Share

6). Pertemuan Dayana dan Orang Tua Zerga

“Kak, aku udah siap.”

Dengan penampilan yang lebih rapi dari sebelumnya, Dayana memanggil Zerga.

Perdebatan bersama Ganesh sudah usai beberapa saat yang lalu. Pria itu tetap tidak mau bertanggungjawab. Kasihan melihat Dayana terus memohon, Zerga melanjutkan niat baiknya untuk menikahi perempuan itu.

Siang ini, Zerga mengajak Dayana ke rumah untuk menemui orang tuanya.

“Cantik,” puji Zerga melihat penampilan Dayana. “Masih mual enggak?”

“Enggak terlalu, Kak,” ucap Dayana dengan senyuman yang canggung. “Kakak bawa mobil?”

“Iya di depan,” sahut Zerga sekenanya. “Ayo. Orang tua saya sudah nungguin kamu.”

Lagi, Dayana tersenyum samar. Mengikuti Zerga yang sudah berbalik lebih dulu, pikirannya penuh. Ia masih merasa tak enak pada Zerga. Andai bisa, dia ingin sekali mengubah keputusan.

Namun, ketidakmapanan Dayana dalam masalah ekonomi membuat keinginannya maju mundur.

“Silakan,” ucap Zerga usai membuka pintu mobil.

“A-aku duduk di depan, Kak?” tanya Dayana tergagap.

“Iya. Kenapa?” tanya Zerga.

Berbeda seratus delapan puluh derajat dari Ganesh, pria itu selalu bersikap ramah dan gentle. Namun, bukannya senang Dayana justru canggung. Keramahan Zerga membuat Dayana sedikit tertekan.

“Enggak apa-apa,” kata Dayana. “Aku pikir Kakak enggak suka sebelahan sama orang asing.”

“Siapa yang asing?” tanya Zerga sambil tersenyum kecil. “Kamu adik tingkat saya lho dulu. Saya hafal gimana kamu.”

Dayana tercenung. “Tapi kan kita enggak terlalu akrab, Kak, dulu….”

“Bukan berarti enggak bisa dekat di masa sekarang, kan?” tanya Zerga, membuat Dayana semakin kikuk.

“Tap—”

“Ayo masuk,” ajak Zerga—membuat ucapan Dayana terpotong.

Lekas masuk ke dalam mobil, dengan sangat hati-hati Dayana memasang seatbelt. Memandang Zerga yang menyusulnya dari pintu kanan, dia tak berkata apa pun sampai akhirnya mobil pun melaju.

Dari kost tempat Dayana tinggal, waktu tempuh menuju kediaman Zerga adalah lima puluh menit. Sempat terjebak macet, keduanya baru sampai satu jam kemudian.

Sesampainya di halaman rumah, Dayana tertegun mendapati mobil Ganesh yang terparkir di sana. Perasaannya menjadi gelisah.

"Jangan takut sama Ganesh, karena saya bakalan lindungin kamu," ucap pria itu. "Dia sudah menyerahkan tanggung jawab terhadap saya. Jadi sedikit pun, Ganesh enggak berhak apa-apain kamu."

Dayana menelan ludah, lalu menatap Zerga. "Gimana pendapat orang tua Kak Zerga soal ini?” tanyanya tiba-tiba. “Aku takut orang tua Kakak marah dan nggak bisa nerima aku.”

"Mereka kaget," jawab Zerga apa adanya. "Papa bahkan sempat mengutarakan kekecewaannya, cuman apa boleh buat? Nasi yang sudah menjadi bubur. Jadi setelah tenang, mereka minta saya bawa kamu ke sini."

Dayana tersenyum samar. Lagi, rasa bersalah terhadap Zerga muncul, karena tak seharusnya pria itu mendapatkan semuanya. Namun, Zerga menawarkan sendiri untuk bertanggung jawab, dan karena Dayana butuh sosok ayah untuk sang bayi, dia mau tak mau menerima.

"Kenapa diam?"

"Ngerasa enggak enak sama Kak Zerga," jawab Dayana seadanya. "Kakak enggak ngelakuin kesalahan apa pun, tapi Kakak harus dapat kekecewaan dari orang tua. Enggak adil."

"Ini namanya takdir." Seperti biasa, Zerga menjawab dengan suara yang menenangkan. "Semua skenario Tuhan, dan kita sebagai manusia hanya bisa menjalankan."

Dayana hanya mampu mengukir senyum tipis. Terlalu speechles karena kebaikan Zerga, kosa kata di otaknya kacau sehingga tak ada satu pun kalimat terlontar.

Tak menetap lama di mobil, mereka pun akhirnya turun. Dayana terus didampingi pria itu—seolah jauh sedikit saja jarak mereka, bahaya mengancam.

"Bi, tolong panggilkan Mama sama Papa,” kata Zerga pada salah satu ART. Lalu ia mengambil sisi kosong di sofa menemani sang gadis di ruang tamu.

Beberapa menit berlalu, kedua orang tua Zerga datang. Memasuki ruang tamu, atensi keduanya tertuju pada Dayana.

Mereka murka? Jawabannya adalah tidak, karena meskipun kaget usai mendengar pengakuan Zerga, Roby—selaku kepala keluarga, berhasil menenangkan pikirannya mau pun sang istri.

"Jadi begitu ceritanya?" tanya Roby, setelah sebelumnya Dayana menjelaskan kronologi dia dan Zerga sebelum khilaf.

Bukan cerita asli, Dayana melontarkan sebuah karangan yang dirangkai oleh Zerga sebelum mereka sampai.

"Iya, Om," jawab Dayana. "Maaf karena udah mengecewakan Om dan Tante."

"Kami yang seharusnya minta maaf," ucap Athaya—ibu kandung Zerga, yang berhasil membuat Dayana terkejut. "Anak kami sudah merusak kesucian kamu. Padahal, meskipun dalam kejadian itu kalian sama-sama mau, Tante yakin sebelumnya kamu menjaga apa yang kamu punya dengan baik."

"Lagian dengan maaf pun kamu enggak akan kembali menjadi gadis yang utuh." Roby menimpali dengan ucapan santai. Namun, berhasil membuat hati Dayana tersentil.

"Aku minta maaf, Om," ucap Dayana.

"Masalah ini diselesaikan dengan menikah, Dayana, bukan dengan maaf," ucap Roby dengan nada yang terdengar datar. "Bayi yang kamu kandung butuh ayah."

"Jangan terlalu mojokkin Dayana," tegur Zerga, seperti biasa pasang badan. "Sini bicara sama aku, jangan sama Dayana terus."

"Marah?" tanya Roby dengan senyuman miring.

"Iya," kata Zerga—membuat Dayana menatapnya. "Siapa pun yang berani menyerang Dayana, dia berurusan sama aku."

"Kak." Dayana mengingatkan dengan suara pelan. Namun, Zerga justru mengangkat telunjuk sebagai perintah agar dirinya diam.

"Sekarang gimana? Aku udah mengakui kesalahanku, dan aku juga udah bawa Dayana," kata Zerga pada kedua orang tuanya.

"Kamu dan Dayana harus menikah, tapi karena Dayana hamil, pernikahan kalian akan dilangsungkan setelah Dayana melahirkan," ucap Athaya.

"Oke."

"Dayana juga harus tinggal di sini selama hamil, agar kita bisa mengawasi kondisinya." Dari samping Athaya, Roby menambahkan. "Setuju?"

"Enggak."

Bukan Zerga mau pun Dayana, jawaban tersebut dilontarkan seorang pemuda dari ambang pintu ruang tamu. Berhasil membuat semua atensi beralih padanya, dengan raut wajah judes, pemuda itu kembali berkata,

"Dayana enggak bisa dan enggak boleh tinggal di sini. Aku enggak suka.”

Komen (18)
goodnovel comment avatar
Wineu Widiawati
takut cemburu kamu ganesh, kalau nanti zerga sama dayana saling jatuh cinta dan bucin
goodnovel comment avatar
Wineu Widiawati
iya bisa jadi udah jatuh cinta dari semasa kuliah,, makannya mau tanggung jawab perbuatan adiknya sekaligus cinta tulus ke dayana..
goodnovel comment avatar
Wineu Widiawati
kan gak mau tanggung jawab dan ngakuin ya udah biarkan aja dayana tinggal di rumah kamu sampe nikah sama zerga kamu gak usah ikut campur,, anak itu udah jadi anak zerga dia rela mengorbankan nama Baik nya di depan orang tua kalian, gentle mengaku telah menghamianak orang
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status