Sejak kehadiran Vena di rumah, semua orang harus rela mengucapkan selamat tinggal pada ketentraman dan kedamaian. Pertama karena anak kecil itu sangat cengeng dan kedua karena anak itu tidak suka jika tidak digendong. Selain itu orang favoritnya adalah Jayden. Dia terpaksa menjadi korban hingga tangannya pegal dan punggungnya sakit setiap hari karena Vena akan menangis jika lepas dari gendongannya ketika sudah nyaman. Sebenarnya Jayden bisa saja tidak menggendong Vena agar tidak terjebak dalam kelelahan, Tapi dia juga tidak tahan jika sehari saja tidak menggendong keponakan lucunya itu.
Lalu setelah umurnya genap setahun, yang menjadi favoritnya gantian Raven. Vena benar-benar tidak bisa ditinggal oleh Raven pergi jika ketahuan. Karena itu Nana akan mengajak Vena jalan-jalan sebentar ke luar agar Raven bisa berangkat kerja. Anggi benar-benar menghentikan segala kegiatannya di luar kecuali Rumah Sakit semenjak kehadiran Vena di rumah. Nana sendiri tetap melanjutkan kuliahnya s
Kehidupan adalah hal yang penuh rencana, penuh mimpi dan penuh usaha. Seperti itulah pandangan Nana seorang gadis berumur delapan belas tahun yang baru saja menyelesaikan masa putih abu-abunya.Di dalam benak Nana sudah terisi penuh dengan rencana-rencana kuliah, dimana dia akan masuk ke Universitas impiannya kemudian dia akan mendapatkan banyak teman yang akan menyertainya tumbuh dewasa. Tapi, siapa yang sangka bahwa kehidupan juga penuh rahasia dan hal-hal tidak terduga.Malam ini terasa seperti biasanya. Nana duduk di meja belajar sambil mempelajari beberapa hal tentang perkuliahan. Nana merasa bahwa sebelum masuk ke dunia dewasa, dirinya memerlukan berbagai pengetahuan yang tidak dia dapati di materi pelajaran sekolah.Nana adalah gadis manis biasa saja yang tergolong anak baik dan penurut. Tidak pernah melakukan hal-hal di luar peraturan sekolah dan tidak pernah sekalipun membangkang keluarga. Dia bukan jenis siswa yang pandai di sekolah, tapi dia jenis ana
Ternyata Raven bukan orang sembarangan. Haryo cukup terkejut ketika orang tua Raven datang dengan kecemasan yang terlihat di wajah mereka. Ibu Raven adalah seorang dokter ternama yang sering muncul di televisi bernama Anggia, atau sering di panggil dengan sebutan Dokter Anggi, sementara ayah Raven adalah Raka Dirgantara, seorang pengusaha sukses yang namanya sudah tidak asing lagi di dunia bisnis. Haryo adalah seorang Dosen Ekonomi di sebuah Universitas ternama sehingga dia hapal nama-nama pengusaha sukses dan kaya raya termasuk wajah mereka. Karena Haryo gemar membaca majalah bisnis juga. Jika Raven merupakan putra dari Raka dan Aggi maka dia adalah Raven Alvero Dirgantara, CEO muda yang banyak dibicarakan di dunia bisnis karena kelihaiannya dalam memimpin perusahaan. Seorang pembisnis muda yang cukup misterius karena selalu menolak tampil di hadapan publik dan menutupi jati dirinya rapat-rapat. Dulu Haryo pikir mungkin saja Raven memiliki wajah yang buruk atau semacamnya sehingga
Raven memperhatikan Nana yang sedang berada di dapur bersamanya mamanya. Mereka tampak akrab sekali sambil sesekali bercanda. Entah kenapa memperhatikan mereka terasa menyenagkan padahal biasanya Raven tidak begitu peduli dengan urusan orang lain apalagi hal yang di lakukan orang lain. "Raven sini deh, cicipi kue yang mama buat bersama Nana!" Ucap Anggi antusias. Raven bangkit dari duduknya kemudian menghampiri dua wanita itu. Dapat Raven lihat bahwa wajah Nana terlihat malu dan salah tingkah. Raven menyukai hal itu. Nana terlihat sangat menggemaskan. Tapi tentu saja Raven tidak akan menunjukannya di hadapan Anggi atau dia akan jadi bahan ejekan."Enak gak?" Tanya anggi ketika Raven merasakan sesuap yang dia sodorkan."Enak." Jawab Raven cuek. Anggi mendesah tidak suka dengan ekspesi datar yang ditunjukan oleh putra sulungnya itu."Kamu tuh kaku banget sih, masakan calon istri bukannya di puji-puji malah dijawab pakai ekspresi datar begitu." Kesal Anggi yang tid
Setelah seharian berputar-putar dengan menyenangkan bersama Anggi, sore ini Raven akan mengantar Nana pulang. Sekarang baru pukul empat sore tapi Raven sudah mengajak Nana pulang karena tidak mau ingkar janji tentang jam pulang. Raven terbiasa profesional dalam segala hal agar tidak mengecewakan rekan kerjanya dan sekarangpun dia demikian agar ayah Nana tidak kecewa."Raven tapi ini kan masih jam empat sore." Rengek Anggi sambil memegangi tangan Nana. Masih belum rela berpisah dengan calon menantunya yang manis itu. Nana diam saja tidak bersuara."Raven janji pulangin Nana sebelum jam lima sore mah. Besok-besok kan mama bisa ketemu lagi sama Nana." Jawab Raven dengan nada datar. Nana sendiri heran karena Raven tidak banyak berekspresi padahal wajahnya tampan dan terlihat ramah sebenarnya."Ya kan bisa setengah jam lagi." Anggi bersikeras membuat Raven mendesah."Na, tunggu mas di mobil." Ujar Raven membuat Anggi mengulum senyum dengan sebutan mas yang Rav
Raven sedang sibuk dengan tumpukan pekerjaan di hadapannya ketika pintu kantornya dibuka tampa mengetuk. Sekertarisnya ikut masuk dengan tidak enak bersama seorang gadis yang saat ini sedang cemberut sambil menatapnya. "Maaf pak nona bunga memaksa masuk padahal saya sudah bilang bapak sedang tidak bisa di ganggu." Ucap Fitri, sekertaris Raven. Raven mengangguk saja sambil mengisyaratkan Fitri keluar. Bunga mendekat sambil menghentakkan kakinya."Ada apa lagi?" Tanya Raven karena jika ekspresi Bunga seperti itu maka sudah bisa di tebak bahwa perempuan itu pasti sedang patah hati."Aku diputusin sama Bian Ven, dia selingkuh di belakang aku." Ujar bunga dengan nada manja. Di luar ruangan Fitri menampilkan ekspresi ingin muntahnya mendengar sedikit percakapan mereka. Fitri memang tidak suka pada teman dekat bossnya itu karena sangat centil menurutnya. Tentu saja dia berada di pihak Anggi untuk memusuhi gadis itu dan selalu melaporkan jika gadis itu datang."Kok bisa
Pagi ini Raven tampak bersemangat sekali, membuat Anggi gatal sekali rasanya jika tidak menggodanya. "Tumben mas rambutnya dipakaiin minyak rambut sampai klimis gitu?" Ucap Anggi sambil mengulum senyum geli. Raka menoleh dan memang putranya sedikit berbeda. Biasanya jika hanya rapat dengan staf saja Raven akan terlihat santai. Raven sendiri sudah sangat peka bahawa ibunya sedang menggoda sehingga dia memilih diam saja. Anggi semakin ingin menggoda tentu saja. "Mas Raven suka pura-pura gak denger ahh. Padahal kan tinggal bilang aja pulang meeting langsung kencan." Ucap Anggi lagi seketika membuat Raven tersedak makanannya. Raka ikut tersenyum melihat putranya tampak salah tingkah."Ahh jadi udah mulai cinta-cintaan mah? tumben mamah panggil dia mas?" Raka menimpali. Dan Raven merasa harus segera kabur dari sana atau dia akan jadi bulan-bulanan orang tuanya."Ihh si papah ketinggalan info nih makanya jangan kerja aja dong. Harus peka dong pah jadi orang tua. Ya kalau gak
Raven terdiam, Bunga sedang menangis dihadapannya sekarang. Tapi dia tidak berencana untuk menghampirinya atau memeluknya. Dia merasa bahwa Nana lebih tepat untuk dia prioritaskan sekarang, bagaimanapun sudah bertemu dua keluarga dan sudah menetapkan tanggal pernikahan jadi semua itu harus dia pertanggungjawabkan. Hati Raven masih bergetar mendengar pengakuan cinta Bunga tapi dia tidak bisa berbuat apa-apa dengan itu. Karena dia tidak mungkin membatalkan semua rencananya dengan Nana. Dia sudah mantap untuk menikahi gadis manis itu sekalipun belum lama mengenalnya. Tidak ada alasan khusus, Raven hanya merasa dia gadis yang tepat itu saja. Masalah cinta dia yakin akan hadir seiring berjalannya waktu.Raven bukannya tak senang mendapat pengakuan cinta dari Bunga. Tapi dia merasa bunga seperti mempermainkannya. Kenapa dia harus mengakuinya sekarang padahal dia tahu kalau Raven menyukainya, Raven yakin Bunga tahu tapi pura-pura tidak tahu dan terus saja berhubungan dengan laki-lak
Raven tersenyum melihat Nana terlihat menikmati makananya sambil sesekali matanya melebar takjub menikmati rasa yang mungkin baru pernah di rasakannya. Gadis itu sempat kesulitan menggunakan sumpit dan Raven langsung menyarankan memakai sendok saja. Dan gadis itu merasa senang. Raven memang sengaja memesan tempat yang privat seperti ini, alasanya bukan hanya karena dia benci keramaian dan diperhatikan orang tapi juga untuk melindungi Nana. Dia takut menjadi beban untuk gadis itu jika makan di tempat asing yang belum pernah dia kunjungi dan diperhatiak banyak orang."Suka rasanya?" Tanya laki-laki itu. Nana mengangguk."Tapi makanan Indonesia tetep jadi favorit Nana mas." Jawab Nana membuat Raven terkekeh."Mas juga lebih suka makanan Indonesia kok. Jadi nanti kalau kamu masakin mas masakan Indonesia pasti mas habisin." Ucap Raven tidak berniat menggoda tapi wajah Nana merona."Mas Raven suka makanan apa?"Sebuah kemajuan Nana mau bertanya tentang Raven. La