"Kamu baik-baik saja, Al? Kamu sakit?" tanya seorang guru pengawas saat ujian.
"Nggak apa-apa, buk. Saya baik-baik aja."
Apa yang dialaminya semalam membuat Alia shock. Meskipun dia sudah mengatakan sejujurnya, namun Dirga tetap menyelesaikannya sampai akhir.
Alia buru-buru menyelesaikan ujiannya. Dia ingin secepatnya pulang kerumahnya untuk beristirahat. Untuk saat ini dia tidak ingin bertemu dengan Dirga ataupun Megan. Alia menyelesaikan semua ujiannya dengan cepat, kemudian menyerahkannya kepada guru pengawas begitu juga dengan Baby. Dia mencemaskan kondisi Alia yang terlihat sangat pucat dan seperti menahan rasa sakit.
"Kamu kenapa, Al?" tanya Baby.
Alia enggan menjawab pertanyaan Baby tersebut. Harga dirinya sudah rusak dan dia tidak ingin siapapun yang mengetahuinya. Mereka berdua berjalan menuju ruang kesehatan. Alia ingin berbabring sejenak disana sebelum dia pulang. Belumpun sampai di ruan kesehatan, kegaduhan nampak terlihat di halaman sekolah. Para siswi berkerumun seperti melihat sesuatu yang belum pernah mereka lihat sebelumnya.
"Rame banget, Al. Ada apa ya?"
"Nggak tahu, cuekin aja."
Kerumunan para siswi semakin mendekat kearah mereka berdua.
"Al...Alia, kayaknya itu suamimu deh."
"Hah?"
Alia membelalakkan matanya melihat kedatangan Dirga di sekolahnya.
"Ini kenapa dia datang kesini? bukankah aku minta agar mereka merahasiakan pernikahan ini." gumam Alia dalam hati.
"Ada yang ingin aku bicarakan denganmu, ayo ikut aku.!"
"Pergilah, tidak ada yang ingin aku sampaikan kepadamu."
"Kamu tidak bisa menolak, ini perintah bukan permintaan."
"Aku masih ada ujian." jawab Alia sambil berlalu meninggalkan Dirga.
Dirga melepaskan kacamata hitamnya, membuat ketampanannya terlihat jelas. Dia tidak mengejar Alia, dia membiarkan Alia berlalu begitu saja, kemudian berjalan memasuki area sekolah.
"Kamu kok nolak ajakan dia, Al?" tanya Baby.
"Nggak ada yang penting." jawab Alia singkat.
Alia duduk di atas ranjang yang tersedia di ruang kesehatan. Petugas yang bertugas disana mengecek suhu tubuh Alia.
"Sepertinya kamu demam, suhu tubuhmu lumayan tinggi. Beristirahatlah.."
Alia bersiap merebahkan tubuhnya, namun tiba-tiba Dimas menarik tangannya.
"Jadi, dia alasan kamu ninggalin aku?" tanya Dimas dengan penuh amarah.
"Maksud kamu apa?"
"Aku melihat sendiri kamu berbicara dengan dia barusan."
"Lepasin tanganku! sakit"
"Lepasin tangan Alia, Dimas. Kamu nggak lihat kalau Alia kesakitan?" ucap Baby.
"Aku nggak bakal lepasin dia kalau dia nggak jelasin itu siapa."
Braaaak...!!!
Tubuh Alia terhunyung dan jatuh kelantai. Semua yang ada di ruangan itu terlihat panik, Baby panik, Dimas panik, Dirga yang baru sampai disana juga terlihat panik melihat Alia yang tiba-tiba pingsan. Dengan sigap, Dirga langsung mengangkat tubuhnya dan membawanya keluar dari ruang kesehatan menuju mobilnya, Baby dan Dimaspun turut serta di belakang Dirga.
"Aku akan membawanya kerumah sakit, kalian naik mobil lain saja. Ikutin mobilku."
Baby ikut dalam mobil Dimas, mengikuti mobil Dirga dari belakang.
Sesampainya di rumah sakit, mereka sudah disambut oleh Dokter dan paramedis yang langsung membawa Alia menuju ruang perawatan dan memberikan pelayanan VVIP kepada Alia.
"Siapa keluarganya disini?" tanya seorang dokter.
"Saya suaminya." ucap Dirga.
Seketika jantung Dimas serasa berhenti sesaat mendengar ucapan Dirga itu, begitu juga Baby yang tidak menyangka bahwa Dirga akan berterus terang begitu saja.
"Pasien hanya mengalami shock dan kelelahan, sepertinya dia mengalami kejadian yang mengejutkannya. Biarkan dia istrirahat beberapa hari."
"Baik, Dok."
Dirga menatap kedua bocah itu, kemudian meninggalkan mereka dan masuk keruangan Alia.
"Kamu udah tau, Beb?" tanya Dimas.
Baby mengangguk perlahan.
"Dan kamu merahasiakannya?"
"Maafkan aku, Dimas. Alia memintaku untuk merahasiakannya."
"Kamu tahukan, aku sangat mencintai Alia! kenapa kamu juga menghianatiku, Beb?!"
"Aku bisa jelasin, Dim. Alasan kenapa Alia menikahi pria itu."
"Kebohongan apa yang ingin kamu sampaikan lagi?"
"Aku seirus, Dim. Alia terpaksa melakukannya. Apakah kamu tahu siapa pria itu? dia adalah pewaris kelaurga Aditama, Dirgantara Aditama. Alia menikah dengannya karena terpaksa demi menyelatkan perusahaan papanya."
"Kenapa kalian tidak jujur dari awal?"
"Bukankah Alia pernah mengajakmu kawin lari sebelumnya? dia serius dengan ucapannya, tapi jawabanmu sungguh mengecewakan."
"Sialan!"
Dimas segera berlalu pergi begitu saja tanpa mengucapkan sepatah kata lagi.
Alia membuka matanya perlahan dan memperhatikan sekelilingnya dan melihat Dirga duduk di sofa didalam ruangan itu. Alia kembali menutup matanya perlahan agar Dirga tidak menyadari bahwa dia sudah sadarkan diri, terdengar langkah kaki Dirga yang mendekatinya kemudian berjalan kembali menjauh dan suara pintu ruangan terbuka dan kembali menutup. Alia membuka matanya perlahan, setelah melihat Dirga yang sudah tidak berada idi ruangan itu, Alia bergegas melepas paksa selang infusnya dan mengemasi barang-barangnya.
Dia membuka pintu ruanganan perlahan dan dan kembali melihat situasi di sekitar ruangan. Setelah dirasa aman, dia berjalan secara sembunyi-sembunyi dan perlahan, dan terus mengendap-endap agar tidak ada orang yang melihatnya.
"Aku harus kabur dari sini. Aku nggak mau ketemu sama lelaki bejat itu." gumam Alia dalam hati.
Alia segera mengehntikan taksi dan meninggalkan rumah sakit itu.
"Aku nggak mungkin pulang ke rumah, pasti nanti bakal di cariin. Ke rumah babypun pasti nggak akan aman, jadi aku harus kemana ini?"
Sepanjang perjalanan, Alia memikirkan kemana dia harus pergi agar terlepas pernikahan itu.
"Aku ingat, Mamaku punya adik di pedesaan Swiss, lebih baik aku sembunyi di sana untuk sementara waktu ini. Tapi, untuk kesana, aku harus memiliki uang yang cukup, apalagi biaya hidup disana tidak murah. Apa aku minta papa untuk meminjamkan aku uang dulu ya? Tapi nanti kalau papa nolak gimana? ah! pusing. Aku coba dulu aja deh."
Taksi Alia berhenti disebuah gedung pencakar langit yang menjulang tinggi, dia berlari kecil dan mengabaikan karyawan yang melihat kedatangannya, bergegas menuju ruang kerja Ayahnya.
Alia membuka perlahan pintu ruangan ayahnya kemudian melangkah masuk dan menghampiri ayahnya yang tidak menyadari kedatangannya.
"Pa!"
"Apa yang kamu lakukan di sini? bukankah kamu masih di sekolah seharusnya?"
"Pa, bantuin Alia kali ini aja."
"Bantu apa?"
"Alia pengen cerai, Pa. Alia nggak mau menjalani pernikahan ini. Please, Pa."
"Tidak bisa seperti itu, Nak."
"Pa, Aliakan anak kandung papa, apa papa tega melihat Alia menderita?"
"Maksud kamu apa? bukankah mereka orang yang terpelajar dan sudah pasti mereka orang yang baik."
"Apa papa tahu bagiaman dia memperlakukanku setelah acara pernikahan?"
"Apa?"
"Dia menyentuhku tanpa seizinku, Pa!"
"Bukankah wajar jika kalian suami istri?"
"Papa kenapa nggak paham maksud Alia!"
Bulir-bulir bening mulai mengalir deras dipipi Alia. Melihat anak semata wayangnya itu menangis histeris, hati setiap Ayah passti merasa iba. Dia memeluk Alia dan mencoba menenangkannya.
"Tenang, tenang. Coba ceritakan apa yang terjadi semalam, ceritakan semua pada Papa."
Alia menyeka air matanya, kemudian duduk disamping ayahnya dan menceritakan semua kronologi kejadian yang menimpanya semalam.
"Brengsek! bagaimana dia bisa memperlakukanmu sekejam itu, bahkan aku tidak pernah membiarkan mu terluka sedikitpun! Bajingan! Aku harus buat perhitungan dengannya!"
Ayah Alia terlihat begitu geram dan tersulut api amarah setelah Alia menceritakan smeua yang dia alami.
"Kita nggak bisa lawan mereka, Pa!"
"Terus apa yang kamu ingin lkukan?"
"Alia pengen kabur dari negara ini, Pa. Kalau Alia tetap disini, pasti mereka nggak akan biarin Alia, pasti Alia bakal diseret masuk lagi kedalam permainan mereka."
"Kamu ingin kabur kemana?"
"Swiss, Pa. Papa ingat dengan bibi Jeni? Alia ingin tinggal disana untuk sementara."
"Bukankah itu di pelosok. Nak? Apa kamu sanggup tinggal jauh dari peradaban?"
"Alia lebih baik disana dari pada harus mengikuti permainan mereka, Pa. Alia takut."
"Baiklah, kamu berangkat kebandara sekarang, Papa akan transfer uang ke rekening kamu sekarang juga dan jangn pernah kembali sebelum Papa memberimu perintah."
"Baik, Pa"
"Maafkan papa karena sudah menyeretmu dalam permasalahan ini."
Alia memeluk erat ayahnya dan bergegas menuju bandara dengan sopir pribadi ayahnya. Dia memesan tiket pesawat online agar seampainya disana dia bisa segera melarikan diri.
Alia berdiri mengantri di depan pintu gerbang keberangkatan menggunakan masker wajah dan dia sudah mengganti seragam sekolahnya dengan baju biasa di kamar mandi sebelumnya.
"Sialan! kenapa dia bisa ada dibandara?"
Alia terlihat sangat panik dan gugup melihat Dirga yang dan beberapa pengawlanya berdiri tidak jauh darinya. Dia berusaha menyembunyikan wajahnya dna mencoba bersifat tenang.
"Cepat dikit, dong. Ini kenapa lama banget sih!"
Jantung Alia berdegup kencang dan keringat dingin perlahan turun dari keningnya.
"Kami sudah mencarinya, Tuan. Tapi kami tidak menemukan nona Alia."
Mereka tepat berdiri di samping Alia, namun tidak menyadari keberadaan Alia.
"Nona, silahkan masuk."
Saat Dirga menoleh ke arah Alia, Alia sudah berjalan masuk menuju pesawat dan bisa mulai bernapas lega.
"Hari ini aku kehilanganmu, tapi aku tidak akan membiarkanmu lepas begitu saja. Aku pasti akan menemukanmu meskipun aku harus mencarimu keujung dunia!"
Tidak terasa sudah tiga tahun lamanya Alia meninggalkan kampung halamannya, dan selama tiga tahun ini dia selalu berpindah-pindah dari satu negara kenegara lain demi menghilangkan jejaknya, dan akhirnya dia menemukan sebuah desa kecil dan menetap disana sudah lebih dari dua tahun. Alia mengganti identitasnya untuk menghilangkan seluruh jejaknya.Kehidupan barunya lebih sederhana dan jauh dari kata mewah. Setiap hari Alia harus bekerja memetik Apel di perkebunan demi menghidupi dirinya sendiri. Alia memutuskan semua akses dan komunikasi dengan keluarganya dan mulai hidup mandiri. "Tidak terasa kamu sudah lama bekerja disini, Key."Alia membasuh tangannya dan mengistirahatkan tubuh lelahnya sejenak, duduk disamping sahabatnya yang selama ini membantuku. "Hah, rasanya baru kemarin aku melihat Apel-apel ini mulai berbunga, namun sekarang mereka sudah mulai siap penan." "Kamu benar, Key. Waktu berjalan begitu cepat. Tapi, ngomong-ngomong, apakah kamu tidak merindukan keluargamu, Key? Kam
"Kenapa pagiku bisa sesial ini? Kenapa lelaki brengsek itu muncul di perkebunan sepagi ini? Sial sekali!"Alia menarik stroller apelnya sambil sesekali melirik kearah Dirga yang tengah berdiri mengawasi kegiatan panen raya hari ini. Dia memakai topi dan masker untuk menutupi wajahnya agar tidak ketahuan. "Kenapa Tuan besar itu ada disini pagi-pagi?" tanya Alia pada Mala. "Kata bos, dia hari ini ingin menyaksikan sendiri proses panen dan mengecek kualitasnya." "Apakah dia gila? Bukankah seharusnya dia duduk tenang di kantornya yang nyaman dan hanya perlu memerintahkan bawahannya." "Kamu tahu Keysa, kata bos......pria itu akan mendirikan perusahaannya disini dalam waktu dekat ini dan akan menetap disini dalam beberapa bulan atau beberapa tahun." "Apa?!"Teriakan Alia membuat semua mata tertuju kepadanya seketika. "Pelankan suaramu! Kamu menghindarinya kemarin, apa kamu ingin dia menghampirimu sekarang?" "Maafkan aku. Tapi kenapa dia melakukan hal itu?" "Aku dengar-dengar nih, k
"Lepaskan bajumu" "Kau gila?"Alia menggenggam erat kemejanya, dia takut hal itu akan terjadi lagi. Dia sudah berusaha melupakan malam yang penuh mimpi buruk itu. "Kamu pikir kamu siapa?" hardik Alia. "Lepaskan baju dan ganti dengan baju yang ada dilemari itu."Alia membuka lemari pakaian yang ada di kamar itu, beberapa gaun yang sangat indah berbaris dengan rapi disana. "Apakah aku salah berpikir barusan?" gumam Alia dalam hati. "Pilihlah salah satu yang menurutmu nyaman dan temui aku dalam 10 menit di lobi." ucap Dirga sambil meninggalkan Alia seorang diri. Alia memperhatikan semua gaun yang ada dan mengeluarkannya satu persatu untuk dia lihat. "Apa yang ingin dia lakukan? Memintaku untuk mengenakan gaun-gaun ini?"Alia memilih Evening Gown berwarna Ocean Blue dengan gradasi warna hitam yang bertaburan batu permata yang indah. Ukuran gaun itu sangat pas ditubuh Alia, membuat tubuhnya terlihat begitu seksi dan menawan. Alia merias dirinya dengan riasan yang sederhana dan nat
"Terkejut dengan kedatanganku?" "Hahahaha, tentu saja tidak."Alia sudah menduga bahwa cepat atau lambat Megan juga akan mengunjunginya. Wanita anggun itu masih terlihat angkuh seperti tiga tahun lalu. "Mana anak yang kamu janjikan untukku?" tanya Megan.Alia menyeringai mendengar pertanyaan konyol dari Megan tersebut. Tidak menyangka bahwa mereka berdua akan menanyakan hal yang sama. "Apakah kamu sangat menginginkan anak itu?" "Tentu saja. Anak itu adalah hakku!" "Hakmu?" "Aku sudah menolong keluargamu, jadi jangan tidak tahu diri!" "Menolong keluargaku? Kamu yang mendorongku dan keluargaku masuk kedalam neraka ini!" "Salahkan keluargamu yang miskin itu!"Betapa tajamnya ucapan Megan itu. Ingin sekali Alia merobek mulut tajamnya itu. "Kamu sungguh menginginkan anak itu?" Ledek Alia. "Tentu.!" "Matilah! dan susul anak itu!"Plaaaaak!!!!Sebuah tamparan keras mendarat dipipi Alia. Namun dia tidak diam saja, Dia kembali menampar Megan dengan sangat keras sehingga meninggalkan
"Pilihlah rumah dan vila yang kamu inginkan. Aku akan membelikannya untukmu."Mereka berdua berkeliling disebuah kantor Real Estate untuk melihat-lihat miniatur rumah dan vila yang dijual di tempat itu. Alia tidak segan-segan lagi untuk menentukan pilihannya. Dia tahu bahwa pria 38 tahun disampingnya ini memiliki uang yang tidak terbatas. "Jangan salahkan aku jika aku memilih yang paling mahal." ucap Alia. "Pilihlah sesukamu. Anggap saja ini hadiah karena kamu memutuskan untuk kembali bersamaku."Tidak dipungkiri memang awalnya Alia enggan kembali ke tempat kelahirannya, namun dia juga sudah tidak memiliki tempat tinggal lagi. Dia juga tidak ingin membebani orang tuanya, karena pada hakikatnya anak yang sudah menikah harus keluar dari rumah atau ikut suaminya. Dia juga tidak ingin Megan memperlakukannya dengan sewenang-wenang. Berada di sisi Dirga saat ini adalah pilihan yang tepat. "Aku pilih yang ini." tunjuk Alia.Sebuah Vila dengan gaya eropa sederhana dengan pemandangan danau p
"Kalian lihat wanita yang datang bersama Tuan Dirga tadi pagi? Dengar-dengar dia adalah sekretaris pribadi tuan Dirga serta istri kedua Tuan Dirga." "Benarkah?" "Serius. Aku pernah melihatnya di acara televisi belum lama ini. Tuan Dirga meresmikan anak perusahaan di Firlandia bersama wanita tadi." "Wah..! Luar biasa sekali. Apakah kamu tahu latar belakangnya?" "Sepertinya dia adalah putri tunggal CEO Perusahaan Furniture di bawah naungan keluarga nyonya Megan." "Serius?" "Gila! Ikatan cinta segitiga yang sangat rumit." "Apakah begitu menyenangkan menceritakan orang lain di belakangnya?"Mereka menoleh ke belakang secara serentak. Mereka terkejut mendapati keberadaan Alia berdiri dibelakang mereka. "Maafkan kami, Nona. Kami tidak bermaksud membicarakan anda."Alia berlalu pergi meninggalkan mereka menuju ruang kerjanya. Hari ini adalah hari pertamanya bekerja sebagai sekretaris pribadi Dirga, dan dia belum begitu paham tugas-tugasnya. Dia hanya duduk saja tanpa melakukan apapun
Alia memperhatikan beberapa tamu yang hadir malam itu, dan tidak ada satupun yang dia kenal. Dia berdiri sedikit menjauh dari keramaian, dia tidak begitu nyaman dengan suasana pesta itu. "Pesta orang-orang kaya ternyata begitu membosankan."Pandangan mata Alia tertuju pada sesaorang yang baru saja tiba di pesta itu bersama seorang wanita yang menggandneg tangannya. "Dirga dan megan?" tanya Alia dalam hati.Terlihat Dirga yang tengah sibuk melayani orang-orang yang menyapanya satu persatu. Namun, tatapan mata mereka tiba-tiba bertemu. Alia cepat-cepat memalingkan wajahnya, kemudian menatap kembali ke arah Dirga yang tersenyum nakal meliahat kearahnya kemudian kembali berbincang-bincang dengan tamu yang hadir malam itu.Penampilan Alia yang begitu anggun dengan paras yang cantik membuat beberapa tamu yang hadir meliriknya sesekali. Apalagi Alia berdiri sendiri tanpa sesorangpun yang menemani. Kecantikan wajahnya dan keanggunannya membuat beberapa tamu yang datang malam itu terpesona d
"Menikahlah dengan suamiku dan lahirkan seorang anak, maka akan ku selamatkan perusahaan keluargamu." "Kau gila? "Alia tidak menyangka wanita yang terlihat begitu anggun dan menawan yang duduk di hadapannya saat ini memberikan tawaran yang tidak masuk akal. Bukankah orang tuanya memintanya menemui wanita tersebut untuk membicarakan urusan bisnis dan meminta bantuan wanita tersebut untuk berinvestasi diperusahaan ayahnya yang sudah diambang kebangkrutan. Wanita anggun yang sedang duduk di hadapannya saat ini adalah investor terbesar di perusahaan ayahnya saat ini.Keluarga Megan adalah salah satu dari keluarga terkaya dinegaranya. Mereka menguasai beberapa pasar saham dan memiliki pengaruh yang sangat besar. Setiap orang yang berani menyinggung mereka psati tidak akan berakhir dengan baik. Keluarga mereka juga menjalin kerja sama dengan ikatan pernikahan dengan keluarga Aditama yang merupakan keluarga terkuat, terkaya dan memiliki pengaruh yang sanagt besar di seluruh dunia. Kerja sam
Alia memperhatikan beberapa tamu yang hadir malam itu, dan tidak ada satupun yang dia kenal. Dia berdiri sedikit menjauh dari keramaian, dia tidak begitu nyaman dengan suasana pesta itu. "Pesta orang-orang kaya ternyata begitu membosankan."Pandangan mata Alia tertuju pada sesaorang yang baru saja tiba di pesta itu bersama seorang wanita yang menggandneg tangannya. "Dirga dan megan?" tanya Alia dalam hati.Terlihat Dirga yang tengah sibuk melayani orang-orang yang menyapanya satu persatu. Namun, tatapan mata mereka tiba-tiba bertemu. Alia cepat-cepat memalingkan wajahnya, kemudian menatap kembali ke arah Dirga yang tersenyum nakal meliahat kearahnya kemudian kembali berbincang-bincang dengan tamu yang hadir malam itu.Penampilan Alia yang begitu anggun dengan paras yang cantik membuat beberapa tamu yang hadir meliriknya sesekali. Apalagi Alia berdiri sendiri tanpa sesorangpun yang menemani. Kecantikan wajahnya dan keanggunannya membuat beberapa tamu yang datang malam itu terpesona d
"Kalian lihat wanita yang datang bersama Tuan Dirga tadi pagi? Dengar-dengar dia adalah sekretaris pribadi tuan Dirga serta istri kedua Tuan Dirga." "Benarkah?" "Serius. Aku pernah melihatnya di acara televisi belum lama ini. Tuan Dirga meresmikan anak perusahaan di Firlandia bersama wanita tadi." "Wah..! Luar biasa sekali. Apakah kamu tahu latar belakangnya?" "Sepertinya dia adalah putri tunggal CEO Perusahaan Furniture di bawah naungan keluarga nyonya Megan." "Serius?" "Gila! Ikatan cinta segitiga yang sangat rumit." "Apakah begitu menyenangkan menceritakan orang lain di belakangnya?"Mereka menoleh ke belakang secara serentak. Mereka terkejut mendapati keberadaan Alia berdiri dibelakang mereka. "Maafkan kami, Nona. Kami tidak bermaksud membicarakan anda."Alia berlalu pergi meninggalkan mereka menuju ruang kerjanya. Hari ini adalah hari pertamanya bekerja sebagai sekretaris pribadi Dirga, dan dia belum begitu paham tugas-tugasnya. Dia hanya duduk saja tanpa melakukan apapun
"Pilihlah rumah dan vila yang kamu inginkan. Aku akan membelikannya untukmu."Mereka berdua berkeliling disebuah kantor Real Estate untuk melihat-lihat miniatur rumah dan vila yang dijual di tempat itu. Alia tidak segan-segan lagi untuk menentukan pilihannya. Dia tahu bahwa pria 38 tahun disampingnya ini memiliki uang yang tidak terbatas. "Jangan salahkan aku jika aku memilih yang paling mahal." ucap Alia. "Pilihlah sesukamu. Anggap saja ini hadiah karena kamu memutuskan untuk kembali bersamaku."Tidak dipungkiri memang awalnya Alia enggan kembali ke tempat kelahirannya, namun dia juga sudah tidak memiliki tempat tinggal lagi. Dia juga tidak ingin membebani orang tuanya, karena pada hakikatnya anak yang sudah menikah harus keluar dari rumah atau ikut suaminya. Dia juga tidak ingin Megan memperlakukannya dengan sewenang-wenang. Berada di sisi Dirga saat ini adalah pilihan yang tepat. "Aku pilih yang ini." tunjuk Alia.Sebuah Vila dengan gaya eropa sederhana dengan pemandangan danau p
"Terkejut dengan kedatanganku?" "Hahahaha, tentu saja tidak."Alia sudah menduga bahwa cepat atau lambat Megan juga akan mengunjunginya. Wanita anggun itu masih terlihat angkuh seperti tiga tahun lalu. "Mana anak yang kamu janjikan untukku?" tanya Megan.Alia menyeringai mendengar pertanyaan konyol dari Megan tersebut. Tidak menyangka bahwa mereka berdua akan menanyakan hal yang sama. "Apakah kamu sangat menginginkan anak itu?" "Tentu saja. Anak itu adalah hakku!" "Hakmu?" "Aku sudah menolong keluargamu, jadi jangan tidak tahu diri!" "Menolong keluargaku? Kamu yang mendorongku dan keluargaku masuk kedalam neraka ini!" "Salahkan keluargamu yang miskin itu!"Betapa tajamnya ucapan Megan itu. Ingin sekali Alia merobek mulut tajamnya itu. "Kamu sungguh menginginkan anak itu?" Ledek Alia. "Tentu.!" "Matilah! dan susul anak itu!"Plaaaaak!!!!Sebuah tamparan keras mendarat dipipi Alia. Namun dia tidak diam saja, Dia kembali menampar Megan dengan sangat keras sehingga meninggalkan
"Lepaskan bajumu" "Kau gila?"Alia menggenggam erat kemejanya, dia takut hal itu akan terjadi lagi. Dia sudah berusaha melupakan malam yang penuh mimpi buruk itu. "Kamu pikir kamu siapa?" hardik Alia. "Lepaskan baju dan ganti dengan baju yang ada dilemari itu."Alia membuka lemari pakaian yang ada di kamar itu, beberapa gaun yang sangat indah berbaris dengan rapi disana. "Apakah aku salah berpikir barusan?" gumam Alia dalam hati. "Pilihlah salah satu yang menurutmu nyaman dan temui aku dalam 10 menit di lobi." ucap Dirga sambil meninggalkan Alia seorang diri. Alia memperhatikan semua gaun yang ada dan mengeluarkannya satu persatu untuk dia lihat. "Apa yang ingin dia lakukan? Memintaku untuk mengenakan gaun-gaun ini?"Alia memilih Evening Gown berwarna Ocean Blue dengan gradasi warna hitam yang bertaburan batu permata yang indah. Ukuran gaun itu sangat pas ditubuh Alia, membuat tubuhnya terlihat begitu seksi dan menawan. Alia merias dirinya dengan riasan yang sederhana dan nat
"Kenapa pagiku bisa sesial ini? Kenapa lelaki brengsek itu muncul di perkebunan sepagi ini? Sial sekali!"Alia menarik stroller apelnya sambil sesekali melirik kearah Dirga yang tengah berdiri mengawasi kegiatan panen raya hari ini. Dia memakai topi dan masker untuk menutupi wajahnya agar tidak ketahuan. "Kenapa Tuan besar itu ada disini pagi-pagi?" tanya Alia pada Mala. "Kata bos, dia hari ini ingin menyaksikan sendiri proses panen dan mengecek kualitasnya." "Apakah dia gila? Bukankah seharusnya dia duduk tenang di kantornya yang nyaman dan hanya perlu memerintahkan bawahannya." "Kamu tahu Keysa, kata bos......pria itu akan mendirikan perusahaannya disini dalam waktu dekat ini dan akan menetap disini dalam beberapa bulan atau beberapa tahun." "Apa?!"Teriakan Alia membuat semua mata tertuju kepadanya seketika. "Pelankan suaramu! Kamu menghindarinya kemarin, apa kamu ingin dia menghampirimu sekarang?" "Maafkan aku. Tapi kenapa dia melakukan hal itu?" "Aku dengar-dengar nih, k
Tidak terasa sudah tiga tahun lamanya Alia meninggalkan kampung halamannya, dan selama tiga tahun ini dia selalu berpindah-pindah dari satu negara kenegara lain demi menghilangkan jejaknya, dan akhirnya dia menemukan sebuah desa kecil dan menetap disana sudah lebih dari dua tahun. Alia mengganti identitasnya untuk menghilangkan seluruh jejaknya.Kehidupan barunya lebih sederhana dan jauh dari kata mewah. Setiap hari Alia harus bekerja memetik Apel di perkebunan demi menghidupi dirinya sendiri. Alia memutuskan semua akses dan komunikasi dengan keluarganya dan mulai hidup mandiri. "Tidak terasa kamu sudah lama bekerja disini, Key."Alia membasuh tangannya dan mengistirahatkan tubuh lelahnya sejenak, duduk disamping sahabatnya yang selama ini membantuku. "Hah, rasanya baru kemarin aku melihat Apel-apel ini mulai berbunga, namun sekarang mereka sudah mulai siap penan." "Kamu benar, Key. Waktu berjalan begitu cepat. Tapi, ngomong-ngomong, apakah kamu tidak merindukan keluargamu, Key? Kam
"Kamu baik-baik saja, Al? Kamu sakit?" tanya seorang guru pengawas saat ujian. "Nggak apa-apa, buk. Saya baik-baik aja."Apa yang dialaminya semalam membuat Alia shock. Meskipun dia sudah mengatakan sejujurnya, namun Dirga tetap menyelesaikannya sampai akhir.Alia buru-buru menyelesaikan ujiannya. Dia ingin secepatnya pulang kerumahnya untuk beristirahat. Untuk saat ini dia tidak ingin bertemu dengan Dirga ataupun Megan. Alia menyelesaikan semua ujiannya dengan cepat, kemudian menyerahkannya kepada guru pengawas begitu juga dengan Baby. Dia mencemaskan kondisi Alia yang terlihat sangat pucat dan seperti menahan rasa sakit. "Kamu kenapa, Al?" tanya Baby.Alia enggan menjawab pertanyaan Baby tersebut. Harga dirinya sudah rusak dan dia tidak ingin siapapun yang mengetahuinya. Mereka berdua berjalan menuju ruang kesehatan. Alia ingin berbabring sejenak disana sebelum dia pulang. Belumpun sampai di ruan kesehatan, kegaduhan nampak terlihat di halaman sekolah. Para siswi berkerumun seper
"Aku tidak menginginkan pernikahan ini, jangan pernah berpikir bahwa aku akan menganggapmu sebagai istriku" "Akupun tidak pernah berkeinginan menjadi istrimu."Alia bergegas membersihkan dirinya dikamar mandi. Dia membenamkan diri kedalam Bathtub, sambil memikirkan apa yang harus dia lakukan setelah ini. "Apakah aku harus melakukannya sekarang?"Dia cepat-cepat menepis semua pikirannya saat ini. Yang harus dia lakukan saat ini adalah menyelsaikan kewajibannya sesegera mungkin agar dia dapat terbebas dari pernikahan tersebut. Alia mengenakan piyamanya yang sudah disediakan dan berjalan perlahan. Siapa sangka pemandangan yang ada didepan maatnya sungguh menyilaukan matanya. Sebuah dada yang bidang dengan otot perut yang berjajar rapi serta lengan yang penuh dengan otot, wajah yang tampan dan maskulin, sungguh menggetarkan hati Alia, membuat jantungnya semakin berdetak kencang. "Apa yang kamu lihat?"Alia mengedarkan pandnagan matanya kesana kemari, dia tidak ingin Dirga menyadari b