Share

2). Bencana Kedua

***

"Gimana hasilnya? Negatif, kan?"

Dayana membisu dengan atensi yang tertuju pada testpack di tangan kirinya. Ia terduduk lemas di closet di kamar mandi kostnya, kedua matanya basah oleh cairan bening sementara perasaannya sendiri porak-poranda.

Setelah kabur dari Ganesh usai dirusak pria itu sebulan yang lalu, Dayana pikir penderitaannya selesai. Sudah dua minggu ini dia bekerja di sebuah minimarket, menjalani hari dengan nelangsa. 

Sampai beberapa hari belakangan, rasa mual tiba-tiba saja menghampirinya. Karena curiga, Dayana memutuskan untuk melakukan pengecekan. Dan hasilnya membuatnya kehilangan kata-kata.

"Day?" Suara Amelia, sahabatnya, kembali terdengar dari seberang sambungan.

"Dua garis, Mel, aku hamil," jawab Dayana pada akhirnya, dengan suara yang sedikit bergetar. 

Tak ada sahutan, suasana mendadak hening hingga Dayana hanyut dalam perasaan terpukul. 

"Minta pertanggungjawaban kalau gitu, Day," ucap perempuan itu. "Jangan diam aja, karena si brengsek Ganesh harus tahu kalau perbuatannya udah bikin anak gadis orang hamil. Kesenangan dia kalau kamu sembunyiin kehamilan kamu!"

"Aku takut, Mel," cicit Dayana. "Ganesh lakuin semuanya pas mabuk, dan—"

"Takut mana minta pertanggungjawaban ke Ganesh sama biarin anak kamu lahir tanpa ayah?" tanya Amelia. "Dia bapaknya. Jadi dia harus tahu!"

"Tapi, Mel—"

"Aku bakal bantu kamu supaya ketemu sama Ganesh."

Tak sekadar berkata, ucapan tersebut Amelia realisasikan. Ia berhasil meminta Ganesh untuk datang ke sebuah kafe hari itu juga. 

Kini, Dayana duduk berhadapan dengan sang mantan artis. Tak ada basa-basi, Dayana langsung mengeluarkan sebuah amplop yang kemudian dia berikan pada Ganesh.

"Apa ini?" tanya pria itu dengan dahi mengernyit.

Dayana tidak langsung menjawab. Perasaan takut mulai menggerogoti hatinya. Ia tidak bisa membayangkan bagaimana reaksi pria itu setelah ini.

"Buka aja," kata Dayana dengan napas tercekat.

Tak berkata apa-apa lagi, selanjutnya—masih dengan raut wajah heran, Ganesh mulai membuka amplop yang Dayana berikan. Tak ada raut wajah kaget, dia hanya mengernyit setelah mendapati sebuah testpack dan foto USG di dalam amplop itu. 

"Untuk apa kamu kasih ini ke saya?" tanya Ganesh sambil memandang Dayana. "Mau pamer kehamilan?"

"Bukan," bantah Dayana sekenanya. Perasaannya semakin gelisah karena Ganesh tidak langsung mengerti maksud dari semua itu.

"Lalu?" tanya Ganesh lagi, sambil menaikkan sebelah alis.

Tak seramah ketika bersama para perempuannya, Ganesh—sang cassanova—selalu bersikap cuek ketika bersama Dayana. Ia selalu bicara seperlunya, yang membuat Dayana pada akhirnya takut pada pria itu. Untuk sekadar mencaci saja, dia tak berani.

"Aku mau minta pertanggungjawaban sama kamu," ucap Dayana sambil meremas dress yang dia pakai, guna melampiaskan ketegangan yang semakin merajalela. 

"Janin yang ada di foto itu anak kamu. Dia hadir setelah empat minggu lalu kamu nidurin aku,” terang Dayana dengan suara bergetar. “Dan kalau kamu mau tahu, alasanku resign sebagai manajer kamu juga bukan karena aku mau menikah seperti yang kamu kira, tapi karena aku menghindari kamu, Danesh. Aku terlalu takut sama kamu karena kamu ambil kesucianku dan—"

"Keluar dari agensi yang menaungi saya, kamu belajar akting?" tanya Ganesh—sengaja memotong ucapan Dayana sambil tersenyum remeh. "Udah cocok ambil project sinetron."

"Ganesh, aku serius!" ujar Dayana, nada suaranya terdengar putus asa. "Kamu mungkin nggak ingat sama apa yang terjadi di antara kita karena waktu itu kamu mabuk. Tapi aku? Semua yang kamu lakuin masih teringat jelas di benak aku sampai sekarang! Jadi tolong sekarang tanggung jawab, karena aku enggak mau anak aku lahir tanpa ayah!"

Senyuman memudar, raut wajah Ganesh seketika berubah serius. Ia memandang Dayana dengan tatapan yang intens, dengan rahang yang mengeras. 

"Kamu mau membodohi saya?" tuding Ganesh. "Kamu nggak secantik dan semenarik itu untuk saya tiduri, Dayana. Jadi kalau mau ngarang cerita, tolong yang logis sedikit. Saya masih cukup waras."

Sepasang mata Dayana berkaca-kaca mendengar ucapan pria itu. "Aku nggak bohong. Empat minggu lalu, persis setelah pesta ulang salah satu teman kamu selesai, kamu mabuk dan aku bawa kamu ke salah satu kamar. Tadinya aku pengen kamu istirahat, tapi kamu justru narik aku dan—"

Brak!

"Hentikan omong kosongmu, Dayana!" ujar Ganesh setelah menggebrak meja, membuat Dayana terlonjak kaget. "Saya memang suka perempuan, tapi bukan perempuan seperti kamu. Jadi jangan pernah mengaku hamil anak saya!” 

Dayana terpegun. Jantungnya berdetak lebih cepat. Tatapan merendahkan pria itu membuat harga dirinya terinjak-injak.

“Jangankan meniduri, menjadikanmu kekasih saja, saya nggak sudi. Penampilan pas-pasan begitu bisa-bisanya ngaku ditiduri sama saya. Waras kamu?"

Bibir Dayana bergetar menahan tangis. Hatinya sakit mendengar semua ucapan pria di hadapannya.

"Tapi itu yang kamu lakukan, Ganesh! Untuk apa aku bohong—”

"Saya nggak mau dengar lagi!" sela Ganesh, tampak kehilangan kesabaran. "Saya menyesal karena meluangkan waktu untuk bertemu dengan kamu di sini. Saya pikir setelah resign secara mendadak, kamu menemui saya buat minta maaf, tapi ternyata kamu malah membuat drama murahan. Menjijikan."

Ganesh lantas beranjak, lalu melempar testpack juga foto USG pada Dayana dengan kasar, membuat dua barang tersebut tergeletak begitu saja di atas meja.

"Ambil testpack dan foto itu, terus cari orang lain buat kamu tipu," kata Ganesh dengan nada tajam. "Meski dalam kondisi mabuk sekalipun, otak saya pasti masih bekerja dengan baik untuk memilih perempuan yang mau saya tiduri. Sekali lagi kamu ngaku hamil anak saya, saya akan tuntut kamu ke jalur hukum. Ngerti kamu?"

Tak mampu menjawab, Dayana hanya bisa diam dengan perasaan campur aduk. Air mata yang sejak tadi dia bendung, luruh juga membasahi pipi.

Sementara Ganesh langsung pergi tanpa permisi. 

Sakit. Demi apapun, Dayana merasa sakit di sekujur tubuhnya yang kehilangan tenaga. Selain penolakan yang Ganesh beri, banyak sekali kalimat pria itu yang berhasil menggores hatinya.

"Ya Tuhan, aku harus gimana?" tanya Dayana sambil terisak. "Jangankan tanggung jawab, Ganesh bahkan nggak ngaku pernah nidurin aku. Aku harus apa sekarang? Ibu sama Bapak pasti marah kalau tahu apa yang terjadi."

Semakin hanyut dalam rasa kalut, Dayana terisak dengan kepala menunduk. Dia larut sendirian ke dalam duka juga rasa sakit, hingga suara berat seorang pria tiba-tiba saja terdengar—membuat dia dengan segera mengangkat pandangan.

"Butuh tisu?"

Dayana tertegun memandang pria yang cukup familiar untuknya. Sepasang matanya yang basah mengerjap, berusaha meyakinkan penglihatannya tidak keliru. 

"Kak Zerga?"

"Masih ingat ternyata. Saya pikir kamu sudah lupa."

Komen (18)
goodnovel comment avatar
Wineu Widiawati
zerga bantu dayana kamu harus percaya dia benar " hamil anaknya kembaran kamu
goodnovel comment avatar
Wineu Widiawati
jelas" kamu yg renggut paksa dayana, ortu kamu tau kecewa pasti sama kelakuan bejad anaknya yg gak bertanggung jawab,.
goodnovel comment avatar
Wineu Widiawati
hehh ganesh dayana bukan perempuan kayak gitu ya dia kerja profesional, bejad kamu jahat udah perkosa anak orang sampe hamil, tapi gak mau tanggung jawab malah nuduh nipu gila ya kamu ganesh ...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status