"Aku tidak menginginkan pernikahan ini, jangan pernah berpikir bahwa aku akan menganggapmu sebagai istriku"
"Akupun tidak pernah berkeinginan menjadi istrimu."
Alia bergegas membersihkan dirinya dikamar mandi. Dia membenamkan diri kedalam Bathtub, sambil memikirkan apa yang harus dia lakukan setelah ini.
"Apakah aku harus melakukannya sekarang?"
Dia cepat-cepat menepis semua pikirannya saat ini. Yang harus dia lakukan saat ini adalah menyelsaikan kewajibannya sesegera mungkin agar dia dapat terbebas dari pernikahan tersebut.
Alia mengenakan piyamanya yang sudah disediakan dan berjalan perlahan. Siapa sangka pemandangan yang ada didepan maatnya sungguh menyilaukan matanya. Sebuah dada yang bidang dengan otot perut yang berjajar rapi serta lengan yang penuh dengan otot, wajah yang tampan dan maskulin, sungguh menggetarkan hati Alia, membuat jantungnya semakin berdetak kencang.
"Apa yang kamu lihat?"
Alia mengedarkan pandnagan matanya kesana kemari, dia tidak ingin Dirga menyadari bahwa dia menikmati tubuh Dirga sesaat.
"Aku..aku tidak melihat apapun. Lagian apa yang kamu lakukan di kamarku? tidak pakai baju lagi, sungguh dimana letak sopan santumu tuan Dirga"
Dirga mengernyitkan dahinya mendengar ucapan Alia tersebut. Dia berjalan menghampiri Alia dan meremas pundaknya, serta menatap Alia dengan tatapan tajamnya.
"Kamarmu? apakah kamu lupa dengan posisimu saat ini?"
"Aduh! aku lupa kalau sekarang kami sedang berada dikamar hotel?" gumam Alia seraya menutup mulutnya dengan kedua tangannya.
"Lantas, apa yang kamu lakukan sekarang? memakai piyama yang begitu tipis, apa kamu berniat menggodaku?"
"Jaga bicaramu!"
"Kamu sudah tidar sabar ya? ingin segera aku puaskan? bukankah wanita sepertimu yang mudah tergoda dengan tawaran menggiurkan sangat suka untuk dipuaskan?"
"Aku peringatkan sekali lagi, jaga bicaramu!"
"Sungguh ikan kecil yang sok jual mahal. Sanagt munafik!"
Dirga menarik paksa piyama Alia sehingga kancing piyama tersebut terlepas dan berhamburan dilantai sehingga bagian depan tubuh Alia terekspos seluruhnya. Dua buah gunung kembar yang padat dan sintal terlihat menyembul dari balik wadahnya. Pemandangan tersebut membuat gairah Dirga terbakar dan bersiap untuk mendaratkan sebuah ciuman dibibir Alia.
Plaaaak..!!!!
Sebuah tamparan mendarat di pipi Dirga dengan sangat keras. Alia mendorong tubuh Dirga menjauh dan menangkupkan piyamanya yang sempat terbuka, bulir-bulir air mata mengalir dipipinya perlahan. Dirga tersenyum kecut melihat tingkah Alia tersebut, kemudian berbalik meuju balkon dan menyalakan sebatang rokok.
"Aku tidak akan menyentuhmu sampai kamu sendiri yang mengizinkannya. Kamu beristirahatlah, aku akan keluar mencari udara segar." ucap Dirga sambil menyambar kemejanya dan berlalu pergi meninggalkan ruangan itu.
Alia terduduk lemas dan menangisi dirinya sendiri.
"Apa yang barusan aku lakukan? kenapa aku menamparnya? bukankah aku seharusnya berdiam diri dan menahannya saja? bodoh sekali kamu, Alia. bukankah kamu ingin segera mengakhiri semua ini?"
Untuk beberapa saat dia menyesali tindakannya barusan, namun dia tidak ingin terliaht bodoh dimalam pernikahannya ini. Dia segera bangkit dan mengganti piyamanya dengan sebuah mini dress dan merias wajahnya.
"Kenapa aku harus berdiam diri di kamar ini sendirian, aku juga butuh udara segar, kamar ini terasa begitu sesak. Aku akan kembali tengah malam nanti saat dia sudah tidur."
Alia meminta sahabatnya, Baby untuk menemaninya malam ini. Kejadian yang barusan dia alami membuatnya sangat terkejut dan dia ingin menenangkan diri sejenak.
tidak menunggu waktu lama, Baby sudah menanti kedatangan Alia didepan pintu hotel dengan mobilnya. Mereka berdua menuju sebuah kafe yang terletak tidak jauh dari hotel tersebut.
"Apa tidak masalah kamu kelaur dimalam pernikahanmu?" tanya Baby.
"Tidak masalah, dia juga tidak ada disana saat ini."
"Dia mencampakkanmu dimalam pertama kalian?"
"Bukan seperti itu, dia berjanji tidak akan menyentuhku selama aku tidak mengizinkannya. Jadi, mungkin dia akan kembali saat aku tidur nanti."
"Apakah ucapannya dapat dipercaya?"
"Dia lelaki yang terhormat dan disegani, pastinya dia tidak akan sembarangan mengucapkan janji.
"Aku harap juga begitu."
"Kamu tenang saja, aku tidak akan semudah itu merelakan keperawananku dengan orang asing yang baru aku nikahi."
Baby tertawa terbahak-bahak mendengar ucapan sahabatnya itu. Merekapun mengobrol dengan santai sampai lupa waktu.
Baby mengantar Alia kembali kehotelnya dan berpisah dengannya segera.
"Jangan lupa, besok kita ujian kelulusan."
" Baiklah, hati-hati dijalan ya, bye."
Alia kembali kekamar hotelnya. Dia membuka pintu dengan perlahan dan menyalakan lampu.
"Sepertinya dia belum kembali, lebih baik aku tidur duluan saja."
Alia meletakkan tasnya di atas nakas dan bersiap untuk berganti pakaian.
Braaakk...!!!
Alia tersentak mendengar suara pintu yang tertutup dengan keras. Dia terkejut mendapati Dirga yang sudah berdiri di belakangnya. Dia membalikkan tubuhnya dengan perlahan, menatap wajah Dirga yang terlihat memerah seperti orang yang sedang dalam pengaruh alkohol.
"Wanita mana ini berani sekali masuk kamar orang tanpa izin?!"
Alia mencium bau alkohol dari mulut Dirga, sepertinya dia mabuk.
"Kamu mabuk?" tanya Alia.
"Aku? mabuk? kamu ingin tahu aku mabuk apa tidak?"
Bibir Dirga mendarat dengan paksa di bibir lembut Alia. Alia sangat terkejut, dia mendorong Dirga sekuat tenaga.
"Lancang sekali kamu! Berengsek?" hardik Alia.
"Aku berengsek? hahahaha...malam ini kamu adalah milikku!"
"Sadarlah Dirga!"
Dirga mencengkram pundak Alia dengan keras, mendorongnya ke tembok dan mendaratkan ciuman di bibir Alia yang lembut, melumatnya dengan paksa. Alia berusaha mendorongnya namun Dirga melingkarkan tangannya kirinya dipinggang Alia dan menahan kepala Alia dengan tangan kanannya. Dirga melumat habis bibir mungil Alia dan memainkan lidahnya disana, membuat Alia kesulitan bernapas. Ciuman Dirgapun mulai turun keleher jenjang Alia. Alia tetap berusaha untuk memberontak sebisanya namun dia hanya bisa pasrah karena tangan kanan Dirga menutup mulutnya, membuatnya sulit untuk berteriak.
Selesai menikmati leher jenjang Alia, Dirga menatap wajah cantik Alia dengan tatapan penuh gairah. Alia membalas tatapan itu dengan tatapan penuh kebencian.
"Ingatlah kamu sudah berjanji untuk tidak menyentuhku selama aku tidak mengizinkannya!" ucap Alia.
"Hahahaha, kamu sungguh naif!"
Dirga mengangkat tubuh mungil Alia dengan paksa dan membantingnya diatas kasur, kemudian menimpa tubuh Alia, menahan kedua tangan Alia dengan lututnya.
"Bukankah kamu sangat menikmatinya?!"
"Bajingan! lepaskan aku! kamu sudah berjanji kepadaku. Sungguh hinanya dirimu jika mengingkari janjimu!"
"Wanita seperrtimu tidak layak mendapatkan janjiku!"
Dirga merobek paksa bagian depan mini dress Alia. Alia berteriak sekencang mungkin dan berusaha melepaskan diri, namun tenaga Dirga jauh lebih kuat darinya. Dirga mengangkat kedua tangan Alia dan menahannya diatas kepala Alia, kemudian dia mulai menikmati gunung kembar Alia, mengecupnya dengan perlahan.
"Aku akan melakukannya dengan sangat lembut."
"Bajingan kamu!"
Dirga mengeluarkannya dari wadahnya kemudian meremasnya perlahan, lalu memainkannya dengan lidahnya. Alia hanya dapat menitiskan air matanya sambil menahan tangis karena merasa harga dirinya telah direnggut. Tangan Dirga sudah mulai nakal, dia mulai menjamah area sensitif Alia dan memainkan jemarinya disana ambil tetap menikmati gunung Alia.
"Sungguh munafik, mulutmu menolak tapi tubuhmu sangat menikmatinya. Rasakanlah, pasti sudah lama tidak ada lelaki yang menyentuhmu."
Air mata Alia sudah tidak ada artinya lagi, dia sudah tidak dapat melakukan apapun.
"Kita selesaikan saja. Aku tahu kamu sudah tidak sabar."
Dirga mulai memasukkan miliknya dengan sangat kasar, dia yakin bahwa ini bukan kali pertama Alia melakukannya. Alia merasakan rasa sakit yang luar biasa saat Dirga masuk dengan paksa, dia menjerit sekerasnya. Dirag kembali mendorong miliknya dengan paksa dan Alia semakin merasakan rasa sakit itu.
"Kenapa ini terasa seperti tidak biasa?" tanya Dirga dalam hati,
Dia menatap wajah Alia yang terlihat sangat kesakitan.
"Apakah ini kali pertamamu?"
Alia hanya mengangguk mendengar pertanyaan Dirga tersebut.
Dirga tercengang dengan jawaban Alai tersebut, tidak menyangka bahwa Alia masih perawan diusianya tersebut. Dirga menatapa Alia yang terus menetesakn air mata, kemudian membelai rambutnya.
"Aku akan melakukannya dengan lembut dan perlahan."
Dirga kembali melanjutkan aksinya, mendorong dan menariknya dnegan perlahan. Pandangan mata Alia seketika buram dan semua menjadi hitam seketika.
"Kamu baik-baik saja, Al? Kamu sakit?" tanya seorang guru pengawas saat ujian. "Nggak apa-apa, buk. Saya baik-baik aja."Apa yang dialaminya semalam membuat Alia shock. Meskipun dia sudah mengatakan sejujurnya, namun Dirga tetap menyelesaikannya sampai akhir.Alia buru-buru menyelesaikan ujiannya. Dia ingin secepatnya pulang kerumahnya untuk beristirahat. Untuk saat ini dia tidak ingin bertemu dengan Dirga ataupun Megan. Alia menyelesaikan semua ujiannya dengan cepat, kemudian menyerahkannya kepada guru pengawas begitu juga dengan Baby. Dia mencemaskan kondisi Alia yang terlihat sangat pucat dan seperti menahan rasa sakit. "Kamu kenapa, Al?" tanya Baby.Alia enggan menjawab pertanyaan Baby tersebut. Harga dirinya sudah rusak dan dia tidak ingin siapapun yang mengetahuinya. Mereka berdua berjalan menuju ruang kesehatan. Alia ingin berbabring sejenak disana sebelum dia pulang. Belumpun sampai di ruan kesehatan, kegaduhan nampak terlihat di halaman sekolah. Para siswi berkerumun seper
"Menikahlah dengan suamiku dan lahirkan seorang anak, maka akan ku selamatkan perusahaan keluargamu." "Kau gila? "Alia tidak menyangka wanita yang terlihat begitu anggun dan menawan yang duduk di hadapannya saat ini memberikan tawaran yang tidak masuk akal. Bukankah orang tuanya memintanya menemui wanita tersebut untuk membicarakan urusan bisnis dan meminta bantuan wanita tersebut untuk berinvestasi diperusahaan ayahnya yang sudah diambang kebangkrutan. Wanita anggun yang sedang duduk di hadapannya saat ini adalah investor terbesar di perusahaan ayahnya saat ini.Keluarga Megan adalah salah satu dari keluarga terkaya dinegaranya. Mereka menguasai beberapa pasar saham dan memiliki pengaruh yang sangat besar. Setiap orang yang berani menyinggung mereka psati tidak akan berakhir dengan baik. Keluarga mereka juga menjalin kerja sama dengan ikatan pernikahan dengan keluarga Aditama yang merupakan keluarga terkuat, terkaya dan memiliki pengaruh yang sanagt besar di seluruh dunia. Kerja s
Alia berkali-kali merebahkan kepalanya di atas meja dan beberapa kali mengacak-acak rambut panjangnya yang tergerai. Beberapa temannya memperhatikan tingkah anehnya tersebut dan menyadari bahwa ada yang tidak beres dengan Alia hari ini. "Kamu kenapa, Al? Kayaknya gelisah banget? "Alia mendongakkan wajahnya, melihat sahabatnya duduk di depan meja nya. Raut wajah Alia langsung berubah menjadi begitu iba. "Baby, Kamu harus nolongin aku, aku pengen nangis baby."Baby memundurkan badannya melihat Alia menyodorkan wajahnya begitu dekat. "Kamu kenapa? kok kayak orang kesetanan gitu?" tanya Baby pada Alia yang terlihat begitu gusar. "Tolong aku, Baby." "Ya tolong apa dulu ini." "Perusahaan papaku akan bangkrut, Beb. " "Apa?" sontak saja Baby berdiri saking terkejutnya. "Duduk." ucap Alia sambil menarik tangan Baby untuk duduk. "Terus kamu sama keluargamu gimana?" tanya Baby penasaran. "Entahlah,tapi ada satu cara untuk bisa selamatin perusahaan papaku." "Caranya? " " Aku harus m
"Ayo kita putus"Bagaikan petir disiang hari mendengar Alia mengucapkan kata-kata yang beitu menyakitkan itu dengan raut wajah yang begitu tenang. "Maksud kamu apa? kamu tidak sedang bercandakan?"Dimas mencoba meyakinkan diri bahwa ucapan Alia itu hanya sekedar gurauan saja. "Aku tidak main-main Dimas, aku serius dengan ucapanku." "Bagaimana mungkin ini serius, kemarin kita masih baik-baik saja. Kamu ada masalah? atau aku punya salah? coba bilang, jangan langsung putus gini aja. " "Kamu nggak salah Dimas, cuma aku memang udah nggak mau lanjutin hubungan kita"Dimas menggelengkan kepalanya menyangkal apa yang didengarnya. " Nggak, kamu pasti lagi marahkan sama aku. Sayang, kamu tahukan kalau aku sayang banget sama kamu, kamu nggak bisa tiba-tiba giniin aku."Alia bangkit dari kursinya dan berlalu meninggalkan Dimas begitu saja, namun Dimas tidak diam saja. Dia menarik tangan Alia dan mencoba untuk menghentikan Alia. " Kamu nggak bisa pergi gitu aja tanpa memberikan penjelasan a
"Kamu baik-baik saja, Al? Kamu sakit?" tanya seorang guru pengawas saat ujian. "Nggak apa-apa, buk. Saya baik-baik aja."Apa yang dialaminya semalam membuat Alia shock. Meskipun dia sudah mengatakan sejujurnya, namun Dirga tetap menyelesaikannya sampai akhir.Alia buru-buru menyelesaikan ujiannya. Dia ingin secepatnya pulang kerumahnya untuk beristirahat. Untuk saat ini dia tidak ingin bertemu dengan Dirga ataupun Megan. Alia menyelesaikan semua ujiannya dengan cepat, kemudian menyerahkannya kepada guru pengawas begitu juga dengan Baby. Dia mencemaskan kondisi Alia yang terlihat sangat pucat dan seperti menahan rasa sakit. "Kamu kenapa, Al?" tanya Baby.Alia enggan menjawab pertanyaan Baby tersebut. Harga dirinya sudah rusak dan dia tidak ingin siapapun yang mengetahuinya. Mereka berdua berjalan menuju ruang kesehatan. Alia ingin berbabring sejenak disana sebelum dia pulang. Belumpun sampai di ruan kesehatan, kegaduhan nampak terlihat di halaman sekolah. Para siswi berkerumun seper
"Aku tidak menginginkan pernikahan ini, jangan pernah berpikir bahwa aku akan menganggapmu sebagai istriku" "Akupun tidak pernah berkeinginan menjadi istrimu."Alia bergegas membersihkan dirinya dikamar mandi. Dia membenamkan diri kedalam Bathtub, sambil memikirkan apa yang harus dia lakukan setelah ini. "Apakah aku harus melakukannya sekarang?"Dia cepat-cepat menepis semua pikirannya saat ini. Yang harus dia lakukan saat ini adalah menyelsaikan kewajibannya sesegera mungkin agar dia dapat terbebas dari pernikahan tersebut. Alia mengenakan piyamanya yang sudah disediakan dan berjalan perlahan. Siapa sangka pemandangan yang ada didepan maatnya sungguh menyilaukan matanya. Sebuah dada yang bidang dengan otot perut yang berjajar rapi serta lengan yang penuh dengan otot, wajah yang tampan dan maskulin, sungguh menggetarkan hati Alia, membuat jantungnya semakin berdetak kencang. "Apa yang kamu lihat?"Alia mengedarkan pandnagan matanya kesana kemari, dia tidak ingin Dirga menyadari b
"Ayo kita putus"Bagaikan petir disiang hari mendengar Alia mengucapkan kata-kata yang beitu menyakitkan itu dengan raut wajah yang begitu tenang. "Maksud kamu apa? kamu tidak sedang bercandakan?"Dimas mencoba meyakinkan diri bahwa ucapan Alia itu hanya sekedar gurauan saja. "Aku tidak main-main Dimas, aku serius dengan ucapanku." "Bagaimana mungkin ini serius, kemarin kita masih baik-baik saja. Kamu ada masalah? atau aku punya salah? coba bilang, jangan langsung putus gini aja. " "Kamu nggak salah Dimas, cuma aku memang udah nggak mau lanjutin hubungan kita"Dimas menggelengkan kepalanya menyangkal apa yang didengarnya. " Nggak, kamu pasti lagi marahkan sama aku. Sayang, kamu tahukan kalau aku sayang banget sama kamu, kamu nggak bisa tiba-tiba giniin aku."Alia bangkit dari kursinya dan berlalu meninggalkan Dimas begitu saja, namun Dimas tidak diam saja. Dia menarik tangan Alia dan mencoba untuk menghentikan Alia. " Kamu nggak bisa pergi gitu aja tanpa memberikan penjelasan a
Alia berkali-kali merebahkan kepalanya di atas meja dan beberapa kali mengacak-acak rambut panjangnya yang tergerai. Beberapa temannya memperhatikan tingkah anehnya tersebut dan menyadari bahwa ada yang tidak beres dengan Alia hari ini. "Kamu kenapa, Al? Kayaknya gelisah banget? "Alia mendongakkan wajahnya, melihat sahabatnya duduk di depan meja nya. Raut wajah Alia langsung berubah menjadi begitu iba. "Baby, Kamu harus nolongin aku, aku pengen nangis baby."Baby memundurkan badannya melihat Alia menyodorkan wajahnya begitu dekat. "Kamu kenapa? kok kayak orang kesetanan gitu?" tanya Baby pada Alia yang terlihat begitu gusar. "Tolong aku, Baby." "Ya tolong apa dulu ini." "Perusahaan papaku akan bangkrut, Beb. " "Apa?" sontak saja Baby berdiri saking terkejutnya. "Duduk." ucap Alia sambil menarik tangan Baby untuk duduk. "Terus kamu sama keluargamu gimana?" tanya Baby penasaran. "Entahlah,tapi ada satu cara untuk bisa selamatin perusahaan papaku." "Caranya? " " Aku harus m
"Menikahlah dengan suamiku dan lahirkan seorang anak, maka akan ku selamatkan perusahaan keluargamu." "Kau gila? "Alia tidak menyangka wanita yang terlihat begitu anggun dan menawan yang duduk di hadapannya saat ini memberikan tawaran yang tidak masuk akal. Bukankah orang tuanya memintanya menemui wanita tersebut untuk membicarakan urusan bisnis dan meminta bantuan wanita tersebut untuk berinvestasi diperusahaan ayahnya yang sudah diambang kebangkrutan. Wanita anggun yang sedang duduk di hadapannya saat ini adalah investor terbesar di perusahaan ayahnya saat ini.Keluarga Megan adalah salah satu dari keluarga terkaya dinegaranya. Mereka menguasai beberapa pasar saham dan memiliki pengaruh yang sangat besar. Setiap orang yang berani menyinggung mereka psati tidak akan berakhir dengan baik. Keluarga mereka juga menjalin kerja sama dengan ikatan pernikahan dengan keluarga Aditama yang merupakan keluarga terkuat, terkaya dan memiliki pengaruh yang sanagt besar di seluruh dunia. Kerja s