"Kamu baik-baik saja, Al? Kamu sakit?" tanya seorang guru pengawas saat ujian.
"Nggak apa-apa, buk. Saya baik-baik aja."
Apa yang dialaminya semalam membuat Alia shock. Meskipun dia sudah mengatakan sejujurnya, namun Dirga tetap menyelesaikannya sampai akhir.
Alia buru-buru menyelesaikan ujiannya. Dia ingin secepatnya pulang kerumahnya untuk beristirahat. Untuk saat ini dia tidak ingin bertemu dengan Dirga ataupun Megan. Alia menyelesaikan semua ujiannya dengan cepat, kemudian menyerahkannya kepada guru pengawas begitu juga dengan Baby. Dia mencemaskan kondisi Alia yang terlihat sangat pucat dan seperti menahan rasa sakit.
"Kamu kenapa, Al?" tanya Baby.
Alia enggan menjawab pertanyaan Baby tersebut. Harga dirinya sudah rusak dan dia tidak ingin siapapun yang mengetahuinya. Mereka berdua berjalan menuju ruang kesehatan. Alia ingin berbabring sejenak disana sebelum dia pulang. Belumpun sampai di ruan kesehatan, kegaduhan nampak terlihat di halaman sekolah. Para siswi berkerumun seperti melihat sesuatu yang belum pernah mereka lihat sebelumnya.
"Rame banget, Al. Ada apa ya?"
"Nggak tahu, cuekin aja."
Kerumunan para siswi semakin mendekat kearah mereka berdua.
"Al...Alia, kayaknya itu suamimu deh."
"Hah?"
Alia membelalakkan matanya melihat kedatangan Dirga di sekolahnya.
"Ini kenapa dia datang kesini? bukankah aku minta agar mereka merahasiakan pernikahan ini." gumam Alia dalam hati.
"Ada yang ingin aku bicarakan denganmu, ayo ikut aku.!"
"Pergilah, tidak ada yang ingin aku sampaikan kepadamu."
"Kamu tidak bisa menolak, ini perintah bukan permintaan."
"Aku masih ada ujian." jawab Alia sambil berlalu meninggalkan Dirga.
Dirga melepaskan kacamata hitamnya, membuat ketampanannya terlihat jelas. Dia tidak mengejar Alia, dia membiarkan Alia berlalu begitu saja, kemudian berjalan memasuki area sekolah.
"Kamu kok nolak ajakan dia, Al?" tanya Baby.
"Nggak ada yang penting." jawab Alia singkat.
Alia duduk di atas ranjang yang tersedia di ruang kesehatan. Petugas yang bertugas disana mengecek suhu tubuh Alia.
"Sepertinya kamu demam, suhu tubuhmu lumayan tinggi. Beristirahatlah.."
Alia bersiap merebahkan tubuhnya, namun tiba-tiba Dimas menarik tangannya.
"Jadi, dia alasan kamu ninggalin aku?" tanya Dimas dengan penuh amarah.
"Maksud kamu apa?"
"Aku melihat sendiri kamu berbicara dengan dia barusan."
"Lepasin tanganku! sakit"
"Lepasin tangan Alia, Dimas. Kamu nggak lihat kalau Alia kesakitan?" ucap Baby.
"Aku nggak bakal lepasin dia kalau dia nggak jelasin itu siapa."
Braaaak...!!!
Tubuh Alia terhunyung dan jatuh kelantai. Semua yang ada di ruangan itu terlihat panik, Baby panik, Dimas panik, Dirga yang baru sampai disana juga terlihat panik melihat Alia yang tiba-tiba pingsan. Dengan sigap, Dirga langsung mengangkat tubuhnya dan membawanya keluar dari ruang kesehatan menuju mobilnya, Baby dan Dimaspun turut serta di belakang Dirga.
"Aku akan membawanya kerumah sakit, kalian naik mobil lain saja. Ikutin mobilku."
Baby ikut dalam mobil Dimas, mengikuti mobil Dirga dari belakang.
Sesampainya di rumah sakit, mereka sudah disambut oleh Dokter dan paramedis yang langsung membawa Alia menuju ruang perawatan dan memberikan pelayanan VVIP kepada Alia.
"Siapa keluarganya disini?" tanya seorang dokter.
"Saya suaminya." ucap Dirga.
Seketika jantung Dimas serasa berhenti sesaat mendengar ucapan Dirga itu, begitu juga Baby yang tidak menyangka bahwa Dirga akan berterus terang begitu saja.
"Pasien hanya mengalami shock dan kelelahan, sepertinya dia mengalami kejadian yang mengejutkannya. Biarkan dia istrirahat beberapa hari."
"Baik, Dok."
Dirga menatap kedua bocah itu, kemudian meninggalkan mereka dan masuk keruangan Alia.
"Kamu udah tau, Beb?" tanya Dimas.
Baby mengangguk perlahan.
"Dan kamu merahasiakannya?"
"Maafkan aku, Dimas. Alia memintaku untuk merahasiakannya."
"Kamu tahukan, aku sangat mencintai Alia! kenapa kamu juga menghianatiku, Beb?!"
"Aku bisa jelasin, Dim. Alasan kenapa Alia menikahi pria itu."
"Kebohongan apa yang ingin kamu sampaikan lagi?"
"Aku seirus, Dim. Alia terpaksa melakukannya. Apakah kamu tahu siapa pria itu? dia adalah pewaris kelaurga Aditama, Dirgantara Aditama. Alia menikah dengannya karena terpaksa demi menyelatkan perusahaan papanya."
"Kenapa kalian tidak jujur dari awal?"
"Bukankah Alia pernah mengajakmu kawin lari sebelumnya? dia serius dengan ucapannya, tapi jawabanmu sungguh mengecewakan."
"Sialan!"
Dimas segera berlalu pergi begitu saja tanpa mengucapkan sepatah kata lagi.
Alia membuka matanya perlahan dan memperhatikan sekelilingnya dan melihat Dirga duduk di sofa didalam ruangan itu. Alia kembali menutup matanya perlahan agar Dirga tidak menyadari bahwa dia sudah sadarkan diri, terdengar langkah kaki Dirga yang mendekatinya kemudian berjalan kembali menjauh dan suara pintu ruangan terbuka dan kembali menutup. Alia membuka matanya perlahan, setelah melihat Dirga yang sudah tidak berada idi ruangan itu, Alia bergegas melepas paksa selang infusnya dan mengemasi barang-barangnya.
Dia membuka pintu ruanganan perlahan dan dan kembali melihat situasi di sekitar ruangan. Setelah dirasa aman, dia berjalan secara sembunyi-sembunyi dan perlahan, dan terus mengendap-endap agar tidak ada orang yang melihatnya.
"Aku harus kabur dari sini. Aku nggak mau ketemu sama lelaki bejat itu." gumam Alia dalam hati.
Alia segera mengehntikan taksi dan meninggalkan rumah sakit itu.
"Aku nggak mungkin pulang ke rumah, pasti nanti bakal di cariin. Ke rumah babypun pasti nggak akan aman, jadi aku harus kemana ini?"
Sepanjang perjalanan, Alia memikirkan kemana dia harus pergi agar terlepas pernikahan itu.
"Aku ingat, Mamaku punya adik di pedesaan Swiss, lebih baik aku sembunyi di sana untuk sementara waktu ini. Tapi, untuk kesana, aku harus memiliki uang yang cukup, apalagi biaya hidup disana tidak murah. Apa aku minta papa untuk meminjamkan aku uang dulu ya? Tapi nanti kalau papa nolak gimana? ah! pusing. Aku coba dulu aja deh."
Taksi Alia berhenti disebuah gedung pencakar langit yang menjulang tinggi, dia berlari kecil dan mengabaikan karyawan yang melihat kedatangannya, bergegas menuju ruang kerja Ayahnya.
Alia membuka perlahan pintu ruangan ayahnya kemudian melangkah masuk dan menghampiri ayahnya yang tidak menyadari kedatangannya.
"Pa!"
"Apa yang kamu lakukan di sini? bukankah kamu masih di sekolah seharusnya?"
"Pa, bantuin Alia kali ini aja."
"Bantu apa?"
"Alia pengen cerai, Pa. Alia nggak mau menjalani pernikahan ini. Please, Pa."
"Tidak bisa seperti itu, Nak."
"Pa, Aliakan anak kandung papa, apa papa tega melihat Alia menderita?"
"Maksud kamu apa? bukankah mereka orang yang terpelajar dan sudah pasti mereka orang yang baik."
"Apa papa tahu bagiaman dia memperlakukanku setelah acara pernikahan?"
"Apa?"
"Dia menyentuhku tanpa seizinku, Pa!"
"Bukankah wajar jika kalian suami istri?"
"Papa kenapa nggak paham maksud Alia!"
Bulir-bulir bening mulai mengalir deras dipipi Alia. Melihat anak semata wayangnya itu menangis histeris, hati setiap Ayah passti merasa iba. Dia memeluk Alia dan mencoba menenangkannya.
"Tenang, tenang. Coba ceritakan apa yang terjadi semalam, ceritakan semua pada Papa."
Alia menyeka air matanya, kemudian duduk disamping ayahnya dan menceritakan semua kronologi kejadian yang menimpanya semalam.
"Brengsek! bagaimana dia bisa memperlakukanmu sekejam itu, bahkan aku tidak pernah membiarkan mu terluka sedikitpun! Bajingan! Aku harus buat perhitungan dengannya!"
Ayah Alia terlihat begitu geram dan tersulut api amarah setelah Alia menceritakan smeua yang dia alami.
"Kita nggak bisa lawan mereka, Pa!"
"Terus apa yang kamu ingin lkukan?"
"Alia pengen kabur dari negara ini, Pa. Kalau Alia tetap disini, pasti mereka nggak akan biarin Alia, pasti Alia bakal diseret masuk lagi kedalam permainan mereka."
"Kamu ingin kabur kemana?"
"Swiss, Pa. Papa ingat dengan bibi Jeni? Alia ingin tinggal disana untuk sementara."
"Bukankah itu di pelosok. Nak? Apa kamu sanggup tinggal jauh dari peradaban?"
"Alia lebih baik disana dari pada harus mengikuti permainan mereka, Pa. Alia takut."
"Baiklah, kamu berangkat kebandara sekarang, Papa akan transfer uang ke rekening kamu sekarang juga dan jangn pernah kembali sebelum Papa memberimu perintah."
"Baik, Pa"
"Maafkan papa karena sudah menyeretmu dalam permasalahan ini."
Alia memeluk erat ayahnya dan bergegas menuju bandara dengan sopir pribadi ayahnya. Dia memesan tiket pesawat online agar seampainya disana dia bisa segera melarikan diri.
Alia berdiri mengantri di depan pintu gerbang keberangkatan menggunakan masker wajah dan dia sudah mengganti seragam sekolahnya dengan baju biasa di kamar mandi sebelumnya.
"Sialan! kenapa dia bisa ada dibandara?"
Alia terlihat sangat panik dan gugup melihat Dirga yang dan beberapa pengawlanya berdiri tidak jauh darinya. Dia berusaha menyembunyikan wajahnya dna mencoba bersifat tenang.
"Cepat dikit, dong. Ini kenapa lama banget sih!"
Jantung Alia berdegup kencang dan keringat dingin perlahan turun dari keningnya.
"Kami sudah mencarinya, Tuan. Tapi kami tidak menemukan nona Alia."
Mereka tepat berdiri di samping Alia, namun tidak menyadari keberadaan Alia.
"Nona, silahkan masuk."
Saat Dirga menoleh ke arah Alia, Alia sudah berjalan masuk menuju pesawat dan bisa mulai bernapas lega.
"Hari ini aku kehilanganmu, tapi aku tidak akan membiarkanmu lepas begitu saja. Aku pasti akan menemukanmu meskipun aku harus mencarimu keujung dunia!"
"Menikahlah dengan suamiku dan lahirkan seorang anak, maka akan ku selamatkan perusahaan keluargamu." "Kau gila? "Alia tidak menyangka wanita yang terlihat begitu anggun dan menawan yang duduk di hadapannya saat ini memberikan tawaran yang tidak masuk akal. Bukankah orang tuanya memintanya menemui wanita tersebut untuk membicarakan urusan bisnis dan meminta bantuan wanita tersebut untuk berinvestasi diperusahaan ayahnya yang sudah diambang kebangkrutan. Wanita anggun yang sedang duduk di hadapannya saat ini adalah investor terbesar di perusahaan ayahnya saat ini.Keluarga Megan adalah salah satu dari keluarga terkaya dinegaranya. Mereka menguasai beberapa pasar saham dan memiliki pengaruh yang sangat besar. Setiap orang yang berani menyinggung mereka psati tidak akan berakhir dengan baik. Keluarga mereka juga menjalin kerja sama dengan ikatan pernikahan dengan keluarga Aditama yang merupakan keluarga terkuat, terkaya dan memiliki pengaruh yang sanagt besar di seluruh dunia. Kerja s
Alia berkali-kali merebahkan kepalanya di atas meja dan beberapa kali mengacak-acak rambut panjangnya yang tergerai. Beberapa temannya memperhatikan tingkah anehnya tersebut dan menyadari bahwa ada yang tidak beres dengan Alia hari ini. "Kamu kenapa, Al? Kayaknya gelisah banget? "Alia mendongakkan wajahnya, melihat sahabatnya duduk di depan meja nya. Raut wajah Alia langsung berubah menjadi begitu iba. "Baby, Kamu harus nolongin aku, aku pengen nangis baby."Baby memundurkan badannya melihat Alia menyodorkan wajahnya begitu dekat. "Kamu kenapa? kok kayak orang kesetanan gitu?" tanya Baby pada Alia yang terlihat begitu gusar. "Tolong aku, Baby." "Ya tolong apa dulu ini." "Perusahaan papaku akan bangkrut, Beb. " "Apa?" sontak saja Baby berdiri saking terkejutnya. "Duduk." ucap Alia sambil menarik tangan Baby untuk duduk. "Terus kamu sama keluargamu gimana?" tanya Baby penasaran. "Entahlah,tapi ada satu cara untuk bisa selamatin perusahaan papaku." "Caranya? " " Aku harus m
"Ayo kita putus"Bagaikan petir disiang hari mendengar Alia mengucapkan kata-kata yang beitu menyakitkan itu dengan raut wajah yang begitu tenang. "Maksud kamu apa? kamu tidak sedang bercandakan?"Dimas mencoba meyakinkan diri bahwa ucapan Alia itu hanya sekedar gurauan saja. "Aku tidak main-main Dimas, aku serius dengan ucapanku." "Bagaimana mungkin ini serius, kemarin kita masih baik-baik saja. Kamu ada masalah? atau aku punya salah? coba bilang, jangan langsung putus gini aja. " "Kamu nggak salah Dimas, cuma aku memang udah nggak mau lanjutin hubungan kita"Dimas menggelengkan kepalanya menyangkal apa yang didengarnya. " Nggak, kamu pasti lagi marahkan sama aku. Sayang, kamu tahukan kalau aku sayang banget sama kamu, kamu nggak bisa tiba-tiba giniin aku."Alia bangkit dari kursinya dan berlalu meninggalkan Dimas begitu saja, namun Dimas tidak diam saja. Dia menarik tangan Alia dan mencoba untuk menghentikan Alia. " Kamu nggak bisa pergi gitu aja tanpa memberikan penjelasan a
"Aku tidak menginginkan pernikahan ini, jangan pernah berpikir bahwa aku akan menganggapmu sebagai istriku" "Akupun tidak pernah berkeinginan menjadi istrimu."Alia bergegas membersihkan dirinya dikamar mandi. Dia membenamkan diri kedalam Bathtub, sambil memikirkan apa yang harus dia lakukan setelah ini. "Apakah aku harus melakukannya sekarang?"Dia cepat-cepat menepis semua pikirannya saat ini. Yang harus dia lakukan saat ini adalah menyelsaikan kewajibannya sesegera mungkin agar dia dapat terbebas dari pernikahan tersebut. Alia mengenakan piyamanya yang sudah disediakan dan berjalan perlahan. Siapa sangka pemandangan yang ada didepan maatnya sungguh menyilaukan matanya. Sebuah dada yang bidang dengan otot perut yang berjajar rapi serta lengan yang penuh dengan otot, wajah yang tampan dan maskulin, sungguh menggetarkan hati Alia, membuat jantungnya semakin berdetak kencang. "Apa yang kamu lihat?"Alia mengedarkan pandnagan matanya kesana kemari, dia tidak ingin Dirga menyadari b
"Kamu baik-baik saja, Al? Kamu sakit?" tanya seorang guru pengawas saat ujian. "Nggak apa-apa, buk. Saya baik-baik aja."Apa yang dialaminya semalam membuat Alia shock. Meskipun dia sudah mengatakan sejujurnya, namun Dirga tetap menyelesaikannya sampai akhir.Alia buru-buru menyelesaikan ujiannya. Dia ingin secepatnya pulang kerumahnya untuk beristirahat. Untuk saat ini dia tidak ingin bertemu dengan Dirga ataupun Megan. Alia menyelesaikan semua ujiannya dengan cepat, kemudian menyerahkannya kepada guru pengawas begitu juga dengan Baby. Dia mencemaskan kondisi Alia yang terlihat sangat pucat dan seperti menahan rasa sakit. "Kamu kenapa, Al?" tanya Baby.Alia enggan menjawab pertanyaan Baby tersebut. Harga dirinya sudah rusak dan dia tidak ingin siapapun yang mengetahuinya. Mereka berdua berjalan menuju ruang kesehatan. Alia ingin berbabring sejenak disana sebelum dia pulang. Belumpun sampai di ruan kesehatan, kegaduhan nampak terlihat di halaman sekolah. Para siswi berkerumun seper
"Aku tidak menginginkan pernikahan ini, jangan pernah berpikir bahwa aku akan menganggapmu sebagai istriku" "Akupun tidak pernah berkeinginan menjadi istrimu."Alia bergegas membersihkan dirinya dikamar mandi. Dia membenamkan diri kedalam Bathtub, sambil memikirkan apa yang harus dia lakukan setelah ini. "Apakah aku harus melakukannya sekarang?"Dia cepat-cepat menepis semua pikirannya saat ini. Yang harus dia lakukan saat ini adalah menyelsaikan kewajibannya sesegera mungkin agar dia dapat terbebas dari pernikahan tersebut. Alia mengenakan piyamanya yang sudah disediakan dan berjalan perlahan. Siapa sangka pemandangan yang ada didepan maatnya sungguh menyilaukan matanya. Sebuah dada yang bidang dengan otot perut yang berjajar rapi serta lengan yang penuh dengan otot, wajah yang tampan dan maskulin, sungguh menggetarkan hati Alia, membuat jantungnya semakin berdetak kencang. "Apa yang kamu lihat?"Alia mengedarkan pandnagan matanya kesana kemari, dia tidak ingin Dirga menyadari b
"Ayo kita putus"Bagaikan petir disiang hari mendengar Alia mengucapkan kata-kata yang beitu menyakitkan itu dengan raut wajah yang begitu tenang. "Maksud kamu apa? kamu tidak sedang bercandakan?"Dimas mencoba meyakinkan diri bahwa ucapan Alia itu hanya sekedar gurauan saja. "Aku tidak main-main Dimas, aku serius dengan ucapanku." "Bagaimana mungkin ini serius, kemarin kita masih baik-baik saja. Kamu ada masalah? atau aku punya salah? coba bilang, jangan langsung putus gini aja. " "Kamu nggak salah Dimas, cuma aku memang udah nggak mau lanjutin hubungan kita"Dimas menggelengkan kepalanya menyangkal apa yang didengarnya. " Nggak, kamu pasti lagi marahkan sama aku. Sayang, kamu tahukan kalau aku sayang banget sama kamu, kamu nggak bisa tiba-tiba giniin aku."Alia bangkit dari kursinya dan berlalu meninggalkan Dimas begitu saja, namun Dimas tidak diam saja. Dia menarik tangan Alia dan mencoba untuk menghentikan Alia. " Kamu nggak bisa pergi gitu aja tanpa memberikan penjelasan a
Alia berkali-kali merebahkan kepalanya di atas meja dan beberapa kali mengacak-acak rambut panjangnya yang tergerai. Beberapa temannya memperhatikan tingkah anehnya tersebut dan menyadari bahwa ada yang tidak beres dengan Alia hari ini. "Kamu kenapa, Al? Kayaknya gelisah banget? "Alia mendongakkan wajahnya, melihat sahabatnya duduk di depan meja nya. Raut wajah Alia langsung berubah menjadi begitu iba. "Baby, Kamu harus nolongin aku, aku pengen nangis baby."Baby memundurkan badannya melihat Alia menyodorkan wajahnya begitu dekat. "Kamu kenapa? kok kayak orang kesetanan gitu?" tanya Baby pada Alia yang terlihat begitu gusar. "Tolong aku, Baby." "Ya tolong apa dulu ini." "Perusahaan papaku akan bangkrut, Beb. " "Apa?" sontak saja Baby berdiri saking terkejutnya. "Duduk." ucap Alia sambil menarik tangan Baby untuk duduk. "Terus kamu sama keluargamu gimana?" tanya Baby penasaran. "Entahlah,tapi ada satu cara untuk bisa selamatin perusahaan papaku." "Caranya? " " Aku harus m
"Menikahlah dengan suamiku dan lahirkan seorang anak, maka akan ku selamatkan perusahaan keluargamu." "Kau gila? "Alia tidak menyangka wanita yang terlihat begitu anggun dan menawan yang duduk di hadapannya saat ini memberikan tawaran yang tidak masuk akal. Bukankah orang tuanya memintanya menemui wanita tersebut untuk membicarakan urusan bisnis dan meminta bantuan wanita tersebut untuk berinvestasi diperusahaan ayahnya yang sudah diambang kebangkrutan. Wanita anggun yang sedang duduk di hadapannya saat ini adalah investor terbesar di perusahaan ayahnya saat ini.Keluarga Megan adalah salah satu dari keluarga terkaya dinegaranya. Mereka menguasai beberapa pasar saham dan memiliki pengaruh yang sangat besar. Setiap orang yang berani menyinggung mereka psati tidak akan berakhir dengan baik. Keluarga mereka juga menjalin kerja sama dengan ikatan pernikahan dengan keluarga Aditama yang merupakan keluarga terkuat, terkaya dan memiliki pengaruh yang sanagt besar di seluruh dunia. Kerja s