Share

BAB 4

Author: Aerina Ay
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Menjalani semua ini bukan inginku. Namun, aku harus tetap bertahan demi mereka.

__Tenri__

Pagi ini Narendra pergi ke Bank Artha Graha Internasional untuk mengganti ATM-nya yang tertelan di mesin ATM.

Narendra diberi nomor antrian oleh pak satpam yang berjaga. Dia tidak percaya seorang CEO ternama antri? Padahal dia juga adalah nasabah prioritas di bank ini. Parah!

Narendra jadi bahan perhatian di kantor tersebut karena setelan jas yang ia pakai sangat formal orang-orang berspekulasi bahwa dia bukan orang sembarangan. Karena di Indonesia setelan jas tidak terlalu dipakai saat bekerja, mereka hanya memakai jas saat ada acara penting saja.

Narendra melihat di ujung sana seorang costumer servis sepertinya dia pernah melihat costumer itu, tetapi dia lupa di mana.

"Nomor antrian 9 ke locet 3," suara mesin antrian menyebutkan nomor antrian Narendra.

Lagi-lagi Narendra jadi bahan tontonan para karyawan wanita yang menatapnya memuja.

"Halo Pak, saya Tenri ada yang bisa saya bantu?" tanya Tenri sangat ramah. Saat itu Tenri belum mengenali siapa pria di hadapannya ini.

"Saya ingin menganti ATM yang tertelan di mesin ATM," jawab Narendra datar tanpa melihat lawan bicaranya.

"Bisa Bapak perlihatkan KTP dan buku tabungan Bapak," pinta costumer servis itu yang tak bukan adalah Tenri.

Tanpa babibu Narendra mengeluarkan KTP dan buku tabungannya.

Tenri terkejut dia baru tahu jika pria tampan di hadapannya ini adalah nasabah prioritas dari perusahaan cabang. Pria yang membuatnya menunggu kemarin.

"Bisa Bapak isi form ini sebagai tanda penggantian kartu," jelas Tenri ramah.

'Gila, apa mereka enggak tahu kalau gue CEO ternama dan sukses di negara ini, masa masih isi form?' dumel Narenda dalam hati.

Tenri mencoba membuka percakapan di antara mereka.

"Bapak kedepanya tidak usah antri, langsung ke ruang prioritas saja, kami akan segera melayani Bapak dengan sebaik mungkin," tutur Tenri dengan senyum khasnya yang menampilkan dua lesung pipit di masing-masing pipinya.

Narendra sempat terkejut. Akan tetapi, segera menetralkan ekspresinya.

'What! dia bisa baca pikiran gue? Menarik nih cewek!' batin Narendra.

Namun, Narendra tetap bungkam tanpa membalas ucapan Tenri.

'Ck, sombong sekali Bapak ini, untung ganteng Pak, jadi aku maafin,' katanya dalam hati.

"Ini kartu Bapak yang baru, untuk ganti pin bisa di ATM yang ada di depan, ada yang bisa saya bantu lagi?" tanyanya lagi sembari menyerahkan ATM Narendra yang baru.

Tanpa berkata-kata Narendra pergi meninggalkan Bank itu. Tenri hanya menghela napas. Terlihat Pak Herman menyemangati Tenri yang dibalas senyuman olehnya.

Di Bank itu Tenri disukai oleh banyak orang karena sikapnya yang baik hati dan ramah, dan tak banyak pula yang membencinya.

"Ten, makan yuk lapar nih," ajak Yasmin tiba-tiba menghampiri Tenri.

"Astagfirullah, kaget aku, aku udah sarapan kok tadi," jawab Tenri sembari tersenyum.

"Enggak, kamu temenin aku makan titik enggak ada koma," ucap Yasmin menyeret paksa Tenri menuju kantin kantor.

Sebenarnya hanya alibi jika Tenri telah sarapan karena dia harus mengirit. Baru-baru ini dia habis mengirim uang untuk keluarganya yang ada di Pinrang—Sulawesi Selatan.

...

Sore itu di depan kantornya Tenri menelepon orang tuanya.

"Assalamualaikum, bagaimanami kabar ta, Bu? Ayah bagaimanmi juga sudah baikanmi kasian? Adek-adek sehat ji? Rinduka sama kalian," ujar Tenri dengan suara agak bergetar.

Assalamualaikum, apa kabar, Bu? Apakah Ayah sudah membaik? Adik-adik sehat? Aku rindu sama kalian.

[Wa'alaikumsalam Kak, baik-baik ji ki sama adek-adek'mu, Ayahmu begitu jh masih suka kambuh penyakitnya, rindu semuaki sama kamu, masuk mi juga uang yang nu kirim, minggu ini mau ji ko pulang, Kak] tanya ibu Tenri di seberang sana.

Waalaikumsalam Kak, kami baik dengan adik-adikmu. Ayah masih sama, masih sering kambuh penyakitnya, kami rindu sama kamu, uang yang kamu kirim sudah masuk, minggu ini apakah kamu ingin pulang, Kak?

"Alhamdulillah, kalau sehat-sehat semua ji ki di sana mudah-mudahan kasian cepat i Ayah sembuh. Endak bisapi ka pulang kalau minggu ini karena ada acara kantorku. Minggu depannya pi kayakanya Bu baru sa pulang," jawab Tenri pelan air matanya sudah merembes keluar dari mata indahnya yang bulat.

Allhamdulilah, jika kalian semua sehat di sana semoga ayah cepat sembuh. Aku belum bisa pulang karena ada acara kantor. Minggu depan baru aku pulang.

[Janganmi pale dulu nu pulang, sehat-sehat ki di sana di Kak jan perna ki lupa untuk ibadah.]

Kamu tidak usah pulang dulu kalau begitu. Kamu sehat-sehat di sana jangan lupa ibadah.

"Iye Bu, kusayang semua ki assalamualaikum," balasnya seraya mematikan sambungan ketika mendapat balasan salam.

Iya Bu, aku sayang kalian assalamualaikum.

Tiba-tiba seseorang menepuk bahu Tenri dan mengagetkannya.

Dorh!

"Hayo, lagi apa?" tanya si pelaku yang tak bukan adalah Yasmin.

"Astagfirullah, kaget tahu Yas," jawab Tenri tanpa menjawab pertanyaan Yasmin.

"Jangan nangis dong, 'kan ada aku Beb," ucap Yasmin seraya mengusap punggung Tenri lembut.

"Apaan sih Yas, siapa yang nagis ini tuh aku kelilipan," elak Tenri berbohong.

Ia sangat tahu apa yang Tenri rasakan karena hanya dirinya tempat Tenri berkeluh kesah.

"Ten, sebentar jadi 'kan gantiin temenku si Amel jadi resepsionis sementara di cafee A? Gajinya gede loh, sampai di sana kamu tinggal biacara sama pemilik cefee Pak Ryan," ujar Yasmin mengalihkan pembicaraan.

"Jadi dong Yas, aku lagi butuh duit nih buat bayar uang kuliah adik," jawab Tenri kembali tersenyum.

"Ok, banjunya udahku bawa ke kostsan kamu lewat ojek online," ucap Yasmin lagi.

"Thanks ya, kalau gitu aku deluan by, assalamualaikum," ujar Tenri seraya berlalu.

"By, wa'alaikumsalam," balas Yasmin.

...

Tenri telah rapi dengan seragam yang ia kenakan untuk bekerja sementara sebagai resepsionis pengganti di caffe A.

Tenri bimbang apa dia harus pakai make-up atau tidak jika tidak pakai dia takut tidak cocok dengan pekerjaannya.

Huft! Tenri menghela napas sebelum berucap, "Ya Allah, hamba hanya ingin membahagiakan orang tua," ucap Tenri setelah itu memakai make up yang natural terkahir ia memakai hijab pashmina untuk menutupi rambutnya yang sehalus sutra.

Saat sampe di cafee A Tenri langsung bertanya kepada pelayan letak ruangan pak Ryan. Tenri diantar ke ruangan pak Ryan setelahnya.

Tok! Tok! Tok!

Ceklek! setelah mengetuk Tenri masuk ke ruangan itu.

"Maaf Pak, saya Tenri yang akan mengantikan Amel yang cuti karena typus," ucap Tenri tersenyum ramah.

"Wah, ternyata kamu sangat cantim Tenri, kamu tidak mau kerja tetap di sini? Gajinya gede loh, hahaha," tawar pak Ryan seraya terkekeh.

"Maaf Pak, saya hanya sampai weekend di sini," jawab Tenri masih tersenyum ramah.

"Baiklah, ini job deks kamu, kamu bisa minta bantuan pada supervisor di sana, namanya adalah Dinda, tugasmu hanya mengangkat telepon serta mencatat pesanan meja dan mengkoordinasikan dengan Dinda, paham?!" ucap pak Ryan menjelaskan.

"Paham Pak," jawab Tenri dan berlalu keluar.

Tenri dengan cepat menguasai job desk yang diberikan berkat data dari resepsionis lama serta bantuan Dinda sebagai supervisor.

Ketika Tenri banyak mendapat telepon dan suaranya hampir serak akibat berkomunikasi dengan Dinda lewat walkie tokie. Seseorang yang mengenalnya menghampiri.

"Eh, Tenri? Kamu kerja di cafee ini ya? Kamu enggak keluar 'kan dari bank Artha Graha Internasional?" tanya Dio yang mengenali Tenri.

"Duh enggak Dio, aku masih kerja di bank kok, aku lagi butuh duit Ayahku sakit, kamu lagi apa di sini?" tanya Tenri kembali setelah menjawab pertanyaan Dio.

"Oh, aku lagi ada nasabah di sini," jawab Dio.

"Mr. Jung meja nomor 22."

Untung Tenri menghafal setiap nama tamu VIP di sini.

"Udah dulu ya Dio, aku lagi sibuk," ucap Tenri dan melayani pengunjung yang ada di belakang Dio dan tidak mempedulikan pria itu lagi karena pria itu juga telah memasuki cafee.

Keesokan harinya Tenri terbangun dengan kepala yang berdenyut ngilu karena pelanggan yang datang sangat banyak jadi jam tiga subuh baru dia selesai dan tak lupa membantu para OB membersihkan caffe walaupun tidak diminta. Menurut Tenri apa salahnya membantu?

Untung saja semalam waktu ia pulang sudah sepi. Karena dia malas bertemu para berandalan yang selalu mengganggunya.

"Hm, rindu masakan Ibu," guman Tenri. Saat ini tujuanya hanya satu yaitu pergi kewarteg dan memesan makanan. Untung ini weekend jadi Tenri tidak terlalu pusing dengan para nasabah.

Jangan salah walaupun Tenri tinggal di lingkungan kumuh dan gang sempit, tapi kostsan Tenrilah yang paling bersih di antara rumah yang berjejer dari jalan raya. Dan makanan di tempat itu juga tak kalah enak. Walaupun hanya makanan biasa tidak wah seperti di hotel-hotel berbintang yang ada di Jakarta.

Related chapters

  • Terpaksa Menikah Kontrak : Aku Mencintaimu Suamiku   BAB 5

    Bertemu denganmu di luar kehendakku. Mengenalmu bukan inginku. Aku tak pernah berpikir bahwa ini adalah awal dari semuanya. ____Tenri____ Hari ini Tenri kembali bekerja di cafee A. Walaupun rasa lelah melingkupinya ia tetap semangat untuk bekerja hanya ini yang dapat ia lakukan untuk orang tua. Karena hari ini adalah hari minggu jadi tamu membludak bahkan list waiting sangat banyak. Tenri sampai kualahan, tapi untung ada Dinda yang senantiasa membantunya. Lapisan keringat telah terlihat di dahinya, tapi hal tersebut tak mengurangi kecantikannya. Sampai tengah malam pun tamu belum juga reda malah bertambah banyak. Di saat Tenri sedang berbicara dengan Dinda lewat walkie tokie seorang tamu menyapanya. "Hy, Nona manis kamu bekerja di caffe ini juga? Bukanya kamu kerja di bank Artha Graha Internasional, ya?" tanya tamu itu yang tak bukan adalah Arza.

  • Terpaksa Menikah Kontrak : Aku Mencintaimu Suamiku   BAB 6

    Hp Tenri berdering terus tapi sang empunya belum terbangung mungkin dia sangat lelah sudah dua kali dia pulang subuh dan itu membuatnya lelah. Karena Tenri lupa mengubah dering ponselnya menjadi silent jadi ponsel itu selalu bergetar dan akhirnya jatuh dan menimpannya. Langsung saja Tenri terbangung sudah ada 26 panggilan dari adiknya 'Ayu'. "Halo Dek, assalamualaikum," ucap Tenri mengangkat telefon, suaranya masih terdengar lesuh karena baru saja bangun dari tidurnya. "Wa'alaikumsalam, Kak bapak masuk rumah sakit dan harus di operasi kata dokter 50 juta dulu buat menjamin karena biaya operasinya 100 juta Kak," terdengar suara Ayu yang panik diiringi dengan isak tangis. "Astagfirullah, kapan bapak masuk, Dek?" tanya Tenri juga dengan suara panik, kini dia sudah sadar sepenuhnya dari rasa kantuk saat mendengar informasi dari sang adik yang ada di kampung. "Tadi pagi Kak, Adek udah hubungi Kakak tapi Kakak tidak angkat," jawab Ayu diseberang sana masih terisak. "Tenang Dek

  • Terpaksa Menikah Kontrak : Aku Mencintaimu Suamiku   BAB 7

    Hari ini Tenri masuk kerja dengan keadaan yang sudah agak mendingan ketimbang kemarin. Tenri tidak ingin mencampur adukan masalah pribadi dan pekerjaannya jadi dia harus terlihat baik-baik saja, dia harus menghadapinya dengan berani tanpa rasa takut karena yang hanya dirinya sendiri yang dapat Tenri Andalkan. "Hy, bebz udah mendingan?" Sapaan itu mengalihkan atensi Tenri yang akan menaruh tasnya, lantas senyuman itu terbit di bibir manisnya, polesan make up itu sedikit mengurangi penampilannya yang menyedihkan. "Allhamdulilah udah mendingan, Yas," jawabnya pelan, dia sangat suka dengan sahabat ini yang selalu menanyakan kabarnya, hanya Yasmin yang benar-benar tulus untuk berteman dengannya. Setelah percakapan singkat itu, mereka kini fokus pada pekerjaan masing-masing untuk melayani nasabah yang sudah mulai berdatangan, mereka larut dalam pekerjaan sampai jam menunjukkan pukul dua belas siang yang berarti waktu istirahat telah tiba. Di saat itu pula Tenri izin pamit kepada Pak

  • Terpaksa Menikah Kontrak : Aku Mencintaimu Suamiku   BAB 8

    "Lo denger sendiri kan tadi lewat panggilan video, Tenri mau hapus point ke tiga di perjanjian lo buat, fiks sih kalau bukan karena bapaknya mau operasi dia mungkin ga mau nikah kontrak sama lo," ujar Arza menggebu saat sedang menelpon dengan Narendra, si pelaku utama dalam drama ini. [Ck, gua ga terlalu perduli intinya semua dilakuin berdasarkan kontrak yang udah gua buat] balas Narendra dengan intonasi nada yang datar. "Siap Tuan muda, semuanya beres sesuai rencana, tapi Ndra lo ga penasaran ga sih sama kehidupan Tenri? Gua penasaran banget, gila! Kek di satu waktu dia kerja di cafee A, terus kerja lagi di bank, weekend juga masih kerja, ga ada istirahatnya, dia keknya tulang punggung keluarga deh plus anak sulung," tutur Arza penasaran dengan kehidupan pribadi Tenri karena jujur saja dia salut dengan wanita itu, mampu melakukan berbagai pekerjaan tanpa rass gengsi sedikitpun. Narendra yang mendengar ocehan Arza di sambungan. telepon ikut terdiam yang membuat Arza bingung ke

  • Terpaksa Menikah Kontrak : Aku Mencintaimu Suamiku   BAB 9

    Tanpa mengucapkan apa pun mobil maybach hitam itu melesat ke jalan raya yang legang. Sama halnya dengan gadis cantik yang masih memaku ditempatnya dia belum beranjak sedikit pun hanya menatap jalan raya yang banyak kendaraan berlalu lalang di mana mobil Narendra berlalu. 'Hufft, kenapa sih dia tadi kek gitu, kalau aku nanti suka gimana? Ahhh enggak boleh, enggak boleh ingat Ten posisi kamu di mana!' Setelah memenangkan pikirannya Tenri berjalan kembali menuju kantornya karena dia minta diturunkan di depan gang yang tidak jauh dari bank tempatnya bekerja. Sementara itu, keesokan harinya terlihat seorang gadis cantik berjalan ke sebuah meja di mana ada seorang yang sedang fokus pada layar laptop. Kacamata baca bertengker manis di hidung mancungnya yang menambah berkali-kali lipat pesona dan ketampanan seorang Narendra Adipta Sonny "Pak, apa saya kirim lagi bunga seperti kemarin ke kantor Ibu Tenri?" tanya sekertaris cantik Narendra—Eka. "Tidak perlu," jawab Narendra tanpa mena

  • Terpaksa Menikah Kontrak : Aku Mencintaimu Suamiku   BAB 1

    Pagi hari telah tiba di kota Jakarta. Kota yang tak pernah mati itu sudah dimulai berbagai aktivitas. Meskipun matahari belum menampakkan sinar terangnya.Sama halnya dengan seorang gadis berusia 25 tahun yang baru saja terbangun—jam pada ponselnya sudah menunjukkan pukul enam pagi.Gadis yang bernama lengkap Tenri Az-Zahra itu tengah bersiap- siap untuk pergi ke kantor. Karena dia sedang ada tes kenaikan jabatan. Jadi, Tenri harus menampilkan sikap yang baik.Hari ini Tenri sangat cantik dengan hijab biru gelapnya yang melekat apic di kepala serta dipadukan dengan rok berwarna hitam yang tidak terlalu spam dan dilengkapi dengan atasan kemeja biru lautnya. Tubuhnya yang pendek membuat ia tampak sangat imut."Semangat Ten," ucapnya menyemangati diri sendiri, setelahnya dia mengambil tasnya dan berlalu dari rumah kost tersubut....

  • Terpaksa Menikah Kontrak : Aku Mencintaimu Suamiku   BAB 2

    Seperti biasanya ketika gadis cantik ini datang ke kantor dia selalu menyapa Pak Herman—satpam perusahaan tempatnya bekerja. Sikapnya yang ramah membuatnya disukai oleh banyak orang. Namun, tak banyak pula yang membencinya. Gadis itu, Tenri memasuki area perkantoran dengan senyum yang mengembang seakan dia tak mempunyai beban sedikitpun. "Pagi, Yas," sapanya kepada gadis cantik yang sudah duduk manis di kursinya. "Pagi juga gimana tidurnya, nyenyak?" tanya gadis tersebut Yasmin yang dibalas anggukan oleh Tenri. Setelah Tenri duduk di kursi kerjanya dan memulai rutinitas paginya tak berapa lama kepala cabang Tenri—pak Irfan datang menghampiri yang membuat gadis itu mau tak mau kembali berdiri dan menyapa kepala cabangnya tersebut. "Ten, kamu pergi ke perusahaan NC Group sekarang, ya. Soalnya kata kepala keuangan di sana beberapa karyawannya ingin payroll di bank kita hal itu disampaikan oleh Pak Rudi, kepala keuangan di per

  • Terpaksa Menikah Kontrak : Aku Mencintaimu Suamiku   BAB 3

    "Mah, telepon Narenda, ada yang ingin Papa sampaikan," pinta seorang pria paruh bayah. Om Narendra yaitu om Salim. "Kenapa enggak Papa aja yang nelepon? Lagi berantem ya sama Narendra? Pa, Narendra itu udah dewasa palingan kamu cuman kasih saran aja sama dia, kalau kamu kerasin dia bakal ngebantah dan enggak mau ke rumah kita lagi," tukas tante Narendra tante Meli. Om Salim adalah adik dari papa Narendra–Sony–om salim juga yang mengajarkan bisnis keluarga Sony pada Narendra hingga berkembang sampai sekarang. Karena Meli tidak bisa punya anak jadi ia sangat menyayangi Narendra seperti anak kandungnya sendiri. "Iya Ma, kamu suruh ajak Arza sekalian," ucap salim pada istrinya lagi. Meli langsung saja menelpon nomor keponakan yang sudah ia anggap anaknya sendiri. "Hello, anak Tante yang ganteng, sebentar makan malam ke sini ya, kamu ajak A

Latest chapter

  • Terpaksa Menikah Kontrak : Aku Mencintaimu Suamiku   BAB 9

    Tanpa mengucapkan apa pun mobil maybach hitam itu melesat ke jalan raya yang legang. Sama halnya dengan gadis cantik yang masih memaku ditempatnya dia belum beranjak sedikit pun hanya menatap jalan raya yang banyak kendaraan berlalu lalang di mana mobil Narendra berlalu. 'Hufft, kenapa sih dia tadi kek gitu, kalau aku nanti suka gimana? Ahhh enggak boleh, enggak boleh ingat Ten posisi kamu di mana!' Setelah memenangkan pikirannya Tenri berjalan kembali menuju kantornya karena dia minta diturunkan di depan gang yang tidak jauh dari bank tempatnya bekerja. Sementara itu, keesokan harinya terlihat seorang gadis cantik berjalan ke sebuah meja di mana ada seorang yang sedang fokus pada layar laptop. Kacamata baca bertengker manis di hidung mancungnya yang menambah berkali-kali lipat pesona dan ketampanan seorang Narendra Adipta Sonny "Pak, apa saya kirim lagi bunga seperti kemarin ke kantor Ibu Tenri?" tanya sekertaris cantik Narendra—Eka. "Tidak perlu," jawab Narendra tanpa mena

  • Terpaksa Menikah Kontrak : Aku Mencintaimu Suamiku   BAB 8

    "Lo denger sendiri kan tadi lewat panggilan video, Tenri mau hapus point ke tiga di perjanjian lo buat, fiks sih kalau bukan karena bapaknya mau operasi dia mungkin ga mau nikah kontrak sama lo," ujar Arza menggebu saat sedang menelpon dengan Narendra, si pelaku utama dalam drama ini. [Ck, gua ga terlalu perduli intinya semua dilakuin berdasarkan kontrak yang udah gua buat] balas Narendra dengan intonasi nada yang datar. "Siap Tuan muda, semuanya beres sesuai rencana, tapi Ndra lo ga penasaran ga sih sama kehidupan Tenri? Gua penasaran banget, gila! Kek di satu waktu dia kerja di cafee A, terus kerja lagi di bank, weekend juga masih kerja, ga ada istirahatnya, dia keknya tulang punggung keluarga deh plus anak sulung," tutur Arza penasaran dengan kehidupan pribadi Tenri karena jujur saja dia salut dengan wanita itu, mampu melakukan berbagai pekerjaan tanpa rass gengsi sedikitpun. Narendra yang mendengar ocehan Arza di sambungan. telepon ikut terdiam yang membuat Arza bingung ke

  • Terpaksa Menikah Kontrak : Aku Mencintaimu Suamiku   BAB 7

    Hari ini Tenri masuk kerja dengan keadaan yang sudah agak mendingan ketimbang kemarin. Tenri tidak ingin mencampur adukan masalah pribadi dan pekerjaannya jadi dia harus terlihat baik-baik saja, dia harus menghadapinya dengan berani tanpa rasa takut karena yang hanya dirinya sendiri yang dapat Tenri Andalkan. "Hy, bebz udah mendingan?" Sapaan itu mengalihkan atensi Tenri yang akan menaruh tasnya, lantas senyuman itu terbit di bibir manisnya, polesan make up itu sedikit mengurangi penampilannya yang menyedihkan. "Allhamdulilah udah mendingan, Yas," jawabnya pelan, dia sangat suka dengan sahabat ini yang selalu menanyakan kabarnya, hanya Yasmin yang benar-benar tulus untuk berteman dengannya. Setelah percakapan singkat itu, mereka kini fokus pada pekerjaan masing-masing untuk melayani nasabah yang sudah mulai berdatangan, mereka larut dalam pekerjaan sampai jam menunjukkan pukul dua belas siang yang berarti waktu istirahat telah tiba. Di saat itu pula Tenri izin pamit kepada Pak

  • Terpaksa Menikah Kontrak : Aku Mencintaimu Suamiku   BAB 6

    Hp Tenri berdering terus tapi sang empunya belum terbangung mungkin dia sangat lelah sudah dua kali dia pulang subuh dan itu membuatnya lelah. Karena Tenri lupa mengubah dering ponselnya menjadi silent jadi ponsel itu selalu bergetar dan akhirnya jatuh dan menimpannya. Langsung saja Tenri terbangung sudah ada 26 panggilan dari adiknya 'Ayu'. "Halo Dek, assalamualaikum," ucap Tenri mengangkat telefon, suaranya masih terdengar lesuh karena baru saja bangun dari tidurnya. "Wa'alaikumsalam, Kak bapak masuk rumah sakit dan harus di operasi kata dokter 50 juta dulu buat menjamin karena biaya operasinya 100 juta Kak," terdengar suara Ayu yang panik diiringi dengan isak tangis. "Astagfirullah, kapan bapak masuk, Dek?" tanya Tenri juga dengan suara panik, kini dia sudah sadar sepenuhnya dari rasa kantuk saat mendengar informasi dari sang adik yang ada di kampung. "Tadi pagi Kak, Adek udah hubungi Kakak tapi Kakak tidak angkat," jawab Ayu diseberang sana masih terisak. "Tenang Dek

  • Terpaksa Menikah Kontrak : Aku Mencintaimu Suamiku   BAB 5

    Bertemu denganmu di luar kehendakku. Mengenalmu bukan inginku. Aku tak pernah berpikir bahwa ini adalah awal dari semuanya. ____Tenri____ Hari ini Tenri kembali bekerja di cafee A. Walaupun rasa lelah melingkupinya ia tetap semangat untuk bekerja hanya ini yang dapat ia lakukan untuk orang tua. Karena hari ini adalah hari minggu jadi tamu membludak bahkan list waiting sangat banyak. Tenri sampai kualahan, tapi untung ada Dinda yang senantiasa membantunya. Lapisan keringat telah terlihat di dahinya, tapi hal tersebut tak mengurangi kecantikannya. Sampai tengah malam pun tamu belum juga reda malah bertambah banyak. Di saat Tenri sedang berbicara dengan Dinda lewat walkie tokie seorang tamu menyapanya. "Hy, Nona manis kamu bekerja di caffe ini juga? Bukanya kamu kerja di bank Artha Graha Internasional, ya?" tanya tamu itu yang tak bukan adalah Arza.

  • Terpaksa Menikah Kontrak : Aku Mencintaimu Suamiku   BAB 4

    Menjalani semua ini bukan inginku. Namun, aku harus tetap bertahan demi mereka. __Tenri__ Pagi ini Narendra pergi ke Bank Artha Graha Internasional untuk mengganti ATM-nya yang tertelan di mesin ATM. Narendra diberi nomor antrian oleh pak satpam yang berjaga. Dia tidak percaya seorang CEO ternama antri? Padahal dia juga adalah nasabah prioritas di bank ini. Parah! Narendra jadi bahan perhatian di kantor tersebut karena setelan jas yang ia pakai sangat formal orang-orang berspekulasi bahwa dia bukan orang sembarangan. Karena di Indonesia setelan jas tidak terlalu dipakai saat bekerja, mereka hanya memakai jas saat ada acara penting saja. Narendra melihat di ujung sana seorang costumer servis sepertinya dia pernah melihat costumer itu, tetapi dia lupa di mana. "Nomor antrian 9 ke locet 3," suara mesin antrian menyebutkan nomor antrian Narendra. Lagi-lagi Narendra jadi bahan tontonan para karyawan wanita yang menatapnya memuja. "Halo Pak, saya Tenri ada yang bisa saya bantu?" tan

  • Terpaksa Menikah Kontrak : Aku Mencintaimu Suamiku   BAB 3

    "Mah, telepon Narenda, ada yang ingin Papa sampaikan," pinta seorang pria paruh bayah. Om Narendra yaitu om Salim. "Kenapa enggak Papa aja yang nelepon? Lagi berantem ya sama Narendra? Pa, Narendra itu udah dewasa palingan kamu cuman kasih saran aja sama dia, kalau kamu kerasin dia bakal ngebantah dan enggak mau ke rumah kita lagi," tukas tante Narendra tante Meli. Om Salim adalah adik dari papa Narendra–Sony–om salim juga yang mengajarkan bisnis keluarga Sony pada Narendra hingga berkembang sampai sekarang. Karena Meli tidak bisa punya anak jadi ia sangat menyayangi Narendra seperti anak kandungnya sendiri. "Iya Ma, kamu suruh ajak Arza sekalian," ucap salim pada istrinya lagi. Meli langsung saja menelpon nomor keponakan yang sudah ia anggap anaknya sendiri. "Hello, anak Tante yang ganteng, sebentar makan malam ke sini ya, kamu ajak A

  • Terpaksa Menikah Kontrak : Aku Mencintaimu Suamiku   BAB 2

    Seperti biasanya ketika gadis cantik ini datang ke kantor dia selalu menyapa Pak Herman—satpam perusahaan tempatnya bekerja. Sikapnya yang ramah membuatnya disukai oleh banyak orang. Namun, tak banyak pula yang membencinya. Gadis itu, Tenri memasuki area perkantoran dengan senyum yang mengembang seakan dia tak mempunyai beban sedikitpun. "Pagi, Yas," sapanya kepada gadis cantik yang sudah duduk manis di kursinya. "Pagi juga gimana tidurnya, nyenyak?" tanya gadis tersebut Yasmin yang dibalas anggukan oleh Tenri. Setelah Tenri duduk di kursi kerjanya dan memulai rutinitas paginya tak berapa lama kepala cabang Tenri—pak Irfan datang menghampiri yang membuat gadis itu mau tak mau kembali berdiri dan menyapa kepala cabangnya tersebut. "Ten, kamu pergi ke perusahaan NC Group sekarang, ya. Soalnya kata kepala keuangan di sana beberapa karyawannya ingin payroll di bank kita hal itu disampaikan oleh Pak Rudi, kepala keuangan di per

  • Terpaksa Menikah Kontrak : Aku Mencintaimu Suamiku   BAB 1

    Pagi hari telah tiba di kota Jakarta. Kota yang tak pernah mati itu sudah dimulai berbagai aktivitas. Meskipun matahari belum menampakkan sinar terangnya.Sama halnya dengan seorang gadis berusia 25 tahun yang baru saja terbangun—jam pada ponselnya sudah menunjukkan pukul enam pagi.Gadis yang bernama lengkap Tenri Az-Zahra itu tengah bersiap- siap untuk pergi ke kantor. Karena dia sedang ada tes kenaikan jabatan. Jadi, Tenri harus menampilkan sikap yang baik.Hari ini Tenri sangat cantik dengan hijab biru gelapnya yang melekat apic di kepala serta dipadukan dengan rok berwarna hitam yang tidak terlalu spam dan dilengkapi dengan atasan kemeja biru lautnya. Tubuhnya yang pendek membuat ia tampak sangat imut."Semangat Ten," ucapnya menyemangati diri sendiri, setelahnya dia mengambil tasnya dan berlalu dari rumah kost tersubut....

DMCA.com Protection Status