"Lagi ada masalah?"Ganesh menoleh. Sedikit tersentak usai salah satu timnya tiba-tiba menghampiri, dia menjawab dengan raut wajah cuek."Enggak ada. Kenapa mendadak nanya itu?"Ganesh bohong, karena faktanya sejak tadi dia terus memikirkan Dayana. "Karena kamu kelihatan enggak fokus tadi pas bikin endorse. Biasanya dua atau tiga kali take kelar, tadi kayaknya lima kali lebih.""Enggak ada apa-apa," jawab Ganesh. "Cuman lagi agak capek aja.""Banyak-banyak istirahat kalau gitu," kata timnya itu sambil menepuk bahu Ganesh. "Pas ada waktu luang, puasin tidur. Bukan haha hihi sama cewek di club. Ketahuan pacar, tahu rasa nanti."Ganesh tak menimpali. Sebagai respon, dia mengukir senyum hingga sang tim pun berpamitan untuk mengurus pekerjaan."Enggak akan sampai bunuh diri, kan, dia?" tanya Ganesh, sambil menghembuskan napas kasar. "Nangisnya tadi kelihatan sakit."Sedang istirahat dari pekerjaannya, Ganesh memutuskan untuk menepi. Tak bisa tenang, dia berniat menghubungi Dayana."Halo,
"Aku dan Dayana mau ke Semarang minggu depan."Berucap tanpa permisi, Zerga berhasil membuat semua orang berhenti dari kegiatan makan. Tanpa terkecuali, atensi kedua orang tua dan yang lain tertuju padanya. Dan, orang pertama yang bertanya adalah Roby."Mau ngapain?" tanya pria itu penasaran."Nemuin orang tuanya Dayana," jawab Zerga."Bukannya Dayana bilang dia belum siap ketemu orang tuanya?" Athaya ikut bertanya."Awalnya belum, tapi sekarang udah," jawab Zerga sambil melirik Dayana di samping kirinya. "Lagipula lebih cepat lebih baik, karena kan aku ada rencana lamar Dayana juga. Jadi dari sekarang aku harus ketemu orang tuanya buat minta restu.""Sekalian jujur soal kehamilan?" tanya Ganesh yang malam ini ikut makan bersama."Of course," jawab Zerga. "Kehamilan Dayana semakin hari semakin besar. Jadi daripada tahu dari orang lain, lebih baik tahu dari abang. Kenapa?""Nanya aja," jawab Ganesh. "Oh," kata Zerga."Kalau Tante sama Om enggak kasih izin, enggak apa-apa," ucap Dayana
"Ucapan Dayana ada benarnya juga. Pengorbanan Bang Zerga agak enggak masuk akal.”Ganesh menerawang langit-langit kamar. Masih jauh dari rasa kantuk, dirinya tengah mengingat lagi obrolan Zerga dan Dayana di dapur beberapa waktu lalu.Tak sengaja menguping ketika hendak mengambil minuman kaleng, Ganesh penasaran setelah mendengar pertanyaan Dayana pada Zerga."Kalau cuman karena dua hal itu, masa Bang Zerga sampai segitunya sama Dayana? Tapi dia bilangnya emang cuman ada dua alasan yang bikin dia bantu Dayana. Ck, penasaran.”Ganesh ingin sekali mencari tahu. Namun, dia khawatir perbuatannya menjadi boomerang untuk diri sendiri."Velia," panggil Ganesh usai mendapati nama sang kekasih terpampang di layar ponsel. "Halo, Sayang. Selamat malam.""Di sini pagi ya, bukan malam," ucap Velia. "Sapaannya salah."Ganesh tersenyum sambil beringsut. "Eh iya, salah," ucapnya. "Selamat pagi, Sayang. Ada apa?""Kok ada apa?" protes Velia lagi. "Harus ada sesuatu dulu emangnya aku telepon kamu?"Gan
Jumat sore tiba ..."Hati-hati di jalan ya. Jangan lupa kasih kabar pas udah sampai, biar Ibu sama Papa enggak khawatir."Dengan suara lembutnya, Athaya menyampaikan sebuah pesan pada sang putra. Jumat tiba, Zerga dan Dayana siap bertolak menuju Semarang. Pergi berdua saja, keduanya akan memulai perjalanan pukul empat sore—tepat setengah jam pasca kepulangan Zerga dari kantor."Iya, Bu. Ibu baik-baik ya di rumah. Doain semoga orang tua Dayana bisa maafin kesalahan Zerga.""Pasti."Sebelum hari semakin sore, Zerga dan Dayana bergegas. Akan menempuh perjalanan selama empat jam lebih, makanan maupun minuman, tersedia di mobil. Ingin sampai sebelum larut malam, Zerga berencana untuk menyetir nonstop tanpa berhenti. "Ganesh ternyata selepas tangan itu ya," ucap Dayana tiba-tiba—membuat Zerga menoleh sekilas. "Aku sama Kakak pergi, enggak ada dia basa-basi. Padahal, seharusnya dia yang nemuin orang tua aku buat minta maaf.""Ganesh mungkin sibuk sama pekerjaannya," jawab Zerga menenangkan
"Ada yang bernama Ibu Rasti, di sini?"Dayana dan yang lain kompak beranjak, lalu Rasti menjawab pertanyaan dari dokter."Saya Rasti, Dok," ucapnya. "Bagaimana kondisi suami saya?"Pasca tak sadarkan diri usai mendengar pengakuan Dayana, Yuda dibawa ke rumah sakit terdekat untuk mendapatkan penanganan. Meredam konflik, semua fokus pada pria itu sampai akhirnya dalam dua puluh menit, Dokter yang menangani Yuda, datang."Suami ibu sudah sadar, tapi belum stabil," jawab Dokter. "Jantungnya sempat melemah. Jadi untuk sementara waktu jangan diberi tekanan apa pun. Takutnya fatal.""Sudah bisa dijenguk, Dok?" tanya Dayana."Sudah," jawab Dokter. "Tapi, Mbaknya siapa? Pasien soalnya sempat berpesan untuk hanya mengizinkan istrinya saja yang masuk. Jadi selain istrinya, mohon tunggu di luar.""Saya anaknya, Dok," ucap Dayana. "Saya mau—""Enggak." Rasti yang sejak tadi mendiamkan Dayana, buka suara. "Kamu enggak boleh ketemu sama Bapak. Kamu yang bikin Bapak kayak sekarang. Jadi diam di sini
"Tidur yang nyenyak, dan anggap enggak ada sesuatu terjadi di hari ini. Besok saya janji semuanya membaik." Dayana tersenyum tipis. Bersandar pada jok mobil yang direndahkan, perasaannya menghangat usai Zerga menyelimutinya menggunakan selimut kecil. Tidak memiliki tujuan usai dilarang pulang oleh Yuda, Dayana dan Zerga akan terlelap di mobil yang masih terparkir di depan rumah sakit. "Makasih, Kak," ucap Dayana. "Dan maaf karena gara-gara aku, Kakak harus susah." "Saya enggak merasa susah," jawab Zerga. "Sekarang tidur dan jangan banyak pikiran. Dedek di perut kamu ikut sedih kalau mamanya sedih." "Iya." Dayana menguap, lalu beberapa menit kemudian dia terlelap. Tidak ada obrolan, suasana di mobil hening hingga getaran dari ponsel Zerga terdengar. "Ganesh," gumam Zerga usai mendapati nama sang adik. "Halo. Kenapa?" "Di mana, Bang?" tanya Ganesh. "Aku di parkiran. Bisa kita ketemu?" Zerga mengernyit. "Parkiran mana maksud kamu?" tanyanya heran. "Parkiran rumah sakit tempat Ba
"Dayana, saya nemu permen kap ... kamu kenapa nangis?"Zerga melunturkan senyumnya. Baru masuk ke mobil usai mencari sarapan, dia disambut Dayana yang sibuk menyeka air mata—membuat perasaan khawatir, muncul."Ada apa, Dayana?" tanya Zerga lagi, setelah pertanyaan pertamanya diabaikan Dayana. "Enggak ada sesuatu terjadi ke Bapak kamu, kan?"Masih sambil memegangi ponsel, Dayana menoleh. "Bapak enggak apa-apa, Kak. Bapak pagi ini bisa pulang, cuman katanya masih enggak mau ketemu aku," ucapnya dengan air mata yang terus luruh. "Ibu barusan chat buat minta aku jangan ketemu Bapak dulu, karena takutnya Bapak emosi terus drop lagi.""Bapak pulang sama siapa kalau gitu?" tanya Zerga. "Semalam kan kita yang bawa beliau ke sini.""Mobil tetangga," jawab Dayana. "Teman baik Bapak kebetulan ada yang punya mobil. Jadi ibu sewa buat Bapak pulang."Zerga menghela napas kasar. Melihat Dayana sedih seperti sekarang, dia tak tega. Namun, untuk bertindak pun dia harus hati-hati, karena salah sedikit
"Kak?"Dayana memanggil Zerga usai sebelumnya mendaratkan ketukan di pintu kayu. Beristirahat di sebuah kost tak jauh dari rumah sakit, dia dan pria itu menempati kamar berbeda.Tanpa tahu siapa sebenarnya orang yang sudah menyewakannya kost, Dayana sempat beristirahat dan membersihkan badan, hingga beberapa menit lalu sang ibu menelepon."Iya, Day, kenapa?""Kakak lagi apa?" tanya Dayana. "Ada yang mau aku omongin.""Sebentar, saya lagi rapihin baju.""Oh, oke."Dayana menunggu. Selang sepuluh menit, Zerga keluar dengan penampilan rapi pun baju yang berbeda dari semalam."Ada apa?""Ibu telepon terus nyuruh ke rumah," jawab Dayana. "Katanya Bapak mau bicarain yang samalam, tapi sama aku aja."Zerga mengernyit. "Lho, terus saya gimana?" tanyanya heran. "Harusnya kan ngobrolnya sama saya juga.""Aku enggak tahu, Kak, tapi bisa enggak anterin dulu aku pulang?" tanya Dayana. "Nanti biar aku temuin Bapak, terus Kakak nunggu di mobil atau di depan rumah. Ada apa-apa, aku pasti panggil Kaka
*** Hari ini semuanya bahagia. Setelah Dayana resmi menjadi istri Ganesh, Rillian ikut mendapat kabar baik setelah tanpa diduga, Zerga tiba-tiba saja melamarnya. Pada Rillian, Zerga berkata jika dirinya sudah mantap untuk membangun hubungan serius bersama perrmpuan itu, sehingga sebelum Rilliian dilirik atau coba direbut pria lain, dengan segera dia mengikatnya. Tidak menjadi rahasia, kabar dilamarnya Rillian langsung sampai ke telinga semua orang sehingga kebahagiaan keluarga besar Roby dan Marcell menjadi dua kali lipat. "Makasih ya, Ga, udah ngelamar aku," ucap Rillian, yang siang ini menikmati semilir angin di rooftoop hotel. Sudah berganti baju, Rillian nampak cantik dengan gaun berwarna peach. Resepsi belum dimulai, dia dan Zerga memutuskan untuk bersantai setelah bersiap-siap, karena ketika pesta resepsi resmi digelar, keduanya mungkin akan sibuk. "Makasih juga karena udah bantu aku menyembuhkan hati," ucap Zerga. "Berkat kamu, aku bisa baik-baik aja kaya sekarang, dan aku
***"Saya terima nikah dan kawinnya Dayana Mezzalura binti Yuda Andriawan, dengan mas kawin seratus lima puluh juta rupiah dibayar tunai!""Bagaimana saksi, sah?""Sah!""Sah!""Barakallah."Dipimpin penghulu yang pagi ini mendampingi Yuda untuk menikahkan Dayana dan Ganesh, doa dipanjatkan semua orang di dalam ballroom.Hari, minggu, bahkan bulan berganti, acara bahagia Dayana dan Ganesh akhirnya dilaksanakan di sebuah ballroom mewah hotel berbintang.Mengusung pesta dengan tema modern tanpa adat, Dayana tampil cantik dengan kebaya berwarna putih sementara Ganesh gagah dengan setelan jas.Dihadiri keluarga inti, akad nikah dilaksanakan pukul delapan pagi waktu setempat. Tidak langsung resepsi, acara akan dijeda setelah akad selama dua jam, sebelum kemudian dilanjutkan pukul sepuluh pagi.Tidak mengambil jam malam, resepsi sengaja digelar pukul sepuluh sampai tiga sore agar tidak mengganggu jam tidur baby Brian. Berusia dua bulan, bayi tersebut sangat menempel dengan Dayana sehingga k
***Mendengar kabar Rillian celaka, Zerga panik. Langsung pergi dari rumah perempuan itu, dia membawa mobilnya menuju rumah sakit.Mengemudi dengan kecepatan tinggi, Zerga ingin segera sampai untuk memastikan kondisi Rillian. Jika terjadi sesuatu pada perempuan itu, dia tidak akan memaafkan diri sendiri karena Rillian jatuh saat hendak turun untuk menunggu dirinya di lantai bawah.Entah bagaimana kronologi sampai Rillian bisa jatuh di tangga, satpam tidak melihat. Namun, katanya besar dugaan perempuan itu tersandung kaki sendiri."Rillian ...," gumam Zerga di sela kegiatannya mengemudikan mobil. "Semoga enggak ada hal serius, karena kalau sesuatu menimpa dia, aku enggak akan bisa maafin diriku sendiri."Zerga terus merafalkan doa sepanjang perjalanan. Sampai di rumah sakit, dia memarkirkan mobilnya secara asal sebelum kemudian berlari menuju IGD."Zerga," panggil Marcell yang barusaja keluar dari ruang penanganan. "Kamu ke sini karena dikasih tahu satpam ya?""Iya, Om. Mana Rilli?" ta
***"Kebahagiaan mereka lengkap."Zerga tersenyum tipis, sementara layar ponselnya menunjukan sebuah foto dari orang terdekatnya, yaitu; Ganesh dan Dayana.Di akun sosial medianya, Dayana mengunggah foto di depan sebuah mobil bersama Ganesh. Bukan mobil lama, yang difoto adalah mobil baru pemberian Ganesh untuk Dayana.Di caption, Dayana mengucapkan banyak terima kasih untuk Ganesh—membuat hati Zerga sedikit tergores. Meskipun sudah mengikhlaskan Dayana untuk Ganesh, hati kecil Zerga masih sering tersentil melihat kemesraan keduanya, karena jika tidak ada insiden, seharusnya dialah yang kini sedang menikmati kebersamaan dengan ibu kandung baby Brian tersebut."Semoga bahagia selalu, Dayana," ucap Zerga. "Kamu bahagia, saya ikut bahagia."Tidak mau terus terbawa suasana, Zerga hendak menyimpan ponselnya di meja nakas. Namun, sebuah dering yang tiba-tiba saja terdengar membuatnya batal melakukan hal tersebut.Mendapat panggilan dari Rillian, Zerga menjawab, "Halo, Ri.""Udah di rumah, G
***Dua minggu menetap di inkubator, bayi mungil Dayana dan Ganesh akhirnya bisa dibawa pulang. Tidak dijemput oleh banyak orang, yang datang ke rumah sakit hanyalah Dayana dan Ganesh selaku orang tua Baby Brian.Bukan tidak ada yang mengantar, Athaya mau pun Roby sempat menawari ikut ke rumah sakit. Namun, karena merasa sanggup untuk membawa putra mereka berdua saja, para orang tua patuh untuk menunggu."Udah beres, Gan, administrasinya?" tanya Dayana, ketika Ganesh masuk ke dalam mobil."Udah," jawab Ganesh. "Sekarang kita tinggal pulang.""Oke deh.""Si ganteng tidur?" tanya Ganesh, sambil memandang sang putra yang kini berada di pangkuan Dayana."Tidur," ucap Dayana. "Barusan kan sempat rewel gitu, terus aku coba susuin. Eh, dia enggak bingung puting. Jadi keterusan sampai akhirnya tidur. Senang banget aku bisa nyusuin Brian secara langsung."Ganesh tersenyum. "Aku ikut senang dengarnya," ucapnya. "Sekarang mau langsung pulang apa ke mana dulu? Barangkali ada yang mau kamu beli."
***Adiasta Ganesh resmi menjadi seorang ayah.Meskipun diawali tragedi, gelar tersebut berhasil dia sandang. Tanpa duka, Ganesh dan keluarga bisa sepenuhnya bahagia karena meskipun sempat mengalami penurunan kondisi, Dayana bisa bertahan.Dari ruang operasi, bayi laki-laki Dayana yang memiliki berat dua kilogram, dipindahkan ke ruang NICU untuk menjalani perawatan di sana, sementara Dayana? Perempuan itu dibawa menuju kamar rawat presiden suit.Keluar dengan kondisi yang tidak sadar, Dayana menyisakan rasa cemas di hati Ganesh, sampai akhirnya sekitar pukul lima sore, perempuan itu membuka mata."Ganesh ...."Dengan suara pelan, Dayana memanggil Ganesh yang terlelap persis di sampingnya. Tidak ada siapa pun, di kamar rawat hanya ada keduanya setelah beberapa waktu lalu Athaya dan Roby pamit untuk mengambil baju ganti di apartemen.Zerga? Pria itu juga pergi karena sebuah urusan, sehingga yang menjaga Dayana hanyalah Ganesh."Day, akhirnya kamu bangun," ucap Ganesh, dengan kondisi set
***Hari libur Ganesh yang semula tenang, seketika diselimuti kepanikan setelah kabar jatuhnya Dayana, disampaikan Mbak yang selama ini menemani perempuan itu.Lekas ke apartemen, Ganesh mendapati Dayana yang tengah merintih kesakitan, sementara cairan berwarna merah membasahi baju yang perempuan itu pakai.Berusaha tenang meskipun panik, Ganesh membawa Dayana ke rumah sakit terdekat. Mendapat penanganan di IGD, kini Dayana masih berada di dalam, sementara Ganesh menunggu dengan perasaan gelisah."Ya Tuhan, lindungi Dayana dan anakku," ucap Ganesh, penuh permohonan. "Aku tahu, aku bukan orang baik, tapi tolong selamatkan mereka karena aku akan hancur jika terjadi sesuatu pada Dayana mau pun anaknya."Tidak bersama Mbak, Ganesh sendirian di depan IGD. Belum mengabari siapa pun, dia berniat untuk menunggu dulu sampai tahu kondisi Dayana mau pun bayi yang dikandungnya."Keluarga pasien, atas nama Dayana?"Pintu IGD terbuka, Ganesh dengan segera beranjak. "Saya, Dokter," ucapnya. "Saya su
*** Jika kebanyakan ibu hamil mengalami ngidam di trimester pertama kehamilan, maka Dayana berbeda. Lebih banyak tertekan ketika usia kandungannya masih di kisaran satu sampai dua bulan, perempuan itu sering ngidam di trimester ketiga kandungannya. Jika beberapa hari lalu dia mengidam nasi goreng yang dimasak oleh Bima, maka weekend ini keinginan Dayana berbeda lagi. "Bilang jangan ya ke Ganesh?" tanya Dayana, yang masih berbaring di tempat tidur, karena memang jarum jam pun baru sampai di angka tujuh pagi. "Kalau bilang, takut dia enggak ngabulin, tapi kalau enggak bilang, takut juga bayi aku ngeces. Bingung banget." Selama beberapa saat, Dayana sibuk menimang, hingga ketika keinginan di dalam hatinya semakin kuat, dia memberanikan diri untuk menghubungi kekasihnya itu. "Halo, Sayang, morning," sapa Ganesh hangat. "Ada apa?" "Kamu lagi apa?" tanya Dayana. "Aku masih di tempat tidur nih. Males banget mau bangun." "Enggak sakit, kan?" tanya Ganesh. "Aku kebetulan baru sele
***Dua bulan berlalu, usia kandungan Dayana akhirnya sampai di minggu ke tiga puluh. Tidak ada kendala, kehamilan perempuan itu berjalan dengan lancar.Tidak ada masalah, kehidupan Dayana juga perlahan membaik. Selain bisa bersatu dengan Ganesh, hubungannya dengan Zerga berangsur membaik seiring berjalannya waktu."Ganesh mana ya? Janjinya jam setengah lima, tapi belum sampai juga," keluh Dayana, ketika sore ini dia menunggu Ganesh datang menjemput.Waktu pemeriksaan tiba, sore ini Dayana akan mengunjungi rumah sakit untuk check up. Tidak sendiri, dia selalu bersama Ganesh karena sebagai calon suami dan ayah yang baik, Ganesh katanya tidak mau melewatkan satu kali pun pemeriksaan Dayana."Duh, pegal."Bersandar dengan perut yang besar, Dayana dilanda pegal. Mengubah posisi menjadi sedikit menyamping, dia terus menunggu hingga setelah setengah jam terlambat, sosok yang ditunggu datang."Day," panggil Ganesh.Tidak perlu menekan bel, pria itu tahu password apartemen Dayana, sehingga s