"Menikahlah dengan suamiku dan lahirkan seorang anak, maka akan ku selamatkan perusahaan keluargamu."
"Kau gila? "
Alia tidak menyangka wanita yang terlihat begitu anggun dan menawan yang duduk di hadapannya saat ini memberikan tawaran yang tidak masuk akal. Bukankah orang tuanya memintanya menemui wanita tersebut untuk membicarakan urusan bisnis dan meminta bantuan wanita tersebut untuk berinvestasi diperusahaan ayahnya yang sudah diambang kebangkrutan. Wanita anggun yang sedang duduk di hadapannya saat ini adalah investor terbesar di perusahaan ayahnya saat ini.
Keluarga Megan adalah salah satu dari keluarga terkaya dinegaranya. Mereka menguasai beberapa pasar saham dan memiliki pengaruh yang sangat besar. Setiap orang yang berani menyinggung mereka psati tidak akan berakhir dengan baik. Keluarga mereka juga menjalin kerja sama dengan ikatan pernikahan dengan keluarga Aditama yang merupakan keluarga terkuat, terkaya dan memiliki pengaruh yang sanagt besar di seluruh dunia. Kerja sama itu membuat keluarga Megan menjadi keluarga yang disegani dan di takuti.
"Bukankah kamu datang hari ini untuk bernegosiasi denganku? kamu meminta investasi dan aku memberikan tawaran yang sangat menggiurkan, bukankah itu?"
Alia terdiam sesaat mendengar ucapan wanita itu.
"Mana ada istri yang menjual suaminya sendiri." Ucap Alia.
Megan menatap wajah polos dan lugu Alia saat ini.
"Hahahaha, kamu lucu sekali. aku tidak menjual suamiku, aku menawarkan syarat kepadamu bukan menjual suamiku. Memangnya kamu mampu untuk membelinya? hahahahahaha"
Ucapan wanita itu sepenuhnya benar, Alia tidak mungkin mampu untuk membeli suaminya *-jika benar dia menjualnya. Alia tidak tahu harus bagaimana menanggapi permintaan wanita tersebut, sedangkan dia juga harus mendapatkan investasi tersebut. Jika dia gagal, maka orang tuanya akan kehilangan semuanya dan akan banyak orang yang menderita jika perusahaannya bangkrut.
Megan menyodorkan kartu namanya kepada Alia.
" Kamu boleh memikirkannya terlebih dahulu. Jika kamu sudah memutuskan, maka hubungiku. Ingatlah bahwa hanya aku yang bisa membantu keluargamu."
"Bukankah kamu sendiri juga dapat melahirkan anak untuk suamimu, kenapa menginginkan anak dari wanita lain?" tanya Alia.
"Kamu tahu, wanita hamil itu sangat merepotkan. Suamiku selalu berkata bahwa free child tidak jadi masalah, namun akhir-akhir ini dia tidak seperti itu. Jadi, dari pada adopsi, bukankah lebih baik memiliki anak sendiri tanpa harus repot-repot hamil?"
"Kau gila..!"
"Hahahaha, lebih baik kamu memikirkan nasip keluargamu sendiri dari pada menyumpahiku."
Alia menatap kepergian Megan, pikiran dan hatinya sangat kalut. Bagaimana nanti dia harus menjelaskan kedua orang tuanya. dia menghela napas panjang kemudian memutuskan untuk menyampaikan apa adanya ucapan wanita tersebut dan mungkin orang tuanya kaan memikirkan solusi lain, tidak mungkin orang tuanya akan mengorbankan masa mudanya untuk menikah dengan lelaki yang bahkan tidak dia kenal sama sekali.
Alia memacu sepeda motor kesayangannya membelah keramaian jalanan. Tidak lama kemudian dia sudah sampai di rumahnya. Kedua orang tuanya dan kedua kakaknya sudah menanti kedatangannya diruang keluarga. Alia meletakkan sepatunya dan segera menghampiri mereka yang sudah sedari tadi menunggunya.
"Bagiamana? Apakah dia bersedia?" Tanya ayah Alia penuh rasa penasaran.
"Belum, Pa."
Mereka serempak menatap Alia dengan tatapan penuh tanda tanya setelah mendegar jawaban Alia itu.
"Apa maksudmu belum?" Tanya kakak pertamanya.
Alia membenarkan posisi duduknya dan menguatkan mentalnya untuk memberanikan diri menyampiakan apa yang wanita itu katakan.
"Dia memberiku tawaran yang tidak masuk akal, Pa."
"Tawaran apa?" Tanya ayahnya.
"Dia memintaku menikah dengan suaminya dan memberikannya keturunan. Kalau aku bersedia menerima permintaannya, maka dia akan berinvestasi. Tapi aku belum menjawabnya, Pa." Jelas Alia.
"Kenapa kamu tidak langsung menyetujuinya saja." Ucap ibu Alia.
Alia membelalakkan mata mendengar ucapan ibunya itu. Dia tidak percaya ibunya akan berkata seperti itu.
"Apa maksud ibu?" tanya Alia dengan ekpresi polosnya.
"Kami semua sudah tahu kalau Nyonya Megan akan memintamu menikahi suaminya sebagia syarat atas investasinya pada perusahaan papa, Alia."
Jawaban dari Rantih, kakak keduanya itu membuatnya merasa seperti sedang ditipu oleh mereka.
"Jadi kalian sudah tahu kalau dia akan meminta hal itu, tapi kalian tetap memintaku menemuinya? Kenapa kalian tidak memberi tahuku dari awal?" ucap Alia.
"Apa bedanya memberitahumu dari awal atau nyonya sendiri yang memberi tahumu? tidak ada bedanya. Mau tidak mau ya kamu harus mau, ini semua demi kelangsungan hidup kita Alia." Jelas ibunya.
"Apakah papa juga menyetujui usulan itu?" tanya Alia kembali.
"Kamu dengarkan dulu cerita papa, setelah itu kamu boleh memutuskan. Nyonya Megan sudah lama mencari ibu pengganti untuknya. Dia sangat mencintai suaminya begitu juga suaminya. Namun dia tidak ingin mengambil anak orang lain, dia ingin anak dari suaminya." ucap ayahnya.
"Kenapa mereka tidak melakukan bayi tabung saja? Bukankah teknologi sekarang sangat maju? aku tidak mau, Pa. Bagaimana dengan sekolahku nanti? bukankah papa juga tahu bahwa aku sudah punya pacar."
"Hanya kamu harapan kami, Alia."
Alia menatap kedua kakaknya yang dari tadi hanya menunduk saja tanpa berani menatapnya.
"Bukankah kak leni lebih layak? Usianya juga sudah matang. Kenapa harus aku? ini tidak adil."
Ibu Alia bangkit dan berpindah duduk disebelah Alia, memegang kedua tangan Alia dengan hangat dan menatap matanya dengan dalam.
"Kami sudah membicarakannya dengan nyonya, namun dia menolaknya. Dia sudah lama mengawasimu, semua kehidupanmu juga dia sudah mencari tahu. Dia sudah pernah membicarakan hal ini sebelumnya dengan kami. Tapi kami menolaknya, makanya dia menarik investasi diperusahaan papamu. Jadi anggaplah ini balas budimu untuk papamu dan kami ."
Mata Alia mulai berkaca-kaca, dia tahu bahwa ibu dan kedua kakanya bukanlah keluarga kandungnya, namun mereka begitu menyayanginya sejak dia berusia lima tahun. Dia tidak merasakan kehilangan kasih sayang seorang ibu selepas ibunya meninggalkannya untuk selamanya, bahkan dia mendapat bonus dua orang kakak yang juga sangat menyanyanginya.
"Aku akan memikirkannya terlebih dahulu."
Alia meninggalkan raung keluarga tersebut menuju kamarnya. Dia ingin menenangkan diri seejenak.
Alia merebahkan dirinya di atas pembaringannya, menatap langit-langit kamarnya. Pikirannya menerawang jauh.
"Hah...! pikiranku kacau banget ya ampun. Apa perempuan itu udah gila? Kenapa jadiin suaminya sendiri jadi pertukaran? apa suaminya tahu? apa suaminya setuju? jangan-jangan suaminya udah tua pula, mampuslah aku.."
Ucapan ibunya tadi masih membekas dibenaknya dan membuatnya tidak dapat tidur nyenyak. Dia bangkit dari pembaringannya, memainkan ponselnya sejenak kemudian menghubungi seseorang.
"Udah tidur?"
"Belum, kenapa? kangen?"suara itu terdengar begitu lembut dan menenangkan Alia.
"Sedikit"
"Mau keluar jalan-jalan? aku jemput?"
"Udah hampir larut malam, papaku nggak akan izinin aku keluar rumah."
"Gimana kalau aku yang kesana? kita ngobrol di halaman depan sebentar"
" Hmmm.. boleh juga. Aku tunggu ya.."
"Siip.."
Alia merapikan diri, mengoleskan sedikit lipgloss di bibirnya kemudian berjalan menuju taman depan rumahnya, dia menanti kedatangan Dimas, kekasihnya tersebut.
"Ngapain kamu malam-malam di depan rumah? udah jam berapa ini? "
Alia terkejut melihat ayahnya sudah berdiri dibelakangnya. Dia meremas ponselnya dan menggigit bibirnya.
"Itu pa, Dimas mau datang" jawab Alia dengan cemas.
"Papa nggak mau lagi melihat kamu berhubungan dengan dia, segera putuskan hubungan kalian."
Sepertinya keputusan keluarga mereka sudah bulat untuk menikahkan Alia dengan suami dari nyonya Megan itu.
"Papa nggak bisa ngatur hidup aku seenaknya gitu aja, aku juga punya hak menentukan pilihanku sendiri, Pa."
"Papa selama ini sudah melunak padamu ya, Alia. Jangan sampai papa memberikan ketegasan padamu!"
Alia tidak ingin lagi berdebat dengan ayahnya karena perdebatan itu hanya akan mempersulit keadaannya saja. Dia kembali kekamarnya dan menutup pintu kamar dengan keras.
"Ahhhhh.....! kenapa semua jadi kayak gini sih!"
Alia tidak habis pikir bahwa ayahnya menanggapi dengan serius penawaran Megan. Dia menjatuhkan tubuhnya di atas pembaringannya.
"Apa aku kawin lari aja ya sama Dimas besok? Dimas pasti setuju. Besok aku akan jelaskan pada Dimas."
Alia berkali-kali merebahkan kepalanya di atas meja dan beberapa kali mengacak-acak rambut panjangnya yang tergerai. Beberapa temannya memperhatikan tingkah anehnya tersebut dan menyadari bahwa ada yang tidak beres dengan Alia hari ini. "Kamu kenapa, Al? Kayaknya gelisah banget? "Alia mendongakkan wajahnya, melihat sahabatnya duduk di depan meja nya. Raut wajah Alia langsung berubah menjadi begitu iba. "Baby, Kamu harus nolongin aku, aku pengen nangis baby."Baby memundurkan badannya melihat Alia menyodorkan wajahnya begitu dekat. "Kamu kenapa? kok kayak orang kesetanan gitu?" tanya Baby pada Alia yang terlihat begitu gusar. "Tolong aku, Baby." "Ya tolong apa dulu ini." "Perusahaan papaku akan bangkrut, Beb. " "Apa?" sontak saja Baby berdiri saking terkejutnya. "Duduk." ucap Alia sambil menarik tangan Baby untuk duduk. "Terus kamu sama keluargamu gimana?" tanya Baby penasaran. "Entahlah,tapi ada satu cara untuk bisa selamatin perusahaan papaku." "Caranya? " " Aku harus m
"Ayo kita putus"Bagaikan petir disiang hari mendengar Alia mengucapkan kata-kata yang beitu menyakitkan itu dengan raut wajah yang begitu tenang. "Maksud kamu apa? kamu tidak sedang bercandakan?"Dimas mencoba meyakinkan diri bahwa ucapan Alia itu hanya sekedar gurauan saja. "Aku tidak main-main Dimas, aku serius dengan ucapanku." "Bagaimana mungkin ini serius, kemarin kita masih baik-baik saja. Kamu ada masalah? atau aku punya salah? coba bilang, jangan langsung putus gini aja. " "Kamu nggak salah Dimas, cuma aku memang udah nggak mau lanjutin hubungan kita"Dimas menggelengkan kepalanya menyangkal apa yang didengarnya. " Nggak, kamu pasti lagi marahkan sama aku. Sayang, kamu tahukan kalau aku sayang banget sama kamu, kamu nggak bisa tiba-tiba giniin aku."Alia bangkit dari kursinya dan berlalu meninggalkan Dimas begitu saja, namun Dimas tidak diam saja. Dia menarik tangan Alia dan mencoba untuk menghentikan Alia. " Kamu nggak bisa pergi gitu aja tanpa memberikan penjelasan apa
"Aku tidak menginginkan pernikahan ini, jangan pernah berpikir bahwa aku akan menganggapmu sebagai istriku" "Akupun tidak pernah berkeinginan menjadi istrimu."Alia bergegas membersihkan dirinya dikamar mandi. Dia membenamkan diri kedalam Bathtub, sambil memikirkan apa yang harus dia lakukan setelah ini. "Apakah aku harus melakukannya sekarang?"Dia cepat-cepat menepis semua pikirannya saat ini. Yang harus dia lakukan saat ini adalah menyelsaikan kewajibannya sesegera mungkin agar dia dapat terbebas dari pernikahan tersebut. Alia mengenakan piyamanya yang sudah disediakan dan berjalan perlahan. Siapa sangka pemandangan yang ada didepan maatnya sungguh menyilaukan matanya. Sebuah dada yang bidang dengan otot perut yang berjajar rapi serta lengan yang penuh dengan otot, wajah yang tampan dan maskulin, sungguh menggetarkan hati Alia, membuat jantungnya semakin berdetak kencang. "Apa yang kamu lihat?"Alia mengedarkan pandnagan matanya kesana kemari, dia tidak ingin Dirga menyadari b
"Kamu baik-baik saja, Al? Kamu sakit?" tanya seorang guru pengawas saat ujian. "Nggak apa-apa, buk. Saya baik-baik aja."Apa yang dialaminya semalam membuat Alia shock. Meskipun dia sudah mengatakan sejujurnya, namun Dirga tetap menyelesaikannya sampai akhir.Alia buru-buru menyelesaikan ujiannya. Dia ingin secepatnya pulang kerumahnya untuk beristirahat. Untuk saat ini dia tidak ingin bertemu dengan Dirga ataupun Megan. Alia menyelesaikan semua ujiannya dengan cepat, kemudian menyerahkannya kepada guru pengawas begitu juga dengan Baby. Dia mencemaskan kondisi Alia yang terlihat sangat pucat dan seperti menahan rasa sakit. "Kamu kenapa, Al?" tanya Baby.Alia enggan menjawab pertanyaan Baby tersebut. Harga dirinya sudah rusak dan dia tidak ingin siapapun yang mengetahuinya. Mereka berdua berjalan menuju ruang kesehatan. Alia ingin berbabring sejenak disana sebelum dia pulang. Belumpun sampai di ruan kesehatan, kegaduhan nampak terlihat di halaman sekolah. Para siswi berkerumun seper
Tidak terasa sudah tiga tahun lamanya Alia meninggalkan kampung halamannya, dan selama tiga tahun ini dia selalu berpindah-pindah dari satu negara kenegara lain demi menghilangkan jejaknya, dan akhirnya dia menemukan sebuah desa kecil dan menetap disana sudah lebih dari dua tahun. Alia mengganti identitasnya untuk menghilangkan seluruh jejaknya.Kehidupan barunya lebih sederhana dan jauh dari kata mewah. Setiap hari Alia harus bekerja memetik Apel di perkebunan demi menghidupi dirinya sendiri. Alia memutuskan semua akses dan komunikasi dengan keluarganya dan mulai hidup mandiri. "Tidak terasa kamu sudah lama bekerja disini, Key."Alia membasuh tangannya dan mengistirahatkan tubuh lelahnya sejenak, duduk disamping sahabatnya yang selama ini membantuku. "Hah, rasanya baru kemarin aku melihat Apel-apel ini mulai berbunga, namun sekarang mereka sudah mulai siap penan." "Kamu benar, Key. Waktu berjalan begitu cepat. Tapi, ngomong-ngomong, apakah kamu tidak merindukan keluargamu, Key? Kam
"Kenapa pagiku bisa sesial ini? Kenapa lelaki brengsek itu muncul di perkebunan sepagi ini? Sial sekali!"Alia menarik stroller apelnya sambil sesekali melirik kearah Dirga yang tengah berdiri mengawasi kegiatan panen raya hari ini. Dia memakai topi dan masker untuk menutupi wajahnya agar tidak ketahuan. "Kenapa Tuan besar itu ada disini pagi-pagi?" tanya Alia pada Mala. "Kata bos, dia hari ini ingin menyaksikan sendiri proses panen dan mengecek kualitasnya." "Apakah dia gila? Bukankah seharusnya dia duduk tenang di kantornya yang nyaman dan hanya perlu memerintahkan bawahannya." "Kamu tahu Keysa, kata bos......pria itu akan mendirikan perusahaannya disini dalam waktu dekat ini dan akan menetap disini dalam beberapa bulan atau beberapa tahun." "Apa?!"Teriakan Alia membuat semua mata tertuju kepadanya seketika. "Pelankan suaramu! Kamu menghindarinya kemarin, apa kamu ingin dia menghampirimu sekarang?" "Maafkan aku. Tapi kenapa dia melakukan hal itu?" "Aku dengar-dengar nih, k
"Lepaskan bajumu" "Kau gila?"Alia menggenggam erat kemejanya, dia takut hal itu akan terjadi lagi. Dia sudah berusaha melupakan malam yang penuh mimpi buruk itu. "Kamu pikir kamu siapa?" hardik Alia. "Lepaskan baju dan ganti dengan baju yang ada dilemari itu."Alia membuka lemari pakaian yang ada di kamar itu, beberapa gaun yang sangat indah berbaris dengan rapi disana. "Apakah aku salah berpikir barusan?" gumam Alia dalam hati. "Pilihlah salah satu yang menurutmu nyaman dan temui aku dalam 10 menit di lobi." ucap Dirga sambil meninggalkan Alia seorang diri. Alia memperhatikan semua gaun yang ada dan mengeluarkannya satu persatu untuk dia lihat. "Apa yang ingin dia lakukan? Memintaku untuk mengenakan gaun-gaun ini?"Alia memilih Evening Gown berwarna Ocean Blue dengan gradasi warna hitam yang bertaburan batu permata yang indah. Ukuran gaun itu sangat pas ditubuh Alia, membuat tubuhnya terlihat begitu seksi dan menawan. Alia merias dirinya dengan riasan yang sederhana dan nat
"Terkejut dengan kedatanganku?" "Hahahaha, tentu saja tidak."Alia sudah menduga bahwa cepat atau lambat Megan juga akan mengunjunginya. Wanita anggun itu masih terlihat angkuh seperti tiga tahun lalu. "Mana anak yang kamu janjikan untukku?" tanya Megan.Alia menyeringai mendengar pertanyaan konyol dari Megan tersebut. Tidak menyangka bahwa mereka berdua akan menanyakan hal yang sama. "Apakah kamu sangat menginginkan anak itu?" "Tentu saja. Anak itu adalah hakku!" "Hakmu?" "Aku sudah menolong keluargamu, jadi jangan tidak tahu diri!" "Menolong keluargaku? Kamu yang mendorongku dan keluargaku masuk kedalam neraka ini!" "Salahkan keluargamu yang miskin itu!"Betapa tajamnya ucapan Megan itu. Ingin sekali Alia merobek mulut tajamnya itu. "Kamu sungguh menginginkan anak itu?" Ledek Alia. "Tentu.!" "Matilah! dan susul anak itu!"Plaaaaak!!!!Sebuah tamparan keras mendarat dipipi Alia. Namun dia tidak diam saja, Dia kembali menampar Megan dengan sangat keras sehingga meninggalkan
Alia memperhatikan beberapa tamu yang hadir malam itu, dan tidak ada satupun yang dia kenal. Dia berdiri sedikit menjauh dari keramaian, dia tidak begitu nyaman dengan suasana pesta itu. "Pesta orang-orang kaya ternyata begitu membosankan."Pandangan mata Alia tertuju pada sesaorang yang baru saja tiba di pesta itu bersama seorang wanita yang menggandneg tangannya. "Dirga dan megan?" tanya Alia dalam hati.Terlihat Dirga yang tengah sibuk melayani orang-orang yang menyapanya satu persatu. Namun, tatapan mata mereka tiba-tiba bertemu. Alia cepat-cepat memalingkan wajahnya, kemudian menatap kembali ke arah Dirga yang tersenyum nakal meliahat kearahnya kemudian kembali berbincang-bincang dengan tamu yang hadir malam itu.Penampilan Alia yang begitu anggun dengan paras yang cantik membuat beberapa tamu yang hadir meliriknya sesekali. Apalagi Alia berdiri sendiri tanpa sesorangpun yang menemani. Kecantikan wajahnya dan keanggunannya membuat beberapa tamu yang datang malam itu terpesona d
"Kalian lihat wanita yang datang bersama Tuan Dirga tadi pagi? Dengar-dengar dia adalah sekretaris pribadi tuan Dirga serta istri kedua Tuan Dirga." "Benarkah?" "Serius. Aku pernah melihatnya di acara televisi belum lama ini. Tuan Dirga meresmikan anak perusahaan di Firlandia bersama wanita tadi." "Wah..! Luar biasa sekali. Apakah kamu tahu latar belakangnya?" "Sepertinya dia adalah putri tunggal CEO Perusahaan Furniture di bawah naungan keluarga nyonya Megan." "Serius?" "Gila! Ikatan cinta segitiga yang sangat rumit." "Apakah begitu menyenangkan menceritakan orang lain di belakangnya?"Mereka menoleh ke belakang secara serentak. Mereka terkejut mendapati keberadaan Alia berdiri dibelakang mereka. "Maafkan kami, Nona. Kami tidak bermaksud membicarakan anda."Alia berlalu pergi meninggalkan mereka menuju ruang kerjanya. Hari ini adalah hari pertamanya bekerja sebagai sekretaris pribadi Dirga, dan dia belum begitu paham tugas-tugasnya. Dia hanya duduk saja tanpa melakukan apapun
"Pilihlah rumah dan vila yang kamu inginkan. Aku akan membelikannya untukmu."Mereka berdua berkeliling disebuah kantor Real Estate untuk melihat-lihat miniatur rumah dan vila yang dijual di tempat itu. Alia tidak segan-segan lagi untuk menentukan pilihannya. Dia tahu bahwa pria 38 tahun disampingnya ini memiliki uang yang tidak terbatas. "Jangan salahkan aku jika aku memilih yang paling mahal." ucap Alia. "Pilihlah sesukamu. Anggap saja ini hadiah karena kamu memutuskan untuk kembali bersamaku."Tidak dipungkiri memang awalnya Alia enggan kembali ke tempat kelahirannya, namun dia juga sudah tidak memiliki tempat tinggal lagi. Dia juga tidak ingin membebani orang tuanya, karena pada hakikatnya anak yang sudah menikah harus keluar dari rumah atau ikut suaminya. Dia juga tidak ingin Megan memperlakukannya dengan sewenang-wenang. Berada di sisi Dirga saat ini adalah pilihan yang tepat. "Aku pilih yang ini." tunjuk Alia.Sebuah Vila dengan gaya eropa sederhana dengan pemandangan danau p
"Terkejut dengan kedatanganku?" "Hahahaha, tentu saja tidak."Alia sudah menduga bahwa cepat atau lambat Megan juga akan mengunjunginya. Wanita anggun itu masih terlihat angkuh seperti tiga tahun lalu. "Mana anak yang kamu janjikan untukku?" tanya Megan.Alia menyeringai mendengar pertanyaan konyol dari Megan tersebut. Tidak menyangka bahwa mereka berdua akan menanyakan hal yang sama. "Apakah kamu sangat menginginkan anak itu?" "Tentu saja. Anak itu adalah hakku!" "Hakmu?" "Aku sudah menolong keluargamu, jadi jangan tidak tahu diri!" "Menolong keluargaku? Kamu yang mendorongku dan keluargaku masuk kedalam neraka ini!" "Salahkan keluargamu yang miskin itu!"Betapa tajamnya ucapan Megan itu. Ingin sekali Alia merobek mulut tajamnya itu. "Kamu sungguh menginginkan anak itu?" Ledek Alia. "Tentu.!" "Matilah! dan susul anak itu!"Plaaaaak!!!!Sebuah tamparan keras mendarat dipipi Alia. Namun dia tidak diam saja, Dia kembali menampar Megan dengan sangat keras sehingga meninggalkan
"Lepaskan bajumu" "Kau gila?"Alia menggenggam erat kemejanya, dia takut hal itu akan terjadi lagi. Dia sudah berusaha melupakan malam yang penuh mimpi buruk itu. "Kamu pikir kamu siapa?" hardik Alia. "Lepaskan baju dan ganti dengan baju yang ada dilemari itu."Alia membuka lemari pakaian yang ada di kamar itu, beberapa gaun yang sangat indah berbaris dengan rapi disana. "Apakah aku salah berpikir barusan?" gumam Alia dalam hati. "Pilihlah salah satu yang menurutmu nyaman dan temui aku dalam 10 menit di lobi." ucap Dirga sambil meninggalkan Alia seorang diri. Alia memperhatikan semua gaun yang ada dan mengeluarkannya satu persatu untuk dia lihat. "Apa yang ingin dia lakukan? Memintaku untuk mengenakan gaun-gaun ini?"Alia memilih Evening Gown berwarna Ocean Blue dengan gradasi warna hitam yang bertaburan batu permata yang indah. Ukuran gaun itu sangat pas ditubuh Alia, membuat tubuhnya terlihat begitu seksi dan menawan. Alia merias dirinya dengan riasan yang sederhana dan nat
"Kenapa pagiku bisa sesial ini? Kenapa lelaki brengsek itu muncul di perkebunan sepagi ini? Sial sekali!"Alia menarik stroller apelnya sambil sesekali melirik kearah Dirga yang tengah berdiri mengawasi kegiatan panen raya hari ini. Dia memakai topi dan masker untuk menutupi wajahnya agar tidak ketahuan. "Kenapa Tuan besar itu ada disini pagi-pagi?" tanya Alia pada Mala. "Kata bos, dia hari ini ingin menyaksikan sendiri proses panen dan mengecek kualitasnya." "Apakah dia gila? Bukankah seharusnya dia duduk tenang di kantornya yang nyaman dan hanya perlu memerintahkan bawahannya." "Kamu tahu Keysa, kata bos......pria itu akan mendirikan perusahaannya disini dalam waktu dekat ini dan akan menetap disini dalam beberapa bulan atau beberapa tahun." "Apa?!"Teriakan Alia membuat semua mata tertuju kepadanya seketika. "Pelankan suaramu! Kamu menghindarinya kemarin, apa kamu ingin dia menghampirimu sekarang?" "Maafkan aku. Tapi kenapa dia melakukan hal itu?" "Aku dengar-dengar nih, k
Tidak terasa sudah tiga tahun lamanya Alia meninggalkan kampung halamannya, dan selama tiga tahun ini dia selalu berpindah-pindah dari satu negara kenegara lain demi menghilangkan jejaknya, dan akhirnya dia menemukan sebuah desa kecil dan menetap disana sudah lebih dari dua tahun. Alia mengganti identitasnya untuk menghilangkan seluruh jejaknya.Kehidupan barunya lebih sederhana dan jauh dari kata mewah. Setiap hari Alia harus bekerja memetik Apel di perkebunan demi menghidupi dirinya sendiri. Alia memutuskan semua akses dan komunikasi dengan keluarganya dan mulai hidup mandiri. "Tidak terasa kamu sudah lama bekerja disini, Key."Alia membasuh tangannya dan mengistirahatkan tubuh lelahnya sejenak, duduk disamping sahabatnya yang selama ini membantuku. "Hah, rasanya baru kemarin aku melihat Apel-apel ini mulai berbunga, namun sekarang mereka sudah mulai siap penan." "Kamu benar, Key. Waktu berjalan begitu cepat. Tapi, ngomong-ngomong, apakah kamu tidak merindukan keluargamu, Key? Kam
"Kamu baik-baik saja, Al? Kamu sakit?" tanya seorang guru pengawas saat ujian. "Nggak apa-apa, buk. Saya baik-baik aja."Apa yang dialaminya semalam membuat Alia shock. Meskipun dia sudah mengatakan sejujurnya, namun Dirga tetap menyelesaikannya sampai akhir.Alia buru-buru menyelesaikan ujiannya. Dia ingin secepatnya pulang kerumahnya untuk beristirahat. Untuk saat ini dia tidak ingin bertemu dengan Dirga ataupun Megan. Alia menyelesaikan semua ujiannya dengan cepat, kemudian menyerahkannya kepada guru pengawas begitu juga dengan Baby. Dia mencemaskan kondisi Alia yang terlihat sangat pucat dan seperti menahan rasa sakit. "Kamu kenapa, Al?" tanya Baby.Alia enggan menjawab pertanyaan Baby tersebut. Harga dirinya sudah rusak dan dia tidak ingin siapapun yang mengetahuinya. Mereka berdua berjalan menuju ruang kesehatan. Alia ingin berbabring sejenak disana sebelum dia pulang. Belumpun sampai di ruan kesehatan, kegaduhan nampak terlihat di halaman sekolah. Para siswi berkerumun seper
"Aku tidak menginginkan pernikahan ini, jangan pernah berpikir bahwa aku akan menganggapmu sebagai istriku" "Akupun tidak pernah berkeinginan menjadi istrimu."Alia bergegas membersihkan dirinya dikamar mandi. Dia membenamkan diri kedalam Bathtub, sambil memikirkan apa yang harus dia lakukan setelah ini. "Apakah aku harus melakukannya sekarang?"Dia cepat-cepat menepis semua pikirannya saat ini. Yang harus dia lakukan saat ini adalah menyelsaikan kewajibannya sesegera mungkin agar dia dapat terbebas dari pernikahan tersebut. Alia mengenakan piyamanya yang sudah disediakan dan berjalan perlahan. Siapa sangka pemandangan yang ada didepan maatnya sungguh menyilaukan matanya. Sebuah dada yang bidang dengan otot perut yang berjajar rapi serta lengan yang penuh dengan otot, wajah yang tampan dan maskulin, sungguh menggetarkan hati Alia, membuat jantungnya semakin berdetak kencang. "Apa yang kamu lihat?"Alia mengedarkan pandnagan matanya kesana kemari, dia tidak ingin Dirga menyadari b