK MENGHANCURKANKU, KAN?” “KAU MANUSIA TIDAK PUNYA HATI!” “ARGHH! LEPASKAN AKU! AKU TIDAK SALAH! AKU DIJ
“Kau tidak tergoda dengan Diana, right?” Argantara menatap Zaiden yang menatapnya dengan sebelah alis yang terangkat. Mereka saat ini sedang berada di apartement milik Chandra, bersama dengan Kendrick. “Tidak, Kak Arga. Aku sudah lama juga tidak bertemu dengannya, mungkin sekitar satu bulan,” ujar Zaiden, diangguki oleh Argantara. Chandra menyimpan dua toples di meja, ia baru saja mengambilnya dari dapur. Memilih untuk duduk di sisi kanan Kendrick. “Jadwal sidang pertamamu itu besok, kan?” tanya Chandra, menatap Kendrick yang bergumam. “Besok siang,” jawab Kendrick, diangguki oleh Chandra. “Kau menjadi saksi, right?” tanyanya kepada Argantara. Argantara menganggukkan kepala, “Ya. Aku menjadi saksi dalam kasusmu dan Zaiden,” ujarnya dengan santai. Jangan bertanya ‘bagaimana perasaan Argantara saat ini’, karena jawabannya sangat bahagia. Argantara berhasil membuat Diana ditahan, dan wanita itu harus menghadapi dua kasus yang berbeda. “Kau benar-benar kejam,” celetuk Chandra, meng
“Kau bertemu dengan Diana?”Chandra menatap Kendrick yang sedang menyeruput kopi di hadapannya, sahabatnya itu menggelengkan kepala.“Tidak. Aku malas bertemu dengannya jika bukan dipersidangan.”Chandra sangat mengerti, jika ia sedang dipoisisi Kendrick akan melakukan tindakan yang sama, tidak ingin bertemu dengan Diana.“Kau datang ke kantor polisi?” tanya Chandra, ditanggapi dengan bergumam dari Kendrick yang duduk santai di kursi kekuasaan.“Aku hanya mengantar Zaiden, karena Argantara sedang ada urusan ke luar kota. Zaiden bertemu dengan Diana, dan aku mengobrol dengan polisi disana,” jelas Kendrick, menatap Chandra yang sedang menatapnya.“Diana tidak melakukan kekerasan kepada Zaiden?”Kendrick menggelengkan kepala, “Diana memohon kepada Zaiden untuk Zaiden mencabut laporan, supaya dia bisa bebas.”“Masih bisa memohon? Tidak memiliki malu?” gerutu Chandra, ditanggapi dengan tertawa oleh Kendrick.“Diana sejak kapan memiliki urat malu? Dia mengatakan kepada Zaiden, tidak akan m
“Kau bahagia?”Kendrick menatap Vindry yang menganggukkan kepala dengan cepat. Mereka saling beradu tatap, dan saling tersenyum manis.“Beberapa bulan cuma di rumah, terus sekarang bisa ada di sini tuh rasanya seperti keluar dari dalam goa,” oceh Vindry, terkekeh dan menatap hamparan laut di depan sana.Angin pada sore hari ini cukup kencang, menerpa surai panjang milik Vindry. Perempuan itu meluruskan kedua kaki, dan mengusap perutnya yang semakin membesar.“Kau baik-baik ya di dalam sana. Sehat terus anak, Mommy,” monolog Vindry, tersenyum manis dan menatap Kendrick yang sedang memperhatikannya.“Menurutmu, anak kita laki-laki atau perempuan?” tanya Kendrick, menatap Vindry yang menaikkan sebelah alis.“Tadi kata dokter kemungkinan laki-laki. Kau berharapnya perempuan pada saat lahir nanti?”Kendrick menggelengkan kepala, hanya memastikan bahwa apa yang ia dengar tadi tidak salah.Sebelum mereka pergi ke pantai, mereka pergi ke rumah sakit untuk check kandungan Vindry, karena sudah
“Apakah kau sudah tenang? Dendam yang selama ini kau simpann, sudah terbalaskan?”Kendrick menatap Argantara yang menghela nafas. Sahabatnya itu mengangguk, dan menatapnya .“Sedikit, aku masih menunggu hasil putusan sidang. Aku harus memastikan bahwa Diana mendapatkan hukuman yang setimpal,” ujar Argantara, diangguki oleh Kendrick.“Kau tidak ada yang terluka?” tanya Kendrick, dijawab dengan gelengan kepala.“Tidak ada yang perlu dikhawatirkan, semua aman terkendali,” ucap Argantara, diakhiri dengan tertawa pelan.Rencana yang sudah disusun oleh Argantara selama beberapa tahun ini, berjalan lancar hari ini. Diana sudah ditangkap oleh Polisi, dan ditahan dengan bukti-bukti yang diberikan.“Kalian yakin kalau Bu Dewi tidak ada niatan jahat seperti Diana?” tanya Vindry yang duduk di sebelah Kendrick, menatap keempat pria dewasa didekatnya.Argantara menggeleng kepala, “Bu Dewi ini orang baik, beliau sudah memperingati Diana untuk berhenti dan mencari pekerjaan yang menghasilkan,” ujarn
“Kau tidak bisa menyangkal, sudah terlihat jelas di rekaman tersebut, perempuan itu adalah kau.”Diana menggelengkan kepala, berusaha untuk meraih tangan Zaiden, tentu saja ditepis oleh laki-laki itu.“Itu bukan aku, badanku tidak sekurus itu,” ucap Diana, mencoba untuk tenang dan menatap Zaiden yang hanya menampilkan ekspresi datar.Zaiden menatap layar berwarna putih, memperlihatkan sebuah foto yang dimana dirinya dan Diana satu frame.Diana melebarkan kedua matanya, bodynya sangat mirip dengan perempuan yang ada di dalam rekaman CCTV.Wanita itu menelan air liurnya, panik dan takut menjadi satu. Ia terdiam sejenak, mengumpulkan keberanian untuk melawan Zaiden.“Body yang seperti aku itu memang banyak, bukan hanya aku,” ucap Diana setelah mendapatkan kembali keberaniannya.Zaiden menganggukkan kepala, lalu foto berganti menjadi plat mobil yang tertangkap pada rekaman CCTV dan surat dengan plat yang sama atas nama Diana Danira.“Aku tidak akan menuduhmu sebagai dalang jika aku tidak
“Kau merindukanku?”Zaiden hanya terseenyum mendengarnya, fokusnya hanya kepada Diana yang baru saja duduk di kursi sebrangnya.“Jalanan macet?” tanya Zaiden, diangguki oleh Diana.“Benar, jamnya karyawan pulang kerja,” ucap Diana, tersenyum manis kepada Zaiden yang tersenyum tipis.“Aku tahu kau lelah, jadi silahkan pesan apapun yang kau inginkan. Aku yang akan membayarnya,” ujar Zaiden dengan serius, membuat Dianna berbinar.“Kau serius?”“Apakah wajahku terlihat bercanda?” tanya Zaiden, dijawab dengan gelengan kepala dari Diana.Diana mengangkat tangannya ke udara, memanggil waitress dan melihat buku menu yang diberikan oleh waitress.Diana dan Zaiden berada di sebuah restoran mewah. Zaiden booking ruang VVIP yang ada di restaurant tersebut.Hening, sepi, tidak ada orang lain selain mereka berdua.“Kau pesan apa, Baby?” tanya Diana, menatap Zaiden yang tersenyum manis.“Sama saja dengan pesananmu.”Diana mengangguk, lalu menatap waitress yang melihat kembali catatan kecil yang dib
“Aku menyesali pernah terpesona dengan Diana.”Zaiden bergidik geli saat melihat dirinya dahulu, mengejar Diana sampai membuatnya harus terbaring di ranjang rumah sakit dengan waktu yang lama.Argantara tertawa mendengar apa yang dikatakan oleh adiknya, ia menepuk bahu Zaiden sebagai bentuk rasa prihatin.“Dia itu waras atau tidak?” tanya Zaiden, menatap ketiga pria dewasa yang saat ini sedang bersamanya.“Apakah harus dijawab?” tanya Chandra, menyeruput kopi susu yang ia buat pada pagi hari ini.“Tidak, aku hanya bertanya.”Kendrick duduk bersandar dengan santai, pandangannya fokus kepada Zaiden yang duduk di sebrangnya.“Pengakuan dari orang suruhan Diana, bisa kau gunakan sebagai barang bukti,” ujar Kendrick, membuat Zaiden menatapnya.“Kau memaksanya untuk berkata jujur?” tanya Zaiden, dijawab dengan gelengan kepala.“Aku tidak pernah memaksakan orang lain,” ucap Kendrick dengan bangga.“Masih satu minggu aku menjebaknya,” gumam Zaiden, menatap ketiga pria dewasa di satu ruangan y