"Ayo kita putus"
Bagaikan petir disiang hari mendengar Alia mengucapkan kata-kata yang beitu menyakitkan itu dengan raut wajah yang begitu tenang.
"Maksud kamu apa? kamu tidak sedang bercandakan?"
Dimas mencoba meyakinkan diri bahwa ucapan Alia itu hanya sekedar gurauan saja.
"Aku tidak main-main Dimas, aku serius dengan ucapanku."
"Bagaimana mungkin ini serius, kemarin kita masih baik-baik saja. Kamu ada masalah? atau aku punya salah? coba bilang, jangan langsung putus gini aja. "
"Kamu nggak salah Dimas, cuma aku memang udah nggak mau lanjutin hubungan kita"
Dimas menggelengkan kepalanya menyangkal apa yang didengarnya.
" Nggak, kamu pasti lagi marahkan sama aku. Sayang, kamu tahukan kalau aku sayang banget sama kamu, kamu nggak bisa tiba-tiba giniin aku."
Alia bangkit dari kursinya dan berlalu meninggalkan Dimas begitu saja, namun Dimas tidak diam saja. Dia menarik tangan Alia dan mencoba untuk menghentikan Alia.
" Kamu nggak bisa pergi gitu aja tanpa memberikan penjelasan apapun. Coba sebutin salahku dimana?"
Alia semakin enggan berlama-lama menghadapi Dimas, semakin lama dia disana maka semakin tidak sanggup dia untuk menahan air matanya.
"Please! please jangan tinggalin aku gini Alia, aku nggak bisa tanpa kamu."
Lelaki yang selama ini begitu memperlakukannya dengan lembut dan penuh cinta dihadapannya ini harus dia tinggalkan begitu saja. Jika bukan demi keluarganya, tentu saja hal ini tidak akan pernah terjadi.
"Maafin aku Dimas, aku harus pergi sekarang."
Baru satu langkah alia melangkah, tiba-tiba saja dimas bersimpuh dihadapannya.
"Kamu ngapain? Malu dilihat orang yang lewat."
"Jangan tinggalin aku. Aku cuma punya kamu sebagai penyemangatku."
Alia meneteskan air mata, namun dia buru-buru menghapus air matanya.
" Aku capek Dimas jalani hubungan sama kamu"
Penjelasan Alia itu sungguh tidak masuk akal bagi Dimas. Mereka sudah menjalani hubungan yang baik-baik saja selama dua tahun ini.
"Kamu kenapa tiba-tiba begini? Apa kamu sudah punya pria lain? kamu selingkuh di belakangku?"
Tuduhan Dimas begitu melukai Alia, namun dia tidak dapat memungkirinya bahwa sebentar lagi dia sudah akan menjadi simpanan pria yang bahkan usia dan wajahnya saja dia tidak tahu.
"Iya! Aku punya lelaki lain yang jauh lebih baik darimu dan bahkan bisa memberikan apapun yang aku mau!"
Alia terpaksa mengucapkan kata-kata itu agar Dimas mau menjauh darinya dan agar Dimas tidak terluka lebih dalam nantinya.
"Aku tidak menyangka kamu begitu hina, Alia. Aku sangat mencintaimu selama ini bahkan memperlakukan kamu dengan sangat baik."
Dimas segera meninggalkan Alia dan memacu sepeda motornya dengan sangat kencang melewati Alia yang masih terdiam menatap kepergian Dimas. Tidak menyangka hubungan mereka harus berakhir begitu saja.
Alia terduduk menangis sendirian menahan rasa sakit di hatinya tersebut.
"Pertunjukan yang menarik sekali, Aku sangat menikmati drama remaja kalian,..hahahaha. Sudahi tangisanmu, ayo naik."
Alia sangat geram melihat ekpresi wajah Megan yang terlihat begitu senang. Dialah penyebab hidupnya menjadi berantakan seperti ini. Mau tidak mau Alia harus menuruti permintaan Megan, dengan terpaksa dia masuk kedalam mobil Megan tersebut.
Mobil mereka berhenti di parkiran sebuah rumah yang sangat mewah dengan nuansa warna putih diseluruh eksterior. Alia sangat terkesima melihat rumah yang begitu mewah itu dan hampir saja dia lupa untuk menutup mulutnya. Sebuah pintu masuk yang sangat tinggi dengan ornamen naga yang sangat menawan tepat dihadapannya. Pintu itu perlahan terbuka dan beberapa pelayan sudah berbaris rapi menyambut kedatangan mereka.
"Selamat datang kembali, Nyonya Megan."
Alia berjalan dengan malu-malu mengikuti langkah Megan. Mereka di sambut dengan ruang tamu yang begitu besar.
"Ruang tamunya sebesar rumahku...." Gumam Alia dalam hati.
Megan membawanya menuju sebuah ruangan. Alia tidak menanyakan apapun, karena dia tahu tujuan Megan membawanya ke rumah adalah untuk memperkenalkannya dengan suaminya.
"Kamu tunggulah disini sebentar, jangan kemana-mana." Ucap Megan seraya meninggalkan Alia sendiri.
Alia berjalan perlahan memperhatikan setiap benda-benda yang ada diruangan itu, bahkan lukisan yang berjajar rapi di dinding yang jarang dia lihat.
"Siapa kamu?"
Alia terkejut melihat seorang pria berbadan tegap berdiri dihadapannya tanpa dia sadari.
"Kenapa kamu bisa ada dirumahku?"
Tangan pria itu sudah mencengkram leher Alia, membuatnya sulit bernapas.
"Apa yang kamu lakukan? Lepasin dia!"
Teriakan Megan menyelamatkan hidup Alia. Pria itu melepaskan cengkramannya dari leher Alia.
Alia sangat terkejut, jantungnya berdetak kencang.
"Kamu hampir saja membunuhnya."
Pria itu menatap Alia dengan tajam. Tubuh Alia bergetar ketakutan, rasanya tulang-tulangnya menjadi lunak.
"Apakah kamu baik-baik saja?" Tanya megan pada alia yang tengah duduk menatapnya.
"Aku tidak baik-baik saja"
"Maafkan suamiku, dia memang selalu waspada terhadap orang baru."
Alia menatap pria itu dari ujung rambut sampai ujung kakinya. Semua barang branded yang tertempel ditubuh pria itu dan auranya sangat menyeramkan.
"Pria ini suaminya? kenapa lebih mirip mafia ketimbang pengusaha." gumam Alia dalam hati.
Alia duduk di sofa dibantu tepat dihadapan Megan dan pria tersebut.
"Kenalin ini suamiku, Dirgantara Aditama." ucap Megan mengenalkan pria tersebut kepada Alia.
"Aditama? nggak salah? orang nomor satu dinegaraku?" gumam Alia dalam hati.
Alia menatap wajah Dirga dan memperhatikannya dnegan seksama.
"Sayang, kenalin ini Alia Merlin."
Dirga hanya menatapnya tanpa ekpresi, begitu juga Alia menatap Dirga dengan tatapan ngeri.
"Dia yang aku pilih sebagai ibu penganti?"
Ekpresi wajah Dirga seketika berubah, dia menatap Megan dengan tatapan tajam dan kemudian beralih menatap Alia. Alia merasakan sekujur tubuhnya terasa dingin dan merinding.
"Maksud ucapanmu apa?" tanya Dirga pada Megan.
"Sayang, aku kan pernah bilang kalau aku tidak menginginkan adopsi, apalagi bayi tabung. Aku mau anak yang benar-benar dari kamu sayang dengan Gen ibu yang sangat berkualitas."
"Aku tidak pernah setuju dengan ucapanmu. Kau gila!"
"Aku tahu kamu tidak setuju, tapi dalam hati kamu pasti kamu sangat menginginkannya. Aku selalu melihatmu tertawa lepas saat bermain dengan anak-anak. Sayang kamu tahukan aku tidak ingin repot dengan kehamilan dan penderitaan saat hamil."
"Aku menjadikanmu istri, bukan mesin pencetak anak!" ucap Dirga dengan nada tinggi.
"Ayolah sayang, this is just for two or three years aja. Aku tahu proyek Birma yang sedang kamu kerjakan sangat berharga, jadi jangan membuatku berubah pikiran. Ynag aku lakukan ini bentuk rasa cintaku padamu."
Betapa angkuhnya Megan saat berbicara dengan Dirga. Alia baru menyadari karakter sesungguhnya Megan, bahwa Megan sangat mendominasi suaminya.
"Pasti Dirga bakal nolak, dan aku bakal bebas,hehehehe" kekeh Alia dalam hati
"Baiklah. Aku akan menyetujui permintaanmu."
Alia terbengong menddengar jawaban Dirga tersebut.
"Sialan, kenapa malah setuju. Ini suami istri psikopat atau gimana sih. Yang satu tidak ingin repot karena kehamilan dan yang satu lagi tidak ingin kehilangan proyek. Sebenarnya mereka menganggap aku ini apa?!" gumam Alia dalam hatinya.
Alia berpikir bahwa jika mereka diuntungkan maka dia juga tidak ingin dirugikan.
"Maaf nyonya dan tuan, sebelumnya saya ingin mengajukan beberapa permintaan sederhana, apakah diperbolehkan?" Tanya Alia.
"Apakah ada hak kamu disini untuk mengajukan permintaan?!" Ucap Dirga tegas.
Megan menenangkan Dirga dengan sentuhan manjanya di pundak Dirga.
"Apa permintaanmu?" tanya Megan.
Dengan keberaniannya, Alia membuka mulutnya dan mulai mengucapkan keinginannya.
" Pertama aku ingin tetap melanjutkan sekolahku sampai aku lulus, aku tidak ingin ada yang tahu identitas asliku karena aku tidak ingin meurusak citra baikku dan aku masih ingin melanjutkan impianku setelah urusan kita selesai, jangan memintaku untuk mengurus anak itu nanti."
" Setuju. Kamu masih bisa sekolah seperti biasa" Ucap Megan
Alia merasa sedikit lega dengan jawaban Megan tersebut.
"Lalu, apa yang harus aku lakukan setelah ini?" Tanya Alia kembali.
"Aku akan mengantarmu pulang terlebih dahulu, lalu akan memberitahumu langkah selanjutnya."
Alia mengangguk dan kemudian mengikuti langkah Megan. Sesekali Alia menolah kearah Dirga yang tengah duduk menatapnya. Bulu kuduk Alia berdiri setiap menatap Dirga. Wajahnya memang tampan dan maskulin, namun tatapannya terlihat begitu tajam, apalagi Dirga tidak pernah tersenyum selama Alia dirumah itu.
" Nyonya Megan, bolehlah saya bertanya?" tanya Alia.
" Boleh."
"Apakah kamu tidak takut kalau suatu saat nanti aku akan merebut suamimu?"
"Aku tidak menginginkan pernikahan ini, jangan pernah berpikir bahwa aku akan menganggapmu sebagai istriku" "Akupun tidak pernah berkeinginan menjadi istrimu."Alia bergegas membersihkan dirinya dikamar mandi. Dia membenamkan diri kedalam Bathtub, sambil memikirkan apa yang harus dia lakukan setelah ini. "Apakah aku harus melakukannya sekarang?"Dia cepat-cepat menepis semua pikirannya saat ini. Yang harus dia lakukan saat ini adalah menyelsaikan kewajibannya sesegera mungkin agar dia dapat terbebas dari pernikahan tersebut. Alia mengenakan piyamanya yang sudah disediakan dan berjalan perlahan. Siapa sangka pemandangan yang ada didepan maatnya sungguh menyilaukan matanya. Sebuah dada yang bidang dengan otot perut yang berjajar rapi serta lengan yang penuh dengan otot, wajah yang tampan dan maskulin, sungguh menggetarkan hati Alia, membuat jantungnya semakin berdetak kencang. "Apa yang kamu lihat?"Alia mengedarkan pandnagan matanya kesana kemari, dia tidak ingin Dirga menyadari b
"Kamu baik-baik saja, Al? Kamu sakit?" tanya seorang guru pengawas saat ujian. "Nggak apa-apa, buk. Saya baik-baik aja."Apa yang dialaminya semalam membuat Alia shock. Meskipun dia sudah mengatakan sejujurnya, namun Dirga tetap menyelesaikannya sampai akhir.Alia buru-buru menyelesaikan ujiannya. Dia ingin secepatnya pulang kerumahnya untuk beristirahat. Untuk saat ini dia tidak ingin bertemu dengan Dirga ataupun Megan. Alia menyelesaikan semua ujiannya dengan cepat, kemudian menyerahkannya kepada guru pengawas begitu juga dengan Baby. Dia mencemaskan kondisi Alia yang terlihat sangat pucat dan seperti menahan rasa sakit. "Kamu kenapa, Al?" tanya Baby.Alia enggan menjawab pertanyaan Baby tersebut. Harga dirinya sudah rusak dan dia tidak ingin siapapun yang mengetahuinya. Mereka berdua berjalan menuju ruang kesehatan. Alia ingin berbabring sejenak disana sebelum dia pulang. Belumpun sampai di ruan kesehatan, kegaduhan nampak terlihat di halaman sekolah. Para siswi berkerumun seper
"Menikahlah dengan suamiku dan lahirkan seorang anak, maka akan ku selamatkan perusahaan keluargamu." "Kau gila? "Alia tidak menyangka wanita yang terlihat begitu anggun dan menawan yang duduk di hadapannya saat ini memberikan tawaran yang tidak masuk akal. Bukankah orang tuanya memintanya menemui wanita tersebut untuk membicarakan urusan bisnis dan meminta bantuan wanita tersebut untuk berinvestasi diperusahaan ayahnya yang sudah diambang kebangkrutan. Wanita anggun yang sedang duduk di hadapannya saat ini adalah investor terbesar di perusahaan ayahnya saat ini.Keluarga Megan adalah salah satu dari keluarga terkaya dinegaranya. Mereka menguasai beberapa pasar saham dan memiliki pengaruh yang sangat besar. Setiap orang yang berani menyinggung mereka psati tidak akan berakhir dengan baik. Keluarga mereka juga menjalin kerja sama dengan ikatan pernikahan dengan keluarga Aditama yang merupakan keluarga terkuat, terkaya dan memiliki pengaruh yang sanagt besar di seluruh dunia. Kerja s
Alia berkali-kali merebahkan kepalanya di atas meja dan beberapa kali mengacak-acak rambut panjangnya yang tergerai. Beberapa temannya memperhatikan tingkah anehnya tersebut dan menyadari bahwa ada yang tidak beres dengan Alia hari ini. "Kamu kenapa, Al? Kayaknya gelisah banget? "Alia mendongakkan wajahnya, melihat sahabatnya duduk di depan meja nya. Raut wajah Alia langsung berubah menjadi begitu iba. "Baby, Kamu harus nolongin aku, aku pengen nangis baby."Baby memundurkan badannya melihat Alia menyodorkan wajahnya begitu dekat. "Kamu kenapa? kok kayak orang kesetanan gitu?" tanya Baby pada Alia yang terlihat begitu gusar. "Tolong aku, Baby." "Ya tolong apa dulu ini." "Perusahaan papaku akan bangkrut, Beb. " "Apa?" sontak saja Baby berdiri saking terkejutnya. "Duduk." ucap Alia sambil menarik tangan Baby untuk duduk. "Terus kamu sama keluargamu gimana?" tanya Baby penasaran. "Entahlah,tapi ada satu cara untuk bisa selamatin perusahaan papaku." "Caranya? " " Aku harus m
"Kamu baik-baik saja, Al? Kamu sakit?" tanya seorang guru pengawas saat ujian. "Nggak apa-apa, buk. Saya baik-baik aja."Apa yang dialaminya semalam membuat Alia shock. Meskipun dia sudah mengatakan sejujurnya, namun Dirga tetap menyelesaikannya sampai akhir.Alia buru-buru menyelesaikan ujiannya. Dia ingin secepatnya pulang kerumahnya untuk beristirahat. Untuk saat ini dia tidak ingin bertemu dengan Dirga ataupun Megan. Alia menyelesaikan semua ujiannya dengan cepat, kemudian menyerahkannya kepada guru pengawas begitu juga dengan Baby. Dia mencemaskan kondisi Alia yang terlihat sangat pucat dan seperti menahan rasa sakit. "Kamu kenapa, Al?" tanya Baby.Alia enggan menjawab pertanyaan Baby tersebut. Harga dirinya sudah rusak dan dia tidak ingin siapapun yang mengetahuinya. Mereka berdua berjalan menuju ruang kesehatan. Alia ingin berbabring sejenak disana sebelum dia pulang. Belumpun sampai di ruan kesehatan, kegaduhan nampak terlihat di halaman sekolah. Para siswi berkerumun seper
"Aku tidak menginginkan pernikahan ini, jangan pernah berpikir bahwa aku akan menganggapmu sebagai istriku" "Akupun tidak pernah berkeinginan menjadi istrimu."Alia bergegas membersihkan dirinya dikamar mandi. Dia membenamkan diri kedalam Bathtub, sambil memikirkan apa yang harus dia lakukan setelah ini. "Apakah aku harus melakukannya sekarang?"Dia cepat-cepat menepis semua pikirannya saat ini. Yang harus dia lakukan saat ini adalah menyelsaikan kewajibannya sesegera mungkin agar dia dapat terbebas dari pernikahan tersebut. Alia mengenakan piyamanya yang sudah disediakan dan berjalan perlahan. Siapa sangka pemandangan yang ada didepan maatnya sungguh menyilaukan matanya. Sebuah dada yang bidang dengan otot perut yang berjajar rapi serta lengan yang penuh dengan otot, wajah yang tampan dan maskulin, sungguh menggetarkan hati Alia, membuat jantungnya semakin berdetak kencang. "Apa yang kamu lihat?"Alia mengedarkan pandnagan matanya kesana kemari, dia tidak ingin Dirga menyadari b
"Ayo kita putus"Bagaikan petir disiang hari mendengar Alia mengucapkan kata-kata yang beitu menyakitkan itu dengan raut wajah yang begitu tenang. "Maksud kamu apa? kamu tidak sedang bercandakan?"Dimas mencoba meyakinkan diri bahwa ucapan Alia itu hanya sekedar gurauan saja. "Aku tidak main-main Dimas, aku serius dengan ucapanku." "Bagaimana mungkin ini serius, kemarin kita masih baik-baik saja. Kamu ada masalah? atau aku punya salah? coba bilang, jangan langsung putus gini aja. " "Kamu nggak salah Dimas, cuma aku memang udah nggak mau lanjutin hubungan kita"Dimas menggelengkan kepalanya menyangkal apa yang didengarnya. " Nggak, kamu pasti lagi marahkan sama aku. Sayang, kamu tahukan kalau aku sayang banget sama kamu, kamu nggak bisa tiba-tiba giniin aku."Alia bangkit dari kursinya dan berlalu meninggalkan Dimas begitu saja, namun Dimas tidak diam saja. Dia menarik tangan Alia dan mencoba untuk menghentikan Alia. " Kamu nggak bisa pergi gitu aja tanpa memberikan penjelasan a
Alia berkali-kali merebahkan kepalanya di atas meja dan beberapa kali mengacak-acak rambut panjangnya yang tergerai. Beberapa temannya memperhatikan tingkah anehnya tersebut dan menyadari bahwa ada yang tidak beres dengan Alia hari ini. "Kamu kenapa, Al? Kayaknya gelisah banget? "Alia mendongakkan wajahnya, melihat sahabatnya duduk di depan meja nya. Raut wajah Alia langsung berubah menjadi begitu iba. "Baby, Kamu harus nolongin aku, aku pengen nangis baby."Baby memundurkan badannya melihat Alia menyodorkan wajahnya begitu dekat. "Kamu kenapa? kok kayak orang kesetanan gitu?" tanya Baby pada Alia yang terlihat begitu gusar. "Tolong aku, Baby." "Ya tolong apa dulu ini." "Perusahaan papaku akan bangkrut, Beb. " "Apa?" sontak saja Baby berdiri saking terkejutnya. "Duduk." ucap Alia sambil menarik tangan Baby untuk duduk. "Terus kamu sama keluargamu gimana?" tanya Baby penasaran. "Entahlah,tapi ada satu cara untuk bisa selamatin perusahaan papaku." "Caranya? " " Aku harus m
"Menikahlah dengan suamiku dan lahirkan seorang anak, maka akan ku selamatkan perusahaan keluargamu." "Kau gila? "Alia tidak menyangka wanita yang terlihat begitu anggun dan menawan yang duduk di hadapannya saat ini memberikan tawaran yang tidak masuk akal. Bukankah orang tuanya memintanya menemui wanita tersebut untuk membicarakan urusan bisnis dan meminta bantuan wanita tersebut untuk berinvestasi diperusahaan ayahnya yang sudah diambang kebangkrutan. Wanita anggun yang sedang duduk di hadapannya saat ini adalah investor terbesar di perusahaan ayahnya saat ini.Keluarga Megan adalah salah satu dari keluarga terkaya dinegaranya. Mereka menguasai beberapa pasar saham dan memiliki pengaruh yang sangat besar. Setiap orang yang berani menyinggung mereka psati tidak akan berakhir dengan baik. Keluarga mereka juga menjalin kerja sama dengan ikatan pernikahan dengan keluarga Aditama yang merupakan keluarga terkuat, terkaya dan memiliki pengaruh yang sanagt besar di seluruh dunia. Kerja s