Alia berkali-kali merebahkan kepalanya di atas meja dan beberapa kali mengacak-acak rambut panjangnya yang tergerai. Beberapa temannya memperhatikan tingkah anehnya tersebut dan menyadari bahwa ada yang tidak beres dengan Alia hari ini.
"Kamu kenapa, Al? Kayaknya gelisah banget? "
Alia mendongakkan wajahnya, melihat sahabatnya duduk di depan meja nya. Raut wajah Alia langsung berubah menjadi begitu iba.
"Baby, Kamu harus nolongin aku, aku pengen nangis baby."
Baby memundurkan badannya melihat Alia menyodorkan wajahnya begitu dekat.
"Kamu kenapa? kok kayak orang kesetanan gitu?" tanya Baby pada Alia yang terlihat begitu gusar.
"Tolong aku, Baby."
"Ya tolong apa dulu ini."
"Perusahaan papaku akan bangkrut, Beb. "
"Apa?" sontak saja Baby berdiri saking terkejutnya.
"Duduk." ucap Alia sambil menarik tangan Baby untuk duduk.
"Terus kamu sama keluargamu gimana?" tanya Baby penasaran.
"Entahlah,tapi ada satu cara untuk bisa selamatin perusahaan papaku."
"Caranya? "
" Aku harus mau nikah sama suami nyonya investor."
"Apaaaa......?!"
Suara teriakan baby membuat semua siswa di kelas menoleh ke arah mereka. Baby cepat-cepat menutup mulutnya dan duduk perlahan.
"Terus gimana? kamu setuju? " tanya Baby.
"Belum aku jawab, masih aku pikirkan, makanya aku stress."
"Kalau suaminya investor, berarti udah tua dong, ya ampun."
Alia langsung lemas kehilangan semangat mendengar ejekan Baby tersebut.
"Tapi kan belum tentu kalau dia udah tua, Al. "
"Baby!"
"Hahahaaha, tenang, tenang."
"Nggak bisa tenang aku, Baby."
"Kamu udah ketemu orangnya?"
" Belumlah, Kalau aku setuju baru aku diajak ketemu sama suaminya."
"Wanita gila mana yang rela suaminya nikah lagi? ini malah suaminya dijadikan bahan barteran, gila."
"Aku juga nggak habis pikir, Baby. Cuma karena dia nggak mau repot hamil aja, dia sampai cari istri buat suaminya" jelas Alia.
"Bukankah sekarang bayi tabung bisa? Atau hanya sekedar dengan cara donor sperma juga bisakan?" tanya Baby juga yang merasa kebingungan.
"Mungkin dia punya alasan lain, bukan karena nggak mau repot hamil."
"Terus Dimas udah tahu? "
"Belum, aku mana sanggup ngasih tahu dia."
"Jadi gimana? Memangnya nggak ada solusi lain?"
"Apa aku kawin lari aja ya sama Dimas?" tanya Alia dengan polosnya.
"Kau gila! Kamu pikir orang tua Dimas bakal biarin Dimas menghancurkan masa depannya?"
Mereka berdua saling diam menatap satu sama lain, kemudian sama-sama menarik napas panjang.
"Udahlah, kekantin aja yok kita." Ajak Baby.
Baby menarik tangan Alia yang msih terlihat lesu dan kehilangan semangat. Mereka berjalan melewati lorong kelas yang begitu panjang, melewati beberapa siswa yang sedang bercanda satu sama lain. Mereka menyapa Baby dan Alia yang melewati mereka. Memang tidak dipungkiri bahwa mereka berdua merupakan siswa yang begitu popular disekolahnya. Selain memiliki postur tubuh yang proporsional dan cantik, mereka juga siswa yang berprestasi.
Baby berpretasi dibidang infotaiment dan merupakan model siswa yang sudah go internasional, sedangkan Alia adalah siswa yang berprestasi dibidang akademik. sudah banyak prestasi yang dia sumbangkan kesekolahnya. Semua siswa ingin sekali dekat dengan mereka, tapi mereka kemana-mana selalu berdua, bahkan mereka memiliki julukan Duo Barbie dari teman-temannya.
Baby dan Alia duduk ditempat favorite mereka dikantin, dengan taman sekolah yang memiliki pemandangan yang bagus. Mereka menyeruput teh dingin yang mereka pesan tadi sambil membuang pandangan mereka jauh menerabas awan.
"Hayo, lagi lihat apa?"
Mereka berdua serempak menoleh ke arah suara itu berada. Ternyata Dimas sudah duduk disamping Alia, lalu kembali sama-sama menarik napas panjang sambil kembali menyeruput es teh mereka.
"Kalian berdua ini kenapa?"
"Haaaah......" Kembali mereka menarik napas panjang dan menghembuskan kembali.
"Kok aneh banget kalian hari ini?" tanya Dimas kembali setelah melihat tingkah mereka berdua.
"Dimas, kamu mau kawin lari nggak sama aku?"
Dimas mengernyitkan keningnya mendengar pertanyaan Alia tersebut, kemudian di beralih menatap Baby yang terlihat acuh mendengar ucapan Alia tersebut.
"Kawin lari?" tanya Dimas pada Alia.
Alia mengangguk kepalanya.
"Hahahahaha, kamu pasti bercanda, sayang"
"Aku tidak bercanda, Dimas."
Dimas terdiam sejenak, kemudian menunjukkan raut wajah yang serius.
"Kamu tahukan tanggung jawabku sangat besar dikeluarga? aku pewaris kelaurga Aliando. Sekalipun aku snagat mencintaimu, aku tidak mungkin melakukan tindakan sembarangan. Bersabarlah, aku pasti akan bertanggung jawab atas hidupmu nanti, Alia."
Mendengar jawaban itu, Alia tidak ingin lagi melanjutkan pembicaraan tersebut dan hanya mampu tersenyum kecut.
Bel tanda masuk kelaspun berbunyi, mereka bertiga berjalan bersama memasuki kelas. Dimas berbeda kelas dengan Alia dan Baby. Mereka berpisah di depan kelas Alia. Namun, sebelum berpisah, Dimas menghentikan alia sejenak, memegang kedua tangan Alia dan menatap matanya serta tersenyum manis kepada Alia.
"Kalau kamu ada masalah, cerita ya...jangan kamu pendam sendiri. Barang kali kau bisa bantu kamu, inget ya kalau aku sayang banget sama kamu dan nggak mau kehilangan kamu."
Dia hanya mengangguk dan tersenyum pada dimas. Dimaspun berlalu pergi meninggalkan Alia untuk kembali kekelasnya.
"Alangkah baiknya jika Dimas bisa membantuku dan menyetujui tawaranku."
Alia menarik napas panjang, keluarga Dimas memang keluarga berada dan termasuk keluarga terkaya nomor tiga di negaranya. Di atas keluarga Dimas ada keluarga Megan dan nomor satu keluarga Aditama yang bahkan generasi penerus satu-satunya tidak pernah muncul dipublik. Namun, dia tidak mungkin meminta Dimas untuk membantunya. Alia tidak tahu bagaimana lagi cara untuk menolong keluarganya.
Selepas pelajaran selesai, bel pulangpun berbunyi dan para siswapun berhamburan keluar dari kelasnya. Mereka satu persatu pulang dengan jemputan dari orangtuanya. Sekolah Alia adalah salah satu sekolah konglomerat bergengsi di kota tempat tinggalnya, jadi wajar saja jika setiap siswa dijemput menggunakan kendaraan mewah, begitu juga Alia biasanya dijemput oleh sopir ayahnya yang selalu tepat waktu. Alia sudah berdiri di depan gerbang sekolahnya hampir setengah jam namun belum kelihatan mobil yang biasa menjemputnya, dia sudah mulai terlihat gelisah.
"Belum pulang , Al? Belum dijemputkah?"
Kebetulan sekali Baby baru keluar dari parkiran sekolah dengan ferrarynya. Biasanya memang dia pulang sedikit telat karena langsung menuju lokasi syuting.
"Belum, Beb. Sepertinya jemputanku telat." ucap Alia.
"Ya udah pulang sama aku aja. Ayo aku antar, masuklah."
"Nanti kamu telat syuting kalau nganter aku dulu."
"Hari ini aku nggak ada jadwal syuting kok, cuma pemotretan aja, itupun nanti malam. Ayo masuk.."
Mobil Baby melaju dengan kecepatan penuh menuju komplek perumahan Alia. Tidak memerlukan waktu lama mereka sudah sampai di rumah Alia, namun mereka beruda sungguh terkejut melihat keadaan yang terjadi disana. Barang-barang mereka dikeluarkan dari rumah itu dan orang tua Alia terduduk lemas dikursi taman. Alia dan Baby buru-buru menghampirinya.
" Papa, ini kenapa barang-barang kita dikeluarkan semua?" Tanya Alia dengan panik.
" Rumah kita disita Alia, sekarang kita tidak punya apa-apa. Mobil dan semuanya sudah di sita."
Penjelasan ayahnya itu membuat Alia sangat syok dan terdiam tanpa kata, begitu juga Baby yang berdiri disamping Alia. Tiba-tiba Alia berlari masuk rumah menuju kamarnya, dia ingat bahwa dia masih menyimpan kartu nama Megan sebelumnya. Dia menekan nomor yang ada di kartu tersebut, setelah berdering beberapa saat, akhirnya terhubung. Terdengar suara seorang wanita yang menjawab panggilan tersebut.
" Aku menyetujui tawaran itu dan tolong hentikan mereka menyita barang-barang kami."
Panggilan itupun berakhir, dan tidak lama kemudian, para petugas yang tadi mengeluarkan barang-barang mereka, kembali memasukkannya dan menatanya kembali seperti sedia kala dan asisten ayahnyapun menghubungi bahwa perusahaannya sudah memperoleh investasi yang sangat mencukupi untuk mencegahnya jatuh dalam kebangkrutan. Kedua orang tuanya terlihat begitu bahagia, sedangkan Alia terdiam membisu.
"Semoga ini keputusan yang tepat"
Tidak ada yang tahu bagaimana nasip Alia setelah ini.
"Ayo kita putus"Bagaikan petir disiang hari mendengar Alia mengucapkan kata-kata yang beitu menyakitkan itu dengan raut wajah yang begitu tenang. "Maksud kamu apa? kamu tidak sedang bercandakan?"Dimas mencoba meyakinkan diri bahwa ucapan Alia itu hanya sekedar gurauan saja. "Aku tidak main-main Dimas, aku serius dengan ucapanku." "Bagaimana mungkin ini serius, kemarin kita masih baik-baik saja. Kamu ada masalah? atau aku punya salah? coba bilang, jangan langsung putus gini aja. " "Kamu nggak salah Dimas, cuma aku memang udah nggak mau lanjutin hubungan kita"Dimas menggelengkan kepalanya menyangkal apa yang didengarnya. " Nggak, kamu pasti lagi marahkan sama aku. Sayang, kamu tahukan kalau aku sayang banget sama kamu, kamu nggak bisa tiba-tiba giniin aku."Alia bangkit dari kursinya dan berlalu meninggalkan Dimas begitu saja, namun Dimas tidak diam saja. Dia menarik tangan Alia dan mencoba untuk menghentikan Alia. " Kamu nggak bisa pergi gitu aja tanpa memberikan penjelasan apa
"Aku tidak menginginkan pernikahan ini, jangan pernah berpikir bahwa aku akan menganggapmu sebagai istriku" "Akupun tidak pernah berkeinginan menjadi istrimu."Alia bergegas membersihkan dirinya dikamar mandi. Dia membenamkan diri kedalam Bathtub, sambil memikirkan apa yang harus dia lakukan setelah ini. "Apakah aku harus melakukannya sekarang?"Dia cepat-cepat menepis semua pikirannya saat ini. Yang harus dia lakukan saat ini adalah menyelsaikan kewajibannya sesegera mungkin agar dia dapat terbebas dari pernikahan tersebut. Alia mengenakan piyamanya yang sudah disediakan dan berjalan perlahan. Siapa sangka pemandangan yang ada didepan maatnya sungguh menyilaukan matanya. Sebuah dada yang bidang dengan otot perut yang berjajar rapi serta lengan yang penuh dengan otot, wajah yang tampan dan maskulin, sungguh menggetarkan hati Alia, membuat jantungnya semakin berdetak kencang. "Apa yang kamu lihat?"Alia mengedarkan pandnagan matanya kesana kemari, dia tidak ingin Dirga menyadari b
"Kamu baik-baik saja, Al? Kamu sakit?" tanya seorang guru pengawas saat ujian. "Nggak apa-apa, buk. Saya baik-baik aja."Apa yang dialaminya semalam membuat Alia shock. Meskipun dia sudah mengatakan sejujurnya, namun Dirga tetap menyelesaikannya sampai akhir.Alia buru-buru menyelesaikan ujiannya. Dia ingin secepatnya pulang kerumahnya untuk beristirahat. Untuk saat ini dia tidak ingin bertemu dengan Dirga ataupun Megan. Alia menyelesaikan semua ujiannya dengan cepat, kemudian menyerahkannya kepada guru pengawas begitu juga dengan Baby. Dia mencemaskan kondisi Alia yang terlihat sangat pucat dan seperti menahan rasa sakit. "Kamu kenapa, Al?" tanya Baby.Alia enggan menjawab pertanyaan Baby tersebut. Harga dirinya sudah rusak dan dia tidak ingin siapapun yang mengetahuinya. Mereka berdua berjalan menuju ruang kesehatan. Alia ingin berbabring sejenak disana sebelum dia pulang. Belumpun sampai di ruan kesehatan, kegaduhan nampak terlihat di halaman sekolah. Para siswi berkerumun seper
Tidak terasa sudah tiga tahun lamanya Alia meninggalkan kampung halamannya, dan selama tiga tahun ini dia selalu berpindah-pindah dari satu negara kenegara lain demi menghilangkan jejaknya, dan akhirnya dia menemukan sebuah desa kecil dan menetap disana sudah lebih dari dua tahun. Alia mengganti identitasnya untuk menghilangkan seluruh jejaknya.Kehidupan barunya lebih sederhana dan jauh dari kata mewah. Setiap hari Alia harus bekerja memetik Apel di perkebunan demi menghidupi dirinya sendiri. Alia memutuskan semua akses dan komunikasi dengan keluarganya dan mulai hidup mandiri. "Tidak terasa kamu sudah lama bekerja disini, Key."Alia membasuh tangannya dan mengistirahatkan tubuh lelahnya sejenak, duduk disamping sahabatnya yang selama ini membantuku. "Hah, rasanya baru kemarin aku melihat Apel-apel ini mulai berbunga, namun sekarang mereka sudah mulai siap penan." "Kamu benar, Key. Waktu berjalan begitu cepat. Tapi, ngomong-ngomong, apakah kamu tidak merindukan keluargamu, Key? Kam
"Kenapa pagiku bisa sesial ini? Kenapa lelaki brengsek itu muncul di perkebunan sepagi ini? Sial sekali!"Alia menarik stroller apelnya sambil sesekali melirik kearah Dirga yang tengah berdiri mengawasi kegiatan panen raya hari ini. Dia memakai topi dan masker untuk menutupi wajahnya agar tidak ketahuan. "Kenapa Tuan besar itu ada disini pagi-pagi?" tanya Alia pada Mala. "Kata bos, dia hari ini ingin menyaksikan sendiri proses panen dan mengecek kualitasnya." "Apakah dia gila? Bukankah seharusnya dia duduk tenang di kantornya yang nyaman dan hanya perlu memerintahkan bawahannya." "Kamu tahu Keysa, kata bos......pria itu akan mendirikan perusahaannya disini dalam waktu dekat ini dan akan menetap disini dalam beberapa bulan atau beberapa tahun." "Apa?!"Teriakan Alia membuat semua mata tertuju kepadanya seketika. "Pelankan suaramu! Kamu menghindarinya kemarin, apa kamu ingin dia menghampirimu sekarang?" "Maafkan aku. Tapi kenapa dia melakukan hal itu?" "Aku dengar-dengar nih, k
"Lepaskan bajumu" "Kau gila?"Alia menggenggam erat kemejanya, dia takut hal itu akan terjadi lagi. Dia sudah berusaha melupakan malam yang penuh mimpi buruk itu. "Kamu pikir kamu siapa?" hardik Alia. "Lepaskan baju dan ganti dengan baju yang ada dilemari itu."Alia membuka lemari pakaian yang ada di kamar itu, beberapa gaun yang sangat indah berbaris dengan rapi disana. "Apakah aku salah berpikir barusan?" gumam Alia dalam hati. "Pilihlah salah satu yang menurutmu nyaman dan temui aku dalam 10 menit di lobi." ucap Dirga sambil meninggalkan Alia seorang diri. Alia memperhatikan semua gaun yang ada dan mengeluarkannya satu persatu untuk dia lihat. "Apa yang ingin dia lakukan? Memintaku untuk mengenakan gaun-gaun ini?"Alia memilih Evening Gown berwarna Ocean Blue dengan gradasi warna hitam yang bertaburan batu permata yang indah. Ukuran gaun itu sangat pas ditubuh Alia, membuat tubuhnya terlihat begitu seksi dan menawan. Alia merias dirinya dengan riasan yang sederhana dan nat
"Terkejut dengan kedatanganku?" "Hahahaha, tentu saja tidak."Alia sudah menduga bahwa cepat atau lambat Megan juga akan mengunjunginya. Wanita anggun itu masih terlihat angkuh seperti tiga tahun lalu. "Mana anak yang kamu janjikan untukku?" tanya Megan.Alia menyeringai mendengar pertanyaan konyol dari Megan tersebut. Tidak menyangka bahwa mereka berdua akan menanyakan hal yang sama. "Apakah kamu sangat menginginkan anak itu?" "Tentu saja. Anak itu adalah hakku!" "Hakmu?" "Aku sudah menolong keluargamu, jadi jangan tidak tahu diri!" "Menolong keluargaku? Kamu yang mendorongku dan keluargaku masuk kedalam neraka ini!" "Salahkan keluargamu yang miskin itu!"Betapa tajamnya ucapan Megan itu. Ingin sekali Alia merobek mulut tajamnya itu. "Kamu sungguh menginginkan anak itu?" Ledek Alia. "Tentu.!" "Matilah! dan susul anak itu!"Plaaaaak!!!!Sebuah tamparan keras mendarat dipipi Alia. Namun dia tidak diam saja, Dia kembali menampar Megan dengan sangat keras sehingga meninggalkan
"Pilihlah rumah dan vila yang kamu inginkan. Aku akan membelikannya untukmu."Mereka berdua berkeliling disebuah kantor Real Estate untuk melihat-lihat miniatur rumah dan vila yang dijual di tempat itu. Alia tidak segan-segan lagi untuk menentukan pilihannya. Dia tahu bahwa pria 38 tahun disampingnya ini memiliki uang yang tidak terbatas. "Jangan salahkan aku jika aku memilih yang paling mahal." ucap Alia. "Pilihlah sesukamu. Anggap saja ini hadiah karena kamu memutuskan untuk kembali bersamaku."Tidak dipungkiri memang awalnya Alia enggan kembali ke tempat kelahirannya, namun dia juga sudah tidak memiliki tempat tinggal lagi. Dia juga tidak ingin membebani orang tuanya, karena pada hakikatnya anak yang sudah menikah harus keluar dari rumah atau ikut suaminya. Dia juga tidak ingin Megan memperlakukannya dengan sewenang-wenang. Berada di sisi Dirga saat ini adalah pilihan yang tepat. "Aku pilih yang ini." tunjuk Alia.Sebuah Vila dengan gaya eropa sederhana dengan pemandangan danau p
Alia memperhatikan beberapa tamu yang hadir malam itu, dan tidak ada satupun yang dia kenal. Dia berdiri sedikit menjauh dari keramaian, dia tidak begitu nyaman dengan suasana pesta itu. "Pesta orang-orang kaya ternyata begitu membosankan."Pandangan mata Alia tertuju pada sesaorang yang baru saja tiba di pesta itu bersama seorang wanita yang menggandneg tangannya. "Dirga dan megan?" tanya Alia dalam hati.Terlihat Dirga yang tengah sibuk melayani orang-orang yang menyapanya satu persatu. Namun, tatapan mata mereka tiba-tiba bertemu. Alia cepat-cepat memalingkan wajahnya, kemudian menatap kembali ke arah Dirga yang tersenyum nakal meliahat kearahnya kemudian kembali berbincang-bincang dengan tamu yang hadir malam itu.Penampilan Alia yang begitu anggun dengan paras yang cantik membuat beberapa tamu yang hadir meliriknya sesekali. Apalagi Alia berdiri sendiri tanpa sesorangpun yang menemani. Kecantikan wajahnya dan keanggunannya membuat beberapa tamu yang datang malam itu terpesona d
"Kalian lihat wanita yang datang bersama Tuan Dirga tadi pagi? Dengar-dengar dia adalah sekretaris pribadi tuan Dirga serta istri kedua Tuan Dirga." "Benarkah?" "Serius. Aku pernah melihatnya di acara televisi belum lama ini. Tuan Dirga meresmikan anak perusahaan di Firlandia bersama wanita tadi." "Wah..! Luar biasa sekali. Apakah kamu tahu latar belakangnya?" "Sepertinya dia adalah putri tunggal CEO Perusahaan Furniture di bawah naungan keluarga nyonya Megan." "Serius?" "Gila! Ikatan cinta segitiga yang sangat rumit." "Apakah begitu menyenangkan menceritakan orang lain di belakangnya?"Mereka menoleh ke belakang secara serentak. Mereka terkejut mendapati keberadaan Alia berdiri dibelakang mereka. "Maafkan kami, Nona. Kami tidak bermaksud membicarakan anda."Alia berlalu pergi meninggalkan mereka menuju ruang kerjanya. Hari ini adalah hari pertamanya bekerja sebagai sekretaris pribadi Dirga, dan dia belum begitu paham tugas-tugasnya. Dia hanya duduk saja tanpa melakukan apapun
"Pilihlah rumah dan vila yang kamu inginkan. Aku akan membelikannya untukmu."Mereka berdua berkeliling disebuah kantor Real Estate untuk melihat-lihat miniatur rumah dan vila yang dijual di tempat itu. Alia tidak segan-segan lagi untuk menentukan pilihannya. Dia tahu bahwa pria 38 tahun disampingnya ini memiliki uang yang tidak terbatas. "Jangan salahkan aku jika aku memilih yang paling mahal." ucap Alia. "Pilihlah sesukamu. Anggap saja ini hadiah karena kamu memutuskan untuk kembali bersamaku."Tidak dipungkiri memang awalnya Alia enggan kembali ke tempat kelahirannya, namun dia juga sudah tidak memiliki tempat tinggal lagi. Dia juga tidak ingin membebani orang tuanya, karena pada hakikatnya anak yang sudah menikah harus keluar dari rumah atau ikut suaminya. Dia juga tidak ingin Megan memperlakukannya dengan sewenang-wenang. Berada di sisi Dirga saat ini adalah pilihan yang tepat. "Aku pilih yang ini." tunjuk Alia.Sebuah Vila dengan gaya eropa sederhana dengan pemandangan danau p
"Terkejut dengan kedatanganku?" "Hahahaha, tentu saja tidak."Alia sudah menduga bahwa cepat atau lambat Megan juga akan mengunjunginya. Wanita anggun itu masih terlihat angkuh seperti tiga tahun lalu. "Mana anak yang kamu janjikan untukku?" tanya Megan.Alia menyeringai mendengar pertanyaan konyol dari Megan tersebut. Tidak menyangka bahwa mereka berdua akan menanyakan hal yang sama. "Apakah kamu sangat menginginkan anak itu?" "Tentu saja. Anak itu adalah hakku!" "Hakmu?" "Aku sudah menolong keluargamu, jadi jangan tidak tahu diri!" "Menolong keluargaku? Kamu yang mendorongku dan keluargaku masuk kedalam neraka ini!" "Salahkan keluargamu yang miskin itu!"Betapa tajamnya ucapan Megan itu. Ingin sekali Alia merobek mulut tajamnya itu. "Kamu sungguh menginginkan anak itu?" Ledek Alia. "Tentu.!" "Matilah! dan susul anak itu!"Plaaaaak!!!!Sebuah tamparan keras mendarat dipipi Alia. Namun dia tidak diam saja, Dia kembali menampar Megan dengan sangat keras sehingga meninggalkan
"Lepaskan bajumu" "Kau gila?"Alia menggenggam erat kemejanya, dia takut hal itu akan terjadi lagi. Dia sudah berusaha melupakan malam yang penuh mimpi buruk itu. "Kamu pikir kamu siapa?" hardik Alia. "Lepaskan baju dan ganti dengan baju yang ada dilemari itu."Alia membuka lemari pakaian yang ada di kamar itu, beberapa gaun yang sangat indah berbaris dengan rapi disana. "Apakah aku salah berpikir barusan?" gumam Alia dalam hati. "Pilihlah salah satu yang menurutmu nyaman dan temui aku dalam 10 menit di lobi." ucap Dirga sambil meninggalkan Alia seorang diri. Alia memperhatikan semua gaun yang ada dan mengeluarkannya satu persatu untuk dia lihat. "Apa yang ingin dia lakukan? Memintaku untuk mengenakan gaun-gaun ini?"Alia memilih Evening Gown berwarna Ocean Blue dengan gradasi warna hitam yang bertaburan batu permata yang indah. Ukuran gaun itu sangat pas ditubuh Alia, membuat tubuhnya terlihat begitu seksi dan menawan. Alia merias dirinya dengan riasan yang sederhana dan nat
"Kenapa pagiku bisa sesial ini? Kenapa lelaki brengsek itu muncul di perkebunan sepagi ini? Sial sekali!"Alia menarik stroller apelnya sambil sesekali melirik kearah Dirga yang tengah berdiri mengawasi kegiatan panen raya hari ini. Dia memakai topi dan masker untuk menutupi wajahnya agar tidak ketahuan. "Kenapa Tuan besar itu ada disini pagi-pagi?" tanya Alia pada Mala. "Kata bos, dia hari ini ingin menyaksikan sendiri proses panen dan mengecek kualitasnya." "Apakah dia gila? Bukankah seharusnya dia duduk tenang di kantornya yang nyaman dan hanya perlu memerintahkan bawahannya." "Kamu tahu Keysa, kata bos......pria itu akan mendirikan perusahaannya disini dalam waktu dekat ini dan akan menetap disini dalam beberapa bulan atau beberapa tahun." "Apa?!"Teriakan Alia membuat semua mata tertuju kepadanya seketika. "Pelankan suaramu! Kamu menghindarinya kemarin, apa kamu ingin dia menghampirimu sekarang?" "Maafkan aku. Tapi kenapa dia melakukan hal itu?" "Aku dengar-dengar nih, k
Tidak terasa sudah tiga tahun lamanya Alia meninggalkan kampung halamannya, dan selama tiga tahun ini dia selalu berpindah-pindah dari satu negara kenegara lain demi menghilangkan jejaknya, dan akhirnya dia menemukan sebuah desa kecil dan menetap disana sudah lebih dari dua tahun. Alia mengganti identitasnya untuk menghilangkan seluruh jejaknya.Kehidupan barunya lebih sederhana dan jauh dari kata mewah. Setiap hari Alia harus bekerja memetik Apel di perkebunan demi menghidupi dirinya sendiri. Alia memutuskan semua akses dan komunikasi dengan keluarganya dan mulai hidup mandiri. "Tidak terasa kamu sudah lama bekerja disini, Key."Alia membasuh tangannya dan mengistirahatkan tubuh lelahnya sejenak, duduk disamping sahabatnya yang selama ini membantuku. "Hah, rasanya baru kemarin aku melihat Apel-apel ini mulai berbunga, namun sekarang mereka sudah mulai siap penan." "Kamu benar, Key. Waktu berjalan begitu cepat. Tapi, ngomong-ngomong, apakah kamu tidak merindukan keluargamu, Key? Kam
"Kamu baik-baik saja, Al? Kamu sakit?" tanya seorang guru pengawas saat ujian. "Nggak apa-apa, buk. Saya baik-baik aja."Apa yang dialaminya semalam membuat Alia shock. Meskipun dia sudah mengatakan sejujurnya, namun Dirga tetap menyelesaikannya sampai akhir.Alia buru-buru menyelesaikan ujiannya. Dia ingin secepatnya pulang kerumahnya untuk beristirahat. Untuk saat ini dia tidak ingin bertemu dengan Dirga ataupun Megan. Alia menyelesaikan semua ujiannya dengan cepat, kemudian menyerahkannya kepada guru pengawas begitu juga dengan Baby. Dia mencemaskan kondisi Alia yang terlihat sangat pucat dan seperti menahan rasa sakit. "Kamu kenapa, Al?" tanya Baby.Alia enggan menjawab pertanyaan Baby tersebut. Harga dirinya sudah rusak dan dia tidak ingin siapapun yang mengetahuinya. Mereka berdua berjalan menuju ruang kesehatan. Alia ingin berbabring sejenak disana sebelum dia pulang. Belumpun sampai di ruan kesehatan, kegaduhan nampak terlihat di halaman sekolah. Para siswi berkerumun seper
"Aku tidak menginginkan pernikahan ini, jangan pernah berpikir bahwa aku akan menganggapmu sebagai istriku" "Akupun tidak pernah berkeinginan menjadi istrimu."Alia bergegas membersihkan dirinya dikamar mandi. Dia membenamkan diri kedalam Bathtub, sambil memikirkan apa yang harus dia lakukan setelah ini. "Apakah aku harus melakukannya sekarang?"Dia cepat-cepat menepis semua pikirannya saat ini. Yang harus dia lakukan saat ini adalah menyelsaikan kewajibannya sesegera mungkin agar dia dapat terbebas dari pernikahan tersebut. Alia mengenakan piyamanya yang sudah disediakan dan berjalan perlahan. Siapa sangka pemandangan yang ada didepan maatnya sungguh menyilaukan matanya. Sebuah dada yang bidang dengan otot perut yang berjajar rapi serta lengan yang penuh dengan otot, wajah yang tampan dan maskulin, sungguh menggetarkan hati Alia, membuat jantungnya semakin berdetak kencang. "Apa yang kamu lihat?"Alia mengedarkan pandnagan matanya kesana kemari, dia tidak ingin Dirga menyadari b