Share

BAB 6

Penulis: Aerina Ay
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Hp Tenri berdering terus tapi sang empunya belum terbangung mungkin dia sangat lelah sudah dua kali dia pulang subuh dan itu membuatnya lelah.

Karena Tenri lupa mengubah dering ponselnya menjadi silent jadi ponsel itu selalu bergetar dan akhirnya jatuh dan menimpannya. Langsung saja Tenri terbangung sudah ada 26 panggilan dari adiknya 'Ayu'.

"Halo Dek, assalamualaikum," ucap Tenri mengangkat telefon, suaranya masih terdengar lesuh karena baru saja bangun dari tidurnya.

"Wa'alaikumsalam, Kak bapak masuk rumah sakit dan harus di operasi kata dokter 50 juta dulu buat menjamin karena biaya operasinya 100 juta Kak," terdengar suara Ayu yang panik diiringi dengan isak tangis.

"Astagfirullah, kapan bapak masuk, Dek?" tanya Tenri juga dengan suara panik, kini dia sudah sadar sepenuhnya dari rasa kantuk saat mendengar informasi dari sang adik yang ada di kampung.

"Tadi pagi Kak, Adek udah hubungi Kakak tapi Kakak tidak angkat," jawab Ayu diseberang sana masih terisak.

"Tenang Dek, emh gini kamu jual mobil bapak dulu Dek untuk menutupi sementara," ujar Tenri memberi saran dan berusaha menenangkan sang adik.

"Udah Kak, mobil bapak udah dijual buat bayar utang pengobatan bapak," jawab Ayu.

"Astagfirullah, kenapa tidak beritahu kakak dulu masalah jual mobil, huftt tunggu kabar dari kakak, kakak akan usahain untuk uang operasi bapak, jaga Ibu sama Bapak baik-baik dek, assalamu'alaikum." Tenri memutus sambungan telepon, dia tidak habis pikir mereka tidak pernah melibatkannya dengan masalah yang ada di rumah seakan-akan mereka tidak menganggapnya, tapi bukan itu yang harus Tenri pikirkan sekarang, bapak lagi butuh uang untuk operasi apa yang hrusnya dirinya lakukan.

Tenri mengambil ponselnya kembali yang sempat di buang tidak jauh darinya dan menghubungi cafee tempatnya bekerja sementara.

"Helo Pak Ryan maaf hari ini saya tidak bisa masuk saya lagi sakit, bapak enggak usah kasih gaji saya setengah minggu ini," ucap Tenri membuka suara.

"Tidak bisa begitu Ten, ini bukan masalah bayaran, pokoknya saya tidak mau tau kamu harus cari pengganti, kamu harus tanggung jawab," ucap Pak Ryan marah di seberang sana.

"Baiklah Pak Ryan," balas Tenri pelan dia langsung memutus sambungan telefon karena kepalanya sudah berdenyut ngeri.

Setelah itu Tenri menghubungi Yasmin. "Assalamualikum, halo Yas," ujar Tenri saat sambungan tersambung.

"Waalaikumsalam, kamu enggak papa 'kan Ten? Suara kamu parau?" tanya Yasmin khawatir.

"Aku lagi sakit Yas, bisa kamu gantiin aku sebagai resepsionis di Cafee A," jawab Tenri memohon.

"Semoga kamu bisa cepat sembuh ya bebz, ok aku bakal gantiin kamu," balas Yasmin.

"Thanks Yas, nanti sisa gajinya kamu ambil aja, bajunya nanti aku kirim lewat ojek online," ucap Tenri berterimahkasih.

"Enggak usah Ten, kita bagi rata aja ok, baju Citra disini masih ada jadi kamu tenang aja, istirahat yang cukup ya bebz, assalamualaikum," tutur Yasmin mengucap salam setelah itu mematikan sambungan telefon.

Tiba-tiba ponsel Tenri kembali berdering.

"Halo Dek," jawabnya pelan.

"Kak udah dapet uangnya?" tanya Ayu panik di seberang telepon.

"Tunggu ya Dek, Kakak lagi usaha," jawab Tenri seraya menyekah air mata yang telah lolos dari pelupuk matanya.

"Kakak, jangan macam-macam ya Kak, Adik sayang Kakak," ucap Ayu khawatir dia tau Kakaknya itu belum pernah disentuh bahkan berciuman bahkan dia hanya sekali pacaran, Ayu takut kakaknya itu ambil jalan nekat demi mendapatkan uang untuk operasi bapak.

"Ya Allah enggak lah Dek, Kakak masih ingat dosa, Kakak tutup dulu ya Dek, tungguin kabar dari kakak, dan do'ain Kakak biar uangnya cepat terkumpul," balas Tenri setelah itu menutup sambungan telefon.

Setelah itu Tenri bergegas untuk mandi secepat mungkin karena dia tau bapak sedang kritis dan butuh uang untuk operasi.

15 menit Tenri telah menyelesaikan ritual paginya dan dia langsung berdandang seadanya dan pergi keluar.

Tenri bingung harus cari uang ke mana. "Ya Allah berilah petunjukmu," mohon Tenri.

Seketika Tenri teringat rumah sakit. Mungkin dia bisa menjual ginjalnya sebelah. Dia tidak tau apa setelah menjual ginjalnya sebelah dia masih bisa hidup ataukah tidak dengan satu ginjal. Tapi, Tenri mengenyahkan semua pikirannya itu dan bergegas memesan ojek online untuk bergegas kerumah sakit.

Mata Tenri sembab akibat menangis memikirkan di mana ia akan menemukan uang semoga saja setelah prosesi pendonoran itu dia tidak sakit dan masih bisa bekerja membantu perekonomian keluarga.

Sesampainya dirumah sakit Tenri langsung bertanya pada pihak resepsionis apakah ada yang membutuhkan ginjalnya.

"Sus, saya mau donor ginjal," ucap Yasmin pada suster yang mejaga tersebut.

"Ibu bisa hubungi Pak Rahman pihak yang tau tentang adakah yang membutuhkan donor ginjal," jawab suster itu tersenyum.

"Di mana Pak Rahman sekarang Sus?" tanya Tenri.

"Mungkin sedang berada di kantin rumah sakit," jawab Suter itu.

Ya, karena ini sudah masuk jam makan siang jadi wajar jika semua orang berada di sana.

"Baiklah Sus, terimah kasih," ucap Tenri.

Seketika langkah Tenri berhenti air matanya tumpah. Dia seperti kehilangan kekuatannya.

"Ya Allah tunjukkanlah mukjizatmu, bapak butuh uang untuk operasi," turue Tenri dengan berlinang air mata, dia benar-benar kalut, dia berharap ada yang membutuhkan donor ginjal sehingga dirinya bisa mendonorkan satu ginjalnya, asalkan bapak bisa sehat Tenri akan melakukan yang terbaik bahkan mengorbankan hidupnya.

Tenri pergi ke taman rumah sakit yang kebetulan ada kursi di sana dia ingin menenangkan pikiranya. Dia kacau tidak tau harus berbuat apa.

Tiba-tiba ponsel Tenri bergetar.

"Kak udah dapat uang, cepetan bapak kritis," ucap Ayu daru sambungan telepon, jelas nada suaranya begitu panik da frustasi bukan hanya Tenri, tapi juga sang adik panik dengan apa yang mereka hadapi sekarang.

"Iya Dek, Kakak lagi usahain tunggu, ya, do'ain Kakak" jawab Tenri. Setelah itu memutuskan sambungan telepon.

Ting! Pintu lift terbuka di sana Arza dan Narendra berdiri mereka baru saja mengantarkan Tante Meli ke rumah sakit karena dara tingginya naik.

Sebelum mereka melanjutkan langkahnya Arza berhenti karena melihat siluet orang yang ia kenal.

"Ndra bukanya itu Tenri? Sedang apa di sini? Apakah ada kerabatnya yang sakit?" tanya Arza pada Narendra.

"Mana gue tau," jawab Narendra ketus.

"Samperin yuk, kayaknya dia habis nangis tuh," ajak Arza dan menarik Narendra ke taman itu.

"Hy, Ten, sedang apa di sini?" sapa Arza seraya duduk di dekat Tenri.

"Eh, Pak Erza, Pak Narendra," jawab Tenri sambil memaksakan tersenyum ramah.

Mereka sempat kaget karena penampilan Tenri yang berantakan tidak seperti saat pertama kali melihatnya, cantik dan anggun, sekarang penampilan Tenri benar-benar menyedihkan bahkan bulir bening itu masih menggantung di bulu matanya yang membuat siapa saja melihat hal tersebut akan merasa iba, matanya begitu sembab pertanda gadis itu baru saja menangis.

"Siapa yang sakit?" tanya Arza membuka percakapan.

"Enggak ada yang sakit, saya mau donor ginjal, Pak," jawab Tenri seraya menunduk dan mengangkat kembali kepalanya dan berusaha tersenyum ke arah mereka.

"Tunggu dulu, tahan obrolannya, kita lanjutin obrolannya di cafee itu, pasti kamu haus," ucap Arza mengajak mereka untuk mengobrol di cafee yang ads di seberang rumah sakit Pelita Harapan.

"Jadi bisa kamu jelasin masalah donor ginjal itu, emang siapanya kamu yang sakit dan butuh donor ginjal?" tanya Arza setelah di rasa nyaman untuk memulai obrolan.

Karena Tenri tak dapat menahannya lagi dia menangis di hadapan kedua pria itu yang membuat mereka bingung. Dia menceritakan semuanya tentang bapak yang sakit. Mereka sangat prihatin dengan gadis malang itu yang menangung beban sebesar itu. Narendra merasa terenyuh mendegar cerita Tenri, ternyata masih banyak masyarakat dari kalangan kelas bawah yang bahkan untuk membayar rumah sakit saja tidak bisa, gadis seperti Tenri saja harus banting tulang untuk menghidupi keluarganya, ini memang kejam tapi seperti itulah faktanya Narendra merasa tidak enak hati dengan segala fasilitas yang dirinya miliki tetapi terkadang masih sering mengeluh.

Setelah Tenri merasa sudah legah, dia memohon untuk pergi terlebih dahulu kareja harus menemui pak Rahman segera, karena jam makan siang akan segera berakhir.

"Makasih Pak, udah mau dengerin curhatan saya dan liat saya seperti ini, saya izin duluan karena mau nemuin Pak Rahman dulu," ucap Tenri izin pamit kepada keduanya.

"Mau apa nemuin Pak Rahman?" tanya Arza bingung, masih berusaha menahan Tenri agar tidak pergi terlalu cepat.

"Saya mau donor ginjal seperti yang saya ceritakan tadi, bapak lagi butuh uang untuk di operasi," jawab Tenri mantap, meskipun raut kesedihan terpancar di wajahnya karena sebagai anak hanya itu yang bisa dirinya lakukan.

"Puffttt, hahaha," Arza langsung tertawa mendengar pernyataan gadis di depanya. Dia pikir semudah itu untuk donor ginjal.

Narendra bahkan mati-matian untuk tidak ikut tertawa seperti layaknya Arza, dia tidak tau kenapa gadis di depannya ini begitu polos.

Tenri bingung kenapa dua orang di depannya ini menertawainya padahal dia lagi sedih.

"Kenapa ketawa, ada yang lucu, ya?" tanya Tenri cemberut.

"Ok, maaf, kamu kira semudah itu untuk donor ginjal Ten, enggak semudah yang seperti kamu pikirin butuh prosedur yang panjang," ujar Arza menjelaskan sambil berusaha menahan tawanya.

Tenri masih diam mendegar ucapan Arza selanjutnya.

"Kenapa kamu enggak telfon aku, padahal kan kartu namaku udah aku kasih sama kamu," lanjut Arza lagi kini tawanya telah berhenti digantikan oleh tatapan seriusnya.

"Kamu terima aja tawaranku yang kemarin," ucap Arza sekali lagi dengan nada yang meyakinkan seakan-akan itulah jalan satu-satunya yang bisa Tenri tempu.

Belum Tenri mejawab telefonnya kembali berdering, tidak perlu ditanya itu pasti telepon dari sang adik yang sudah mendesak.

"Halo Dek," ucap Tenri menjawab panggilan telepon sang adik.

"Kak udah dapet uangnya, bapak kritis Kak! Kata dokter bapak harus segera ditangani, tapi dari pihak kita belum ada pembayaran untuk operasi," ujar Ayu di sambungan telepon, adiknya begitu panik dan juga sedih.

"Ya Allah, dek, tunggu ya 15 menit lagi kakak masih usaha, kakak matiin dulu panggilannya, kamu tenang yah," balas Tenri juga dengan nada panik, dia benar-benar bingung dan panik menghadapi situasi ini.

"Terimah aja Ten, kasian bapak kamu," ucap Arza seketika saat melihat Tenri yang tetap akan pergi ke rumah sakit.

"Tapi, Pak, saya—"

"Ga usah tapi-tapian Ten, cuma 5 tahun kok, lagi pula kalian saling menguntungkan di kerjasama ini, anggaplah kalian berbisnis selama 5 tahun," ujar Arza memotong ucapan Tenri dia terlalu gemas dengan gadis di depannya yang masih mikir seratus kali untuk menjadi istri kontrak sahabatnya padahal di luar sana bahkan banyak wanita yang antri.

"Baiklah, saya terima kerja sama ini," ucap Tenri setelah bertarung dengan pikirannya sendiri. Mungkin ini adalah jalan keluar yang Allah berikan kepadanya, betul yang Arza katakan hanya 5 tahun.

"Mana nomor rekening kamu," tutur Narendra tiba-tiba, dialah orang yang sedari tadi hanya terdiam dan tak pernah ikut campur dalam percakapan antara Tenri dan Arza, dia sudah siap mengetik nominal uang yang akan ia kirim lewat aplikasih transfer online.

Tenri menyebutkan deretan angka nomor rekeningnya. Setelah itu Narendra mengetiknya dan mengirim nominal uang ke rekening Tenri.

"Done ya 100 juta," ucap Narendra datar.

Tenri hanya mengangguk sebagai jawabanya. "Terima kasih, Pak. Nanti saya usahakan ganti," ujar Tenri sembari menatap Narendra dengan penuh rasa terima kasih.

Narendra tak menanggapi hanya mengernyit alis saja kemudian mengalihkan pandangannya kepada Arza, " Za, lo yang urus ini semua lo yang mulai, kita pergi. Tante Meli udah selesai," ucap Naendra kemudian bangkit dari tempat duduknya dan keluar dari cafee tersebut.

"Ok, sabar ya Ten, Semoga bapak kamu cepat sembuh, jangan lupa chat aku,nomerku ada di kartu nama kemarin, besok kita ketemu di Caffe Z, aku bakal hubungi kamu saat jam makan siang ya," ucap Arza menjelaskan setelah itu meninggalkan Tenri di cafee tersebut sendirian.

Setelah kepergian mereka ponsel Tenri kembali berdering.

"Halo Kak, uangnya udah masuk, Adek udah kasih semua ke pihak rumah sakit dan bapak udah mulai di tangani," ucap Ayu di telepon dengan perasaan lega juga bersyukur.

"Allhamdulillah, Ibu gimana?" tanya Tenri.

"Ibu baik, tadi cuman pinsang karena terlalu lama menangis dan udah dibawa pulang sama warga yang bawa bapak ke sini, tadi Ibu nanya Kakak dapat uang dari mana?" tanya Ayu, dia juga penasaran dari mana sang kakak mendapatkan uang sebanyak itu dalam waktu singkat.

"Allhamdulillah kalau Ibu baik, Kakak pinjem sama pacar Kakak, dari mana coba Kakak bisa dapat uang sebanyak itu kalau bukan dari pacar Kakak," jawab Tenri berbohong dia tidak tau hubungan ini bisa dianggap apa yang penting bapak selamat.

"Kakak enggak jual diri Kakak sama pacar Kakak, kan?" tanya Ayu lagi dengan hati-hati, semoga apa yang dirinya pikirkan tidak terjadi karena tidak semudah itu seorang pria meminjamkan uang hanya dengan status pacaran apa lagi nominalnya yang sangat besar.

"Astagfirulllah enggak Dek, ini beneran dipinjamin sama pacar kakak dan kakak harus balikin kakak ga enak sama pacar kakak, masa Adek enggak percaya sama Kakak," jawab Tenri. Dia tidak tau apakah ini bisa dikatakan jual diri atau tidak, tapi Tenri tak ingin memikirkannya.

"Allahmdulillah kalau gitu, maaf yah kak, kakak harus ngutang sama pacar kakak gara-gara kami, semangat di sana ya kak di sini adek yang bakalan jagain bapak sama ibu, Ade sayang Kakak, assalamualaikum," ujar Ayu di seberang sana merasa legah karena hal yang dirinya takutkan tidak terjadi.

"Wa'alaikumsalam," jawab Tenri.

Bip! Sambungan terputus dan Tenri meninggalkan cafee itu karena jujur dia sudah sangat lelah dan dia tidak ingin memikirkan kejadian hari ini.

Bab terkait

  • Terpaksa Menikah Kontrak : Aku Mencintaimu Suamiku   BAB 7

    Hari ini Tenri masuk kerja dengan keadaan yang sudah agak mendingan ketimbang kemarin. Tenri tidak ingin mencampur adukan masalah pribadi dan pekerjaannya jadi dia harus terlihat baik-baik saja, dia harus menghadapinya dengan berani tanpa rasa takut karena yang hanya dirinya sendiri yang dapat Tenri Andalkan. "Hy, bebz udah mendingan?" Sapaan itu mengalihkan atensi Tenri yang akan menaruh tasnya, lantas senyuman itu terbit di bibir manisnya, polesan make up itu sedikit mengurangi penampilannya yang menyedihkan. "Allhamdulilah udah mendingan, Yas," jawabnya pelan, dia sangat suka dengan sahabat ini yang selalu menanyakan kabarnya, hanya Yasmin yang benar-benar tulus untuk berteman dengannya. Setelah percakapan singkat itu, mereka kini fokus pada pekerjaan masing-masing untuk melayani nasabah yang sudah mulai berdatangan, mereka larut dalam pekerjaan sampai jam menunjukkan pukul dua belas siang yang berarti waktu istirahat telah tiba. Di saat itu pula Tenri izin pamit kepada Pak

  • Terpaksa Menikah Kontrak : Aku Mencintaimu Suamiku   BAB 8

    "Lo denger sendiri kan tadi lewat panggilan video, Tenri mau hapus point ke tiga di perjanjian lo buat, fiks sih kalau bukan karena bapaknya mau operasi dia mungkin ga mau nikah kontrak sama lo," ujar Arza menggebu saat sedang menelpon dengan Narendra, si pelaku utama dalam drama ini. [Ck, gua ga terlalu perduli intinya semua dilakuin berdasarkan kontrak yang udah gua buat] balas Narendra dengan intonasi nada yang datar. "Siap Tuan muda, semuanya beres sesuai rencana, tapi Ndra lo ga penasaran ga sih sama kehidupan Tenri? Gua penasaran banget, gila! Kek di satu waktu dia kerja di cafee A, terus kerja lagi di bank, weekend juga masih kerja, ga ada istirahatnya, dia keknya tulang punggung keluarga deh plus anak sulung," tutur Arza penasaran dengan kehidupan pribadi Tenri karena jujur saja dia salut dengan wanita itu, mampu melakukan berbagai pekerjaan tanpa rass gengsi sedikitpun. Narendra yang mendengar ocehan Arza di sambungan. telepon ikut terdiam yang membuat Arza bingung ke

  • Terpaksa Menikah Kontrak : Aku Mencintaimu Suamiku   BAB 9

    Tanpa mengucapkan apa pun mobil maybach hitam itu melesat ke jalan raya yang legang. Sama halnya dengan gadis cantik yang masih memaku ditempatnya dia belum beranjak sedikit pun hanya menatap jalan raya yang banyak kendaraan berlalu lalang di mana mobil Narendra berlalu. 'Hufft, kenapa sih dia tadi kek gitu, kalau aku nanti suka gimana? Ahhh enggak boleh, enggak boleh ingat Ten posisi kamu di mana!' Setelah memenangkan pikirannya Tenri berjalan kembali menuju kantornya karena dia minta diturunkan di depan gang yang tidak jauh dari bank tempatnya bekerja. Sementara itu, keesokan harinya terlihat seorang gadis cantik berjalan ke sebuah meja di mana ada seorang yang sedang fokus pada layar laptop. Kacamata baca bertengker manis di hidung mancungnya yang menambah berkali-kali lipat pesona dan ketampanan seorang Narendra Adipta Sonny "Pak, apa saya kirim lagi bunga seperti kemarin ke kantor Ibu Tenri?" tanya sekertaris cantik Narendra—Eka. "Tidak perlu," jawab Narendra tanpa mena

  • Terpaksa Menikah Kontrak : Aku Mencintaimu Suamiku   BAB 1

    Pagi hari telah tiba di kota Jakarta. Kota yang tak pernah mati itu sudah dimulai berbagai aktivitas. Meskipun matahari belum menampakkan sinar terangnya.Sama halnya dengan seorang gadis berusia 25 tahun yang baru saja terbangun—jam pada ponselnya sudah menunjukkan pukul enam pagi.Gadis yang bernama lengkap Tenri Az-Zahra itu tengah bersiap- siap untuk pergi ke kantor. Karena dia sedang ada tes kenaikan jabatan. Jadi, Tenri harus menampilkan sikap yang baik.Hari ini Tenri sangat cantik dengan hijab biru gelapnya yang melekat apic di kepala serta dipadukan dengan rok berwarna hitam yang tidak terlalu spam dan dilengkapi dengan atasan kemeja biru lautnya. Tubuhnya yang pendek membuat ia tampak sangat imut."Semangat Ten," ucapnya menyemangati diri sendiri, setelahnya dia mengambil tasnya dan berlalu dari rumah kost tersubut....

  • Terpaksa Menikah Kontrak : Aku Mencintaimu Suamiku   BAB 2

    Seperti biasanya ketika gadis cantik ini datang ke kantor dia selalu menyapa Pak Herman—satpam perusahaan tempatnya bekerja. Sikapnya yang ramah membuatnya disukai oleh banyak orang. Namun, tak banyak pula yang membencinya. Gadis itu, Tenri memasuki area perkantoran dengan senyum yang mengembang seakan dia tak mempunyai beban sedikitpun. "Pagi, Yas," sapanya kepada gadis cantik yang sudah duduk manis di kursinya. "Pagi juga gimana tidurnya, nyenyak?" tanya gadis tersebut Yasmin yang dibalas anggukan oleh Tenri. Setelah Tenri duduk di kursi kerjanya dan memulai rutinitas paginya tak berapa lama kepala cabang Tenri—pak Irfan datang menghampiri yang membuat gadis itu mau tak mau kembali berdiri dan menyapa kepala cabangnya tersebut. "Ten, kamu pergi ke perusahaan NC Group sekarang, ya. Soalnya kata kepala keuangan di sana beberapa karyawannya ingin payroll di bank kita hal itu disampaikan oleh Pak Rudi, kepala keuangan di per

  • Terpaksa Menikah Kontrak : Aku Mencintaimu Suamiku   BAB 3

    "Mah, telepon Narenda, ada yang ingin Papa sampaikan," pinta seorang pria paruh bayah. Om Narendra yaitu om Salim. "Kenapa enggak Papa aja yang nelepon? Lagi berantem ya sama Narendra? Pa, Narendra itu udah dewasa palingan kamu cuman kasih saran aja sama dia, kalau kamu kerasin dia bakal ngebantah dan enggak mau ke rumah kita lagi," tukas tante Narendra tante Meli. Om Salim adalah adik dari papa Narendra–Sony–om salim juga yang mengajarkan bisnis keluarga Sony pada Narendra hingga berkembang sampai sekarang. Karena Meli tidak bisa punya anak jadi ia sangat menyayangi Narendra seperti anak kandungnya sendiri. "Iya Ma, kamu suruh ajak Arza sekalian," ucap salim pada istrinya lagi. Meli langsung saja menelpon nomor keponakan yang sudah ia anggap anaknya sendiri. "Hello, anak Tante yang ganteng, sebentar makan malam ke sini ya, kamu ajak A

  • Terpaksa Menikah Kontrak : Aku Mencintaimu Suamiku   BAB 4

    Menjalani semua ini bukan inginku. Namun, aku harus tetap bertahan demi mereka. __Tenri__ Pagi ini Narendra pergi ke Bank Artha Graha Internasional untuk mengganti ATM-nya yang tertelan di mesin ATM. Narendra diberi nomor antrian oleh pak satpam yang berjaga. Dia tidak percaya seorang CEO ternama antri? Padahal dia juga adalah nasabah prioritas di bank ini. Parah! Narendra jadi bahan perhatian di kantor tersebut karena setelan jas yang ia pakai sangat formal orang-orang berspekulasi bahwa dia bukan orang sembarangan. Karena di Indonesia setelan jas tidak terlalu dipakai saat bekerja, mereka hanya memakai jas saat ada acara penting saja. Narendra melihat di ujung sana seorang costumer servis sepertinya dia pernah melihat costumer itu, tetapi dia lupa di mana. "Nomor antrian 9 ke locet 3," suara mesin antrian menyebutkan nomor antrian Narendra. Lagi-lagi Narendra jadi bahan tontonan para karyawan wanita yang menatapnya memuja. "Halo Pak, saya Tenri ada yang bisa saya bantu?" tan

  • Terpaksa Menikah Kontrak : Aku Mencintaimu Suamiku   BAB 5

    Bertemu denganmu di luar kehendakku. Mengenalmu bukan inginku. Aku tak pernah berpikir bahwa ini adalah awal dari semuanya. ____Tenri____ Hari ini Tenri kembali bekerja di cafee A. Walaupun rasa lelah melingkupinya ia tetap semangat untuk bekerja hanya ini yang dapat ia lakukan untuk orang tua. Karena hari ini adalah hari minggu jadi tamu membludak bahkan list waiting sangat banyak. Tenri sampai kualahan, tapi untung ada Dinda yang senantiasa membantunya. Lapisan keringat telah terlihat di dahinya, tapi hal tersebut tak mengurangi kecantikannya. Sampai tengah malam pun tamu belum juga reda malah bertambah banyak. Di saat Tenri sedang berbicara dengan Dinda lewat walkie tokie seorang tamu menyapanya. "Hy, Nona manis kamu bekerja di caffe ini juga? Bukanya kamu kerja di bank Artha Graha Internasional, ya?" tanya tamu itu yang tak bukan adalah Arza.

Bab terbaru

  • Terpaksa Menikah Kontrak : Aku Mencintaimu Suamiku   BAB 9

    Tanpa mengucapkan apa pun mobil maybach hitam itu melesat ke jalan raya yang legang. Sama halnya dengan gadis cantik yang masih memaku ditempatnya dia belum beranjak sedikit pun hanya menatap jalan raya yang banyak kendaraan berlalu lalang di mana mobil Narendra berlalu. 'Hufft, kenapa sih dia tadi kek gitu, kalau aku nanti suka gimana? Ahhh enggak boleh, enggak boleh ingat Ten posisi kamu di mana!' Setelah memenangkan pikirannya Tenri berjalan kembali menuju kantornya karena dia minta diturunkan di depan gang yang tidak jauh dari bank tempatnya bekerja. Sementara itu, keesokan harinya terlihat seorang gadis cantik berjalan ke sebuah meja di mana ada seorang yang sedang fokus pada layar laptop. Kacamata baca bertengker manis di hidung mancungnya yang menambah berkali-kali lipat pesona dan ketampanan seorang Narendra Adipta Sonny "Pak, apa saya kirim lagi bunga seperti kemarin ke kantor Ibu Tenri?" tanya sekertaris cantik Narendra—Eka. "Tidak perlu," jawab Narendra tanpa mena

  • Terpaksa Menikah Kontrak : Aku Mencintaimu Suamiku   BAB 8

    "Lo denger sendiri kan tadi lewat panggilan video, Tenri mau hapus point ke tiga di perjanjian lo buat, fiks sih kalau bukan karena bapaknya mau operasi dia mungkin ga mau nikah kontrak sama lo," ujar Arza menggebu saat sedang menelpon dengan Narendra, si pelaku utama dalam drama ini. [Ck, gua ga terlalu perduli intinya semua dilakuin berdasarkan kontrak yang udah gua buat] balas Narendra dengan intonasi nada yang datar. "Siap Tuan muda, semuanya beres sesuai rencana, tapi Ndra lo ga penasaran ga sih sama kehidupan Tenri? Gua penasaran banget, gila! Kek di satu waktu dia kerja di cafee A, terus kerja lagi di bank, weekend juga masih kerja, ga ada istirahatnya, dia keknya tulang punggung keluarga deh plus anak sulung," tutur Arza penasaran dengan kehidupan pribadi Tenri karena jujur saja dia salut dengan wanita itu, mampu melakukan berbagai pekerjaan tanpa rass gengsi sedikitpun. Narendra yang mendengar ocehan Arza di sambungan. telepon ikut terdiam yang membuat Arza bingung ke

  • Terpaksa Menikah Kontrak : Aku Mencintaimu Suamiku   BAB 7

    Hari ini Tenri masuk kerja dengan keadaan yang sudah agak mendingan ketimbang kemarin. Tenri tidak ingin mencampur adukan masalah pribadi dan pekerjaannya jadi dia harus terlihat baik-baik saja, dia harus menghadapinya dengan berani tanpa rasa takut karena yang hanya dirinya sendiri yang dapat Tenri Andalkan. "Hy, bebz udah mendingan?" Sapaan itu mengalihkan atensi Tenri yang akan menaruh tasnya, lantas senyuman itu terbit di bibir manisnya, polesan make up itu sedikit mengurangi penampilannya yang menyedihkan. "Allhamdulilah udah mendingan, Yas," jawabnya pelan, dia sangat suka dengan sahabat ini yang selalu menanyakan kabarnya, hanya Yasmin yang benar-benar tulus untuk berteman dengannya. Setelah percakapan singkat itu, mereka kini fokus pada pekerjaan masing-masing untuk melayani nasabah yang sudah mulai berdatangan, mereka larut dalam pekerjaan sampai jam menunjukkan pukul dua belas siang yang berarti waktu istirahat telah tiba. Di saat itu pula Tenri izin pamit kepada Pak

  • Terpaksa Menikah Kontrak : Aku Mencintaimu Suamiku   BAB 6

    Hp Tenri berdering terus tapi sang empunya belum terbangung mungkin dia sangat lelah sudah dua kali dia pulang subuh dan itu membuatnya lelah. Karena Tenri lupa mengubah dering ponselnya menjadi silent jadi ponsel itu selalu bergetar dan akhirnya jatuh dan menimpannya. Langsung saja Tenri terbangung sudah ada 26 panggilan dari adiknya 'Ayu'. "Halo Dek, assalamualaikum," ucap Tenri mengangkat telefon, suaranya masih terdengar lesuh karena baru saja bangun dari tidurnya. "Wa'alaikumsalam, Kak bapak masuk rumah sakit dan harus di operasi kata dokter 50 juta dulu buat menjamin karena biaya operasinya 100 juta Kak," terdengar suara Ayu yang panik diiringi dengan isak tangis. "Astagfirullah, kapan bapak masuk, Dek?" tanya Tenri juga dengan suara panik, kini dia sudah sadar sepenuhnya dari rasa kantuk saat mendengar informasi dari sang adik yang ada di kampung. "Tadi pagi Kak, Adek udah hubungi Kakak tapi Kakak tidak angkat," jawab Ayu diseberang sana masih terisak. "Tenang Dek

  • Terpaksa Menikah Kontrak : Aku Mencintaimu Suamiku   BAB 5

    Bertemu denganmu di luar kehendakku. Mengenalmu bukan inginku. Aku tak pernah berpikir bahwa ini adalah awal dari semuanya. ____Tenri____ Hari ini Tenri kembali bekerja di cafee A. Walaupun rasa lelah melingkupinya ia tetap semangat untuk bekerja hanya ini yang dapat ia lakukan untuk orang tua. Karena hari ini adalah hari minggu jadi tamu membludak bahkan list waiting sangat banyak. Tenri sampai kualahan, tapi untung ada Dinda yang senantiasa membantunya. Lapisan keringat telah terlihat di dahinya, tapi hal tersebut tak mengurangi kecantikannya. Sampai tengah malam pun tamu belum juga reda malah bertambah banyak. Di saat Tenri sedang berbicara dengan Dinda lewat walkie tokie seorang tamu menyapanya. "Hy, Nona manis kamu bekerja di caffe ini juga? Bukanya kamu kerja di bank Artha Graha Internasional, ya?" tanya tamu itu yang tak bukan adalah Arza.

  • Terpaksa Menikah Kontrak : Aku Mencintaimu Suamiku   BAB 4

    Menjalani semua ini bukan inginku. Namun, aku harus tetap bertahan demi mereka. __Tenri__ Pagi ini Narendra pergi ke Bank Artha Graha Internasional untuk mengganti ATM-nya yang tertelan di mesin ATM. Narendra diberi nomor antrian oleh pak satpam yang berjaga. Dia tidak percaya seorang CEO ternama antri? Padahal dia juga adalah nasabah prioritas di bank ini. Parah! Narendra jadi bahan perhatian di kantor tersebut karena setelan jas yang ia pakai sangat formal orang-orang berspekulasi bahwa dia bukan orang sembarangan. Karena di Indonesia setelan jas tidak terlalu dipakai saat bekerja, mereka hanya memakai jas saat ada acara penting saja. Narendra melihat di ujung sana seorang costumer servis sepertinya dia pernah melihat costumer itu, tetapi dia lupa di mana. "Nomor antrian 9 ke locet 3," suara mesin antrian menyebutkan nomor antrian Narendra. Lagi-lagi Narendra jadi bahan tontonan para karyawan wanita yang menatapnya memuja. "Halo Pak, saya Tenri ada yang bisa saya bantu?" tan

  • Terpaksa Menikah Kontrak : Aku Mencintaimu Suamiku   BAB 3

    "Mah, telepon Narenda, ada yang ingin Papa sampaikan," pinta seorang pria paruh bayah. Om Narendra yaitu om Salim. "Kenapa enggak Papa aja yang nelepon? Lagi berantem ya sama Narendra? Pa, Narendra itu udah dewasa palingan kamu cuman kasih saran aja sama dia, kalau kamu kerasin dia bakal ngebantah dan enggak mau ke rumah kita lagi," tukas tante Narendra tante Meli. Om Salim adalah adik dari papa Narendra–Sony–om salim juga yang mengajarkan bisnis keluarga Sony pada Narendra hingga berkembang sampai sekarang. Karena Meli tidak bisa punya anak jadi ia sangat menyayangi Narendra seperti anak kandungnya sendiri. "Iya Ma, kamu suruh ajak Arza sekalian," ucap salim pada istrinya lagi. Meli langsung saja menelpon nomor keponakan yang sudah ia anggap anaknya sendiri. "Hello, anak Tante yang ganteng, sebentar makan malam ke sini ya, kamu ajak A

  • Terpaksa Menikah Kontrak : Aku Mencintaimu Suamiku   BAB 2

    Seperti biasanya ketika gadis cantik ini datang ke kantor dia selalu menyapa Pak Herman—satpam perusahaan tempatnya bekerja. Sikapnya yang ramah membuatnya disukai oleh banyak orang. Namun, tak banyak pula yang membencinya. Gadis itu, Tenri memasuki area perkantoran dengan senyum yang mengembang seakan dia tak mempunyai beban sedikitpun. "Pagi, Yas," sapanya kepada gadis cantik yang sudah duduk manis di kursinya. "Pagi juga gimana tidurnya, nyenyak?" tanya gadis tersebut Yasmin yang dibalas anggukan oleh Tenri. Setelah Tenri duduk di kursi kerjanya dan memulai rutinitas paginya tak berapa lama kepala cabang Tenri—pak Irfan datang menghampiri yang membuat gadis itu mau tak mau kembali berdiri dan menyapa kepala cabangnya tersebut. "Ten, kamu pergi ke perusahaan NC Group sekarang, ya. Soalnya kata kepala keuangan di sana beberapa karyawannya ingin payroll di bank kita hal itu disampaikan oleh Pak Rudi, kepala keuangan di per

  • Terpaksa Menikah Kontrak : Aku Mencintaimu Suamiku   BAB 1

    Pagi hari telah tiba di kota Jakarta. Kota yang tak pernah mati itu sudah dimulai berbagai aktivitas. Meskipun matahari belum menampakkan sinar terangnya.Sama halnya dengan seorang gadis berusia 25 tahun yang baru saja terbangun—jam pada ponselnya sudah menunjukkan pukul enam pagi.Gadis yang bernama lengkap Tenri Az-Zahra itu tengah bersiap- siap untuk pergi ke kantor. Karena dia sedang ada tes kenaikan jabatan. Jadi, Tenri harus menampilkan sikap yang baik.Hari ini Tenri sangat cantik dengan hijab biru gelapnya yang melekat apic di kepala serta dipadukan dengan rok berwarna hitam yang tidak terlalu spam dan dilengkapi dengan atasan kemeja biru lautnya. Tubuhnya yang pendek membuat ia tampak sangat imut."Semangat Ten," ucapnya menyemangati diri sendiri, setelahnya dia mengambil tasnya dan berlalu dari rumah kost tersubut....

DMCA.com Protection Status